BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki umur

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran. Meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) ini, berkaitan

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

GAMBARAN KUALITAS TIDUR DAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan. sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi penduduk dunia. Hasil pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan lunak untuk. memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut menua aging

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan dapat menyebabkan sulit tidur (Potter dan Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. diastolik diatas 90 mmhg (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperplasia prostat merupakan salah satu keluhan atau penyakit

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. desain experimental dengan pendekatan pre and post test control group.

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Hipertensi diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

PENGARUH TERAPI WUDHU SEBELUM TIDUR TERHADAP TINGKAT INSOMNIA PADA LANJAT USIA DI PSTW UNIT BUDHI LUHUR YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatan Kuantitas Tidur Lansia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa awal atau muda adalah masa transisi dari remaja ke dewasa yang

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang ditandai dengan aktivitas fisik yang minimal, penurunan kesadaran, perubahan proses fisiologi tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Tidur mempunyai manfaat besar bagi tubuh. Manfaat tidur antara lain dapat mengembalikan kesimbangan dan aktivitas saraf pusat pada level normal. Tidur juga bermanfaat untuk sintesis protein yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan (Kozier, 2004). Memperoleh kualitas tidur terbaik penting untuk peningkatan kesehatan dan pemulihan individu yang sakit (Potter & Perry, 2005). Sebagian besar lansia mempunyai risiko tinggi mengalami gangguan tidur akibat berbagai faktor. Luce dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia merupakan faktor terpenting yang berpengaruh terhadap kualitas tidur (Nugroho, 2008). Dikatakan bahwa keluhan terhadap kualitas tidur meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada usia di atas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Orang lanjut usia yang sehat sering mengalami perubahan pada pola tidurnya yaitu memerlukan waktu yang lama untuk dapat tidur. Mereka menyadari lebih sering terbangun dan hanya sedikit waktu yang dapat digunakan untuk 1

2 tahap tidur dalam sehingga mereka tidak puas terhadap kualitas tidurnya (Nugroho,2008). Saat ini jumlah penduduk lansia di dunia diperkirakan ada 760 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dalam 13% populasi penduduk dunia dan lebih dari tiga per empat populasi lansia terdapat di negara berkembang. Hal ini menandakan bahwa terjadi penurunan dan peningkatan usia harapan hidup (Morley, 2007 dalam Lubis 2011). Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 Indonesia termasuk negara berkembang dengan jumlah penduduk ± 237,6 juta jiwa tahun 2010 dan menempati peringkat empat setelah China, India dan Jepang dalam hal penduduk lansia. Sedangkan data tahun 2011 menyatakan bahwa jumlah penduduk di Jawa Tengah pada tahun 2011 berdasarkan proyeksi penduduk hasil SP 2010 menjadi 3,49 juta. Provinsi Jawa Tengah (Jateng), termasuk salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang berpenduduk dengan struktur tua (lansia) mencapai 9,36%. Peningkatan jumlah lansia akibat peningkatan usia harapan hidup tentunya akan menimbulkan beberapa masalah yang sangat kompleks, terutama dibidang kesehatan. Seperti diketahui bahwa memasuki masa

3 lansia mengalami penurunan diberbagai sistem tubuh yang meliputi beberapa aspek baik biologis, fisiologis, psikososial, maupun spiritual merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensial (Mickey, 2006). Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur seseorang. Proses degenerasi pada lansia mengakibatkan kuantitas tidur lansia akan semakin berkurang sehingga tidak tercapai kualitas tidur yang adekuat (Nugroho, 2008) Tidur sangat dibutuhkan bagi tubuh untuk penyembuhan dan perbaikan sistem tubuh. Jika masalah tidur tidak teratasi maka akan menimbulkan masalah yang lain, seperti penyakit yang serius, perubahan suhu, kecemasan, mudah tersinggung, gangguan penilaian, kehilangan berat badan, penurunan nafsu makan (Hariyanto, 2008). Secara fisiologis jika seseorang tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk mempertahankan kesehatan tubuh, dapat terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi dan disorientasi, terutama jika deprivasi tidur terjadi untuk waktu yang lama (Mickey, 2006). Meskipun perubahan-perubahan pola tidur dianggap sebagai bagian normal dari proses penuaan, informasi terbaru menunjukkan bahwa banyak dari gangguan ini yang berkaitan dengan proses patologis yang menyertai penuaan. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam hari sering kali terjadi seiring bertambahnya usia, hal ini disebabkan perubahan pada sistem saraf yang mempengaruhi pengaturan tidur sehingga dapat

