BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema berpendapat

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

: : Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. Law adalah Equality before the Law. Asas ini dituangkan dalam peraturan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1945), di dalam Pembukaan alinea pertama menyatakan bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk norma yang hidup di masyarakat. Sebagai ultimum remedium,

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Salah satu ciri negara hukum Indonesia yaitu adanya. yang bertugas mengawal jalannya pemeriksaan sidang pengadilan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI)

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk Indonesia yang sangat besar jumlah pertumbuhan penduduknya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengatakan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan prinsip pemasyarakatan : 1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari pidana itu adalah untuk mencegah timbulnya kejahatan

BAB III PENUTUP. kesimpulan bahwa realisasi hak-hak narapidana untuk mendapatkan upah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pembinaan Narapidana di Indonesia menggunakan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting Negara adalah adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang dihadapan hukum (Equality Before The Law). Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema setiap Negara hukum terdiri dari empat asas utama yaitu asas kepastian hukum, asas persamaan, asas demokrasi, asas bahwa pemerintah dibentuk untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat 2. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan, memandang narapidana sebagai individu anggota masyarakat sekaligus sebagai makhluk Tuhan, sehingga narapidana tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang. Menurut undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, satu-satunya penderitaan yang boleh dikenakan adalah hilangnya kemerdekaan narapidana tersebut. 1 Supriadi, 2006, Etika dan tanggungjawab profesi hukum di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, Hlm. 127. 2 Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan Republik Indonesia Posisi dan Fungsinya dari Perspektif Hukum, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 142.

2 Menurut Bambang Poernomo, pembinaan narapidana mempunyai arti memperlakukan seseorang yang berstatus narapidana untuk dibangun agar bangkit menjadi seseorang yang baik. Pembinaan narapidana dalam lembaga pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan masyarakat, sehingga sistem kepenjaraan tidak lagi sebagai hukuman pembalasan terhadap narapidana, melainkan diberikan pembinaan yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat 3. Disisi lain Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H berpendapat Dalam dunia ilmu hukum dewasa ini, dapat dikatakan bahwa pembahasan mengenai pemidanaan cenderung berkembang dari prinsip menghukum yang berorientasi ke belakang kearah gagasan membina yang lebih berorientasi ke depan, pandangan yang melihat tersangka, terdakwa atau terpidana sebagai obyek yang berdosa dan jahat ke arah pandangan yang lebih melihat tersangka, terdakwa atau terpidana itu sebagai subyek, sebagai manusia biasa sebagaimana umumnya para polisi, jaksa, hakim dan penegak hukum lainnya 4 Pemasyarakatan yang kini lazim dipakai merupakan penghalusan dari istilah penjara yang dahulu banyak dikenal. Perubahan dari istilah penjara menjadi pemasyarakatan mencerminkan bagaimana paradigma baru melihat peran dan fungsi lembaga pemasyarakatan. Kalau dahulu dengan istilah penjara menunjukkan bahwa narapidana dilihat sebagai orang yang bersalah, sehingga harus merasakan penderitaan atau nestapa sama seperti yang pernah 3 Bambang Poernomo, 1986, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan, Liberty, Yogyakarta, Hlm. 187. 4 Dr. Jimly Asshiddiqie,S.H., 1995, Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, Edisi Kesatu, Angkasa, Bandung, Hlm. 160-161

3 dilakukannya dengan orang lain. Narapidana perlu dibantu dan diarahkan agar menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulang lagi tindak pidana yang sama. Narapidana juga akan dibina dan diarahkan kembali menjadi warga masyarakat yang baik, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dan menjadi bagian dari masyarakat. Sistem ini dilaksanakan dengan keikutsertaan masyarakat baik dengan mengadakan kerjasama dalam pembinaan maupun dengan sikap bersedia menerima kembali warga binaan pemasyarakatan yang telah selesai menjalani masa pidana 5. Di Indonesia Sistem Peradilan pidana setelah berlakunya undangundang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana mempunyai empat komponen (empat sub sistem), yaitu: Sub sistem Kepolisian yang secara administratif di bawah Mabes Polri, Kejaksaan di bawah Kejaksaan Agung, Pengadilan dibawah Mahkamah Agung dan Lembaga Pemasyarakatan di bawah Departemen Kehakiman. Tujuan sistem peradilan pidana dapat dikategorikan sebagai: 1. Tujuan jangka pendek, apabila yang hendak dicapai resosialisasi dan rehabilitasi pelaku tindak pidana 2. Dikategorisasikan sebagai tujuan jangka menengah, apabila yang hendak dituju lebih luas yakni pengendalian dan pencegahan kejahatan dalam konteks politik criminal ( Criminal Policy ) 5 Dwija Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, Hlm. 104.

