BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERUMUSAN MODEL MATEMATIS SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB V VALIDASI DAN ANALISIS HASIL SIMULASI MODEL SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON (PROTON EXCHANGE MEMBRANE FUEL CELL)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidrogen [16]. Fuel cell termasuk dalam energi alternatif baru yang memiliki

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

1. Bilangan Oksidasi (b.o)

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

BAB 3 METODOLOGI. 40 Universitas Indonesia

BAB III FUNDAMENTAL TEKNOLOGI

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Click to edit Master text styles

STUDI PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER TEKANAN, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN TERHADAP KINERJA FUEL CELL PEMFC

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

SEL ELEKTROLISIS. Tujuan: Mengetahui Pengaruh Suhu Terhadap ΔH, ΔG, dan ΔS. Widya Kusumanngrum ( ) Program Studi Pendidikan Kimia

Recovery logam dengan elektrolisis

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

Elektrokimia. Sel Volta

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

PEMODELAN KOMPUTASI 3D SEL TUNAM MEMBRANE PERTUKARAN PROTON (PEMFC) MELALUI TEKNIK BEDA HINGGA

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

9/30/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Elektrokimia? Elektrokimia?

Simulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

Bab 4 Termodinamika Kimia

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban

Kinerja Sel Tunggal Proton Pertukaran Membran Fuel Cell Terhadap Temperatur dan Tekanan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

Hukum Ohm. Fisika Dasar 2 Materi 4

Doc Name: SIMAKUI2015FIS999 Version : halaman 1

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

BAB V PEMBAHASAN Analisis Faktor. Faktor-faktor dominan adalah faktor-faktor yang diduga berpengaruh

SKRIPSI PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL DENGAN VARIASI JUMLAH SEL FUEL CELL DAN BESAR DAYA INPUT LISTRIK PADA ELEKTROLIZER

Sel Elektrolisis: Pengaruh Suhu Terhadap ΔH, ΔG dan ΔS NARYANTO* ( ), FIKA RAHMALINDA, FIKRI SHOLIHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

BAB III PERANCANGAN PEMODELAN SISTEM

1. BESARAN 2. DIMENSI 3. ANGKA PENTING 4. NOTASI ILMIAH GURU MATA PELAJARAN FISIKA SMK N 4 PELAYARAN DAN PERIKANAN PAMUJI WASKITO R

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2005

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

D. 15 cm E. 10 cm. D. +5 dioptri E. +2 dioptri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Satuan merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

Kurikulum 2013 Antiremed Kelas 9 Fisika

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) merupakan suatu energi

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UN SMA IPA 2013 Fisika

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

Komponen dan RL Dasar

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

Kesetimbangan fase. Pak imam

Desain dan Simulasi Single Stage Boost-Inverter Terhubung Jaringan Satu Fasa Menggunakan Sel Bahan Bakar

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

Komponen dan RL Dasar

UNIVERSITAS INDONESIA

LISTRIK ARUS SEARAH (Oleh : Sumarna)

Pengaruh Densitas Arus Listrik Terhadap Kinerja Sistem Elektrolisis Air Suhu Tinggi Menggunakan Molten Salt Nuclear Reactor (MSR)

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN THERMOELECTRIC GENERATOR

SIMAK UI Fisika

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

BAB II BUSUR API LISTRIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3

Transkripsi:

BAB IV PEMODELAN DAN SIMULASI SEL BAHAN BAKAR MEMBRAN PERTUKARAN PROTON DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB/SIMULINK 4.1. Pendahuluan Pada bab ini akan dibahas mengenai pengembangan model dalam software Simulink/MATLAB dari model matematis yang telah dibuat. Sebelumnya ditentukan terlebih dahulu beberapa konstanta dan parameter yang akan digunakan dalam simulasi. Model dikembangkan dengan mengintegrasikan seluruh model matematis yang telah dijelaskan pada BAB 3 menjadi suatu sistem PEMFC yang utuh. Output utama dari model ini adalah tegangan keluaran PEMFC (V out ). Diagram komponenkomponen utama dari model PEMFC dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1 Diagram Sistem PEMFC 4.2. Perhitungan dan Penentuan Beberapa Parameter Dalam beberapa persamaan, dibutuhkan parameter-parameter yang spesifik agar didapat hasil simulasi yang mendekati dengan hasil percobaan. Beberapa data dapat 35

