BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dini Syamsiah,2014

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hanna Amalia Mustopa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Desi Nur Arifah, Penagruh Pendampingan terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan kejuruan. Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I` PENDAHULUAN. Senada dengan Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008: 1) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan siswa perlu ditingkatkan. Dalam kamus umum

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Menurut Suhailah Hussien (2007: 91)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dianalisis dengan teori ilmiah serta perhitungan statistika yang relevan dapat. Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan IPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. (Sagala, 2007:1). Pendidikan tidaklah semata-mata untuk menciptakan individu

hasil penelitian, dan kajian kepustakaan yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. dalam komunitas sosial untuk mengimbangi laju perkembangan ilmu. bersamaan terhadap perkembangan dan sistem pendidikan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hashifah Inaroh Luthfiah Achmadi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan menengah kejuruan merupakan pendidikan vokasi yang

BAB V KESIMPULAN. Pada bab V ini, akan dipaparkan mengenai dua hal, yaitu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu komponen penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah suatu wadah yang terdiri atas sekumpulan orang yang bekerja sama dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Organisasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Seperti dalam mencapai tujuan pendidikan pun manusia membutuhkan sebuah organisasi dalam penyelenggaraan pendidikannya. Organisasi tersebut tidak lain adalah sekolah, tempat dimana terjadinya suatu proses pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Sumber daya manusia yang terdapat di sekolah meliputi kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa. Setiap individu yang terdapat dalam suatu organisasi memiliki perilaku yang berbeda dengan individu yang lainnya, jika perbedaan tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan ketidaknyamanan terhadap individu-individu tersebut dalam proses interaksi dalam pelaksanaan tugasnya. Guru merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan akademik sekaligus dalam kegiatan pembelajaran. (Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, Pasal 39). Sedangkan, guru profesional yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan dan keahlian yang khusus dalam bidang keguruan sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru. Dan guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan

baik, serta memiliki pengalaman yang luas dalam bidangnya. (Kunandar, 2007: 46). Fenomena yang terjadi mengenai kinerja guru yang dikemukakan oleh Endah Enny dalam edukasi.kompasiana.com 28 Novembr 2013, yaitu: Masih dijumpai banyak guru dalam melaksanakan tugas di sekolahnya kurang memahami bagaimana menyusun serta merealisasikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik sesuai dengan tuntutan profesi. Bahkan ditemukan beberapa kasus guru tidak bisa menyelesaikan soal, yang pada akhirnya muridlah yang bisa menyelesaikan soal tersebut. Serta munculnya fenomena kinerja guru yang belum profesional disebabkan oleh kurangnya penguasaan ilmu, rendahnya unjuk kerja serta hilangnya motivasi berprestasi guru. Dalam antarnews.com Jum at, 27 September 2013, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Kebudayaan (BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Syahwal Gultom, mengakui mutu dan kualitas guru di Tanah Air saat ini masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji kompetensi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir yang menunjukkan bahwa kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah. Dan dari sisi kualifikasi pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1. Selain jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan. Selanjutnya, dalam Lampost.co Senin, 25 November 2013, dengan kasus yang sama menunjukan bahwa masih banyaknya guru SD yang

belum memenuhi kualifikasi S-1. Sekitar 40% dari 1.582.000 guru SD belum berkualifikasi S-1 belum mencapai S-1. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, diketahui bahwa kinerja guru sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi masih kurang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana guru dalam melaksanakan tugasnya, yang terkait dalam indikator kinerja guru, yaitu kualitas kerja, kemampuan guru dalam menguasai bahan, mengelola proses belajar mengajar, dan mengelola kelas; kecepatan/ ketepatan kerja, kemampuan guru dalam menggunakan media atau sumber belajar, dan dalam merencanakan program pembelajaran; Inisiatif dalam kerja, yaitu bagaimana guru dalam mengelola interaksi belajar mengajar serta melakukan penilaian hasil belajar siswa; Bimbingan dan penyuluhan, yaitu bagaimana guru melakukan proses pembimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam pelajaran atau kepada siswa yang memiliki bakat khusus; dan kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan administrasi sekolah. Terkait dengan indikator kinerja tersebut, diketahui bahwa pada indikator kecepatan/ ketepatan kerja yaitu pada kemampuan guru dalam merencakan program pengajaran, masih adanya guru yang tidak membuat Rencana pelaksanaan bembelajaran (RPP) sebelum mengajar setiap harinya. Karena berdasarkan keterangan pengawas sekolah, guru-guru tersebut menganggap bahwa pengalaman dalam mengajar lebih sudah cukup menjadi bekal dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga RPP sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran tidak terlalu penting. Selanjutnya, tidak adanya perhatian khusus dari guru pada siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran di kelas yaitu dengan mengadakan bimbingan tersendiri diluar proses pembelajaran. Serta dalam penyelenggaraan administrasi di sekolah pun tidak dilakukan langsung oleh guru-guru, karena setiap

