Penerapan Pembelajaran Diskusi Kelas Strategi Think-Pair-Share (TPS) Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN PEMBELAJARAN PERBINCANGAN KELAS STRATEGI THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA. Abdullah R.

PENINGKATAN MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

x y 5x masih siswa yang menjumlahkan suku-suku yang

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB IV HASIL PENELITIAN. dalam penelitian ini ada dua kelas sampel yaitu kelas VIIA (kelas

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Oleh: Dewi Fatimah SDN Kayen Kabupaten Trenggalek

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR-SHARE (TPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

FAKULTAS EKONOMI UNNES

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR- SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII MTs NEGERI NGRONGGOT NGANJUK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Ainun Sampede, Mohammad Jamhari, dan Amiruddin Kade. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

I. PENDAHULUAN. cara-cara berkomunikasi yang efektif, sehingga dapat dijadikan sebagai. kemampuan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. yang menggunakan segala sumber daya sesuai dengan perencanaan yang telah

Akmal SMA Negeri 1 Tellu Limpoe Kab. Sidrap

Seminar Pendidikan Serantau 2011

I. PENDAHULUAN. oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi matematika masih menjadi sebuah permasalahan bagi banyak

PEMBERIAN TUGAS MEMBUAT RINGKASAN SEBELUM DAN SETELAH PEMBELAJARAN UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH KIMIA FISIKA I

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri

Agus Muliadi Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Mataram

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN KREATIVITAS MAHASISWA PADA MATA KULIAH MENGGAMBAR CAD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Edumatica Volume 04 Nomor 01, April 2014 ISSN:

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

Rita Novita 11. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

Rezki Hidayat*, Maria Erna **, R Usman Rery*** NO Hp:

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

Jurnal EduFisika Vol. 01 No. 02, November 2016 E-ISSN:

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MAN MELALUI PEMBELAJARAN TPS DILENGKAPI BOOKLET MATERI REDUKSI-OKSIDASI

BAB I PENDAHULUAN. berfikir kompleks dan abstrak. Di sisi lain guru berupaya memperjelas dan. disajikan dengan strategi yang menarik bagi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

Oleh Lilik Sujayanti SD Negeri 1 Sawahan Kabupaten Tranggalek

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

M A K A L A H. Disusun oleh : WIWI WIYATI NIM

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) DENGAN METODE KUMON PADA MATERI PERSAMAAN LINGKARAN DI SMAN-1 KRIAN

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

ISSN: Volume-3, Edisi-2, September 2016 Halaman

LEMMA VOL I NO. 1, NOV 2014

Keyword: Cooperative learning,experimental method, learning activities, physics achievement, science process skill, TPS.

mengembangkan berbagai macam tingkat dan jenis sekolah.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 011 BUKIT KAPUR.

PENERAPAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE (TPS)

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Bagi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Galang

PENDAHULUAN. Roslince Hutagaol Guru SMP Negeri 5 Tebing Tinggi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN HALAMAN SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Restuning Ropika Putri, S.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

Transkripsi:

Penerapan Pembelajaran Diskusi Kelas Strategi Think-Pair-Share (TPS) Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar Siswa Abdullah* dan R. Usman Rery Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak Metode pembelajaran diskusi kelas strategi Think-Pair-Share (TPS) dapat dikembangkan untuk melatih keaktifan dan cara berpikir siswa, sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, melatih komunikasi, dan interaksi diantara siswa. Proses-proses tersebut dapat meningkatkan keaktifan sekaligus meminimalkan siswa yang pasif sehingga lebih aktif secara keseluruhan dan ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Dalam penelitian ini dipelajari penerapan pembelajaran TPS untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia di SMUN 9 Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan metode ini ketuntasan belajar individu dapat tercapai dengan persentase ketuntasan sebesar 86,67%. Sedangkan ketuntasan TPK secara klasikal tidak tercapai karena ketuntasan TPK hanya sebesar 82,22%. Pendahuluan Cara guru menyampaikan materi pelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika materi pelajaran disajikan secara menarik besar kemungkinan motivasi dan keaktifan siswa akan semakin meningkat, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Meningkatnya motivasi tersebut juga akan meningkatkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1998) yang mengatakan bahwa materi pelajaran akan terasap dengan baik oleh siswa apabila ia memiliki perhatian terhadap pelajaran tersebut. Diantara tujuan pembelajaran kimia SMU kurikulum 1994 adalah menguasai konsep-konsep kimia dan saling keterkaitanya serta mampu menerapkan berbagai konsep kimia untuk memecahkan masalah baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi secara illmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut jelas bahwa siswa dituntut agar memahami konsep-konsep pelajaran kimia dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai diharapkan seorang guru sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran, mampu memilih strategi belajar yang dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai denga pendapat Hudoyo (1998) yang mengemukakan bahwa strategi pembelajaran akan menentukan terjadinya proses pembelajaran yang selanjutnya menentukan prestasi belajar siswa. Pada model pembelajaran seperti ini, siswa tidak terlibat banyak dan proses pembelajaran terasa kurang menarik. Hal ini akan menurunkan motivasi siswa untuk mengetahui lebih jauh tentang pelajaran tersebut.

Salah satu alternatif pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk melatih keaktifan siswa adalah pembelajaran diskusi kelas strategi Think-Pair-Share (TPS). Seperti yang dikemukakan oleh Arends (1997) bahwa diskusi kelas strategi TPS merupakan struktur pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi siswa, melatih komunikasi dan interaksi diantara siswa. Didalam diskusi kelas strategi TPS ini, proses interaksi melibatkan dua atau lebih siswa, saling berbagi pengalaman, informasi serta memecahkan masalah yang diajukan oleh guru secara bersama-sama. Proses-proses tersebut dapat meningkatkan keaktifan sekaligus meminimalkan siswa yang pasif sehingga siswa lebih aktif secara keseluruhan dan ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Pada prinsipnya belajar menurut peran aktif siswa sehingga siswa terlibat secara intelektualemosional dalam suatu proses pembelajaran. Untuk itu salah satu tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah mampu memilih model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat belajar secara efektif, efisien, dan mengena pada sasaran belajar. Sesuai dengan pendapat Djamarah (1995) yang mengatakan bahwa guru mempunyai kewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar siswa di kelas yang salah satunya adalah memilih dan menentukan model pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar. Diskusi kelas strategi TPS menurut Arends (1997) mempunyai tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Thinking (Berfikir) Guru mengajukan pertanyaan/permasalahan dan memberi kesempatan berfikir sebelum siswa menjawab permasalahan yang diajukan. Masing-masing siswa memikirkan permasalahan yang diberikan guru. 2. Pairing (Berpasangan) Guru meminta siswa berpasangan untuk menjawab permasalahan. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebangku untuk mendiskusikan hasil pemikirannya yang telah dikerjakan pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan agar siswa dapat membagi jawaban untuk pasangannya. 3. Share (Berbagi) Pada tahap ini guru meminta kepada salah satu pasangan untuk berbagi kepada pasangan lain tentang apa yang telah didiskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran sampai sekitar seperempat dari seluruh pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil diskusinya. Pasangan yang tidak melaporkan hasil diskusinya menanggapi hasil laporan diskusi. 4. Evaluasi Evaluasi dikerjakan secara individu dalam waktu yang telah ditetapkan guru. Pada saat evaluasi ini menunjukkan penguasaan tentang materi yang telah dipelajari. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas II SMUN 9 Pekanbaru semester I Tahun Ajaran 2003/2004 pada bulan Oktober-Desember 2003. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMUN 9 Pekanbaru sebanyak sebelas kelas. Sebagai sampel adalah siswa kelas II 5 sebanyak 45 orang. Sampel dipilih karena jumlah siswa dalam kelas tersebut paling sedikit diantara sebelas kelas yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (1991) tentang kelemahan metode diskusi kelas yang mengatakan bahwa diskusi lebih baik dilakukan pada

