HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI KOTA MALANG ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. filter), rokok arab (rokok shisha), sampai gaya modern (rokok elektrik). Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

ROKOK DAN IKLAN ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

Keywords: Smoking Habits of Students, Parents, Friends, Ads

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI LAKI DI DESA T KABUPATEN MOJOKERTO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

Transkripsi:

HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI KOTA MALANG Gaga Riyandi 1), JokoWiyono 2), Erlisa Candrawati 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang 3) Dosen Program Studi Ilmu keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang E-mail : Gagariyandi3968@yahoo.com ABSTRAK Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah perokok aktif dengan prevalensi 67% laki-laki dan 2,7% wanita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanita di kota Malang. Desain penelitian mengunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 pengunjung wanita di kota Malang dan sampel penelitian menggunakan consecutive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Metode analisa data yang di gunakan yaitu uji chi Square dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian membuktikan bahwa lingkungan sosial sebagian besar 24 (80,0%) wanita dipengaruhi lingkungan sosial untuk merokok dan perilaku merokok sebagian besar 20 (66,7%) wanita mengalami perilaku merokok berat, sedangkan hasil chi Square didapatkan nilai p-value = 0,003 < α (0,05) yang berarti H 1 diterima, artinya ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanitadi kota Malang. Saran yang perlu oleh wanita untuk mengurangi perilaku merokok yang berlebihan harus bergaul dengan lingkungan yang positif atau memilih bergaul dengan teman yang tidak merokok. Kata kunci : Hubungan lingkungan sosial perilaku merokok pada wanita. 749

SOCIAL RELATIONS ENVIRONMENT WITH THE BEHAVIOR OF SMOKING IN WOMEN IN THE TOWN OF MALANG ABSTRACT According to global survey adults tobacco (GATS) in 2011, Indonesia has the number of smokers active with the prevalence of 67 percent of men and 2.7 % woman. The purpose of this research to know the relationship between social environment with the behavior of smoking in women in the town of malang. A design study design correlational use analytic by approach cross sectiona. Population in this study as many as 30 from woman in the town of malang and sample the research uses consecutive of sampling. Data collection techniques used is a questionnaire. A method of data analysis, in use the test chi square by using spss. The results of research suggests that social environment largely 24 (80,0%) woman influenced social environment for smoking and smoking behavior mostly 20 (66.7%) woman suffered heavy behavior smoking, While the other chi square value p value = 0.003 < α (0.05) which means H 1 accepted. Means that there is a social environment relations with the manners smoked on city woman in malang. Suggestions need by women to reduce behavior excessive smoking to hang out with the environment positive or choose hang out with friends who are not smoke. Keywords : The social environment behavior smoking in women PENDAHULUAN Kebiasaan merokok merupakan masalah penting dewasa ini. Rokok oleh sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang merokok pertama kali adalah suku bangsa Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16 ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian para penjelajah Eropa itu meniru dengan mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa (Wulandari, 2007). Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999, menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Nasution, 2007). Diperkirakan jumlah perokok di dunia sebesar 1,3 milyar orang dan kematian yang diakibatkan rokok mencapai 4,9 juta 750

orang pertahun (dehaan dalam Tarigan, 2007). Survei Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat menetapkan Indonesia ke peringkat teratas dunia sebagai negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar. Lingkungan asap rokok adalah penyebab berbagai penyakit dan juga dapat mengenai orang sehat yang bukan perokok. Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat menambah resiko terkena penyakit paru-paru dan penyakit jantung sebesar 20-30 persen (WHO, 1999). Penelitian Riskesdas mengenai perilaku merokok menemukan bahwa jumlah perokok wanita dewasa meningkat empat kali lipat dari 1,3% menjadi 5,2% selama kurun waktu enam tahun dari 2001-1007. Hasil survei Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 1995, 2001, 2004 dan Riskesdas 2007 menjelaskan prevalensi merokok berdasarkan umur dan jenis kelamin di Indonesia menunjukan bahwa wanita dewasa awal dengan rentang usia 20-39 tahun 2001 sebesar 0,85% kemudian mengalami peningkatan cukuo tinggi pada tahun 2004 menjadi 4,35%, (Komasari dan Helmi, 2000). Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan prevalensi 67 % laki-laki dan 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang) dan 85,4 % masyarakat terpapar asap rokok di tempat umum yaitu restoran 78,4 % terpapar asap rokok di rumah dan 51,3 % terpapar asap rokok di tempat kerja. Hampir 80% dari perokok Indonesia merokok di rumah masing-masing. Dan Indonesia merupakan Negara dengan jumlah perokok laki-laki terbesar di dunia yaitu 14% sejak 17 tahun (Depkes, RI, 2012). Menurut data Departemen Kesehatan RI (2010) melaporkan adanya hubungan kausal antara penggunaan rokok dengan terjadinya berbagai penyakit kanker, penyakit jantung, penyakit sistem pernapasan, penyakit gangguan reproduksi dan kehamilan. Risiko berbagai penyakit tersebut disebabkan pada setiap batang rokok yang mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker (Depkes, RI, 2010). Sari (2012) yang mengutip dari Golding (1995), bahwa dalam asap rokok mengandung berbagai bahan kimia antara lain nikotin, karbon monoksida, tar dan eugenol untuk rokok kretek yang merupakan salah satu sumber polusi udara. Asap rokok mengandung berkisar 4.000 bahan kimia yang dikelompokkan menjadi dua komponen yaitu gas phase (komponan gas) dan particulate phase (komponen padat atau partikel). Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penguat untuk mendorong perilaku merokok. Lingkungan sosial yang mungkin sangat berpengaruh dalam 751