diperoleh dari beberapa referensi maupun datasheet SR-12, serta ada juga beberapa yang harus dicari melalui perhitungan. 4.2.1. Parameter-Parameter yang Ditentukan [1],[2],[5],[10] Parameter-parameter berikut ini ditentukan berdasarkan beberapa referensi, datasheet, serta hasil percobaan referensi pada Sel Bahan Bakar Membran Pertukaran Proton (Proton Exchange Membrane Fuel Cell / PEMFC) Avista Lab SR-12 500 W, Tabel 4.1 Parameter Parameter yang Digunakan Dalam Simulasi PEMFC Nama Parameter Simbol Nilai (satuan) Jumlah sel N 48 Luas setiap sel A 62,5 (cm 2 ) = 6,25x10-3 (m 2 ) Koefisien konveksi sel h 37,5 (Watt/m 2.K) Massa PEMFC M FC 44 (kg) Kalor jenis total PEMFC c FC 500 (Joule/kg.K) Koef transfer membran α 0,5 Ketebalan membran δ 25 (μm) Tetapan gas universal R 8,3143 (Joule/mol.K) Tetapan faraday F 96487 (coulomb/mol) Tekanan anoda P a 1,5 (atm) = 151987,5 (pascal) Tekanan katoda P k 1 (atm) = 101325 (pascal) Suhu ruangan T r 34,7 ( C) = 307,7 (K) Suhu awal T 0 34,7 ( C) = 307,7 (K) Rapat arus pertukaran J 0 220 (A/m 2 ) Arus limit (maksimal) I L 25 (Ampere) Tegangan aktivasi dasar η 0 0,419688 (Volt) Tegangan Kapasitansi dasar 0 V d 0 (Volt) Kandungan air membran λ 5 (%) Kapasitansi C 4 (Farad) Koefisien difusi H2O-H2 0 D H2OH, 2 standar (suhu 25) 6,3x10-9 (m 2 /s) Koefisien difusi H2O-O2 0 D H2OO, 2 standar (suhu 25) 2,6x10-9 (m 2 /s) Resistansi konduktor internal R elec PEMFC 0,0003 (Ω) Lebar antara anoda dgn katalis l a 1,88x10-6 (m) Lebar antara katoda dgn katalis l k 1.88x10 e-6 (m) Energi gibbs standar ΔG 0-237,3x10-3 (Joule/mol) Kapasitas kalor molar H 2 C H2 28,68 (Joule/mol.K) Kapasitas kalor molar O 2 C O2 29,39 (Joule/mol.K) Kapasitas kalor molar H 2 O C H2 Ol, 75,4 (Joule/mol.K) 36

Nama Parameter Simbol Nilai (satuan) Koefisien kalor uap H 2 O H u 40644 (Joule/mol) Entropi standar ΔS 0-163,33 (Joule/mol) 4.2.2. Konstanta Pada Persamaan Jatuh Tegangan Aktivasi Pada persamaan jatuh tegangan aktivasi, ada dua konstanta pada persamaan (3.18), yang perlu ditentukan nilainya, yakni konstanta a dan b ; a = R nα F ln( Io), dan R b = nα F. n = 2, yakni elektron yang terlibat pada reaksi (2.1) dan (2.2). Io = j0 * A = 220 (A/m 2 ) * 6,25*10-3 (m 2 ) = 1,375 A. Maka konstanta pada persamaan (3.18) menjadi : (4.1) 8.3143 (Joule/mol.K) a = ln(1,375) 2 *0,5*96847(coulomb/mol) = -5 2,73392*10 (Volt/K) 8.3143 (Joule/mol.K) b = 2*0,5*96847(coulomb/mol) -5 = 8,585*10 (Volt/K) 4.2.3. Persamaan Hambatan Membran Pada persamaan jatuh tegangan ohmik, di persamaan nilai hambatan membran pada persamaan (3.24) dapat dihitung berdasarkan parameter yang sudah ditentukan di tabel (λ = 5.) R R ion ion = δ 0 (4.2) dz 1 1 (0,005139 * (5) 0,00326)exp 1268 303 T -4 8,55432 *10 = Ω 1 1 exp 1268 303 T 37

