BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

dokumen-dokumen yang mirip
Pembelajaran Remedial

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan solusi permasalahan kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, kondisi prestasi belajar siswa SMK Negeri 5 Bandung terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. selama ini proses pendidikan yang dilakukan hanya satu arah, dengan guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. individu (Mudyahardjo Redja, 2001: 6). Pendidikan nasional Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang telah berusaha

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

I. PENDAHULUAN. Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. llmu Pengetahuan Sosial atau biasa disingkat IPS adalah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak yang dilakukan pemerintah, beberapa diantaranya dengan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS VIIC SMP NEGERI 1 TAPEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

,, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran, guru diharapkan mampu mengembangkan dan memilih strategi yang tepat demi tercapainya tujuan pembelajaran. Suasana belajar siswa sangat tergantung pada kondisi pembelajaran dan kesanggupan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru. Jika pendekatan pembelajarannya menarik dan terpusat pada siswa (student centered learning) maka motivasi dan perhatian siswa akan terbangkitkan sehingga akan terjadi peningkatan interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat. Remedial Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa terutama bagi siswa yang belum berhasil dalam hal pencapaian kompetensi (Depdiknas, 2003). Siswa yang tergolong lambat menguasai suatu standar kompetensi pada pembelajaran biasa yang diikuti dalam kelas regular, menunjukan bahwa siswa tersebut kurang maksimal dalam menggali pengetahuan

2 yang ada di dalam dirinya, sehingga memerlukan pembelajaran remedial. Pembelajaran remedial fokus terhadap topik tertentu (sesuai dengan kebutuhannya), tergantung pada usia siswa dan kesulitan yang dialaminya dalam memahami suatu topik. Bagi siswa yang sudah baik hasil belajarnya, cukup diberi pengayaan dengan tugas rumah. Agar pembelajaran remedial dapat mencapai hasil yang diharapkan, maka pelaksanaannya perlu melalui prosedur atau langkah-langkah yang memadai serta menggunakan metode yang tepat. Dalam usaha memberikan bantuan pembelajaran remedial kepada anak yang menghadapi kesulitan belajar, dapat ditempuh langkah-langkah yaitu manandai atau mengenali murid yang mengalami kesulitan belajar, mengetahui sifat dan jenis kesulitan belajar, mengetahui latar belakang kesulitan belajar, menetapkan kemungkinan-kemungkinan usaha bantuan serta evaluasi dan tindak lanjut (Depdikbud, 2002). Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem yang dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar

3 (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Standar atau kriteria ketercapaian kompetensi yang digunakan mengacu kepada penjelasan Depdiknas (2004) bahwa peserta didik yang telah memenuhi semua persyaratan minimal dinyatakan kompeten dikonversi dengan lambang angka 70 (dalam skala 0 s/d 100) sebagai batas tuntas). Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi dan pembelajaran kolaboratif/kooperatif. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb (Akhmad, 2008). Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat

4 penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan (Akhmad, 2008). Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial (Akhmad, 2008). Kenyataan yang terjadi dilapangan mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran remedial di sekolah tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Pembelajaran remedial yang dilakukan guru kepada siswa peserta remedial tidak seperti yang telah diatur oleh pemerintah. Kebanyakan proses remedial yang dilakukan guru di sekolah tanpa dibarengi dengan proses remedial teaching dan remedial test. Seperti yang diungkapkan oleh Rikard Rahmat pada blognya yang

5 mengungkapkan pro dan kontra tentang remedial, Rahmat (2009) mengungkapkan beberapa alasan tentang mengapa remedial tidak perlu dilaksanakan diantaranya: Tes remedial yang selama ini dilakukan oleh sekolah-sekolah di seantaro tanah air jarang sekali didahului remedial teaching (pengajaran remedial). Padahal, syarat mutlak pendekatan belajar tuntas adalah jika siswa tidak mencapai batas lulus KKM, kepadanya harus diberikan pengajaran remedial dengan metode yang berbeda. Selain itu juga dijelaskan oleh Carrol dalam DIKLAT/BIMTEK KTSP (2009), bahwa Peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik. Siswa yang belum tuntas maka siswa tersebut melakukan program remedial (remedial teaching dan remedial test) dan yang sudah tuntas melakukan pengayaan dengan materi yang sama. Selain penjelasan diatas, hal ini juga diperkuat dengan hasil observasi yang penulis lakukan di beberapa sekolah diantaranya salah satu SMK di Garut, dua SMA Negeri di Bandung, dan salah satu SMA Negeri di Cimahi yakni melalui wawancara dengan guru pelajaran fisika di sekolah tersebut. Dari hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi bahwa pemberian pembelajaran remedial kepada siswa yang tidak tuntas hanya dengan memberikan tambahan tugas dengan mengerjakan soalsoal fisika tampa memberikan bimbingan belajar (remedial teaching) dan tidak melakukan penilaian kembali (remedial test) apakah siswa yang remedial tersebut