perilaku merokok adalah orang tua dan teman sebaya. Anak-anak dengar orang tua perokok cendrung akan menjadi perokok aktif di usia remajanya, hal ini di sebabkan oleh dua hal: pertama, karena anak tersebut. Kedua, karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata lain mereka telah mejadi perokok pasif waktu kecil dan setelah remaja lebih mudah menjadi perokok aktif (Nasution, 2007). Nashori dan Indirawati (2007), menyatakan faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja adalah faktor kepribadian, orang tua, lingkungan, dan iklan. Faktor terbesar dari kebiasaan merokok adalah faktor sosial atau faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut diantaranya faktor kepribadaian, orang tua, teman, dan iklan. Berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan yang di lakukan di STMJ SOB IJEN Malang 10 wanita di peroleh data 3 wanita perokok berat dan 7 perokok ringan, hal ini di karenakan berbagai background alasan merokok. Alasan dari berbagai responden berbedabeda ada yang bilang untuk menghilangkan stres, menghindari kecemasan serta ketegangan dan ada juga yang beranggapan bisa mengatur keadaan emosional negatif dan positif. Wanita perokok dalam satu malam di hari-hari biasa dari 19 : 30 Wib 00 : 00 Wib berjumlah 6 orang dan pada malam minggu jumlah wanita merokok di STMJ SOB Ijen bertambah menjadi 14 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial denganperilaku merokok pada wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang. METODE PENELITIAN Desain penelitian mengunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 30 pengunjung wanita di kota Malang dan sampel penelitian menggunakan consecutive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner Metode analisa data yang di gunakan yaitu uji chi Square dengan menggunakan SPSS. Variabel independen dalam penelitian ini adalah lingkungan sosial dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah prilaku merokok. Kriteria inklusi yaitu wanita pengunjung STMJ SOB yang merokok dan bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi responden, wanita pengunjung STMJ SOB yang merokok yang berada di tempat saat penelitian dilaksanakan. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu wanita pengunjung STMJ SOB yang merokok tetapi tidak bersedia menjadi responden, wanita pengunjung STMJ SOB yang perokok pasif, wanita pengunjung STMJ SOB yang mengalami frustasi /stress. 752

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Faktor lingkungan sosial Faktor lingkungan f (%) Dipengaruhi 24 80,0 Tidak Dipengaruhi 6 20,0 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 1, lingkungan sosial pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang dinyatakan mempengaruhi untuk melakukan kegiatan merokok hal ini terdapat pada 24 responden atau 80,0%. Tabel 2. Perilaku merokok pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang Perilaku Merokok f (%) Berat 20 66,7 Ringan 10 33,3 Total 25 100 Berdasarkan Tabel 2, perilaku merokok pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang lebih dominan perilaku merokok berat, hal ini didapatkan pada 20 (66,7%) responden. Tabel 3. Uji chi-squer dengan coefficient contingency Variabel N p value Hubungan faktor lingkungan sosial dengan perilaku merokok 30 0,003 Berdasarkan Tabel 3, hasil perhitungan diketahuihubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok didapatkan p-value = 0,003 < α (0,05) yang berarti H 1 diterima. Artinya ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang. Identifikasi lingkungan sosial wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa lingkungan sosial pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang dinyatakan mempengaruhi untuk melakukan kegiatan merokok hal ini terdapat pada 24 responden atau 80,0% dan sebagian kecil diketahui sebanyak 6 (20,0%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang dalam aktivitas merokok tidak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Berdasarkan data juga didapatkan umur pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang yang paling dominan berumur 24 tahun sebanyak 8 (26,7%) orang dan sebagian kecil berumur 25 tahun sebanyak 1 (3,3%) orang. Faktor lingkungan yang baik berupa faktor yang memberikan pengaruh positif kepada wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang agar tidak melakukan tindakan merokok berada disebuah tempat. Diketahui rata-rata sebanyak 24 (80%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malangmerokok karena dipengaruhi oleh hubungan sosial saat 753