4.2.4. Koefisien Difusi Senyawa H 2 dan O 2 Pada persamaan (3.33), kita dapat menghitung koefisien difusi untuk keadaan tertentu dengan menggunakan beberapa nilai acuan saat kondisi standar. Maka untuk mencari koefisien difusi senyawa H 2 O dengan H 2, adalah : D HOH 2 2 3/2 3/2 0 T -9 T HOH 2, 2, ( T) = D * = 6,3x10 * 298 298 sedangkan untuk senyawa H 2 O dengan O 2, koefisien difusinya adalah : D HOO 2 2 3/2 3/2 0 T -9 T HOO 2, 2, ( T) = D * = 2,6x10 * 298 298 (4.3) (4.4) 4.3. Model Sistem PEMFC Dari model matematis yang telah dirumuskan, model PEMFC dapat dikembangkan menjadi pemodelan dalam bentuk sebuah model sistem PEMFC. Model ini haruslah memiliki hubungan keterkaitan yang jelas antar komponen di dalamnya. Model ini jugalah yang nantinya dapat diuji dan disimulasikan dengan menggunakan software MATLAB/Simulink untuk mengetahui keabsahannya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, besarnya tegangan yang dihasilkan PEMFC sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti tekanan, suhu, serta jenis material yang digunakan. Oleh karena itu ada beberapa sub-model yang dapat dibuat untuk menyatakan pemodelan terhadap suatu faktor tertentu yang berpengaruh terhadap tegangan keluaran yang dihasilkan oleh PEMFC, yakni : 1. sub-model potensial reversibel, 2. sub-model jatuh tegangan, 3. sub-model respon perubahan suhu, dan 4. sub-model respon perubahan tekanan. 1) Sub-Model Potensial Reversibel - Persamaan potensial reversibel PEMFC (E r ) persamaan (3.16): 38

2) Sub-Model Jatuh Tegangan Berdasarkan persamaan (3.30), sub-model ini terdiri dari : - Jatuh tegangan efek lapisan ganda (V d ) persamaan (3.22), dan (3.29) - Jatuh tegangan aktivasi (V akt1 dan V akt2 ) persamaan (4.1), (3.20), (3.21) - Jatuh tegangan ohmik (V ohm ) persamaan (4.2), (3.26) - Jatuh tegangan konsentrasi (V kon ) persamaan (3.27) 3) Sub-Model Respon Perubahan Suhu (dari kesetimbangan termodinamika) - Kalor reaksi per detik persamaan (3.45) - Energi listrik per detik persamaan (3.47) - Kalor yang ditransfer melalui fluida per detik persamaan (3.48) - Kalor yang ditransfer melalui udara persamaan (3.49) - Kalor yang total yang dihasilkan oleh PEMFC persamaan (3.44) - Perubahan suhu PEMFC persamaan (3.51). 4) Sub-Model Respon Perubahan Tekanan (dari mekanisme difusi) - Tekanan H 2 persamaan (4.3), (3.36) - (3.39) - Tekanan O 2 persamaan (4.4), (3.41) - (3.43) Keseluruhan persamaan dari empat sub-model yang telah disebutkan di atas memiliki katerkaitan seperti yang digambarkan pada diagram. Dari empat sub-model yang telah dijelaskan di atas, dapat dibuat diagram blok model PEMFC yang lebih mendetail secara keseluruhan yang ditunjukkan pada Gambar 4.2. 39

Gambar 4.2 Diagram Blok Keseluruhan Model PEMFC 40

4.4. Pemodelan PEMFC dengan Simulink/MATLAB Pemodelan PEMFC dengan software Simulink/MATLAB dilakukan dengan membuat model simulink dari submodel-submodel yang telah dikembangkan sebelumnya, lalu dihubungkan antara satu model dengan yang lain sesuai dengan keterkaitan masing-masing. Di dalam sofware pemodelan simulink, kita dapat membuat sebuah model umum yang di dalamnya bisa terdapat sub-model, lalu bisa dibuat sub-sub-model dan seterusnya. Gambar 4.3 menunjukkan diagram model dalam simulink. yang terdiri dari model utama dan turunannya. Gambar 4.3 Diagram Pemodelan PEMFC Simulink 4.4.1. Model Simulink Tekanan H 2 dan O 2 dari Mekanisme Difusi Dari persamaan (3.36), (3.37), (3.39), dan (4.3), dan konstanta yang telah ditentukan pada Tabel 4.1, persamaan tekanan H 2 menjadi : RTJl p = 0.5* exp P p a sat H 2 a H2O 2 F Pa D H 2O, H2 (4.5) p (8,3143)* T * I*(62,5*10 )* (1,88*10 ) -4-6 sat H = 0.5* exp 151987,5 p 2 3/2 H2O -9 T 2 *(96847)*(151987,5)*6,3x10 * 298 Sedangkan dari persamaan (3.36), (3.41), (3.43), dan (4.4), persamaan tekanan O 2 : 41