sekolah memiliki operator yang melaksanakan kegiatan administrasi di sekolah. Kinerja guru harus menjadi perhatian kita semua, karena dengan penurunan kinerja guru seperti pada permasalahan di atas akan berdampak pada proses pembelajaran yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lulusan. Rendahnya kinerja guru dapat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kemampuan (ability), faktor motivasi, serta faktor dari lingkungan kerja. Faktor kemampuan (ability) dapat dilihat dari kualifikasi pendidikan pada guru itu sendiri, dimana kualifikasi pendidikan yang sesuai, guru akan terampil dalam melaksanakan pekerjaannya, maka akan lebih mudah dalam mencapai kinerja yang maksimal. Selanjutnya faktor motivasi yaitu dimana motivasi merupakan kondisi yang dapat membangkitkan, mengarahkan, atau menjadi sebab seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi kerja merupakan suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang guru, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat mempengaruhi hasil kinerjannya. Seperti seorang kepala sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seorang guru dengan memberikan motivasi pada guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan untuk melanjutkan pendidikannya, atau motivasi yang dilakukan oleh sesama guru dalam mengembangan potensinya. Motivasi kerja juga dapat berasal dari lingkungan kerja, dimana lingkungan kerja yang kondusif serta nyaman dapat meningkatkan kinerja guru. Lingkungan kerja sangat menunjang bagi pegawai dalam mencapai prestasi kerja. Dimana lingkungan kerja tersebut mencakup uraian jabatan yang jelas, otoritas yang memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang dinamis, peluang berkarier dan fasilitas kerja yang memadai.

Iklim organisasi pertama kali dikemukakan oleh Kurt Lewin pada tahun 1930, dengan menggunakan istilah iklim psikologi. Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Menurut R. Tagiuri dan G. Litwin dalam Wirawan (2007: 121) bahwa, iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsuang, dialami oleh anggota organisasi, dan mempengaruhi perilaku setiap anggotanya. Carolyn S. Andersen dalam Wirawan (2007: 122) mendefinisikan iklim organisasi sekolah sebagai rasa sekolah, seperti dipersepsikan oleh mereka yang bekerja atau yang mengikuti kelas di sekolah. Iklim organisasi merupakan apa yang kita rasakan dan kehidupan interaktif sekolah. Selanjutnya Uhar Suharsaputra (2010: 76) mengemukakan bahwa iklim sekolah merupakan atmosfer sosial dari suatu lingkungan belajar sebagai ciri dari suatu sekolah. Kondisi proses pendidikan yang terjadi di sekolah merupakan kondisi dimana kulitas suatu sekolah yang relatif bertahan, dan peran guru sangat penting dalam proses tersebut, sehingga bagaimana guru mempersepsikan lingkungan sekolah maka akan menentukan pula bagaimana proses pendidikan atau pembelajaran terjadi. Iklim sekolah pada dasarnya menggambarkan aspek lingkungan sekolah yang menjadi tempat bekerja bagi mereka yang terlibat di dalamnya, sesuai dengan tugas dan perannya masing-masing. Terdapat empat aspek lingkungan sekolah yang membentuk iklim sekolah, diantaranya lingkungan fisik yang menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi tata ruang yang kondusif untuk proses pembelajaran, lingkungan sosial yang berkaitan dengan komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalam sekolah, lingkungan afektif yang berkaitan dengan penumbuhan rasa memiliki dan harga diri, serta lingkungan akademik yang berkaiatan dengan peningkatan belajar dan pemenuhan diri.

Sekolah merupakan organisasi atau lembaga pendidikan formal yang memberikan pelayanan pendidikan pada masyarakat, sekolah memerlukan sumberdaya dan fasilitas yang tersedia di dalam sekolah untuk memperlancar kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut. Guru dan kepala sekolah merupakan aspek yang sangat penting yang terlibat secara langsung dalam meberikan layanan pendidikan di sekolah. Sekolah merupakan tempat dimana banyak sekali interaksi yang terjadi yang melibatkan kinerja guru itu sendiri. Interaksi-interaksi tersebut seperti interaksi yang antara guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan kepala sekolah sebagai pengelola sekolah, interaksi tersebut dapat menentukan bagaimana iklim sekolah akan terwujud. Dan iklim sekolah yang baik, akan menimbulkan perasaan yang nyaman bagi guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya dan hal tersebut dapat menghasilkan kegiatan pendidikan yang efektif, serta dapat memberikan ruang bagi guru untuk terus berkreativitas dalam menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran yang terjadi di sekolah, sehingga upaya dalam pencapaian pendidikan di sekolah tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Uhar Suharsaputra (2010: 77) yang menyatakan bahwa: Iklim sekolah yang baik dan kondusif bagi kegiatan pendidikan akan menghasilkan interaksi edukatif yang efektif, demikian juga iklim sekolah yang memberikan ruang bagi kreativitas dan inovasi adakn mendorong para guru untuk berkinerja kreatif dan inovatif, sehingga upaya pencapaian tujuan pendidikan sekolah akan berjalan dengan baik. Iklim sekolah akan mempengaruhi perilaku orang-orang yang berada dalam sekolah tersebut dalam melakukan kerjasama guna pengembangan organisasi dan dilihat dari bagaimana besarnya dedikasi