kumpul dengan teman sebaya, sehingga untuk mengurangi kebiasaan merokok pada kalangan wanita yaitu memilih bergaul dengan teman-teman wanita yang sama-sama tidak merokok. Kebiasaan responden mengunjungi di STMJ SOB Jl. Ijen Malang akan memberi dampak negatif bagi kesehatan mereka karena merokok bagi kalangan wanita memiliki resiko yang banyak seperti menyebabkan mutasi dan kanker. Berdasarkan hal tersebut yang harus diketahui pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang agar mampu mengurangi kebiasaan merokok yaitu asap rokok diperkirakan mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, yang secara farmakologi terbukti aktif, beracun dapat menyebabkan mutasi (mutgenic), dan kanker (carcinogenic) (Sitepoe, 2000). Didapatkan juga umur pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang yang paling dominan berumur 24 tahun sebanyak 8 (26,7%) orang, untuk masa ini penyebab wanita melakukan kegiatan merokok disebabkan wanita sudah memiliki penghasilan/pekerjaan dan berdasarkan faktor lingkunagan pergaulan wanita. Faktor lingkungan sangat berperan penting dalam perkembangan dan pergaulan orang, lingkungan yang baik akan berpotensi memberikan pengaruh positif yang baik juga bagi kalangan pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang untuk tidak merokok. Menurut Mu tadin (2004), lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia serta mempengaruhi kehidupan manusia secara langsung maupun tidak langsung. Semakin bertambahnya usia, maka semakin banyak pula tuntutan dari lingkungan sosial di sekitarnya. Ini membuat orang harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Jika individu dapat memandang dirinya berbeda dengan orang lain dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mereka akan siap memasuki faktor lingkunga sosial yang bersifat negatif tanpa harus terpengaruh oleh pergaulan yang bersifat negatif. Lingkungan inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok pada individu tetapi faktor lingkungan ini adalah faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap peilaku merokok individu. Lingkungan berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya. Sedangkan didapatkan juga sebanyak sebanyak 6 (20,0%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang dalam aktivitas merokok tidak dipengaruhi oleh lingkungan sosial, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan seperti lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan kemaunan diri sendiri. Adapun yang perlu diketahui 754

remaja untuk menjaga diri agar tidak terjebak pada pergaulan negatif sesuai dengan faktor lingkungan maka pergaulan bisa dibatasi dengan tidak meniru tindakan maupun perlakuan negatif yang berlebihan seperti tidak meniru gaya merokok yang berlebihan. Menurut Komalasari & Helmi (2000), menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok selain faktor lingkunga sosial yaitu; faktor psikologis dimana, merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stress, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu dengan gangguan cemas bias menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang mereka alami. Sedangkan faktor lain seperti faktor biologis karena sudah kecanduan nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor asetil kotin nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu system dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya piker serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Identifikasi perilaku merokok wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang Berdasarkan Tabel 2 didapatkan bahwa perilaku merokok pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang lebih dominan perilaku merokok berat, hal ini didapatkan pada 20 (66,7%) responden dan sebagian kecil pengunjung wanita memiliki prilaku merokok ringan hal ini didapatkan pada 10 (33,3%). Didapatkan sebanyak 28(93,3%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang lebih menyukai jenis rokok filter untuk dihisap, sebanyak 15 (50%) responden melakukan kegiatan merokok selama 15-30 menit dan sebanyak 14 (46,7%) responden memiliki waktu kebiasaan merokok pada sore hari hal. Didapatkan rata-rata sebanyak 20 (66,7%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang memiliki perilaku merokok berat. Perilaku merokok ini disebabkan oleh lingkungan sosial remaja melakuka sosialisasi dengan teman-teman sebaya sehingga menimbulkan kecanduan untuk melakukan aktivias merokok. Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian menghisapnya dan menghembuskan keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok yang baik seperti perilaku yang bisa mengetahui dimana tempat yang bisa digunakan untuk merokok dan dimana tempat yang dilarang untuk merokok. 755