R T J l p = 0.5 * exp P p k sat O 2 k H 2 O 2 F Pk D H 2O, O2 (4.6) p O2 = 0.5-4 -6 (8,3143) * * *(62,5*10 )* (1,88*10 ) * T I exp 101325 p 3/2-9 T 2 *(96847)*(101325)*6,3x10 * 298 sat H2O Model Simulink dibuat dengan input arus (I) dan suhu (T) serta output berupa tekanan H 2 dan tekanan O 2. Output ini akan digunakan pada model potensial reversibel (Er). Gambar 4.4 Model Simulink Untuk Tekanan H 2 dan O 2 4.4.2. Model Simulink Potensial Reversibel PEMFC Potensial reversibel PEMFC dapat diperoleh dari persamaan (3.16), dengan input suhu (T), serta tekanan H 2 dan O 2. Nilai tekanan sudah dimodelkan pada model tekanan (Gambar 4.4). Model Simulink potensial reversibel PEMFC ini juga menghasilkan output ΔG, yang akan dipakai pada model respon perubahan suhu. 42

Gambar 4.5 Model Simulink Potensial Reversibel PEMFC 4.4.3. Model Simulink Jatuh Tegangan Aktivasi Nilai jatuh tegangan aktivasi dapat diperoleh dari persamaan (4.1), (3.20), serta (3.21). Dari persamaan-persamaan tersebut, maka dapat diperoleh : -5 ( η ) ( ) Vakt1 = 0 + ( T 298) a = 0,419688 + ( T 298) *( 2,73392*10 ) (4.7) V T b I T I -5 akt 2 = ln( ) = *8,585*10 *ln( ) (4.8) Model jatuh tegangan aktivasi memiliki input arus (I) dan suhu (T) sedangkan output yang dihasilkan adalah V akt1 dan V akt2. Nilai V akt2 dan V akt1 akan digunakan untuk menghitung tegangan keluaran PEMFC. Gambar 4.6 Model Simulink Jatuh Tegangan Aktivasi 43

4.4.4. Model Simulink Jatuh Tegangan Konsentrasi Dari konstanta yang telah ditentukan, kita bisa menentukan besar I L, yakni I = j * A= 4000*0,00625 = 25 Ampere L L Maka dari persamaan (3.27), persamaan jatuh tegangan konsentrasi menjadi : V kon 8,3143* T 25 25 = = 2*96847 25 I 25 I 5 *ln 4,3085*10 * T ln volt (4.9) Model jatuh tegangan konsentrasi dapat dibuat berdasarkan persamaan (4.9), dengan input adalah arus (I) dan suhu (T), sedangkan output yang dihasilkan adalah V kon. Nilai V kon ini akan digunakan dalam penghitungan tegangan keluaran PEMFC. Gambar 4.7 Model Simulink Jatuh Tegangan Konsentrasi 4.4.5. Model Simulink Jatuh Tegangan Ohmik Dari persamaan (4.2) dan (3.26), maka persamaan jatuh tegangan ohmik menjadi : Vohm 1 1 = I 0,0003 + exp 1268 8,55432*10 303 T -4 (4.10) Model simulink jatuh tegangan ohmik dapat dibuat dengan berdasarkan persamaan (4.10). Input dari model ini adalah arus (I) dan suhu (T) sedangkan output yang dihasilkan adalah jatuh tegangan ohmik (V ohm ), yang akan digunakan untuk menghitung nilai tegangan keluaran PEMFC. 44