4 mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang mempengaruhi irama sirkardian (Stanley & Beare, 2006). Adapun gangguan masalah tidur yang sering dialami lansia berupa susah tidur pulas, sering terbangun di malam hari dan sulit memulai tidur kembali, berkurangnya waktu tidur malam, semakin panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk jatuh tidur (sleep latency), perasaan tidur yang kurang, terbangun cepat dan tidur sekejap pada siang hari (naps) sering terjadi berulang dan tidak disadari. Jumlah total waktu tidur tidak normal dengan kebutuhan tidur sewajarnya yaitu 6 jam/hari (Potter & Perry, 2005). Gangguan tidur menyerang 50% orang yang berusia 65 tahun atau lebih yang tinggal dirumah dan 66% orang yang tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang. Kebanyakan lansia mengalami gangguan tidur yang disebabkan oleh banyak faktor misal: pensiunan dan perubahan pola sosial, kematian pasangan atau teman dekat, peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakit yang baru saja dialami, perubahan irama sirkadian (Mickey, 2006). Terdapat berbagai laporan dalam literatur yang menyimpulkan tingginya prevalensi gangguan tidur pada lansia, yaitu sekitar 67 %. Hal ini memiliki dampak serius yakni mengantuk berlebihan di siang hari,gangguan atensi dan memori, mood, depresi, resiko tinggi terjatuh, penggunaan hipnotik yang tidak semestinya dan penurunan kualitas tidur. Dari muculnya permasalahan gangguan tidur pada lansia yang dapat

5 menyebabkan dampak lebih lanjut. Sehingga permasalahan gangguan tidur harus dapat teratasi untuk menghilangkan dampak yang terjadi (Lesage, Scharf & Steven, 2007). Menurut National Sleep Foundation sekitar 67% dari 1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun keatas melaporkan mengalami gangguan tidur dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan gangguan memulai dan mempertahankan tidur atau insomnia. Gangguan tidur di Indonesia menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu sekitar 67% (Rubin,1999 dalam Lubis 2011). Hasil penelitian terdahulu tentang kualitas tidur lansia di Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri Semarang disimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas tidur lansia buruk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 29 reponden (29,9%) memiliki kualitas tidur baik dan 68 responden (70,1%) memiliki kualitas tidur buruk atau jelek (Khasanah & Hidayati, 2012). Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara farmakologi dan secara non farmakologi. Secara farmakologi yaitu dengan memberikan obat sedative hipnotik seperti golongan benzodiazepine dan L-tryptophan (Amir, 2007). Namun, pada lansia terjadi perubahan farmakodinamik, farmakokinetik serta metabolisme obat

6 dalam tubuh lansia yang menyebabkan penatalaksanaan dengan farmakologis sangat memberi risiko pada lansia. Dengan demikian penatalaksanaan secara non farmakologi adalah pilihan alternatif yang lebih aman, yakni dengan cara terapi stimulus kontrol, melakukan olahraga ringan, berjalan kaki pada pagi hari, berlari-lari kecil, senam ataupun sekedar peragangan otot, terapi relaksasi (Putra, 2011). Terapi rendam kaki dalam air hangat merupakan terapi non farmakologis yang dapat membatu lansia menghadapi masalah dengan tidur. Menurut Amirta (2007) dalam penelitian Khotimah (2012) merendam kaki dalam air hangat yang bertemperatur 37-39 o C maka akan bisa mengatasi gejala gangguan tidur. Efek panas pada air cenderung melebarkan pembuluh darah, terutama yang pada permukaan, dan ini membawa lebih banyak darah ke bagian yang dipanaskan, selain itu akan menyebabkan relaksasi (Chaiton, 2002). Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan di dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi tubuh (Hembing, 2000 dalam Christina, 2012). Penelitian yang dilakukan di negara Iran oleh Nasiri, K & Kalantri, H., et al (2013) didapatkan ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur lansia sebelum dan sesudah diberikan rendaman air hangat (41-42 o C) pada kaki selama 20 menit sebelum tidur (p < 0.05). Demikian juga

