ARTI PENTING PENYUSUNAN KAMPANYE ANTI DISKRIMINASI * Oleh: Suparman Marzuki **

dokumen-dokumen yang mirip
DITEMUKAN UU DAN PERDA YANG DISKRIMINATIF * Disajikan Oleh: M. Busyro Muqoddas, SH. MH dan Imron, SH **

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

Deklarasi Penghapusan Semua Bentuk Intoleransi dan Diskriminasi berdasarkan Agama...

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

KONVENSI DASAR ILO dan PENERAPANNYA DI INDONESIA

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim

Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

1. Asal muasal dan standar

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

Kajian Teoritik Hukum dan HAM tentang Surat Edaran Kabaharkam Nomor B/194/I/2013/Baharkam, yang Melarang Satpam Berserikat

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KONVENSI INTERNASIONAL PENGHAPUSAN SEGALA BENTUK DISKRIMINASI RAS

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

MAKALAH PERAN KOMISI YUDISIAL DALAM PENGARUSUTAMAAN KORUPSI SEBAGAI PELANGGARAN HAM

MAKALAH KEBEBASAN BEREKSPRESI, BERKUMPUL DAN BERSERIKAT. Oleh: Ifdhal Kasim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) PERLINDUNGAN HAK ANAK. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

Perspektif Hukum Internasional atas Tragedi Kemanusiaan Etnis Rohingya Hikmahanto Juwana

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN ARAH KEBIJAKAN PROLEGNAS TAHUN Ignatius Mulyono 2

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB 1 PENDAHULUAN. umat manusia telah meninggalkan luka-luka yang dalam dan menimbulkan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

UNOFFICIAL TRANSLATION

PROKLAMASI TEHERAN. Diproklamasikan oleh Konferensi Internasional tentang Hak-hak Asasi Manusia di Teheran pada tanggal 13 Mei 1968

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

DEMOKRASI DAN RADIKALISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Perempuan dalam Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

TEMA: PERAN DPR-RI DALAM PERSPEKTIF PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI INDONESIA. Kamis, 12 November 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyiksaan dalam RUU KUHP: Beberapa catatan kritis

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMENTAR UMUM no. 08

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan. Melindungi Hak-Hak

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Oleh : Gea Tri Gusti* ABSTRAK

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Moral Akhir Hidup Manusia

Transkripsi:

ARTI PENTING PENYUSUNAN KAMPANYE ANTI DISKRIMINASI * Oleh: Suparman Marzuki ** Pendahuluan Persamaan merupakan pilar bagi setiap masyarakat demokratis yang bercita-cita mencapai keadilan sosial dan hak asasi manusia. Dalam deklarasi, kovenan dan konvensi internasional yang susul menyusul muncul sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berdiri menegaskan bahwa semua umat manusia memiliki hak yang sama untuk diperlakukan sama dan tidak dapat dicabut, oleh sebab itu PBB sangat menekankan kepada negara-negara anggota PBB pada khususnya, dan tiap-tiap negara pada umumnya untuk memegang teguh prinsip persamaan antar manusia sebagai komitmen dasar setiap negara dan pemerintahan. Meskipun demikian, diskriminasi tetap menjadi batu penghalang bagi perwujudan hak asasi manusia sepenuhnya. Meskipun ada kemajuan di beberapa wilayah, ternyata pembedaan, pengecualian, pembatasan, dan pengistimewaan atas dasar ras, warna kulit, keturunan, asal usul kebangsaan, status sosial, dan seterusnya, masih terus menciptakan dan mempertajam pertentangan, dan menyebabkan penderitaan yang tak terperi dan hilangnya nyawa. Ketidakadilan dasar yang sama besarnya dengan bahaya yang muncul akibat diskriminasi ras mendorong PBB menjadikan penghapusan diskriminasi sebagai sasaran PBB. Semakin besarnya keprihatinan internasional terhadap pelbagai bentuk dan alasan diskriminasi, telah memantapkan banyak negara di dunia untuk menyatakan sikap bahwa apapun doktrin mengenai perbedaan atau keunggulan ras adalah keliru secara ilmiah, terkutuk secara moral, tidak adil dan dan berbahaya secara sosial, dan tidak memiliki pembenaran dalam teori dan praktek. * Disampaikan dalam Workshop II Penyusunan Strategi Kampanye Anti Diskriminasi, tg. 15-16 Januari 2003 di Hotel Jayakarta ** Direktur Pusham-UII 1