4 3. Tujuan jangka panjang, apabila yang hendak dicapai adalah kesejahteraan masyarakat (Social welfare), dalam konteks politik sosial (Social Policy) 6. Menurut Mardjono Reksodiputro, sistem ini dianggap berhasil apabila terdapat laporan dan keluhan masyarakat bahwa mereka telah menjadi korban dari suatu kejahatan dapat diselesaikan dengan diajukan pelaku kemuka sidang pengadilan dan menerima pidana. Dengan demikian cakupan tugas sistem ini sangat luas, yaitu: a) Mencegah masyarakat menjadi korban b) Menyelesaikan kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan dan yang bersalah dipidana c) Berusaha agar mereka yang pernah melakukan kejahatan tidak lagi mengulangi perbuatannya 7. Lembaga pemasyarakatan merupakan wadah atau tempat untuk sarana pembinaan narapidana yang telah menjalani masa hukuman pidana. Tempat tersebut memiliki peranan penting dalam membina narapidana dan memperbaiki perilaku kriminal yang dilakukan narapidana. Selama berada dalam Lembaga Pemasyarakatan narapidana akan menyadari kesalahan yang narapidana perbuat dan tidak akan mengulangi kembali kesalahan yang pernah narapidana lakukan yang dapat merugikan banyak orang terutama dirinya sendiri serta akan berguna bagi dirinya jika narapidana sudah selesai menjalankan masa pidananya. 6 Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, 1995, Lembaga Pemasyarakatan Dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana Penjara, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm. 54. 7 Ibid, Hlm. 55

5 Dalam melaksanakan pembinaan narapidana, berdasarkan Pasal 28 D ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia, yang pada intinya menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia. Pernyataan diatas lebih dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada Pasal 34 ayat (1), lebih jelas dan tegas dalam memaparkan dalam pengaturan ini bahwa pada intinya setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan. Sesuai dengan peraturan tersebut, sudah seharusnya para petugas Lembaga Pemasyarakatan wajib memperhatikan dan melindungi hak asasi manusia para narapidana dalam melakukan pembinaan. Undang-undang Nomor 12 tahun1995 juga mengatur mengenai hakhak narapidana, terutama yang tercantum pada Pasal 14 ayat (1) butir b dan d yang mengatur ketentuan bahwa narapidana berhak mendapat perawatan baik perawatan rohani maupun perawatan jasmani, narapidana berhak mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. Begitu pula yang diatur dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 02- PK.04. 10 tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana yang menyatakan bahwa perawatan warga binaan pemasyarakatan berfungsi untuk menjaga agar mereka selalu dalam keadaan sehat jasmaniah maupun rohaniah, oleh karena itu selalu diusahakan agar mereka tetap memperoleh

6 kebutuhan-kebuhan dasar yang cukup (misalnya makanan, air bersih untuk minum, mandi, dan keperluan lainnya). Kebutuhan makanan dan air bersih memang merupakan kebutuhan utama untuk narapidana, sehingga para petugas memiliki kewajiban untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Pada kenyataanya masih banyak narapidana yang kebutuhannya belum terpenuhi secara adil dan merata. Buruknya manajemen Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia sudah bukan rahasia lagi. Berbagai masalah terus berlangsung tanpa pernah ditemukan solusi yang tepat meskipun pada saat bersamaan selalu mendapatkan kritikan dari berbagai elemen masyarakat. Persoalan laten dan paling pelik didalam Lembaga Pemasyrakatan yang selalu menjadi sorotan dan masih sulit diatasi adalah masalah overcrowding atau kelebihan kapasitas, karena rendahnya daya tampung. Kelebihan kapasitas di dalam penjara pada gilirannya akan membawa berbagai dampak yang bersifat negatif, mulai dari perkelahian antara sesama narapidana maupun antara narapidana dan petugas, berbagai bentuk kekerasan, tingginya angka pelarian, kualitas makanan, sanitasi, lingkungan kesehatan yang buruk, petugas yang melalukan korupsi, pemarasan terhadap narapidana maupun keluarganya dan bebasnya para terpidana menggunakan alat-alat elektronik serta beredarnya narkoba di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan 8. 8 http://www.google.co.id/search?q=permasalahan%20dalam%20lembaga%20pemasyarakatan&ie =utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-us:official&client=firefoxa&source=hp&channel=np, 18 September 2012, 21:25 WIB