6 benar-benar sudah menguasai materi setelah diberikan tugas. Setelah tugas tersebut dikumpulkan, maka siswa tersebut dinyatakan tuntas. Hal ini disebabkan tidak tersedianya waktu lebih bagi guru untuk melakukan pembelajaran ulang atau bimbingan. Selain itu berdasarkan pengalaman peneliti saat PLP, banyak ditemukan siswa yang belum memahami materi sebelumnya yang saling terkait dengan materi berikutnya, sehingga ketika peneliti akan menjelaskan materi berikutnya, peneliti justru harus mengulang materi sebelumnya tersebut dan akibatnya waktu penyampaian materi yang seharusnya diajarkan jadi terpakai dan berkurang. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak akan bisa memahami materi berikutnya jika siswa tersebut tidak memahami materi sebelumnya. Artinya, siswa yang belum menguasai materi sebelumnya tersebut perlu diberikan pembelajaran ulang sehingga siswa tersebut dapat memahami materi dengan utuh dan menyeluruh. Kemudian peneliti juga melakukan studi pendahuluan disalah satu SMK Negeri di Bandung terhadap siswa kelas X, dari hasil observasi tersebut diperoleh data sebagai berikut: rata-rata nilai UAS yang diperoleh siswa di kelas X berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. Jumlah siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebesar 94% atau berjumlah 34 orang siswa dari total 36 orang siswa di kelas tersebut. Adapun yang tuntas hanya 5,1% atau berjumlah 2 orang siswa. KKM yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata pelajaran fisika sebesar 70. Penjelasan tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

7 Tabel 1.1 Hasil Observasi Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) Jumlah siswa KKM Jumlah Siswa yang mendapat nilai UAS < 70 36 70 Nilai antara 40 Nilai antara 50 Nilai antara sampai 57 ada 9 sampai 57 ada 60 sampai siswa 15 siswa 67 ada 10 siswa Jumlah Jumlah Siswa Siswa yang yang mendapat mendapat nilai UAS nilai UAS > 70 = 70 - Nilai 72,50 ada 1 siswa Nilai 80,0 ada 1 siswa Keterangan: hanya 2 orang siswa yang lulus sedangkan yang tidak lulus ada 34 orang siswa dari 36 jumlah siswa Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah siswa yang tidak tuntas sangat banyak. Kemudian penulis melakukan wawancara terhadap guru untuk mengetahui perlakuan apa yang diberikan guru terhadap siswa yang tidak tuntas. Melalui wawancara tersebut guru menjelaskan bahwa rendahnya hasil belajar fisika siswa tersebut disebabkan rendahnya penguasaan konsep siswa terhadap pelajaran fisika dan pada saat awal masuk ke SMK, diketahui perolehan nilai fisika mereka waktu SMP juga rendah. Sehingga selama

