BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 dan telah diratifikasi oleh Indonesia pada tahun 1990.

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN. potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. 1 Anak adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh segala aspek kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hampir tiap hari terjadi kasus terhadap anak berupa eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah tangga merupakan unit yang terkecil dari susunan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak pihak merasa prihatin dengan maraknya peristiwa kekerasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan saat ini bukan merupakan suatu hal baru lagi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. memberikan jaminan bahwa orang berhak membentuk suatu keluarga guna

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan

I. PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

Oleh : Didit Susilo Guntono NIM. S BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum tentang Anak dan Perlindungan Hukum Bagi Anak

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sosial, ekonomi, politik, budaya dan sebagainya. Salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. ciptaan makhluk hidup lainnya, Hal tersebut dikarenakan manusia diciptakan dengan disertai

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Menurut Sadjijono dalam bukunya mengatakan:

I. PENDAHULUAN. dalam rumah tangga saat ini kerap terjadi baik merupakan kekerasan secara fisik

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan karunia berharga dari Allah Subhanahu wa Ta ala yang

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa : Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Hal ini juga termuat dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. Setiap hari di Indonesia ada anak yang disiksa orang tuanya atau orang yang mengasuh/merawatnya. Dalam setiap bulannya terdapat 30 kasus kekerasan yang diadukan oleh korbannya kepada lembaga konseling Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia. Sebanyak 60% merupakan korban kekerasan ringan, berupa kekerasan verbal atau caci maki, sedangkan 40% sisanya 1

2 mengalami kekerasan fisik hingga seksual. 1 Kekerasan terhadap anak kini tidak hanya dari sisi psikologis/emosional, namun sudah bisa digolongkan pada penganiayaan, pelecehan seksual, dan pencabulan, hingga pembunuhan. Akhir-akhir ini tidak hanya dimedia masa, tetapi juga media elektronik dihebohkan dengan maraknya pemberitaan kekerasan terhadap anak-anak, dalam berbagai berita dikesankan bahwa seolah-olah kekerasan seperti itu meningkat drastis akhir-akhir ini. Ini tentu tidak benar, kekerasan terhadap anak dalam segala bentuk dan kualitasnya telah lama terjadi di komunitas kita. Kekerasan pada anak juga dipengaruhi oleh tayangan televisi, namun semua itu harus disikapi bijaksana oleh orang tua, seperti mengingatkan agar anak tidak banyak menonton tayangan televisi yang menayangkan kekerasan. Berita-berita tersebut makin marak karena semakin baiknya kinerja wartawan dan kejenuhan pemirsa terhadap berbagai berita politk dan sosial yang mengisi wahana informasi publik. 2 Menurut Pasal 1 ayat (14) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan pendamping adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih berada didalam kandungan, 3 sehingga anak perlu mendapatkan perlindungan tidak hanya dari orang tua, tetapi juga dari Negara. Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar 1 http/:www.google.com.id. Lianny Solihin, Tindakan Kekerasan Terhadap Anak dalam keluarga. 19 Sept 2010. 2 http/:www.google.com.id. Irwanto, Dosen Universitas atma Jaya Jakarta, Perilaku Kekerasan Pada Anak.htm, 19 sept 2010. 3 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Pasal 1 ayat (1)

3 dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Dalam hal ini pemerintah harus mampu untuk dapat mewujudkan kepastian hukum serta memberikan jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi anak, khususnya anak korban kekerasan fisik dalam hal melindungi hak-hak anak dari tindakan kekerasan yang terjadi sekarang ini, sehingga semuanya itu sudah termasuk dalam kategori perampasan kemerdekaan bagi anak dan tindakan diskriminasi terhadap tumbuh kembang anak. Saat ini sebagian besar orang meyakini bahwa manusia memiliki tiga entitas yang saling mempengaruhi, yakni akal pikiran, hati nurani, dan raga. Tiga entitas tersebut memiliki fungsi masing-masing yaitu akal pikiran untuk berpikir, hati nurani untuk merasa dan raga untuk bertindak. Dari hati nurani dan akal pikiranlah yang membuat raga dapat bertindak. Termasuk tindakan untuk mendidik anak. Tiap orang tua untuk mendidik anak memiliki cara masing-masing. Bagi kebanyakan orang tua memilih sistem reward and punishment, bila anak berbuat nakal maka orang tua akan menghukumnya. Hukuman yang sering kali dipilih adalah berupa hukuman fisik, orang tuapun puas bila anak berhasil dikendalikan. Ternyata hal ini tidak selalu efektif, karena anak dapat menjadi frustasi akibat hukuman fisik yang diberikan, hal