serta komitmen dalam pencapaian tujuan organisasi yang nantinya akan menentukan kualitas dari organisasi atau sekolah tersebut. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah dikemukakan oleh Andrews (1971) dalam Syaiful Sagala (2008: 130) sebagai suatu kualitas dari organisasi dalam menentukan kualitas kerjasama, pengembangan organisasi, besarnya dedikasi dan komitmen terhadap tujuan dari organisasi tersebut. Iklim sekolah dapat dirasakan oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan sekolah. Iklim dilingkungan sekolah diciptakan oleh kondisi dari sekolah itu sendiri. Hubungan antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan murid akan menciptakan persepsi bagi hubungan-hubungan tersebut. Dan ketika orang-orang yang berada dalam lingkungan sekolah tersebut akan merasa nyaman apabila hubungan kerja yang terjalin baik dan harmonis. Iklim sekolah dapat mengalami perubahan tergantung dari pola hubungan kerja yang terjadi antar individu dalam melaksanakan pekerjaannya, dan hal tersebut pada akhirnya akan berdampak pada kualitas pendidikan. Dampak tersebut dapat menjadi hal yang positif dan negatif, dampak yang positif akan meningkatkan kuliatas pendidikan menjadi lebih baik, sebaliknya dampak negatif kualitas yang terdapat dalam organisasi menjadi rendah dan rusak. Berdasarkan pemasalahan serta pemaparan yang telah dikemukakan diatas, maka dalam hal ini peneliti akan meneliti lebih lanjut mengenai PENGARUH IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PATOKBEUSI KABUPATEN SUBANG. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dan untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian ini serta agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang ingin diteliti dan agar menjadi fokus dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan secara konseptual dan kontekstual, yaitu : a. Secara konseptual, batasan masalah dari penelitian ini yaitu variabel X mengenai iklim sekolah yang merupakan persepsi guru mengenai apa yang ada dan terjadi di sekolah yang mempengaruhi perilaku guru dalam melaksanakan kinerjanya, sedangkan untuk varibel Y yaitu mengenai kinerja guru yang dilihat dari kemampuan guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik. b. Secara kontekstual, penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se- Kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Sekolah Dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang?. Rumusan masalah ini dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana iklim sekolah di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang? b. Bagaimana kinerja guru di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang?

c. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran empirik pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui iklim sekolah di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang; b. Untuk mengetahui kinerja guru di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang; c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja guru di sekolah dasar se-kecamatan Patokbeusi Kabupaten Subang. D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/ signifikansi baik dari segi teoritis maupun praktis di lapangan. 1. Segi Teoritis Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan disiplin ilmu administrasi pendidikan, yaitu dalam konteks iklim organisasi khususnya iklim sekolah terhadap kinerja guru.

2. Segi Praktis a. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam pengembangan ilmu yang relevan dengan bidang studi yang sedang ditekuni, yaitu administrasi pendidikan, khususnya pada aspek iklim sekolah dan kinerja guru. b. Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam mengelola serta dalam memperhatikan iklim yang ada di sekolahnya agar selalu kondusif, sehingga guru dapat melaksanakan tugasnya dengan produktif. E. Struktur Organisasi Secara sistematis, struktur skripsi ini terdiri dari bagian awal, inti, dan penutup. Pada bagian awal terdiri dari judul penelitian, lembar pengesahanm pernyataan keaslian skripsi dan bebas plagiarisme, kata mutiara, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Pada bagian inti terdiri dari lima bab, yaitu bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah yang di dalamnya berupa batasan masalah dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasai. Bab kedua merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian, dalam bab ini penulis sajikan kajian pustaka yang mendukung teori pada variabel X yaitu iklim sekolah dan variabel Y yaitu kinerja guru, penelitian terdahulu mengenai iklim sekolah dan kinerja guru, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab ketiga merupakan metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, cara penelitian,

desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data. Bab keempat merupakan hasil penelitian dan pembahasan, menyajikan hasil penelitian dari variabel X iklim sekolah dan variabel Y kinerja guru, pembahasan dan analisis temuan. Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran yang berisis mengenai kesimpulan dari hasil pembahasan penelitian serta saran. Pada bagian penutup dari skripsi ini, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dibutuhkan dalam melengkapi dan memperlancar penelitian.