8 pemberian tes/ulangan/uts dan bahkan UAS selalu dijumpai banyak siswa yang tidak tuntas. Untuk siswa yang tidak tuntas diberikan remedial dengan pemberian tugas berupa pengerjaan latihan soal dalam jumlah yang lebih banyak. Kemudian tugas tersebut dikumpulkan, siswa yang mengumpulkan tugas tersebut dinyatakan tuntas dan mendapat nilai sesuai KKM. Guru juga menjelaskan tidak pernah melakukan pembelajaran ulang terhadap siswa yang belum tuntas dengan alasan tidak tersedianya waktu lebih untuk melakukan pembelajaran ulang. Dari wawancara tersebut guru berharap ada sebuah metode pembelajaran yang efektif diterapkan kepada siswa yang remedial, tampa mengganggu jalannya proses belajar mengajar berikutnya dan membutuhkan waktu yang singkat dan efektif dalam pelaksanaanya. Selain itu, selama studi pendahuluan di sekolah tersebut, penulis juga menyebarkan angket kepada 66 orang siswa kelas X di SMK yang akan penulis teliti. Hasil analisis angket tersebut dapat dilihat pada lampiran H halaman 266 atau seperti yang dijelaskan berikut ini: 1. Dari 66 responden, yang menyatakan menyukai pelajaran fisika ada 12,12% siswa, kimia 25,75%, Teknik 45,45%, dan pelajaran lainnya 16,66%. 2. Pendapat siswa tentang fisika: mudah 16,66%, biasa-biasa saja 21,21%, sulit 62,12%.

9 3. Tanggapan siswa terhadap metode yang biasa digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran fisika di kelas: ceramah 59,09%, diskusi 22,72%, demonstrasi dan eksperimen 18,18%. 4. Tanggapan siswa terhadap nilai Fisika yang diperoleh: dibawah KKM 77,27%, diatas KKM 16,66% dan tidak tahu 6,06%. 5. Apakah guru pernah memberikan remedial kepada siswa yang tidak lulus?, tanggapan siswa adalah 100% siswa menyatakan pernah. 6. Apakah guru pernah melakukan pembelajaran ulang atau bimbingan belajar kepada siswa yang tidak lulus?, tanggapan siswa adalah 100% siswa menyatakan tidak pernah. 7. Apa bentuk pembelajaran remedial yang sering diberikan guru kepada siswa yang tidak tuntas?, tanggapan siswa adalah pemberian tugas 100%. 8. Apakah guru pernah memberikan tes lagi kepada siswa yang belum tuntas setelah diberikan remedial?, tanggapan siswa adalah 100% menyatakan tidak pernah. Dari penjelasan analisis angket di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang menyukai pelajaran fisika sangat sedikit sekali. Siswa beranggapan bahwa fisika itu sangat sulit. Metode yang sering digunakan guru dalam mengajar fisika di kelas adalah metode ceramah. Banyak siswa memperoleh nilai fisika dibawah KKM, siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM diberikan remedial oleh guru, akan tetapi guru tidak pernah melakukan

10 pembelajaran ulang atau bimbingan dan tidak pernah melakukan tes ulang kepada siswa yang tidak lulus tersebut. Bentuk remedial yang sering diberikan guru adalah pemberian tugas. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Remedial Teaching dengan Variasi Metode Oleh Guru dan Remedial Teaching dengan Variasi Metode Oleh Tutor Sebaya Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa SMK. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah Penerapan Remedial Teaching dengan Variasi Metode Oleh Guru dan Remedial Teaching dengan Variasi Metode Oleh Tutor Sebaya dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Siswa? Untuk lebih jelasnya, perumusan masalah dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan remedial teaching dengan variasi metode oleh guru dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa?

11 2. Bagaimanakah penerapan remedial teaching dengan variasi metode oleh tutor sebaya dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa? 3. Metode remedial teaching manakah yang lebih efektif digunakan pendidik dalam meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa? C. Batasan Masalah Berhubung karena aspek yang berkaitan dengan penelitian cukup komplek, dan mengingat keterbatasan peneliti serta untuk lebih memfokuskan pembahasannya, maka dilakukan pembatasan masalah, yaitu: 1. Bentuk pembelajaran remedial ada empat macam, yakni pemberian pembelajaran ulang dengan variasi metode oleh guru, pemberian bimbingan secara khusus, pemberian tugas latihan secara khusus, dan pemanfaatan tutor sebaya. Pada penelitian ini hanya menggunakan bentuk pembelajaran remedial dengan variasi metode oleh guru dan pemanfaatan tutor sebaya. Standar ketercapaian proses pembelajaran remedial adalah jika 70% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran remedial memperoleh nilai di atas KKM. 2. Faktor yang menyebabkan ketidaktuntasan siswa menurut Fontana (Arjuna, 2012), meliputi aspek internal dan eksternal. Faktor Internal (dari dalam diri) yaitu Kemampuan intelektual (kognitif), afeksi seperti perasaan dan