Cara untuk mengurangi perilaku merokok yang berlebihan pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malangdiharapkan seorang perokok untuk bergaul dengan seseorang yang tidak merokok atau bergaul dengan lingkungan yang positif sehingga bisa mendorong perokok untuk berhenti merokok, dampak rokok yang berlebihan akan menganggu orang yang tidak merokok disekelilingnya. Adapun yang harus diketahui untuk mengurangi kebiasaan merokok yaitu rokok memiliki sekitar 4000 zat beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Berbagai gangguan seperti penyakit kardiovaskuler, pernapasan, keganasan, mental dan gangguan lainnya, termasuk insomnia dapat muncul sebagai akibat konsumsi rokok. Hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 10 (33,3%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang mengalami perokok ringan hal tersebut didasarkan berdasarkan individu mampu mengontrol agar tidak terpengaruhi oleh kegiatan merokok yang berlebihan. Untuk mendukung individu yang memiliki aktivitas perokok ringan maka peran hubungan sosial dan keluarga perlu mendorong individu agar tidak atau berhent merokok karena merokok bisa menyebabkan berbagi gangguan kesehatan terutama pada wanita yang lagi hamil dan menyusui hal ini didapatkan sebanyak (26,7%) responden berumur 24 tahun. Berdasarkan data umum diketahui bahwa hal ini sebanyak 15 (50%) responden melakukan kegiatan merokok selama 15-30 menit halini membuktikan bahwa perokok yang memiliki selang waktu terlalu cepat untuk mengkonsumsi rokok dapat beresiko lebih besar menimbulkan berbagai berbagai penyakit yang bisa timbul. Didapatkan sebanyak 14 (46,7%) responden memiliki waktu kebiasaan merokok pada sore hari hal ini membuktikan bahwa pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang akan melakukan aktivitas merokok apabila pulang dari kerja sehingga meluangkan waktu untuk berhubungan sosial dengan teman sebaya seperti melakukan kegiatan kumpul-kumpul ditempat tongkrongan anak muda seperti di di STMJ SOB Jl. Ijen Malang. Bagi individu yang memiliki aktivitas mengkonsumsi rokok secara berlebihan akan berdampak mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri, banyak penyakit yang telah terbukti menjadi akibat buruk merokok baik secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 28(93,3%) pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang lebih menyukai jenis rokok filter untuk dihisap. Tembakau atau rokok terutama jenis rokok filter berbahaya bagi kesehatan manusia. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Menurut Departemen Kesehatan Dalam Gizi dan Promosi Masyarakat, 756

Indonesia manyatakan negara memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus konsumen rokok terbesar di dunia. Hal ini dibuktikan menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) tahun 2011, Indonesia memiliki jumlah perokok aktif terbanyak dengan prevalensi 67% laki-laki dan 2,7% wanita (Depkes, RI, 2012). Berdasarkan data didapatkan bahwa sebanyak 5 (16,7%) responden memiliki umur 20 tahun yang berarti kalangan ini masih masuk proses remaja akhir. Masa remaja merupakan masa penentuan prilaku merokok atau tidak, masa remaja merupakan tahap dalam mengenal perkembangan lingkungan terutama masa untuk mencoba merokok. Remaja pada usia ini lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, kepekaan yang berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego yang dapat membuat remaja memilih perilaku merokok. Pada masa ini remaja sangat membutuhkan teman-teman dan lingkungan yang positif agar perilaku merokok tidak berlebihan. Untuk masa remaja akhir 19-22 tahun berusaha meyakinkan tujuan apakah mampu meninggalkan kebiasaan merokok atau tidak. Hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanita Berdasarkan Tabel 3 analisis data dengan mengunakan uji spearman rho dengan mengunakan bantuan program SPSS, didapatkan p-value = 0,003< α (0,05) yang berarti H 1 diterima. Artinya ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lingkungan sosial pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang dinyatakan mempengaruhi untuk melakukan kegiatan merokok sebanyak 24 (80,0%) responden dan perilaku merokok pada pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang lebih dominan perilaku merokok berat sebanyak 20 (66,7%) responden. Hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang hal ini didapatankan pada 20 (66,7%) responden yang mengalami perokok berat.apabila perokok dinyatakan perokok berat maka bisa dikurangi dengan bergaul dengan teman atau masyarakat yang tidak merokok. Perokok berat biasa disebut perokok aktif dan dapat diketahui dari adanya bau mulut pada saat berbicara maupun bernafas, gigi menguning, ujung jari menguning seperti menguningnya kertas rokok. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmhg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit (Sitepoe, 757

