II. TINJAUAN PUSTAKA. dari bahasa Yunani Istoria yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Pada saat proses penulisan laporan ini, penulis memerlukan suatu hal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

Konvensi Montevideo 1933

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologi konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. historis berasal dari bahasa latin istoria yang memiliki arti kota istoria yaitu kota ilmu di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Kedudukan Perwakilan Diplomatik di Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. Perundingan: Merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

NCB Interpol Indonesia - Perjanjian Ekstradisi Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Malaysia Selasa, 27 Juli :42

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

*46879 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 6 TAHUN 1997 (6/1997)

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

II. TINJAUAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Kata tinjauan historis secara etimologi terdiri dari dua kata, yakni tinjauan dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA. Menurut Sejathi yang dikutip Ali Muhidin, efektivitas merupakan ketepatgunaan,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar konsep tinjauan historis terdiri atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Dalam kamus

DAFTAR ISI Undang-undang Arbitrase Tahun 2005

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 c. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, persetujuan terseb

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1979 TENTANG EKSTRADISI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional

DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG ARBITRASE TAHUN Undang-undang Arbitrase Tahun (Direvisi tahun 2011)

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG KERJA SAMA PEMERINTAH ACEH DENGAN LEMBAGA ATAU BADAN DI LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB SYARAT TERBENTUKNYA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

BAB V KESIMPULAN. Indonesia dalam Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II. mengadakan diplomasi lewat jalan perundingan. Cara diplomasi ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG KERJA SAMA PEMERINTAH ACEH DENGAN LEMBAGA ATAU BADAN DI LUAR NEGERI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya di mata dunia. Perjuangan untuk mempertahankan Indonesia yang

I. METODE PENELITIAN. masalah bagi sebuah penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Husin Sayuti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta, Tinjauan berasal dari kata tinjau yang artinya melihat-melihat, menengok, memeriksa dan meneliti. Sedangkan tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, (sesudah menyelidiki, memperlajari, dsb). Dan kata Historis berasal dari bahasa Yunani Istoria yang berarti ilmu yang biasanya diperuntukkan bagi penelaahan mengenai gejala-gejala terutama hal-ihwal manusia secara kronologis (H.Rustam E Tamburaka, 1999: 2). Pada perkembangan selanjutnya kata istoria juga diadopsi oleh bahasa Inggris dengan perubahan fonem menjadi history atau histori yang dipergunakan sebagai istilah untuk menyebut cerita tentang peristiwa dan kejadian yang dialami manusia pada masa lampau. Selain itu juga dalam bahasa Indonesia kata histori dikenal dengan istilah sejarah.

10 Roeslan Abdulgani berpendapat : Sejarah ialah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau, beserta kejadian-kejadiannya dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh penelitian dan penyelidikan tersebut, untuk akhirnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (Hugiono dan P.K.Poerwantana, 1987: 4). Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sejarah adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang dialami manusia dan disusun secara sistematis sehingga hasilnya dijadikan sebagai pedoman hidup untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Dengan demikian tinjauan historis dapat diartikan sebagai suatu bentuk penyelidikan atau penelitian terhadap gejala peristiwa masa lalu, baik manusia individu maupun kelompok beserta lingkungannya yang ditulis secara ilmiah, kritis dan sistesmatis meliputi urutan fakta dan masa kejadian peristiwa yang telah berlalu itu (kronologis) dengan penjelasan yang mendukung serta memberi pengertian terhadap gejala peristiwa tersebut. 2. Konsep Implementasi Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan, yang dapat diartikan sebagai sebuah penerapan dari suatu rencana. Mazmanian dan Paul Sabatier dalam bukunya implementation and public policy (1983 : 61) mendefinisikan implementasi sebagai berikut :