Diskriminasi, terlebih lagi, kebijakan-kebijakan pemerintah yang dilandasai keunggulan atau kebencian terhadap orang atau golongan tertentu atas dasar ras, suku dan lain-lain merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang fundamental, membahayakan hubungan antar manusia, antar penduduk, kerjasama antar bangsa, dan perdamaian serta keamanan internasional. Sekjen PBB Kofi Anan dalam pidato menyambut hari Hak Asasi Manusia di New York, Amerika Serikat (AS) 9 Desember 1999 silam secara tegas menyatakan bahwa fanatisme menjadi penyebab utama timbulnya kejahatan mengerikan dan perang panjang paling berdarah. Menurut Annan, tugas dunia memang masih panjang. Sementara seorang anak dibebaskan dari rasisme, yang lainnya menanggung akibat yang paling keji. Tragedi kemanusian di Rwanda, Bosnia dan Kosovo beberapa waktu silam mengingatkan bagaimana rasisme telah menghancurkan tatanan umat manusia yang menyisakan kengerian tak terperikan hingga saat ini. Secara teoritis ada banyak sebab terjadinya diskriminasi yang patut diantisipasi 1. Pertama, sebab ekonomi, berkaitan dengan perebutan sumber daya alam. Kebutuhan ekonomi bersama dan persaingan sengit untuk mendapatkannya dapat menciptakan jurang kebencian antar kelompok manusia, termasuk di dalamnya tingkat upah, jaminan, dan pelayanan sosial penduduk. Kedua, sebab Politik, berkaitan dengan munculnya keangkuhan ras untuk mengisi, mempertahankan dan meningkatkan posisi politiknya. Ketiga, sebab sosio-kultural, berkaitan dengan perbedaan budaya. Keempat, sebab psikologis, berkaitan dengan perilaku mengagungkan superioritas jasmani rohani, superioritas kedudukan sosial ekonomi, politik, dan kultural. Kelima, sebab biologis, berkaitan dengan fisik atau jasmani (misalnya keadaan fisik, ukuran badan, atau anggota badan). Tentu dibutuhkan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari tidak saja pada tingkatan negara, tapi juga pada tingkat individu. Apalagi arus semangat diskriminasi tidak dapat terbendung dengan hanya sebuah konvensi. Kentalnya aspek moral daripada legal pada Konvensi, tidak menempatkan konvensi dalam posisi yang lebih kuat dari hukum yang sudah pasti. 1 Lihat buku panduan untuk jurnalis, Diskriminasi Rasial, terbit th. 2000, hal. 15 dst 2

Diskriminasi telah hadir telanjang di depan mata, tidak terkecuali di negaranegara yang mengklaim kampiun HAM dan Demokrasi. Konteks Indonesia Menjelang dan Pasca kejatuhan Orde baru Mei 1998 yang lalu, peristiwa yang terjadi silih berganti di pelbagai tempat di wilayah Indonesia telah menelan korban jiwa ratusan atau bahkan ribuan orang mati, cacat, termasuk milyaran rupiah harta benda hancur. Kekerasan itu tak terhindarkan melahirkan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik susulan yang tidak kalah hebatnya dibanding kekerasan fisik itu sendiri. Sebagian dari penyulut kekerasan tdak lain diskriminasi; sebuah isu yang memang sangat sensitif dan paling ditakutkan oleh setiap bangsa dimanapun di dunia ini. Kenyataan adanya heterogenitas agama, warna kulit, kultur, asal usul dan keturunan di Indonesia menjadi kontraproduktif, dan bukan sesuatu yang dapat dipertunjukkan kepada dunia lain sebagai kekuatan. Selama 30 tahun lebih pemerintahan Soeharto, Orde baru tidak dapat tidak menyumbang sangat besar terhadap terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut, oleh karena kebijakan politik yang ketat dan menekan terhadap rakyat telah menutup rapat realitas perbedaan, dan perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola sedemikian rupa menjadi kekuatan Indonesia. Rakyat tidak memiliki sedikit-pun ruang untuk menyampaikan kritik, usul bahkan untuk mengeluh terhadap pelbagai ketidakadilan, ketimpangan, pengecualian-pengecualian yang terjadi. Realitas demikian itu telah memperoleh perhatian khusus pemerintahan paska Soeharto yang telah mengambil langkah politik dan hukum cukup cepat. Tetapi itu belum cukup karena problem diskriminasi di Indonesia begitu beragam, bukan hanya diskriminasi rasial, tetapi juga diskriminasi atas dasar agama, suku, status sosial ekonomi, status sosial politik, status sosial kultural, dan sebagainya. Keseluruhan jenis atau bentuk diskriminasi itu sudah barang tentu bisa menimbulkan dampak sosial serius, yang bisa lebih serius dibanding diskriminasi rasial karena secara empiris prosentase terbesar penduduk negeri ini adalah mereka yang kalah, yang telah sedemikian rupa merasakan 3

