BAB I PENDAHULUAN. orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB III PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. melekat dan menjadi predikat baru bagi Negara Indonesia. Dalam pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB III DESKRIPSI ASPEK PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini dalam pembaharuan hukum, indonesia telah melahirkan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGATURAN-PENGATURAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA. Oleh: Nurul Hidayati, SH. 1.

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG. A. Pengaturan Tindak Pidana Perdagangan Orang Menurut KUHP

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. orang migrasi ke kota untuk bekerja. Adanya migrasi ke kota membawa

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan manusia atau istilah Human Trafficking merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perempuan dan anak. Dengan demikian upaya perlindungan terhadap

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan Orang khususnya perempuan dan anak kembali ramai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum pidana menempati posisi penting dalam seluruh sistem

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang. ditentukan dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2007.

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman di dalam masyarakat terhadap trafficking masih sangat. atau terendah di dalam merespon isu ini. 2

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

Minati Puspitaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

PERDAGANGAN ORANG (TRAFFICKING) TERUTAMA PEREMPUAN & ANAK DI KALIMANTAN BARAT

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini, sebab sebagai mahluk yang bermartabat tinggi, manusia bagaimana pun

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk Allah Subhana Wata ala yang memiliki

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. rapi dan sangat rahasia keberadaannya. 2

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Di masa lalu

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

BERITA NEGARA. No.1048, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Perdagangan Orang. Pencegahan. Penanganan. Panduan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ini merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Di masa lalu,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

B A B 1 P E N D A H U L U A N. Perdagangan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka bumi ini dan terjadi

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

ANGGOTA GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DAERAH TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERDAGANGAN ORANG TERUTAMA PEREMPUAN DAN ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 3 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO. Jl. Lanto Dg Pasewang No. 34 Telp. (0411) Kode Pos PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN PEREMPUAN DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (traficking) terutama terhadap perempuan merupakan pengingkaran terhadap

UPAYA PENANGGULANGAN PERDAGANGAN TENAGA KERJA (TRAFFICKING IN PERSON FOR LABOR) DI INDONESIA

BREBES, 20 AGUSTUS Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua dan saya ucapkan selamat pagi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (HUMAN TRAFFICKING) DI INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK TERHADAP PRAKTIK PERDAGANGAN ANAK (TRAFFICKING) DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human trafficking) merupakan fenomena yang. berkembang secara global dan merupakan dampak negatif dari semakin

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/KEP/MENKO/KESRA/IX/2009 TENTANG

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

Perdagangan anak yang dipahami disini adalah perdagangan orang. Undang-undang Republik Indonesia No.21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan orang merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

Lex et Societatis, Vol. II/No. 9/Desember/2014

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN GUGUS TUGAS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

BAB III PENUTUP. Sebagai kesimpulan dapat di kemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dengan manusia yang lain. Pengertian anak menurut Anwar Riksono adalah :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang (human trafficking) merupakan bentuk perbudakan secara modern, terjadi baik dalam tingkat nasional dan internasional. Dengan berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transformasi maka modus kejahatan perdagangan manusia semakin canggih. Perdagangan orang/manusia bukan kejahatan biasa (extra ordinary), terorganisir (organized), dan lintas negara (transnational), sehingga dapat dikategorikan sebagai transnational organized crime (TOC). 1 Demikian canggihnya cara kerja perdagangan orang yang harus diikuti dengan perangkat hukum yang dapat menjerat pelaku. Diperlukan instrumen hukum secara khusus yang meliputi aspek pencegahan, perlindungan, rehabilitasi, repratriasi, dan reintegrasi sosial. Perdagangan orang dapat terjadi pada setiap manusia, terutama terhadap perempuan, dengan demikian upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan hal yang harus diimplementasikan. Kasus perdagangan orang yang terjadi, hampir seluruh kasus yang ditemukan dalam perdagangan manusia korbannya adalah perempuan dan anak. Diperkirakan setiap tahunnya 600.000-800.000 laki-laki, perempuan dan anak-anak diperdagangkan menyeberangi perbatasan-perbatasan internasional. 1 Supriyadi Widodo Eddyono, Perdagangan Manusia Dalam Rancangan KUHP, ELSAM- Lembaga Studi Dan Advokasi Masyarakat, 2005, hlm. 2-3. 1