11 Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undangundang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusankeputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya (Gunawan Haruna, 2012: 1). Pengertian implementasi selain menurut Mazmanian dan Paul Sabatier di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa : Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2001:65). Jadi Implementasi Naskah Persetujuan adalah pelaksanaan atau penerapan kebijakan dalam bentuk suatu naskah (teks) yang merupakan hasil dari sebuah perundingan yang dilaksanakan oleh beberapa pihak seperti Indonesia dan Belanda. 3. Konsep Naskah Perundingan antara Indonesia dan Belanda menghasilkan sebuah teks yang berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup yang diberi nama Naskah Persetujuan Linggarjati. Menurut arti kata, naskah merupakan karangan yang ditulis dengan tangan. Pernyataan ini senada dengan pendapat bahwa naskah adalah karangan tulis tangan baik yang asli maupun salinannya (Poerwadarminta dalam Eny Kusumastuti Damayanti, 2007: 7).

12 Pada saat proses penandatanganan (ratifikasi) muncul 2 versi Naskah Persetujuan Linggarjati yaitu Naskah Persetujuan Linggarjati yang asli, atau yang sesuai dengan Naskah yang telah diparaf oleh kedua delegasi pada tanggal 15 November 1946 dan Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diberi tafsiran atau diberi baju. Belanda hanya mau menandatangani Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diberi tafsiran dan penjelasan dari Komisi Jendreal dan Menteri seberang laut Jonkman pada tanggal 10 dan 19 Desember 1946 yang tidak dapat diterima oleh pihak Indonesia. Sehingga Belanda meminta Indonesia untuk memberikan tafsirannya terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati. Pemberian penafsiran terhadap Naskah Persetujuan Linggarjati dianggap Indonesia memperpanjang upaya penyelesaian masalah, sehingga Indonesia tetap berpegang pada Naskah Persetujuan Linggarjati yang telah diparaf oleh kedua delegasi pada tangggal 15 November 1946. Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa naskah persetujuan Linggarjati adalah teks atau dokumen tertulis hasil perundingan antara Indonesia dan Belanda yang berlangsung di Linggarjati. 4. Konsep Perjanjian Perundingan antara Indonesia dan Belanda di Linggarjati menghasilkan sebuah Naskah Persetujuan Linggarjati yang kemudian diratifikasi oleh masing-masing parlemen dari kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947. Setiap persetujuan (agreement) yang disahkan oleh Parlemen berubah kedudukanya menjadi

13 perjanjian (treaty) yang mengingat setiap negara yang menanda-tanganinya (Joesoef Soe yb, 1987:33). Pada pasal 1313 KUHP merumuskan pengertian perjanjian, adalah : suatu perbuatan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Namun para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian perjanjian, Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan (Owie, 2010: 1). Suatu perjanjian dapat berakhir dikarenakan beberapa hal, di bawah ini merupakan sebab-sebab punahnya atau berakhirnya suatu perjanjian: a. Karena telah tercapainya tujuan dari perjanjian b. Karena habis berlakunya waktu perjanjian itu c. Karena punahnya salah satu pihak peserta perjanjian atau punahya objek perjanjian itu. d. Karena adanya persetujuan dari peserta-peserta untuk mengakhiri perjanjian itu e. Karena diadakannya perjanjian antara para peserta kemudian yang meniadakan perjanjian yang terdahulu f. Karena dipenuhinya syarat-syarat tentang pengakhiran perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan perjanjian itu sendiri g. Diakhirinya perjanjian secara sepihak oleh salah satu peserta dan diterimanya pengakhiran itu oleh pihak lain (Aprianie Pujie, 2012:1). Jadi perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih untuk melaksanakan sesuatu hal atau tujuan. Perjanjian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda yang dipimpin oleh diplomat Inggris. Perjanjian Linggarjati yang berisikan 17 pasal dan 1 pasal penutup ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947.