dikecualikan dalam pelbagai aspek sosial; tidak saja di bidang ekonomi, hukum, dan politik tetapi juga di bidang pelayanan sosial. Konteks Yogyakarta Realitas Yogyakarta memperlihatkan dinamika yang agak berbeda dengan realitas Indonesia, termasuk bila dibandingkan dengan propinsipropinsi yang sedang atau pernah dilanda konflik. Berdasarkan riset media yang pernah kami lakukan, potensi konflik karena diskriminasi di Yogyakarta potensial menguat dan potensial pula meletus menjadi konflik kekerasan. Indikasi ke arah itu ditunjukkan oleh adanya gejala berikut: (a) tingkat hetergenitas Yogyakarta cukup tinggi. Di propinsi ini terdapat hampir semua suku, agama, bahasa dari pelbagai daerah di Indonesia; (b) masih kuat sisa-sisa feodalisme yang menempatkan individu atau golongan keturunan tertentu sebagai yang paling berhak duduk di posisi tertentu di pemerintahan (Gubernur, wakil gebernur, bupati atau eselon tertentu lainnya); (c) terdapat diskriminasi dalam memperoleh pelayanan utama di sektor pelayanan publik; (d) pandangan, pernyataan dan sikap streotype seperti dasar orang sumatera, dasar Batak, dasar China adalah contoh-contoh streotype yang mengandung stigma. Momentum dan Arti Penting Kampanye Kampanye HAM, khususnya kampanye anti diskriminasi berada pada momentum yang tepat. Pertama, sedang menguatnya gairah nasional tentang isu-isu Demokrasi, HAM dan Supremasi hukum. Kedua, momen kebijakan (desentralisasi) yang mulai berjalan sekarang ini sangat strategis dan tepat untuk dilakukannya kampanye secara sistematis dan besar-besaran agar pemerintah dan masyarakat secepatnya menyadari pentingnya melakukan kebijakan dan tindakan yang sepenuhnya mengindahkan prinsip-prinsip anti diskriminasi. Ketiga, ide atau gagasan membangun pemerintahan yang bersih (good governance) bisa didorong masuk dalam kerangka luas sebagai bagian dari upaya menghapus segala macam bentuk diskriminasi, dan tidak sematamata dipandang membebaskan negeri ini dari KKN. Membebaskan Indonesia (Yogyakarta) dari problem dasar kemanusian, dalam bentuk menghilangkan 4

segala bentuk pengecualian, pengabaian, pembatasan, pelecahan hak-hak manusia atas dasar ras, agama, suku, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik sebagaimana ditegaskan dalam UU HAM (UU 39/99) adalah pemerintahan yang baik dan bersih (Good and clean Governance ) yang sesungguhnya. Agenda menyusun strategi kampanye Patut kami ingatkan kembali bahwa ada dua aktivitas utama dari program ini yang sudah dilakukan, yaitu riset sosiologis dan legal audit, yang hasil-hasilnya dalam bentuk ringkas telah ada di tangan peserta yang juga akan didiskusikan. Dari hasil dua kegiatan itu diharapkan diperoleh gambaran strategi apa yang dapat disusun dalam upaya menekan seminimal mungkin diskriminasi. Sebagai bahan diskusi penyusunan strategi kampanye anti diskriminasi, maka patut dipertimbangkan agenda-agenda berikut: Pertama, agenda menumbuhkan sikap menerima perbedaan di antara manusia dan keanekaragaman latar belakang manusia. Kedua, agenda melibatkan lembagalembaga pendidikan dengan memasukkan HAM sebagai salah satu materi pengajaran dengan tujuan utama membangun kesadaran dini setiap anak manusia tentang makna manusia, makna persamaan, makna saling menjaga dan melindungi sesama manusia. Ketiga, agenda regulasi di level nasional atau setidaknya lokal yang melarang diskriminasi, sebagai konsekuensi ratifikasi Konvensi-Konvensi anti diskriminasi. Keempat, agenda membuka saluransaluran tidak resmi melalui aktivitas-aktivitas kebudayaan (musik, melukis, dsb) dalam rangka mendorong dialog semanis mungkin diantara kebudayaankebudayaan. Kelima, agenda memunculkan media komunikasi bagi sosialisasi HAM, khususnya dalam menentang diskriminasi. 5