Di Indonesia jumlah anak yang tereksploitasi seksual sebagai dampak perdagangan anak diperkirakan mencapai 40.000-70.000 anak. Disamping itu, dalam berbagai studi dan laporan NGO menyatakan bahwa Indonesia merupakan daerah sumber dalam perdagangan orang, disamping juga sebagai transit dan penerima perdagangan orang. 2 Dari berbagai macam kejahatan yang ada, masalah perdagangan orang sangat kompleks, sehingga upaya pencegahan maupun penanggulangan korban perdagangan harus dilakukan secara terpadu. Adapun beberapa faktor pendorong terjadinya perdagangan orang antara lain meliputi kemiskinan, desakan kuat untuk bergaya hidup materialistik, ketidakmampuan sistem pendidikan yang ada maupun masyarakat untuk mempertahankan anak supaya tidak putus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta petugas Kelurahan dan Kecamatan yang membantu pemalsuan KTP. 3 Posisi Indonesia saat ini belum meratifikasi Protokol PBB tahun 2000 tentang human trafficking, namun Indonesia telah melakukan berbagai upaya pemberantasan perdagangan orang dengan melahirkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang, di mana dalam undang-undang tersebut mencakup berbagai perdagangan orang seperti, perdagangan perempuan untuk dilacurkan, perdagangan orang atau anak untuk tenaga kerja, dan perdagangan anak khususnya bayi. 2 Pencegahan Trafficking anak apa, mengapa, dan bagaimana, http://news.indosiar.com/newsread.htm sid=47681, diakses tanggal 23-10-2012. 3 Supriyadi Widodo Eddyono, op.cit, hlm. 6. 2

Secara umum korban perdagangan orang terutama perempuan yang dilacurkan dan pekerja anak adalah korban kriminal dan bukan pelaku kriminal. Elemen perdagangan orang meliputi pelacuran paksa, eksploitasi seksual, kerja paksa mirip perbudakan, dan transplantasi organ tubuh. Korban perdagangan orang memerlukan perlindungan, direhabilitasi, dan dikembalikan kepada keluarganya. Salah satu faktor tingginya kasus perdagangan orang yang pada umumnya perempuan, disebabkan oleh dijanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di luar daerah, dengan korban adalah kalangan perempuan usia remaja yang ingin mencari kerja. Dimana, kasus perdagangan orang khususnya perempuan yang sangat tidak manusiawi tersebut, merupakan praktik penjualan perempuan dari satu agen ke agen berikutnya. Semakin banyak agen yang terlibat, maka semakin banyak pos yang akan dibayar oleh perempuan tersebut, sehingga gaji mereka terkuras oleh para agen tersebut. Fenomena tersebut perlu diantisipasi agar jaringan seperti rantai tersebut dapat diberantas dan diputuskan melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan terlebih dahulu disosialisasikan agar masyarakat memahami khususnya kaum perempuan. Tingginya angka migrasi penduduk serta kemiskinan, menjadikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai ladang potensial perkembangan perdagangan anak dan perempuan, khususnya perdagangan terhadap tenaga kerja perempuan. Diduga ada peningkatan kualitas dan kuantitas kasus perdagangan anak dan perempuan (trafficking). 3

Kemunculan kasus perdagangan tenaga kerja perempuan merupakan dampak langsung dari tidak sejahteranya masyarakat. 4 Sebagian masyarakat cenderung mencari jalan pintas untuk bangkit dari kemiskinan. Fenomena ini memunculkan keprihatinan, sehingga perlu adanya langkah proaktif. Cara pintas yang diambil masyarakat kerap mengorbankan masa depan generasi muda. Pengiriman tenaga kerja ke luar daerah, seringkali tanpa mempertimbangkan legalitas dari jalur pengiriman. Ada kecenderungan jalur perdagangan orang diawali dengan berkedok penyaluran pembantu rumah tangga. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking di Yogyakarta? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 4 Kedaulatan Rakyat On Line, Perdagangan Perempuan Mulai Marak, 28 Januari 2008. 4

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking. 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Memperdalam wawasan penulis di bidang hukum pidana khususnya tentang perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking di Indonesia. 2. Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking di Indonesia. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana sebagai bahan pertimbangan bagi aparat penegak hukum dalam memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan dan anak korban trafficking, serta sebagai masukan terhadap pengembangan wacana akademik di bidang ilmu hukum, khususnya tentang trafficking. 5