14 5. Konsep Pengakuan Pengakuan merupakan pernyataan dari suatu negara yang mengakui negara tersebut besedia berhubungan dengan pemerintah yang baru. Berdasarkan teori deklaratif : pengakuan hanyalah merupakan penerimaan suatu negara baru oleh negara-negara lainnya. (D.P.O Connel, Pasal 3 Konvensi Montevideo). Dengan adanya pengakuan dari negara lain, memberikan temapat yang sepantasnya kepada suatu negara atau pemerintah baru sebagai angggota masyarakat internasional. Pengakuan merupakan suatu langkah awal bagi Republik Indonesia sebagai suatu negara baru untuk dapat mengadakan hubungan dalam berbagai bidang dengan negara-negara lainnya, baik politik, ekonomi, sosial budaya dan sebagainya. Pengakuan dari negara lain bukan merupakan unsur pembentuk negara, namun hanya sebagai unsur deklaratif yang sifatnya hanya menerangkan saja tentang adanya negara. Pengakuan menurut bentuknya PENGAKUAN DE JURE, adalah pengakuan yang diberikan oleh pemerintah suatu negara kepada negara lain karena menurut negara yang mengakui, negara yang diakui secara formal telah memenuhi syarat dalam hukum internasional. Pengakuan de jure biasanya diawali dengan pengakuan de facto dan sekali diberikan tidak dapat ditarik kembali. PENGAKUAN DE FACTO, adalah pengakuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain karena menurut pendapat negara yang mengakui, negara yang diakui untuk sementara waktu dan atas dasar fakta sudah memenuhi syarat sebagai negara. Pengakuan kolektif.

15 PENGAKUAN KUASI, adalah pengakuan suatu negara terhadap negara lain yang terwujud di dalam praktik hubungan, namun di dalam pernyataan mengingkari akan adanya pengakuan. Misal : sampai tahun 1979 AS belum mengakui rezim Beijing karena sengketa dengan Formusa, tetapi diantaranya telah terjalin hubungan diplomatik. Pengakuan bersyarat. Pengakuan prematur (Jalrahman Djawas, 2012: 1). B. Kerangka Pikir Kerangka pikir yang penulis coba kembangkan dalam penelitian ini adalah mengenai implementasi isi Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan Belanda tahun 1946-1947. Salah satu pasal berbunyi tentang pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra, seperti yang tercantum dalam Naskah Perjanjian Linggarjati, pasal 1. Perjanjian Linggarjati merupakan hasil dari sebuah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang bertujuan untuk menyelesesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda. Implementasi pengakuan de facto Belanda terhadap kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra dapat dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara, dalam hal ini antara Indonesia dan Belanda. Upaya yang dilakukan masing-masing negara dalam mengimplementasikan isi Perjanjian Linggarjati terutama mengenai pengakuan de facto Belanda terhadap wilayah RI atas Jawa, Madura dan Sumatra dijalani dengan cara yang berbeda antara masing-masing negara, namun keduanya mengawali dengan melakukan penghentian tembak menembak dan pengurangan jumlah tentara di masingmasing pihak demi terciptanya suasana damai. Di pihak Indonesia para perjuang

16 terus menjalin kerjasama dengan negara-negara lain untuk memperoleh pengakuan kedaulatan. C.Paradigma Perjanjian Linggarjati Implementasi pengakuan kedaulatan RI atas Jawa, Madura dan Sumatra (Pasal 1) Pihak Indonesia Pihak Belanda : Garis Aktivitas

17 REFERENSI Rustam E. Tamburaka 1999. Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filasat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman : 2. Hugiono dan P.K.Poerwantana. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: PT Bina Aksara. Halaman 4. Gunawan Haruna. id.scribd.com/doc/101109464/rimaru-web-id-pengertian- Implementasi-Menurut-Beberapa-Ahli diakses pada 25/05/2013 pukul 19.00 WIB. Kusuma Damayanti. www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-naskah-menurutpara-ahli.html. diakses pada 25/05/2013 pukul 12.35 WIB. Joesoef Sou yb. 1987. Hubungan Antar Bangsa. Medan: Rimbow. Jalrahman Djawas. http://jalrahmandj.blogspot.com/2012/06/hukum-internasionalpengakuan-negara.html, diakses pada 12 Februari 2014 pukul 15.00. Halaman 1.