BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling Mengembangkan program bimbingan dan konseling Melaksanakan strategi layanan bk Mengembangkan jejaring laya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. meningkatkan kemampuan empati dan disability awareness peserta didik non

I. PENDAHULUAN. Pendidkan anak usia dini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

2016 PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BEKERJA SAMA SISWA MELALUI LAGU DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering

I. PENDAHULUAN. karena pembelajarannya mengandung unsur-unsur ilmiah yang menekankan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

PENGUATAN PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING. Ali Rachman Prodi Bimbingan dan Konseling FKIP ULM Banjarmasin

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan sosial (IPS) di tingkat sekolah dasar (SD). Pembelajaran IPS

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

proposal PTK tematik SD

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

METODE PEMBIASAAN BERMAIN PERAN DALAM MENGENALKAN KONSEP MEMBILANG PADA ANAK USIA DINI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AISYIYAH II KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial Budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN Profil Remaja Kreatif Dalam Bidang Iptek dan Bimbingan Untuk Anak Kreatif Kreativitas Kebudayaan & Perkembangan Iptek

PROSEDURE PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN DI SUSUN OLEH : YUSI RIKSA YUSTIANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam


BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. ujicoba, analisis, proses dan hasil dapat ditarik kesimpulan, implikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

MOMON SYUEB DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN BIDANG KETERAMPILAN (KERAJINAN) SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2016 PENGGUNAAN MEDIA POSTER DALAM MENGURANGI PERILAKU VANDALISME SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

KUISIONER SELF-EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikatnya, manusia adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang terus

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

Hadmin Luande, Nuraedah, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

166 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab lima memuat simpulan penelitian dan rekomendasi yang dapat diberikan peneliti berdasar temuan di lapangan. Simpulan menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut. Selanjutnya rekomendasi ditunjukkan kepada beberapa pihak yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya. Rekomendasi berisi pemaparan hal-hal yang menjadi perhatian dari penelitian tindakan ini. A. Simpulan Kesimpulan hasil penelitian difokuskan untuk membantu menumbuhkan dan menularkan empati dari satu siswa ke siswa lain baik kelompok laki-laki maupun perempuan melalui aktivitas role playing berbasis penelitian tindakan. Sehingga simpulan yang dapat diberikan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Langkah-langkah penerapan bimbingan konseling teknik role playing untuk menumbuhkan level empati siswa kelas IV baik siswa non-abk maupun siswa ABK di SD inklusif Baleendah Kabupaten Bandung berbasis penelitian tindakan dalam kajian layanan bimbingan dan konseling dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Penelitian tindakan yang dilakukan menggunakan desain penelitian partisipan (participatory action research). Penelitian tindakan dilakukan secara kolaborasi dengan guru Bk Ibu NK (fiktif). Guru BK dalam penelitian ini berperan sebagai ahli validitas program yang dirancang peneliti, observer dalam pengamatan tindakan, serta membantu peneliti mengevaluasi / refleksi selama tindakan. Sementara peneliti sendiri berperan merancang desain penelitian, strategi intervensi dan mengimplementasikan dalam bentuk mempraktikan layanan bimbingan kelompok teknik role playing untuk menumbuhkan level empati siswa.

167 b. Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Adapun pelaksanaan setiap siklus memuat konsep penelitian tindakan meliputi empat komponen yaitu perencanan, pemberian tindakan, observasi, dan refleksi tindakan. Siklus I Kompetensi yang dikembangkan: Waspada dengan dampak tindakan dan kata-kata mereka bagi orang lain Fokus Aspek Empati yang dikembangkan: Kekuatan emosi / resilience Melihat kedalaman emosi / outlook Siklus II Kompetensi yang dikembangkan: Belajar mengkomunikasikan diri melalui tindakan dan perkataan Fokus Aspek Empati yang dikembangkan: Kepekaan sosial emosi / sosial intuition Kesadaran diri / self awareness Siklus III Kompetensi yang dikembangkan: Mengevaluasi diri sendiri dengan kuisioner level empati yang dikembangkan peneliti Fokus Aspek Empati yang dikembangkan: Identifikasi level empati individu dalam empat tingkatan/ level empati yaitu: emotion contagion, empathic accuracy, emotional regulation, perspective taking c. Mekanisme penerapan layanan bimbingan kelompok teknik role playing meliputi empat tahapan, yaitu: tahap awal/beginning a group, tahap transisi/ transition stage, tahap kerja / performing stage, dan tahap terminasi/ termination stage d. Empat aspek dimensi emosional yang diterapkan merupakan kompetensi yang dikembangkan untuk menumbuhkan level empati pada siswa. Empat aspek dimensi emosional tersebut yaitu: resilience (kekuatan emosi), outlook (melihat kedalaman emosi). sosial intuition (kepekaan sosial emosi) dan self awareness (sadar diri). Selanjutnya rumusan level/ tingkatan empati yang disampaikan sesuai tahap perkembangan anak sekolah dasar usia 8-10 tahun / middle dari tingkat rendah hingga tinggi