7 Dalam Lembaga Pemasyarakatan kondisi sanitasi sangat penting diperhatikan untuk menjaga kesehatan para narapidana. Kebersihan sanitasi lingkungan dalam Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan tidak terlepas dari gaya hidup narapidana. Kebanyakan dari mereka masih kurang menganggap pentingnya kebersihan di lingkungan tempat tinggalnya. Contoh kecilnya narapidana suka meludah sembarangan. Banyak tahanan yang berasal dari gelandangan dan juga hidup di jalan, gaya hidup mereka dibawa saat di Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan, separti meludah dan membuang sampah di sembarang tempat. Pihak Lembaga Pemasyarakatan sesungguhnya sudah menyediakan tempat membuang Ludah dan sampah,namun hal itu tidak digubris oleh narapidana, tidak pedulinya narapidana pada kebersihan berdampak pada kesehatan mereka. Salah satu kondisi sanitasi yang buruk berakibat pada rentan terjadinya penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV, sehingga perlu adanya pemberian kesadaran bagi para narapidana untuk membuang sampah dan meludah pada tempatnya. Sarana dan prasarana di dalam Lembaga Pemasyarakatan seperti kamar mandi, tempat buang air dan tempat bercukur juga perlu dijaga bersama oleh para narapidana penghuni Lembaga Pemasyarakatan 9. Fakta lain yang terjadi didalam Lembaga Pemasyarakatan adalah perbedaan hak fasilitas sanitasi yang diberikan narapidana, misalnya dalam hal sel tahanan dalam Lembaga pemasyarakatan yang jelas sekali perbedaanya antara narapidana biasa dan narapidana yang memiliki jabatan 9 http://news.detik.com/read/2008/05/06/113247/934682/10/duh-sudah-over-capacity, 6 Oktober 2012, 11:01 WIB.

8 tinggi. Seperti bisa dilihat terpidana Artalyta Suryani dapat dengan bebas menggunakan fasilitas mewah yang ia inginkan, fasilitas yang didapat dari televisi layar datar, kulkas, pendingin ruangan, sofa empuk, ruang tamu, meja kerja, telepon, sellular, tempat karaoke, box bermain anak serta kamar mandi sendiri. Sedangkan sel yang lain kontras dengan pemandangan tersebut, karena satu sel penuh sesak hingga 12 penunggu hingga sumpek dan sanitasi yang buruk 10. Sangatlah penting bagi para petugas Lembaga Pemasyarakatan untuk lebih memperhatikan hak-hak narapidana dan dapat berlaku adil terhadap narapidana sesuai dengan undang-undang yang berlaku, agar di dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat tercipta suasana yang nyaman terutama dapat terciptanya keadilan yang merata antara sesama narapidana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan ini, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah upaya untuk memenuhi hak narapidana dalam memperoleh fasilitas sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul? 2. Apakah faktor penghambat untuk memenuhi hak narapidana dalam memperoleh fasilitas sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulisan ini bertujuan untuk : 10 http://politikana.com/blog/2010/01/dilema-lembaga-pemasyarakatan-kita.html, 19 September 2012, 10:55 WIB

9 1. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang upaya untuk memenuhi Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul. 2. Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang faktor penghambat untuk memenuhi Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul. D. Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya yaitu bagi : 1. Manfaat Teoritis Bagi perkembangan ilmu hukum, hasil penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu hukum khususnya bagi hukum pidana untuk mengetahui tentang Pemenuhan Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini bermanfaat memberikan masukan terhadap Lembaga Pemasyarakatan untuk memenuhi hak narapidana dalam memperoleh fasilitas sanitasi dengan baik sesuai dengan peraturan yang ada tanpa memandang status dan kedudukan, sehingga penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi perkembangan Lembaga Pemasyarakatan, dengan pemenuhan hak narapidana dalam memperoleh fasilitas sanitasi maka narapidana dapat memperoleh hak-hak yang sama