4 ini dapat terjadi bila anak tidak mengerti mengapa ia diberikan hukuman fisik tersebut. 4 Ada beberapa situasi yang menyulitkan orang tua dalam menghadapi anak sehingga tanpa disadari mengatakan atau melakukan sesuatu yang tanpa disadari dapat membahayakan atau melukai anak, biasanya tanpa alasan yang jelas. Kejadian seperti inilah yang disebut penganiayaan atau kekerasan terhadap anak. Tingkat kematangan emosional orang tua sangatlah mempengaruhi keadaan perkembangan anak. Keadaan dan kematangan emosional orang tua mempengaruhi serta menentukan taraf pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang penting pada anak dalam kehidupannya dalam keluarga, sehingga taraf pemuasan kebutuhan psikologis itu akan pula mempengaruhi dan menentukan proses pendewasaan anak tersebut. Faktorfaktor yang mendukung terjadinya penganiayaan terhadap anak antara lain immaturitas/ketidak matangan orang tua, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, harapan yang tidak realistis terhadap kemampuan dan perilaku anak, pengalaman negatif masa kecil dari orang tua, isolasi sosial, problem rumah tangga, serta problem obat-obat terlarang dan alkohol, ada juga orang tua yang tidak menyukai peran sebagai orang tua sehingga terlibat pertentangan dengan pasangan dan tanpa menyadari bayi/anak menjadi sasaran amarah dan kebencian. 5 Kasus kekerasan pada anak di Indonesia makin lama makin bertambah jumlah kasusnya, hal ini pun bisa saja meningkat jika masyarakat tetap 4 http/:www.google.com.id, Kekerasan pada Anak Karena Kurang Edukasi.htm, 18 Sept 2010. 5 http/:www.google.co.id/smallcrab Online.htm, Faktor-faktor Pendukung Penganiayaan terhadap Anak, 19 Sept 2010.

5 melakukan kekerasan pada anak. Sekitar 21.872 anak menjadi korban kekerasan fisik dan psikis. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.998 kasus yang diadukan kepada Komnas PA dari 1.736 kasus pada 2008. Sekitar 62,7 persen dari 1.998 kasus itu merupakan kekerasan seksual (sodomi, pemerkosaan, pencabulan, dan incest), sementara sisanya berupa kekerasan fisik dan psikis. 6 Adanya data tersebut maka Negara punya tanggung jawab yaitu menjamin kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang dan memberikan perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi. Tanggung jawab Negara untuk menekan jumlah kekerasan terhadap anak dan menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak, perlu adanya gerakan nasional melawan kekerasan dan kekejaman terhadap anak yang dimulai dari tingkat RT/RW, melakukan penyuluhan serta himbauan bagi para orang tua melalui pendidikan edukasi dini terhadap orang tua, mencanangkan program Keluarga Berancana (KB) yang telah ditinjau dari berbagai aspek pendekatan antara lain dari sudut medis, biologis, ekonomi, sosiologis dan lain sebagainya. Ini dimaksudkan agar jumlah kekerasan terhadap anak yang menjadi korban kekerasan secara fisik dapat mengalami penurunan. Dari hal-hal yang telah diuraikan diatas dan melihat fakta-fakta yang terjadi didalam masyarakat, maka dapat dipastikan ada beberapa norma hukum positif yang terkait yaitu, secara yuridis pemerintah melindungi anakanak dari kekerasan dan diskriminasi, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 28B ayat (2) UUD 1945. Bahkan dengan diberlakukannya Undang- 6 http/:www.google.co.id/wikimu.htm, & Catatan KOMNAS Perlindungan Anak, Tingginya Angka Kekerasan Pada Anak, 18 Sept 2010.

6 undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak seolah dapat menjadi antiklimaks yang secara eksplisit menjamin perlindungan anak dari kekerasan, ekploitasi, dan diskriminasi. Payung hukum di Indonesia untuk mencegah munculnya korban terusmenerus akibat dari kekerasan fisik terhadap anak tak kunjung terealisasi. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, tidak cukup untuk menurunkan tindak kejadian kekerasan pada anak. Undang-undang ini juga belum dapat diharapkan untuk mempunyai efek deteren karena belum banyak dikenal oleh aparat maupun masyarakat, sehingga kekerasan terhadap anak akan tetap berlanjut dan jumlah kejadiannya tidak akan menurun karena situasi dan kondisi hidup saat ini sangat sulit dan kesulitan ekonomi akan memicu berbagai ketegangan dalam rumah tangga yang akan merugikan pihak-pihak yang paling lemah dalam keluarga itu. Dalam hal ini anak adalah pihak yang paling lemah dibanding anggota keluarga yang lain, sehingga sampai sekarang ini masih menjadi tugas pemerintah untuk secara tegas memerapkannya Undang-undang tersebut, agar jumlah anak korban kekerasan tidak terus meningkat. Apabila kekerasan pada anak terus dibiarkan betapa malangnya kondisi generasi di masa depan, untuk itu pemerintah dan masyarakat harus dapat berjuang dalam hal mengajak orang lain yang ada di sekitar kita untuk berhenti melakukan kekerasan pada anak, sehingga kelak anak dapat menjadi generasi yang unggul di masa depan.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sudah sepenuhnya mewujudkan kepastian hukum untuk peran pendamping bagi anak korban kekerasan fisik? 2. Hambatan apa sajakah bagi peran pendamping dalam menanggulangi masalah anak yang menjadi korban kekerasan secara fisik? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kepastian hukum terhadap peran pendamping bagi anak korban kekerasan fisik di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002. 2. Untuk mengetahui hambatan bagi peran pendamping dalam menaggulangi masalah anak yang menjadi korban kekersan secara fisik. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat bagi penulis adalah Penulisan Hukum ini merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis untuk menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis dan memberikan wawasan baru yang berkitan dengan kekerasan fisik terhadap anak.