2000). Sehingga dampak keseringan merokok bisa berakibat kematian. Perilaku merokok yang baik adalah perilaku yang bisa mempertimbangkan dimana dan kapan bisa melakukan aktivitas merokok. Didapatkan pengunjung wanita di STMJ SOB Jl. Ijen Malang dinyatakan mempengaruhi untuk melakukan kegiatan merokok sebanyak 24 (80,0%) responden, sehingga untuk menguragi perilaku merokok pada responden diharuskan untuk bergaul dengan lingkungan yang positif, yang bisa mendukung aktivitas untuk berhenti merokok. Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang tidak biak dimana selain merugikan diri sendiri berdampak merugikan orang lain. Hal ini dapat dibuktikan apa bila perokok membeli rokok sehari satu bungkus maka jatah pembelian bahan pangan akan berkurang. Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian menghisapnya dan menghembuskan keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristanti, dkk, (2010), diketahui prevalensi merokok berdasarkan umur dan jenis kelamin di Indonesia menunjukan bahwa wanita dewasa awal dengan rentang usia 20-39 tahun mengalami peningkatan cukup tinggi untuk mengkonsumsi rokok sebanyak 4,35%. Remaja sering mengalami tekanan-tekanan yang dirasakannya baik saat dirumah, sekolah, maupun tempat kerja, hal ini dapat membuat remaja mencari pelarian dari masalah-masalah yang dihadapi yang salah satunya dengan merokok. Rokok merupakan kebiasaan yang sangat merugikan apalagi bagi kaum perempuan, adapun dampak negatif dari merokok bagi kaum perempuan yaitu gangguan kesuburan wanita, gangguan kehamilan dan janinm, risiko keguguran dan risiko menopause dini. Menurut penelitian Satiti (2009) memaparkan bahwa perempuan pecandu rokok mempunyai resiko hormonal, karena rokok akan merusak sel telur dan menyebabkan rahim menjadi abnormal sehingga tingkat kesuburannya menurun 30% dibandingkan perempuan yang bukan perokok. Sedangkan apabila perempuan yang sedang hamil menjadi perokok aktif atau pasif (hanya terpapar asap rokok), maka kecepatan jantungnya akan bertambah 25% melebihi kecepatan semula, selain itu senyawa kimia berbahaya yang terkandung di dalam asap rokok, akan masuk ke dalam aliran darah ibu, yang selanjutnya akan membawa pengaruh buruk kapada janin yang di kandungnya. Zat karbon monoksida akan mengurangi persediaan zat asam bagi janin, sehingga bisa mengakibatkan kelahiran prematur, bobot bayi kurang, bahkan cacat fisik bagi bayi Cara mengurangi kecanduan merokok dapat dilakukan kegiatan seperti melakukan pertemanan dengan orang 758

yang tidak suka rokok. Untuk melakukan kegiatan berhenti merokok, sebaiknya lebih sering duduk didekat orang yang tidak suka mencium bau asap rokok. Atau cari pasangan yang tidak suka dengan orang yang merokok. Ini akan sangat membantu untuk mengurangi aktivitas merokok yang berlebihan. Diharapkan bagi perokok agar tidak marah apabila ketika ada orang yang mengibaskan tangannya didepan hidungnya saat ada asap rokok, itu hanya isyarat untuk menyuruh perokok mematikan rokok atau menjauh darinya sehingga berdampak akan mengurangi kebiasan merokok. KESIMPULAN 1) Lingkungan sosial, sebagian besar (80,0%) wanita dipengaruhi lingkungan sosial untuk merokok, hal ini terdapat pada 24 pengunjung wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang. 2) Perilaku merokok, sebagian besar (66,7%) wanitamengalami perilaku merokok berat, hal ini terdapat pada 20 pengunjung wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang. 3) Hasil analisa didapatkan nilai p-value = 0,003<α (0,05) yang berarti H 1 diterima, artinya ada hubungan lingkungan sosial dengan perilaku merokok pada wanitadi STMJ SOB Jl. Ijen Malang. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007. Laporan Hasil Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Bali Tahun 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010. Jakarta : KementerianKesehatanRepublik Indonesia. Komalasari, D & Helmi, A.F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi UGM. No. 2. Komasari dan Helmi, F. 2000. Faktor- Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi. No. 1 Hal 37-47. Mu tadin, Z. 2002. Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologi Pada Remaja. www.e-psikologi.com. diakses pada tanggal 8 Maret 2010. Nasution, KI. 2007. Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Medan : Universitas Sumatra Utara Medan. Nashori, F dan Indirawati, E. 2007. Peranan Perilaku Merokok Dalam meningkatkan Suasana Hati Negatif 759

(Negative Mood States) Mahasiswa. Jurnal psikologi Proyeksi. Vol. 2 No. 2 Hal 13-24. Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Wulandari, D. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Dewasa Awal. Jurnal Arkhe. Vol 2 No. 2 Hal 91-100. WHO. 1999. Evaluasi Program Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 760