kelas yang jumlah siswanya tidak lebih dari 30 orang. Pokok bahasan yang diteliti adalah kesetimbangan kimia. Data yang dikumpulkan untuk dianalisis adalah nilai hasil belajar siswa yang diambil setelah proses belajar mengajar selesai. Tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Tahapan Persiapan Pada tahap ini guru melakukan beberapa langkah, yaitu: a. Memilih satu pokok bahasan. Pokok bahasan disesuaikan dengan metode pembelajaran diskusi strategi Think-Pair-Share (TPS). b. Membuat LKS (Lembar Kerja Siswa). Guru membuat LKS yang berisi pertanyaanpertanyaan berhubungan dengan materi keadaan setimbang dan pergeseran kesetimbangan sebelum melakukan penyajian materi dengan cara demonstrasi. Pertanyaan disusun untuk mengarahkan siswa pada suatu konsep yang benar tentang keadaan kesetimbangan dan pergeseran kesetimbangan melalui pemahamannya sendiri. 2. Penyajian kelas Penyajian kelas dalam pembelajaran diskusi strategi Think-Pair-Share (TPS) terdiri dari beberapa fase: Fase 1 : Pendahuluan. Pada pendahuluan guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, memotivasi siswa untuk mengetahui tentang konsep-konsep yang akan dipelajari. Fase 2 : Menjelaskan aturan diskusi. Guru menjelaskan aturan diskusi dalam pembelajaran diskusi strategi TPS, kemudian membagi LKS dan meminta siswa mempersiapkan buku paket. Fase 3 :Mengendalikan diskusi. Guru bersama siswa melakukan demonstrasi dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah demonstrasi selesai siswa menjawab LKS dan mendiskusikan semua gejala yang diperhatikan secara TPS. Selanjutnya guru mengendalikan diskusi agar tetap berjalan sesuai aturan. Fase 4:Membimbing siswa membuat kesimpulan. Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan dari diskusi yang telah dilaksanakan. Fase 5:Menanyakan jalannya proses diskusi. Guru menanyakan apakah proses diskusi strategi TPS tersebut membantu mereka dalam memahami konsep dari pelajaran yang baru mereka pelajari. Selanjutnya diberikan tugas rumah untuk memantapkan pemahaman siswa pada materi keadaan setimbang dan pergeseran kesetimbangan ini. 3. Postest. Postes ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar dan dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus : a. Ketuntasan belajar individu = x 100% b. Ketuntasan belajar siswa klaskal = x 100% c. Ketuntasan 1 TPK individu = x 100% d. Ketuntasan TPK = x 100% e. Ketuntasan TPK klasikal = x 100% (Depdikbud,1994)