7 penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2012) menunjukan kuantitas tidur lansia yang dilakukan rendam air hangat pada kaki mengalami peningkatan, dengan nilai signifikansi p = 0,0001 (α = 0,05) artinya ada pengaruh rendam air hangat pada kaki dalam meningkatkan kuantitas tidur pada lansia. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Argopeni diketahui bahwa jumlah lansia usia 60 74 tahun (eldery) laki-laki 196 orang dan perempuan 184 orang. Data jumlah lansia yang mengalami gangguan kualitas tidur tidak tercatat, namun dari hasil wawancara dan observasi dari 10 orang lansia 8 orang diantaranya mengatakan mengeluh susah tidur di malam hari, pergi tidur antara jam 8 sampai jam 9, tapi ada juga yang tidur jam 11. Lansia mengatakan sering terbangun pada malam hari rata rata 4-6 kali untuk ke kamar mandi dan setelah itu sulit untuk tertidur lagi. Kondisi lain yang di alami lansia sehingga terbangun pada malam hari dikarenakan merasakan nyeri, tebangun karena mimpi dan keadaan lingkungan yang berisik. Keluhan lain yang dialami lansia adalah merasa kurang segar setelah bangun di pagi hari, mengantuk di siang hari namun ada 2 lansia yang mengeluh tidak bisa tidur disiang hari waluapun sudah mengantuk dan ada keinginan untuk tidur. Studi eksperimen awal yang dilakukan peneliti terhadap 3 orang responden berusia 60-74 tahun yang mempunyai kualitas tidur buruk dengan merendam kaki pada air hangat bersuhu 39 o C dalam waktu 15

8 menit selama 2 hari berturut-turut, semua responden mengatakan merasa nyaman, rileks dan ingin tidur. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. B. Rumusan Masalah Tidur merupakan proses fisiologi yang amat penting untuk manusia dan merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi oleh manusia. Pada lansia jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia akan tetapi kualitas tidur terlihat menjadi berubah pada kebanyakan lansia. Pemenuhan kebutuhan tidur terlihat dari parameter kualitas tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk tidur, frekuensi terbangundan beberapa aspek subyektif, seperti kedalaman tidur, perasaan segar dipagi hari, kepuasan tidur serta perasaan lelah siang hari. Terapi rendam kaki air hangat dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia. Dari pernyataan ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Adakah pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansiadi Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen?

9 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah : a. Mengetahui karakteristik responden, meliputi: jenis kelamin, usia, pendidikan, riwayat pekerjaan dan riwayat penyakit. b. Mengetahui kualitas tidur lansia sebelum dilakukan terapi rendam kaki air hangat pada kelompok intervensi dan kelompok kontol. c. Mengetahui kualitas tidur lansia sesudah dilakukan terapi rendam kaki air hangat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. d. Mengetahui pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat membatu memberi masukan kepada lansia untuk melakukan terapi sendiri dengan merendam kaki dengan air hangat agar dapat mengatasi gangguan tidur. 2. Bagi peneliti Bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap peningkatan kualitas tidur lansia. 3. Bagi Instasi Menambah wawasan bagi mahasiswa dan sebagai study literatur di perpustakaan atau referansi mengenai kualitas tidur lansia dan manfaat terapi rendam kaki air hangat. 4. Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemikiran kritis lainnya terhadap penelitian selanjutnya tentang kualitas tidur lansia dan terapi rendam kaki air hangat.