12 percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengarkan dan merasakan. Faktor Eksternal (dari luar) yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran seperti guru, kualitas pembelajaran, instrument atau fasilitas pembelajaran baik berupa Hardware maupun Software serta lingkungan, baik lingkungan sosial dan alam. Akan tetapi yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pada aspek internal yaitu aspek penguasaan konsep siswa terhadap materi, yang menunjukan kemampuan kognitif siswa terhadap materi yang diajarkan. Penguasaan konsep yang digunakan yaitu berdasarkan aspek kognitif menurut Anderson. Ranah kognitif yang diteliti hanya aspek mengingat (remembering) (C 1 ), aspek memahami (understanding) (C 2 ), aspek mengaplikasi (applying) (C 3 ), dan aspek menganalisis (analyzing) (C 4 ). D. Tujuan penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diawal, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Peningkatan penguasaan konsep fisika siswa setelah diterapkannya remedial teaching dengan variasi metode oleh guru.

13 2. Peningkatan penguasaan konsep fisika siswa setelah diterapkannya remedial teaching dengan variasi metode oleh tutor sebaya. 3. Metode remedial teaching manakah yang lebih efektif digunakan pendidik dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa yang remedial. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Bagi guru, dengan penelitian ini guru dapat mengetahui metode remedial teaching yang lebih efektif digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep fisika siswa yang remedial, serta dapat menerapkan prosedur pelaksanaan pembelajaran remedial secara benar di sekolah. 2. Bagi siswa, hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa terhadap mata pelajaran fisika khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah itu sendiri. 4. Bagi sumbangan pendidikan, hasil penelitian ini dapat digunakan dalam memperbaiki penerapan pelaksanaan pembelajaran remedial di Indonesia. F. Variabel Penelitian

14 Variabel penelitian adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebasnya adalah remedial teaching dengan variasi metode oleh guru dan remedial teaching dengan variasi metode oleh tutor sebaya. 2. Variabel terikatnya adalah penguasaan konsep siswa terhadap pelajaran fisika. G. Definisi Operasional 1. Remedial teaching dengan variasi metode oleh guru maksudnya adalah pemberian metode dan media yang berbeda dengan saat pembelajaran sebelum remedial teaching. Yakni dengan menggunakan metode ceramah plus diskusi dan tugas. Pembelajaran ulang dilakukan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanan tes atau pertanyaan. Pelaksanaan remedial teaching dengan variasi metode oleh guru ini dapat diketahui dengan menggunakan observer selama pelaksanaan pembelajaran. Observer bertugas untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran remedial dari awal sampai akhir yang dicantumkan dalam lembar observasi. 2. Remedial teaching dengan variasi metode oleh tutor sebaya adalah pemberian pembelajaran ulang dengan memanfaatkan seorang teman atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru (sesuai kriteria menjadi tutor

15 sebaya) dan ditugaskan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran dengan tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Pelaksanaan remedial teaching dengan variasi metode oleh tutor sebaya ini dapat diketahui dengan menggunakan observer selama pelaksanaan pembelajaran. Observer bertugas untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran remedial dari awal sampai akhir yang dicantumkan dalam lembar observasi. 3. Penguasaaan konsep adalah suatu tingkatan kemampuan seseorang dimana tidak sekedar mampu menyebutkan atau menghafal konsep-konsep, tetapi lebih dari itu, mampu memahami, mendefinisikan atau menjelaskan konsepkonsep dengan cara apapun, serta mampu menerapkannya dalam berbagai macam permasalahan dalam situasi apapun. Penguasaan konsep yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada tingkatan kemampuan kognitif siswa menurut Taksonomi Anderson. Aspek-aspek yang diteliti yaitu meliputi: aspek mengingat (remembering) (C 1 ), aspek memahami (understanding) (C 2 ), aspek aplikasi (applying) (C 3 ), dan aspek menganalisis (analyzing) (C 4 ). Peningkatan penguasaan konsep siswa dapat diketahui dengan menggunakan instrumen tes, instrumen tes diberikan saat

16 tes awal atau sebelum perlakuan kemudian dilanjutkan dengan pemberian tes akhir setelah diberikan perlakuan. Dari nilai tes awal dan tes akhir yang didapatkan akan diperoleh gain ternormalisasinya.