168 yaitu emotion contagion, empathic accuracy, emotional regulation, perspective taking. 2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan tindakan bimbingan dalam menumbuhkan level empati siswa SD inklusif di Baleendah Kabupaten Bandung berbasis penelitian tindakan, sebagai berikut: a. Membuat ruang kelas menjadi efektif melalui tiga cara: fokus layanan yang jelas; melibatkan siswa dalam pembuatan peraturan; dan keterlibatan umpan-balik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. b. Membangun situasi kooperatif melalui tiga cara: mengembangkan kohesifitass kelompok; mengembangkan kebiasaan mempertimbangkan konsekuensi; dan membantu anak mengklarifikasi nilai dan mengambil keputusan c. Empati dapat mengurangi atau menekan munculnya perilaku agresif melalui dua mekanisme: komponen kognitif ditunjukkan lewat kemampuan individu dalam mengambil peran (role taking); komponen afektif lewat individu mampu mengalami dan merasakan apa yang dialami orang lain. d. Faktor lain yang menentukan keberhasilan dalam menumbuhkan empati: kondisi lingkungan, teman sebaya, keterampilan emosional, pola asuh keluarga dalam pendidikan peran 3. Gambaran profil level empati siswa kelas 4.2 berdasarkan hasil kuisioner empati yang dikembangkan menurut kajian teori McLaren untuk mengetahui dan memaknai level empati individu adalah dari perhitungan kuisioner siswa di kelas 4.2 diperoleh data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebanyak 75% dari jumlah siswa berada di level empati efektif, sedangkan 25% berada dilevel empati rendah. 25% siswa yang berada dilevel empati rendah menunjukkan lemah pada aspek kedalaman emosi dan aspek kesadaran diri.

169 B. Rekomendasi Rekomendasi penelitian ini mengacu kepada kebermaknaan yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan karena itu peneliti merumuskan rekomendasi penelitian sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah dan Lingkungan Pendidikan a. Empati merupakan keterampilan hidup yang diperlukan siswa sebagai pedoman yang menjembatani nilai tindakan dan pikiran sesuai norma. Hubungan teman sebaya dan keberagaman interaksi yang sehat membantu melatihkan empati afektif dan empati kognitif siswa dan membekali dirinya untuk berperilaku altrusitik yaitu memiliki peranan positif mendasari perkembangan moral dan dapat menjadi benteng dari perilaku agresif, bully. Siswa dianjurkan untuk aktif membuka diri dalam penerimaan lingkungan secara positif melalui teman sebaya, kegiatan kesenian, kegiatan jam istirahat makan bersama, dan latihan kepemimpinan melalui pembentuan kelompok belajar. b. Membentuk minat anak belajar di sekolah dengan lingkungan yang menyenangkan akan meningkatkan kebersamaan anak dan personil sekolah yang mengimplikasikan bahwa pendidikan bukan sekedar pemenuhan informasi saja tetapi sudah merupakan kebutuhan sebagai bekal kehidupan secara pribadi, masa depan dan belajar sepanjang hayat. c. BK di SD dapat dilaksanakan dengan dua cara yakni pertama secara terpisah sebagai layanan bimbingan dan konseling; Kedua secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Terlepas dari cara pelaksanaan bimbingan dan konseling yang dipilih, seyogyanya tetap memperhatikan rambu-rambu kebijaksanaan dan fungsi psychoeducator yang mengimplikasikan program terencana dengan mengacu kekhasan tugas perkembangan siswa, perkembangan kognitif, keterampilan fisik, dan motorik serta hubungan sosial siswa. Secara integrasi layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan kolaborasi antara guru BK dengan

170 personil sekolah yang saling terlibat dalam pembuatan progam dan evaluasi kegiatan. d. Empati sebagai potensi baik yang ada pada setiap individu membutuhknkan pembiasaan sikap melalui interaksi bersama yang mencerminkan situasi positif seperti penerimaan diri siswa. Penerimaan diri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu situasi yang sengaja dikondisikan dan situasi yang natural teralami. Pertama, situasi yang sengaja terkondisi dilakukan dengan cara memasukkan empat aspek dimensi emosional secara terintegrasi dalam setiap matapelajaran sebagai muatan kompetensi potensi siswa. Sebagai contoh memasukkan salah satu aspek empati yaitu kepekaan sosial/ sosial intuition dalam pelajaran TIK kelas IV melalui roleplaying siswa memperagakan sebagai tutor mempraktikan cara mengaplikasikan program office word pada siswa lain. aktifitas bekerjasama yang tercermin dengan cara berkelompok dan berperan sebagai tutor merupakan bentuk menumbuhkan kepekaan sosial yang mencerminkan pemahaman diri anak terhadap adanya perbedaan kebutuhan dan keragaman yang dapat dilakukan dengan kegiatan saling membantu. Kedua, dengan situasi alami / tidak dikondisikan dapat dilakukan diluar kegiatan mata pelajaran, sebagai contoh guru melibatkan diri dengan siswa dalam aktivitas bermain atau makan bersama saat jam istirahat. Keterlibatan guru merupakan fasilitator sekaligus modelling yang membantu membuka siswa lain untuk terbuka melakukan penyesuaian diri dan penerimaan dalam keragaman. 2. Bagi guru BK dan Peneliti selanjutnya Perencanaan program bimbingan yang terencana dan terevaluasi memberikan refleksi bagi pembimbing sebagai pelaku pendidik di sekolah dalam upaya inovasi materi bimbingan kelompok teknik role playing yang berpedoman pada standar yang di kembangkan ASCA. Selain itu guru BK belajar untuk memotivasi diri, merefleksikan praktik bimbingan, dan meningkatkan dorongan perubahan yang terstruktur sistematis berupa program bimbingan