11 E. Penelitian Terkait Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu: 1. Khadijeh Nasiri & Hossein Kalantri et.al. (2013) berjudul The Effect of Footbath on Sleep Quality of the Elderly: A Blinded Randomized Clinical Trial. Metode penelitian Quasi Experiment dengan pre-test dan post-test dengan menggunakan kelompok kontrol. Kesimpulan penelitian ada perbandingan perubahan kualitas tidur lansia menunjukkan durasi tidur dan kualitas tidur keseluruhan telah meningkat secara signifikan pada kelompok eksperimen (p < 0.05).Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada subyek penelitian yaitu sama-sama meneliti kualitas tidur lansia. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu lokasi penelitian, dalam penelitian ini di Desa Argopeni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen dan pada penelitian Nasiri di Tabriz, Iran. 2. Wen-Chun L, Ming-Jang C, & Carol A L, et.al. (2008) berjudul A Warm Footbath before Bedtime and Sleep in Older Taiwanese with Sleep Disturbance. Metode penelitian desain Crossover eksperimental tunggal kelompok digunakan untuk menguji efek dari baskom hangat pada tubuh. Kesimpulan penelitian ada peningkatan onset tidur dan meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan pada lansia. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti

12 adalah variabel bebas yaitu terapi rendam kaki air hangat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu disain penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan Pra Experiment One Group Pretest Posttet sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan rancangan True Experiment dengan rancangan Pretest Posttest Control Group Design. 3. W C Liao, Lee Wang, & Ching-Pyng K, et.al. (2013) berjudul Effect of a warm footbath before bedtime on body temperature and sleep in older adults with good and poor sleep: An experimental crossover trial. Metode penelitian Dua kelompok dan desain silang eksperimental. Hasil penelitian menujukan rendaman kaki pada air hangat dengan suhu 40 o C selama 20 menit sebelum tidur meningkatkan suhu kaki dan suhu kulit untuk memfasilitasi dilatasi pembuluh dan meningkatkan suhu inti untuk memberikan beban panas pada tubuh. Rendaman kaki pada air hangat tidak mengubah tidur pada orang dewasa yang lebih tua dengan tidur yang baik dan yang buruk. 4. Khotimah (2012), berjudul Pengaruh Rendam Air Hangat Pada Kaki Dalam Meningkatan Kuantitas Tidur Lansia. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh terapi rendam air hangat padakaki dalam meningkatkan kuantitas tidur pada lansia. Desain penilitian praeksperimendengan pendekatan One-Group Pre-Test-Post test desain. Populasi 20 lansia insomniaberusia diatas 60 tahun, Sampel 20 responden. Pengambilan sampel menggunakan totalsampling, analisis

13 data dengan uji statistik Anova dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.Hasil analisis menunjukan kuantitas tidur lansia yang dilakukan rendam air hangat padakaki mengalami peningkatan, dengan nilai signifikansi α = 0,0001 (α = 0,05) artinya adapengaruh rendam air hangat pada kaki dalam meningkatkan kuantitas tidur pada lansia.hasil penelitian menunjukkan bahwa rendam air hangat pada kaki efektif digunakanuntuk meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami gangguan tidur.persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pada variabel bebas pengaruh rendam air hangat pada kaki dan subyek penelitian lansia.perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian ini meneliti tentang pengaruh rendam pada kaki terhadap peningkatan kuantitas tidur lansia, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu meneliti pengaruh rendaman kaki pada air hangat terhadap kualitas tidur lansia. Selain itu desain penelitian yang digunakan juga berbeda, peneliti menggunakan desain Quasi Experiment Pretest Posttest With Control Group dan pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Uji statistik yang digunakan oleh peneliti Uji Paired T-test dan uji independent sample test. 5. Linda Pribowati Christina (2012), berjudul Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pre

14 Eksperimental dengan rancangan One Group Pre test-post test design. Kelompok subyek merupakan penderita hipertensi di Wilayah Kedinding Tengah Jaya Kecamatan Kenjeran Surabaya. Sebelum dilakukan intervensi peneliti melakukan pengukuran tekanan darah, setelah itu dilakukan intervensi berupa pemberian rendam kaki menggunakan air hangat. Setelah penderita hipertensi direndam kakinya dengan air hangat, dilakukan posttest dengan melakukan pengukuran tekanan darah. Kesimpulan dari penelitian ini ada perbedaan yang signifikan atau ada pengaruh pemberian terapi rendam kaki air hangat terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan terapi rendam kaki air hangat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu subyek penelitian dimana pada penelitian Christina penderita hipertensi, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan lansia yang mempunyai gangguan kualitas tidur.