10 di dalam Lembaga Pemasyarakatan, karena disitu adalah tempat atau wadah untuk membina, penelitian ini dapat membuka cara pandang mengenai Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan dan diperlakukan sama, melalui penelitian ini penulis dapat belajar menyadari bahwa narapidana juga adalah manusia, sehingga mereka juga harus diperlakukan dengan layak dan mempunyai yang sama. E. Keaslian Penelitian Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan hukum ini merupakan hasil karya asli dari penulis sendiri dan bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari penelitian hukum hasil karya penulis lain. Hal ini dapat dibuktikan dengan menguraikan dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian lain. Penulisan hukum Pemenuhan Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul belum pernah ditulis sebelumnya. Apabila terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan atau sanksi hukum yang berlaku. Hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan ialah : 1. Aji wibowo, Fakultas Hukum Atmajaya Yogyakarta (Tahun 2006) dengan judul Pelaksanaan Hak-hak Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan tujuan penelitian penulis ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut belum semua hak-hak narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan belum dilaksanakan dengan baik,

11 karena para petugas Lembaga Pemasyarakatan belum memahami dan mengerti hak- hak narapidana. 2. Maria Magdalena Blegur, Fakultas Hukum Atma Jaya Yogyakarta (Tahun 2008) dengan judul Implementasi Hak Narapidana untuk mendapatkan Kesempatan Berasimilasi dilembaga pemasyarakatan Kelas IIA Sragen tujuan penelitian penulis adalah untuk mengetahui Implementasi Hak Narapidana untuk mendpatkan kesempatan untuk berasimilasi dilembaga pemasyarakatan kelas IIA Sragen terimplementasi, tetapi sebagian besar telah terlaksana khususnya hak terpidana untuk mendapatkan kesempatan berasimilasi dan hailnya dapat diterima kembali dimasyarakat. Kendala dalam pelaksanaan hak narapidana tersebut antara lain: Petugas Lembaga Pemasyarakatan yang kurang memahami hak narapidana, sikap dan perilaku narapidana itu sndiri serta cara pandang masyarakat cenderung masih apriori. F. Batasan Konsep Dalam penelitian ini, batasan konsep diperlukan untuk memberikan batas berbagai pendapat yang ada, agar substansi atau kajian dari penulisan hukum ini tidak melebar atau menyimpang mengenai konsep tentang Pemenuhan Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan.

12 a. Pemenuhan Pemenuhan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara atau perbuatan memenuhi 11. b. Hak Hak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat, sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang dan aturan), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat 12. Menurut Prof.Dr.Sudikno Mertokusuma, S.H., hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum, kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi 13. c. Narapidana Narapidana menurut undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS, sedangkan menurut R.Achmad Soema di Praja, S.H. para narapidana adalah mereka yang dijatuhi pidana dengan putusan yang sudah mempunyai kekuatan hokum secara pasti 14. d. Hak narapidana Hak narapidana adalah wewenang menurut hukum yang diberikan kepada terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS. 11 http://deskripsi.com/pemenuhan, 23 September 2012, 14:35WIB 12 http://id.wikipedia.org/wiki/hak, 23 September 2012, 14:45 WIB 13 Prof.Dr.Sudikno Mertokusuma, S.H., 1991, Mengenal Hukum ( Suatu Pengantar ), Edisi Ketiga, Yogyakarta : Liberty, Hlm. 774 14 R.Acmad Soema Di Praja, S.H., 1982, Asas-asas Hukum Pidana, Bandung : Alumni, Hlm. 176.

