BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang kejahatan semakin berkembang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Manusia dengan segala aspek kehidupannya itu melaksanakan aktivitas dalam

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perubahan sistem pembinaan narapidana menjadi sistem pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang sangat bergantung pada kondisi anak-anak sekarang. Anak

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. melanggar rumusan kaidah hukum pidana, dalam arti memenuhi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlakuan terhadap para pelanggar hukum, merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, dimana penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BAB I PENDAHULUAN. Dasar hukum dari Pembebasan bersyarat adalah pasal 15 KUHP yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpeliharanya ketertiban umum.

GUILTY FEELING PADA RESIDIVIS

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

PENGARUH HARAPAN TERHADAP KECENDERUNGAN RESIDIVIS PADA NARAPIDANA DI LAPAS KLAS I MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. perampokan, pembunuhan, narkoba, penipuan dan sebagainya. Dari semua tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pemasyarakatan di Indonesia. (Lapas) di Indonesia telah beralih fungsi. Jika pada awal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syofiyatul Lusiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Merebaknya kasus kejahatan dari tahun ke tahun memang bervariasi,

BAB V PENUTUP. rumah tangga ataupun kebutuhan sehari-hari, namun tidak sedikit dari wanita tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan tidak adanya ketenangan dalam masyarakat. Kejahatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah tingkah laku atau perbuatan manusia yang melanggar

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bebas terlepas dari paksaan fisik, individu yang tidak diambil hak-haknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. dalam penjelasan UUD 1945 yang secara tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III. Pemasyarakatan Anak Blitar. 3.1 Pola Pembinaan Anak Pelaku Tindak Pidana Di Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa, Indonesia adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. JUDUL LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yang Berorientasi Kepada Pembentukan Suasana Pendukung Proses Rehabilitasi Narapidana

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga telah. yang dinyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan tersebut terjadi dikarenakan berbagai macam faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas manusia baik politik, sosial dan ekonomi, dapat menjadi kausa

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. balik sebelum pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan,

2016 POLA ADAPTASI MANTAN NARAPIDANA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan ingin memperoleh sesuatu yang ingin diwujudkan dengan melakukan usaha

BAB I PENDAHULUAN. tahanan, narapidana, anak Negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek

LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Bioklimatik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ribu orang di seluruh Indonesia, hingga Oktober 2015 jumlah narapidana

jangka menengah (10 tahun) dan jangka panjang (25 th ke atas).

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pedoman Wawancara. Peran Lembaga Pembinaan Khusus Anak dalam Pembinaan Narapidana Anak. di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas I Tanjung Gusta Medan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

PELAKSANAAN PEMBINAAN YANG BERSIFAT KEMANDIRIAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B SLAWI

BAB I PENDAHULUAN. dialami manusia dari waktu ke waktu, bahkan sejak adam dan hawa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kejahatan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman terutama dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu menimbulkan keresahan didalam masyarakat. Keresahan adalah gejala tidak adanya kesejahteraan sosial, ketenteraman dan kebahagiaan. Kejahatan adalah masalah sosial yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena masalah sosial sebagai hasil dari kebudayaan manusia. Masalah sosial ini berbeda-beda disetiap masyarakat disebabkan adanya tingkat perkembangan kebudayaan, lingkungan, sifat penduduk dimana masyarakat itu hidup (Mardjono, 1994:12). Kejahatan merupakan gejala sosial yang selalu dihadapi oleh setiap masyarakat di dunia ini. Apapun usaha manusia untuk menghapusnya sampai tuntas tidaklah mungkin bisa, karena kejahatan itu tidak dapat dihapus sampai bersih kecuali dikurangi intensitasnya maupun kualitasnya. Meskipun telah diberikan sanksi yang tegas namun masih ada juga yang melakukannya berulang kali. Hal ini disebabkan karena kebutuhan manusia yang berbeda-beda dan tidak dapat dipenuhi secara keseluruhan.