Gambar 4.8 Model Simulink Jatuh Tegangan Ohmik 4.4.6. Model Simulink Efek Kapasitansi Lapisan Ganda Dari persamaan (3.22), (3.29), dan (3.30) V d -5 1 T*8,585*10 * ln( I) 25 = I Vd * Tln volt. dt+ V 4 I 25 I 0 d (4.11) Untuk menghitung jatuh tegangan akibat efek kapasitansi lapisan ganda ini, perlu ditentukan terlebih dahulu besar R akt dari model V akt2 yang telah dibuat sebelumnya. Model jatuh tegangan akibat efek kapasitansi lapisan ganda (V d ), dengan input adalah R akt sedangkan ouputnya adalah V d, yang akan digunakan untuk menghitung tegangan keluaran PEMFC. Gambar 4.9 Model Simulink Efek Kapasitansi Lapisan Ganda 45

4.4.7. Model Simulink Tegangan Keluaran Dari persamaan (3.30), maka model tegangan keluaran merupakan penggabungan dari model potensial reversibel (E r ), jatuh tegangan aktivasi 1 (V akt1 ), jatuh tegangan ohmik (V ohm ), dan jatuh tegangan akibat efek kapasitansi lapisan ganda (V d ). Model ini menghasilkan output tegangan keluaran PEMFC yang dihitung per satu sel. Tegangan keluaran ini akan dikalikan oleh jumlah sel yang digunakan dalam satu sistem PEMFC. Bila diasumsikan semua sel homogen, maka tegangan keluaran PEMFC total adalah penggabungan dari setiap selnya. Gambar 4.10 Model Simulink Tegangan Keluaran PEMFC 4.4.8. Model Simulink Kalor Yang Ditransfer Melalui Fluida Per Detik Dari persamaan (2.1), (2.2), (3.46), (3.48) dan konstanta yang telah ditentukan, maka persamaannya menjadi : 46

I I Q = (2 T T) C + Y (2 T T) C transfer1 nf ref H 2 nf ref O 2 I I + ( T T ) C + H nf ref H O, l 2 nf u I 1 I Q = (2 * 307,7 T)28,68 + (2 * 307, 7 T)29,39 transfer1 2 * 96847 2 2 * 96847 I I + ( T 307, 7)75,4 + 40644 2 * 96847 2 * 96847 (4.12) Model Q transfer1 ini dibuat berdasarkan persamaan (4.12), model ini memerlukan input arus (I) dan suhu (T), dan juga suhu ruangan (T room ) sebagai suhu referensi. Output dari model ini adalah besarnya kalor yang ditransfer oleh fluida yang mengalir per detik. Output dari model ini akan digunakan pada persamaan untuk mencari respon perubahan suhu PEMFC. Gambar 4.11 Model Kalor Yang Ditransfer Melalui Fluida Yang Mengalir (Q transfer1 ) 4.4.9. Model Simulink Perubahan Suhu pada PEMFC Model perubahan suhu didapatkan dari persamaan (3.44), (3.45), (3.47), (3.48), (3.49), dan (3.51). Model ini menggabungkan seluruh aspek termodinamika di dalam PEMFC. Model ini mempunyai input berupa arus (I), suhu (T), suhu ruangan (T room ) dan suhu awal (T initial ). Sedangkan output yang dihasilkan berupa nilai suhu (T out ) 47

yang baru, yang akan digunakan untuk penghitungan di model yang lain seperti tegangan keluaran PEMFC. Gambar 4.12 Model Simulink Perubahan Suhu pada PEMFC 4.4.10. Model Simulink Sistem PEMFC Model sistem PEMFC adalah model yang menggabungkan seluruh model lainnya sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4.3. Model ini juga merupakan interface utama yang menghubungkan input-input utama yakni arus beban (I), suhu awal (T initial ), suhu ruangan (T room ), tekanan anoda (P a ) dan tekanan katoda (P k ). Output yang dihasilkan berupa tegangan keluaran (V out ), daya keluaran (Pout), respon perubahan suhu (T), dan efisiensi (Eff). 48

Gambar 4.13 Model Simulink Sistem PEMFC Pada model ini dapat ditentukan input dari sistem PEMFC ini, yakni di sisi arus beban. Arus beban dalam simulasi ini berupa data dalam bentuk tabel/matriks yang nilainya berubah dalam waktu tertentu. Dapat juga dipakai beban resistor murni, dimana arus beban adalah pembagian tegangan dengan suatu nilai konstanta tertentu. 49