13 e. Fasilitas Fasilitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi, kemudahan 15. f. Sanitasi Sanitasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sanitasi juga dapat diartikan sebagai perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia 16. Sanitasi adalah usaha untuk mendapatkan kondisi yang sehat 17. g. Lembaga Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah tempat orang-orang menjalani hukuman pidana 18. Menurut Undangundang Nomor 12 tahun 1995 adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. 15 http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=fasilitas&varbidang=all&vardialek=all&varrag am=all&varkelas=all&submit=tabel, 30 September 2012, 11:25 WIB 16 http://kampus.okezone.com/read/2010/12/31/95/409187/perlunya-ada-revolusi-sanitasiindonesia, 30 September 2012, 12:05 WIB. 17 John M. Kalbermatten, Et. al., 1987, Teknik Sanitasi Tepat Guna, Edisi Pertama, Alumni, Bandung, Hlm. 11. 18 http://www.kamusbesar.com/53949/lembaga-pemasyarakatan, 30 September 2012, 13:35 WIB.

14 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah : Penelitian hukum normatif Penelitian hukum normatif berfokus pada norma hukum positif dan dilakukan dengan cara mempelajari peraturan Perundang- undangan serta peraturan yang berkaitan dengan Pemenuhan Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul. Penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. 2. Jenis Data Jenis data yang dicari dalam penelitian ini adalah data sekunder yang menggunakan studi kepustakaan dan hasil wawancara yang meliputi : a. Bahan Hukum Primer Norma hukum positif Indonesia a) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang diamandemen Pasal 28 D ayat (1) berisi ketentuan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. b) Undang- Undang

15 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, lembaran Negara Indonesia Tahun 1995 Nomor 77. 2) Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. d) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M. 02- PK- 04 Nomor 10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/ Tahanan. e) Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M. 01. PR. 07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah beberapa pendapat hukum yang diperoleh dari buku- buku, artikel, opini sarjana hukum, dan website yang berhubungan dengan permasalahan mengenai Pemenuhan Hak Narapidana Dalam Memperoleh Fasilitas Sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan Bantul serta wawancara yang diperoleh dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Bantul.

16 c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia. d. Narasumber Narasumber dalam penelitian ini adalah Kepala Lembaga Pemasyarakatan Bantul dan beberapa narapidana Lembaga Pemasyarakatan Bantul. 3. Analisis Data Data diperoleh dari hasil penelitian kemudian disajikan secara kualitatif. Selanjutnya dianalisis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dimana data yang telah terkumpul akan diteliti secara komperhensif agar obyek yang diteliti dapat dipahami secara mendalam sehingga dapat memberikan jawaban terhadap masalahmasalah yang ada. Sedangkan data yang diperoleh dan diharapkan akan dapat menghasilkan suatu kesimpulan dengan permasalahan serta tujuan penelitian yang benar dan akurat, selanjutnya dianalisis. H. Sistematika Penulisan Penulisan hukum ini disusun secara sistematis dalam bab per bab yang saling berhubungan dengan tujuan agar terwujud penulisan hukum yang menghasilkan keterangan yang jelas dan sistematis, bab-bab tersebut:

17 BAB I : Hak-hak narapidana telah diatur di dalam UU No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan serta dikukuhkan secara internasional melalui Standart Minimum Rules (SMR) for the Treatment of Prisoners, tetapi pada prakteknya banyak terjadi penyimpangan. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan Kepala Lembaga Pemasyarakatan Bantul dan beberapa Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Bantul untuk mengetahui sejauh mana kondisi sanitasi Lembaga Pemasyarakatan Bantul berkenan dengan pemenuhan hak narapidana, khususnya Pasal 14 ayat (1) butir b dan d UU No.12 Tahun 1995 mengenai hak narapidana untuk mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani, mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak. BAB II: Upaya untuk mewujudkan hak narapidana dalam memperoleh fasilitas sanitasi di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan dengan cara menyelesaikan persoalan over kapasitas serta membangun kesadaran narapidana dan petugas LP tentang arti pentingnya sanitasi lembaga pemasyarakatan. BAB III: Kesimpulan: kondisi sanitasi LP Bantul cukup baik (sel tahanan cukup baik dan bersih, klinik lapas cukup baik dan obat-obatan cukup lengkap). Peneliti memberikan saran supaya baik petugas lembaga pemasyarakatan maupun narapidana sama-sama memperhatikan mengenai kondisi sanitasi lembaga

18 pemasyarakatan, hal ini dalam rangka upaya untuk memenuhi hak narapidana.