Kejahatan tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja, oleh anak-anak, orang yang sudah dewasa bahkan orang tua, baik yang berjenis kelamin laki-laki ataupun wanita. Walaupun diketahui bahwa seorang wanita memiliki perasaan yang lembut, halus tutur katanya, feminin, penyabar, mampu menekan emosinya dalam mengahadapi persoalan, tetapi terkadang karena berbagai faktor mereka dapat tiba-tiba berubah menjadi keras dan menakutkan. Bahkan kaum wanita pun sudah tidak takut lagi untuk menghuni Lembaga Pemasyarakatan. Pada umumnya kejahatan terjadi karena: 1. Niat untuk melakukan suatu pelanggaran. 2. Kesempatan untuk melaksanakan niat itu. Jika hanya ada salah satu dari kedua unsur tersebut maka kejahatan tidak akan terjadi (Sahetapy, 1992:87). Perlu diketahui angka kejahatan di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Menurut catatan Mabes Polri, jumlah kejahatan di Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 783.159 kasus. Pada tahun 2007 jumlah ini bertambah menjadi 821.334 kasus, dan pada tahun 2008 meningkat lagi menjadi 867.761 kasus. Berarti antara tahun 2006-2007 terjadi kenaikan angka kejahatan sebesar 4,87%, sedangkan antara tahun 2007-2008 terjadi kenaikan sebesar 5,65%, dan pada sampai sekarang angka kejahatan masih terus meningkat (Ernaningsih, Wanita dan Kejahatan, http://cedawui.net/index.php?option=com_content&task =view&id=100&itemid= 44 diakses tanggal 26 april 2009).

Umumnya pelaku kejahatan pada kasus-kasus di atas adalah pria, meskipun demikian tidak berarti tidak ditemukan adanya kejahatan yang dilakukan oleh wanita. Namun angka kejahatan wanita menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dari hasil data yang diperoleh. Menurut catatan Mabes Polri pada tahun 2008 menunjukkan angka kejahatan wanita di Indonesia, dari sejumlah 19.372 kasus kejahatan oleh wanita pada tahun 2006, angka tersebut meningkat menjadi 26.878 kasus di tahun 2007 dan menjadi 31.493 kasus di tahun 2008. Sementara jumlah angka kejahatan di Sumatera Utara dari tahun 2001 sampai 2008 menurut jenis kelamin dapat dilihat melalui tabel di bawah ini. Tabel 1 Angka Kejahatan Di Propinsi Sumatera Utara Dari Tahun 2001-2008 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah / Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 38.450 49.677 62.427 1.455 2.395 2.953 75.550 89.980 3.795 4.627 94.831 97.285 98.582 5.106 5.498 6.633 Sumber: Seksi Registrasi Kanwil Kehakiman dan HAM Provinsi Sumatera Utara 2008. Salah satu sanksi yang terdapat pada hukum pidana yaitu pidana penjara dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan. Saat ini Lembaga Pemasyarakatan sebagai unit pelaksana teknis dibidang pemasyarakatan, berperan untuk membimbing dan membina narapidana agar tidak mengulangi kesalahannya dan dapat kembali diterima oleh masyarakat. Sebagai realisasinya dibangun juga rumah tahanan, namun tingkat kejahatan tidak juga menurun malahan semakin

meningkat (Meiriya, Sudut Pandang Lembaga Pemasyarakatan, http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0327108-094140/, diakses tanggal 26 april 2009). Persoalan yang muncul apakah rumah tahanan yang dibangun tersebut masih efektif dalam membina narapidana dan memberikan rasa takut bagi manusia lainnya untuk berbuat kejahatan (preverensi general). Karena pada kenyataannya tindakan pencegahan tersebut yang dilakukan oleh pemerintah ternyata kurang efektif, dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah kejahatan. Berikut ini adalah tabel yang menujukkan jumlah narapidana wanita LP Tanjung Gusta dari tahun 2002 sampai dengan 2009 Tabel 2 Jumlah Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan Dari Tahun 2002-2009 No. Tahun Jumlah Narapidana/Anak Didik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Berjalan 253 325 326 324 334 362 395 368 Sumber: Bagian Pembinaan dan Pendidikan Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan.