Ketuntasan belajar dilihat berdasarkan buku petunjuk teknis mata pelajaran kimia yang dikeluarkan oleh Debdikbud (1994) dengan kriteria sebagai berikut: 1. Seorang siswa dinyatakan tuntas belajar bila siswa tersebut telah mencapai skor 65% atau nilai 65. 2. Suatu kelas dinyatakan tuntas klasikal bila 85% dari jumlah seluruh siswa telah mencapai nilai e 65. 3. Satu tujuan pembelajaran khusus (TPK) dinyatakan tuntas individu bila 65% dari TPK tersebut telah dikuasai oleh siswa. 4. TPK dinyatakan tuntas klasikal bila 85% dari jumlah seluruh siswa telah mempunyai daya serap 65%. Hasil dan Pembahasan Data pada penelitian ini dibuat berdasarkan data yang diperoleh dari hasil postest berupa ulangan harian siswa. Analisis data tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: 1. Ketuntasan belajar siswa Ketuntasan belajar siswa dikelompokkan dalam ketuntasan belajar siswa individu dan ketuntasan belajar siswa klasikal. Ketuntasan tersebut masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Ketuntasan Belajar Siswa Individu No Kode Kode % Ketuntasan Ket No Siswa Siswa % Ketuntasan Ket 1 AD 72,0 T 24 MH 72,0 T 2 AG 84,0 T 25 MP 84,0 T 3 AJ 88,0 T 26 MN 76,0 T 4 AM 72,0 T 27 MR 76,0 T 5 BN 76,0 T 28 MS 60,0 TT 6 DM 68,0 T 29 NA 72,0 T 7 DN 72,0 T 30 NF 68,0 T 8 DS 72,0 T 31 NM 68,0 T 9 EI 68,0 T 32 RA 56,0 TT 10 EP 76,0 T 33 RF 64,0 TT 11 ES 60,0 T T 34 SH 72,0 T 12 FN 84,0 T 35 SI 68,0 T 13 GK 76,0 T 36 SN 72,0 T 14 HW 68,0 T 37 SP 68,0 T 15 IM 76,0 T 38 SW 68,0 T 16 IP 68,0 T 39 TA 72,0 T 17 IT 68,0 T 40 TI 76,0 T 18 JV 76,0 T 41 TS 60,0 TT 19 KW 72,0 T 42 VC 68,0 T 20 LA 72,0 T 43 VG 72,0 T 21 LR 76,0 T 44 ZN 76,0 T 22 MD 64,0 T T 45 ZR 68,0 T 23 MF 76,0 T Keterangan : T = Tuntas TT = Tidak tuntas Dari tabel 1. Dapat dilihat bahwa terdapat 39 orang siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar individu dengan nilai 65 dan 6 orang siswa tidak tuntas dengan nilai 65.

2. Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase ketuntasan belajar siswa klasikal dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siswa Klasikal. No Ketuntasan Belajar Siswa Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas 39 86,67 2 Tidak Tuntas 6 13,33 Jumlah 45 100 Dari tabel 2. Dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 86,67%, maka ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada pokok bahasan keadan setimbang dan pergeseran kesetimbangan telah tercapai yaitu sebesar 86,67%. 3. Ketuntasan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Ketuntasan TPK dikelompokkan dalam ketuntasan TPK individu dan ketuntasan TPK klasikal. Ketuntasan tersebut masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Ketuntasan TPK Klasikal No Ketuntasan Belajar Siswa Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas 37 82,22 2 Tidak Tuntas 8 17,78 Jumlah 45 100 Dari tabel 3. Dapat dilihat bahwa ketuntasan TPK secara klasikal pada pokok bahasan keadaan setimbang dan pergeseran kesetimbangan tidak tercapai yaitu sebesar 82,22% kurang 2,78% dari syarat tercapainya suatu ketuntasan TPK yaitu 85%. 4. Ketuntasan Masing-Masing TPK Tabel 4. Ketuntasan Masing-Masing TPK Pertemuan Nomor Jumlah Siswa % Ketuntasan Ke TPK Tuntas TPK TPK Keterangan 1 38 84,44 Tuntas I 2 41 91,11 Tuntas 3 44 97,78 Tuntas 4 37 77,78 Tuntas 5 39 86,67 Tuntas II 6 24 53,33 Tidak Tuntas 7 44 97,78 Tuntas III 8 19 42,22 Tidak Tuntas Dari tabel 4. Dapat dilihat bahwa dari 8 TPK yang ada, 6 TPK mencapai ketuntasan ( 65%) dan 2 TPK tidak tuntas ( 65%) yaitu TPK nomor 6 dan TPK nomor 8. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan sebelumnya, diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Dari 45 orang siswa, siswa yang dinyatakan tuntas belajar adalah 39 orang (86,67%) da 6 orang siswa tidak tuntas belajar. Analisis ketuntasan TPK memperlihatkan bahwa 37 orang siswa tuntas TPK (82,22%). Hal ini karena metoda pembelajaran diskusi kelasa secara TPS dapat membantu mereka dalam memahami materi pada pokok bahasan keadaan setimbang dan pergeseran kesetimbangan ini. Dimana siswa aktif secara keseluruhan dalam membentuk pemahamannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends (1997) tentang kelebihan