E. Keaslian Penelitian Dengan ini peneliti menyatakan bahwa penulisan hukum yang berjudul, Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban Trafficking Di Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah hasil karya penulis sendiri dan sepanjang pengetahuan peneliti bukan merupakan duplikasi maupun plagiasi hasil katya peneliti lain. Letak kekhususannya yaitu mengetahui bentuk perlidnungan hukum terhadap perempuan korban trafficking di Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun perbedaan dengan hasil karya peneliti lain adalah: 1. Nama peneliti Ratna Dwi Kusuma, 04 05 08824, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dengan judul Perlindungan Hukum Bagi Anak Terhadap Praktik Perdagangan Anak (Trafficking) di Provinsi Kepulauan Riau. Letak kekhususan penelitian ini adalah, perlindungan hukum terhadap anak dari praktik perdagangan anak di Provinsi Kepulauan Riau yang dilakukan dengan menjalin kerjasama antar instansi. Dalam upaya perlindungan terhadap anak dari praktik trafficking di Provinsi Kepulauan Riau terdapat beberapa hambatan antara lain, masih ada masyarakat yang tidak mengetahui bahwa memperdagangkan anak adalah pelanggaran HAM, kondisi geografis Kepulauan Riau berupa pulau-pulau, belum tersedianya data yang akurat dan memadai, penghapusan trafficking belum menjadi prioritas program pembangunan di Kepulauan Riau, belum adanya koordinasi, strategi dan kontrol yang terpadu, serta terbatasnya anggaran. 6

2. Nama peneliti Pupung Priyo Pamungkas, 99 05 06977, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dengan judul Tinjauan Yuridis Terhadap Buruh Migrant Korban Perdagangan Orang (Human Trafficking). Letak kekhususan penelitian ini adalah tindakan dan kendala yang diambil pemerintah dalam memberantas kejahatan perdagangan orang khususnya terhadap buruh migran. Tindakan yang diambil pemerintah adalah mengadopsi hukum internasional dan mengesahkan UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantas Tindak Pidana Perdagangan Orang, serta menerapkannya terhadap pelakunya. Melaksanakan programprogram seperti peningkatan perekonomian, meningkatkan mutu pendidikan dan peningkatan pengetahuan hukum. Kendala yang dihadapi pemerintah dalam memberantas dan mencegah tindak pidana perdagangan orang khususnya terhadap buruh migran adalah kuatnya budaya patriarki yang dianut masyarakat dan minimnya akses informasi kepada masyarakat tentang permasalahan perburuhan, khususnya masalah buruh migran. F. Batasan Konsep 1. Perlindungan hukum adalah upaya memberikan rasa aman, nyaman dan tenteram serta pemenuhan hak-hak seseorang. 5 2. Perempuan adalah orang (manusia) yang memiliki vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui. 6 5 Bambang Poernomo, op.cit., hlm. 71 6 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2006 7

3. Anak adalah anak yang berusia di bawah 18 tahun dan belum pernah menikah. 7 4. Tindak Pidana adalah suatu tindakan yang dapat merugikan orang lain atau tindakan yang melawan hukum. 8 5. Trafficking adalah perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. 9 6. Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan mengunakan metode penelitian hukum normatif yang merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. 10 7 Ibid 8 Bambang Poernomo, op.cit., hlm. 89. 9 Irwanto Fentiny Nugroho dan Johan Debora Imelda, Perdagangan Anak di Indonesia, International Labour Office, Jakarta, 2001, hal. 3 10 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm. 24. 8

2. Sumber Data a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa peraturan perundang-undangan. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu berupa teori dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu berupa Kamus Bahasa Inggris dan Kamus Hukum. 3. Metode Pengumpulan Data: a. Studi Pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku, karya ilmiah, tulisan-tulisan yang berkaitan dengan permasalahan. b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan responden tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan. 4. Nara Sumber Penyidik pada Kepolisan Resort Sleman. 5. Analisa Data Data yang diperoleh dari studi kepustakaan maupun penelitian lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif, artinya analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang di peroleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari studi kepustakaan sehingga memperoleh jawaban atas permasalahan yang dirumuskan. 9

H. Sistematika Penulisan Hukum BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan hukum. BAB II PERLINDUNGAN KORBAN TRAFFICKING DALAM UNDANG-UNDANG DI INDONESIA Bab ini berisi uraian tentang pengertian traffficking, tindak pidana trafficking, bentuk-bentuk trafficking, dan perlindungan terhadap perempuan korban trafficking. BAB III PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari penelitian tentang perlindungan terhadap perempuan korban trafficking dan saran dari penulis. 10