8 2. Manfaat teoritis, yaitu diharapkan mampu memberikan gambaran bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum pidana yang terkait dengan kekerasan fisik terhadap anak. 3. Manfaat praktis, yaitu dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian lanjutan dibidang hukum Indonesia, khususnya mengenai kekerasan fisik terhadap anak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi perkembangan hukum Indonesia terutama kepada wacana pemenuhan kekosongan hukum bagi bentuk kekerasan fisik terhadap anak. E. Batasan Konsep 1. Peran Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama 7 dan merupakan suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, dalam hal ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan 8. 2. Pendamping Menurut Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (14) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan Pendamping 7 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), hlm. 735 8 Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), hlm. 238

9 adalah pekerja sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. 3. Anak Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 4. Korban Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang dimaksud dengan Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. 5. Kekerasan Fisik Menurut Pasal 6 UU No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang dimaksud dengan Kekerasan Fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. Menurut WHO Kekerasan fisik adalah tindakan yang menyebabkan rasa sakit atau potensi menyebabkan sakit yang dilakukan oleh orang lain, dapat terjadi sekali atau berulang kali. Kekerasan fisik misalnya; dipukul, ditendang, dijewer/dicubit, dsb.

10 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Sesuai dengan judul skripsi yang penulis ajukan yaitu Peran Perlindungan Anak Korban Kekerasan Fisik Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak maka jenis penelitian yang dilakukan ialah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang berfokus pada norma (law in the book) dan penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai data utamanya. Data sekunder meliputi : a. Bahan Hukum Primer Adalah bahan hukum yang diperoleh dari hukum positif Indonesia yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan obyek penelitian yang sifatnya mengikat, yaitu : 1) Undang-Undang Dasar 1945 Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 75 Pasal 28B ayat (2). 2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 13. 3) Undang-undang Nomor 39 Tahun1999 Tentang Hak Asasi Manusia Lembar Negara Republik Indonesia Tahun1999 Nomor

11 165 Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 9, Pasal 52, Pasal 58, Pasal 60, dan Pasal 66. 4) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10. 5) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Pasal 6 b. Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai kajian hukum pidana terhadap peran pendamping anak korban kekerasan fisik seperti pendapat hukum, buku-buku ilmiah, hasil penelitian maupun makalah seminar, dan hasil wawancara dengan narasumber. c. Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dimana dalam penelitian ini menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia. 3. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian normatif maka, jelas bahwa metode pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Studi Kepustakaan Adalah suatu metode pengumpulan data dengan mencari, menemukan, dan mempelajari bahan yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan

12 obyek penelitian untuk mendapatkan data-data yang dapat menunjang hasil wawancara. b. Wawancara Adalah suatu metode pengumpulan data dengan mengemukakan pertanyaan terhadap narasumber untuk mengetahui tentang fakta-fakta, informasi, pendapat, dan saran dari narasumber. c. Narasumber Adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan penelitian yang berupa pendapat hukum berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti. Dalam penelitian ini narasumber yang dipakai ialah salah satu Pendamping yang bekerja di Lembaga Perlindungan Anak Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu Bapak Pranowo.,S.H. 4. Metode Analisis Dalam kerangka dipakai untuk menarik kesimpulan maka, penulis menggunakan metode analisis kualitatif. G. Sistematika Penulisan Hukum Dalam penulisan hukum ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penulisan, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

13 BAB II : Peran Pendamping Anak Korban Kekerasan Fisik Berisi mengenai Tinjauan Umum tentang Peran Pendamping Anak Korban Kekerasan Fisik, yakni Pengertian lebih lanjut mengenai Peran Pendamping Anak Korban Kekerasan Fisik, Hak dan Kewajiban Anak, Hak dan Kewajiban Korban, Hak Anak sebagai Korban, Tanggungjawab dan Kewajiban Orang tua, Bentuk-bentuk Kekerasan Fisik dan Sanksi bagi Pelaku Kekerasan Fisik yang ditinjau dari berbagai aspek yuridis dan penjelasan dari berbagai ahli serta penjelasan dari buku-buku sebagai literatur; Tinjauan Umum Mengenai Undang-undang Perlindungan Anak, yakni Penjelasan lebih lanjut tentang Pengertian Undang-undang dan Perlindungan Anak; Peran Praktisi Hukum (Dosen) dalam memberikan penjelasan-penjelasan mengenai Peran Pendamping Anak Korban Kekerasan Fisik Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. BAB III : Penutup Berisikan kesimpulan yakni mengenai jawaban dari rumusan masalah melalui pembahasan yang telah diuraikan pada bab pembahasan dan saran dari penulis yang berkaitan dengan penulisan hukum ini.