171 terencana dan terevaluasi. Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penerapan role playing untuk menumbuhkan empati selanjutnya, sebagai berikut: a. Media bimbingan seperti poster membantu anak dalam mengkonstruksi konsep empati secara sistematis dengan memperhatikan isi dari poster yang harus jelas maksud dan tujuan, penggunaan gambar sebagai penunjang isi informasi yang disampaikan, ukuran dan jenis huruf yang digunakan jelas, serta penggunaan warna sebagai kemenarikan media informasi. b. Usia sekolah dasar berada pada tahapan kognitif operasional kongkret, jadi pilihan materi harus menyesuaikan perumpamaan yang mencerminkan situasi dan pengalaman nyata yang dialami siswa dalam kehidupan seharihari. Guru BK atau peneliti dapat melakukan observasi / studi pendahuluan sesuai tempat peneliti untuk menentukan topik bermain peran. c. Empati tumbuh karena melibatkan interaksi diri dengan orang lain dan diri dengan lingkungan, jika telah terlihat adanya perbedaan sikap siswa dalam penerimaan diri dengan orang lain maupun lingkungan maka perlu analisis dalam yang memungkinkan terjadinya kerenggangan (kohesifitas menurun). Disarankan menumbuhkan empati adalah usaha bersama yang dipandang bukan sebagai keterampilan saja tetapi potensi baik yang perlu ditumbuhkan dan disadari bagi semua siswa baik siswa non ABK maupun ABK. d. Guru adalah figure contoh yang nyata untuk membentuk pembiasaan sikap positif dan perkembangan empati siswa. Siswa sekolah dasar secara teori kepribadian berada pada fase industry vs inferiority, artinya memandang secara utuh pendapat orang lain dan pendapat diri dalam memunculkan nilai dan konsep diri. Jadi pemberian label dan reinforcement dari Guru dapat mempengaruhi persepsi anak dalam bentuk emosi perilaku yang mengekspresikan kenyaman atau ketidaknyamanan terhadap keadaan atau interaksi yang sedang dialami.

172 e. Empat aspek dimensi emosional yang diterapkan merupakan kompetensi yang dikembangkan untuk menumbuhkan level empati pada siswa. Empat aspek dimensi emosional tersebut yaitu: resilience (kekuatan emosi), outlook (melihat kedalaman emosi). sosial intuition (kepekaan sosial emosi) dan self awareness (sadar diri). Selanjutnya rumusan level/ tingkatan empati yang disampaikan sesuai tahap perkembangan anak sekolah dasar usia 8-10 tahun / middle dari tingkat rendah hingga tinggi yaitu emotion contagion, empathic accuracy, emotional regulation, perspective taking. Empat aspek tersebut dapat dikembangkan kembali sebagai rujukan kompetensi empati sesuai tingkatan kelas, semisal: aspek kekuatan emosi dan kedalaman emosi dapat diterapkan bagi siswa jenjang kelas bawah (kelas 1 dan kelas 2) pada mata pelajaran tematik dengan topik bermainan peran: tokoh idola. f. Instrumen yang digunakan untuk mengassesmen dan mengevaluasi dapat menggunakan instrumen empati yang sama, disesuaikan dengan jenjang sekolah dan usia anak (jika sekolah dasar rentang usia 8th-10th dapat menggunakan kuisioner level empati yang peneliti kembangkan) g. Untuk item jawaban sebaiknya pada penelitian selanjutnya dapat diacak dan dibuat kunci jawaban, sehingga menghindari bias siswa menghafal jawaban dan pola jawaban berurut. h. Pada rujukan teori-teori lain role playing dapat dikembangkan dengan menggunakan storytelling dan reading fiction / watching drama. Namun keefektifan penggunaan media tersebut alangkah lebih baik jika ditematikkan dengan mata pelajaran lain seperti pelajaran bahasa dan aritmatika.