metode diskusi kelas. Selanjutnya pemahaman yang dibentuk sendiri ini akan lebih berkesan dan diingat oleh siswa dibanding pemahaman yang hanya dia dengar dari orang lain sehingga siswa dapat menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan keadaan setimbang dan pergeseran kesetimbangan ini dengan baik. Analisis ketuntasan TPK juga menunjukkan sebanyak 8 orang siswa tidak tuntas TPK (17,73%). Dalam arti ketuntasan TPK secara klasikal tidak tercapai. Ketidaktuntasan ini diperkirakann disebabkan oleh banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga pada saat berlangsungnya diskusi sulit untuk melakukan pengendalian diskusi dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Roestiyah (1991) bahwa diskusi kelas lebih baik dilakukan pada kelas yang jumlah siswanya tidak lebih dari 30 orang. Ditinjau lebih lanjut dari ketuntasan masing-masing TPK (tabel 4) dari 8 TPK yang dipelajari ada 2 TPK yang tidak tuntas yaitu TPK nomor 6 dan TPK nomor 8. Diperkirakan faktor-faktor penyebab ketidaktuntasan TPK tersebut adalah : 1. TPK 6 (siswa dapat menjelaskan pengaruh perubahan temperatur terhadap kesetimbangan kimia) terdiri dari 3 soal berupa soal-soal pemahaman. Pada umumnya kesalahan yang dilakukan siswa karena kurang mengerti cara membedakan antara reaksi eksoterm dan endoterm (tidak teliti dalam melihat tanda reaksi) sehingga siswa tidak dapat menjawab soal-soal pada TPK 6 ini dengan baik. 2. TPK 8 (siswa dapat menjelaskan kondisi optimum untuk menghasilkan produk pada kesetimbangan kimia dalam industri) terdiri dari 3 soal berupa soal-soal pemahaman. Pada TPK 8 ini, diskusi yang dilakukan tidak disertai dengan demonstrasi dan siswa hanya mendapat petunjuk dari guru serta buku paket. Hal ini membuat siswa kurang termotivasi untuk mengetahui pelajaran pada TPK 8 ini lebih jauh. Terlihat pada saat proses belajar mengajar berlangsung siswa lebih banyak diam dan membiarkan diskusi dikuasai oleh orang-orang yang biasanya suka berbicara. Siswa enggan membaca buku paket untuk memahami isi materi. Ketidaktuntasan TPK 8 ini juga berhubungan dengan tidak tuntasnya siswa pada TPK 6 karena TPK 6 merupakan materi prasyarat untuk metari pada TPK 8 sehingga siswa tidak bisa menjawab soal-soal TPK 8 ini dengan baik. Kesimpulan Dari pembahas dan dapat disimpulkan bahwa penerapan diskusi kelas strategi Think-Pair- Share (TPS) dalam upaya mencapai ketuntasan belajar siswa pada pokok bahasan keadaan setimbang dan pergeseran kesetimbangan di SMUN 9 Pekanbaru secara individu tercapai, dengan persentase ketuntasan sebesar 86,67%. Sedangkan ketuntasan TPK secara klasikal tidak tercapai karena ketuntasan TPK hanya sebesar 82,22%.

Daftar Pustaka Arends, Ricards, I. 1997, Classroom Instruction and Management. McGraw-Hill Company, Inc. New York. Arikunto, S. 1998. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Rineka Cipta. Jakarta. Betty, H. 2002. Penerapan Pembelajaran Model Diskusi Kelas Strategi Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia di SMU. J. Pilar Sains. 2(1) : 31-37. Clow, D. 1998. Teaching, Learning and Computing. J. Universitas Chemistry Education. 2(1) :21-28. Depdikbud. 1994. Kurikulum Sekolah Menengah Umum Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Kimia. Depdikbud. Jakarta. Depdikbud. 1999. Suplemen GBPP. Depdikbud. Jakarta. Djamarah, B.S. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Hudoyo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud. Jakarta Ibrahim, M., Fida, R., Nur, M. 2002. Pembelajaran Kooperatif. Unesha, Surabaya. Purba, M. 2000. Kimia 2000 2a. Erlangga. Jakarta Roestiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.