Konsep pembinaan narapidana tersebut merupakan pemikiran dari Dr. Sahardjo (1963) yang mencetuskan tentang konsep pemasyarakatan. Proses pembinaan tersebut dilakukan di LP tahap demi tahap. Pembinaan narapidana ini sangat penting diperhatikan oleh pemerintah sehingga tujuan pembinaan Lembaga Pemasyarakatan ini tercapai agar narapidana sadar akan perbuatannya dengan tidak melakukan lagi perbuatan ini dan dapat kembali ke masyarakat sebagai manusia yang berguna di tengah masyarakat (Panjaitan, Petrus, 1995:10). Sebagai puncak realisasi sistem pemasyarakatan tersebut di Indonesia adalah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Lembaga Pemasyarakatan, dan peraturan pelaksanaannya PPRI Nomor 31 dan 32 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dan Syarat serta Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Pertimbangan dibentuknya Undang-Undang ini adalah karena menganggap bahwa seorang Narapidana sekalipun telah melakukan kejahatan, mereka juga merupakan insan dan Sumber Daya Manusia yang harus diperlakukan dengan baik dan manusiawi dalam suatu sistem pembinaan. Hal ini sejalan dengan salah satu sasaran pembangunan dalam orde baru yakni pembangunan masyarakat Indonesia yang seutuhnya agar terwujud masyarakat yang adil dan makmur. Dengan harapan pembangunan masyarakat Indonesia yang seutuhnya dapat berjalan dengan tidak membedakan atas status sosial masyarakat tersebut termasuk Narapidana (Harsono, 1995:68).

Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tersebut juga menyebutkan tujuan diselenggarakannya sistem pemasyarakatan, dalam pasal 2 disebutkan bahwa Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk Warga Binaan Pemasyarakatan agar menjadi manusia yang seutuhnya menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulang tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Tetapi pada kenyataannya walaupun mantan narapidana tersebut telah menjalani masa pembinaannya di LP, banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa mantan narapidana adalah kelompok masyarakat yang harus dihindari, diwaspadai bahkan diasingkan dari pergaulan masyarakat, sehingga mereka cenderung sulit untuk bersosialisasi. Misalnya saja pada saat mereka mencari pekerjaan diluar, walaupun di dalam LP mereka telah dibekali dengan keterampilan, tetapi hal tersebut sia-sia karena mereka telah dikenal melalui identitasnya yang buruk. Hal ini jugalah salah satu yang menjadi penyebab mereka mengulangi perbuatan jahatnya atau yang disebut residivis (Panjaitan, Petrus, 1995:25). Lembaga Pemasyarakatan sebagai ujung tombak pelaksanaan azas pengayoman merupakan tempat untuk mencapai tujuan dan pembinaan serta bimbingan melalui pendidikan, rehabilitasi dan reintegrasi. Sistem Pemasyarakatan bertujuan untuk mengembalikan Warga Binaan Pemasyarakatan

sebagai warga yang baik selain itu juga untuk melindungi masyarakat terhadap kemungkinan diulanginya tindak kejahatan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan merupakan penerapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dimana aspek pembinaan narapidana/anak didik pemasyarakatan mempunyai ciri-ciri preventif, kuratif, rehabilitasi dan edukasi (Aroma, 2003: 37). Pelaksanaan sistem pemasyarakatan tersebut diperlukan juga keikutsertaan masyarakat baik dalam pembinaan maupun dengan sikap bersedia menerima kembali narapidana yang telah selesai menjalani pidananya ataupun yang sedang menjalani pembebasan bersyarat. Sebab tanpa adanya keikutsertaan masyarakat, pembinaan terhadap narapidana tidak akan berhasil. Selain itu peran dari petugas pemasyarakatan juga sangat penting, mereka harus berhadapan dengan orangorang yang beraneka ragam sifat dan tingkah laku. Petugas pemasyarakatan harus memiliki mental yang baik dan sehat, hal ini diperlukan dalam pelaksanaan tugas untuk meningkatkan kualitas yang positif baik untuk dirinya sendiri, warga binaan maupun untuk lingkungannya (Sujatno, Hubungan Narapidana dengan Lingkungan http://www.ditjenpas.go.id/index.php?option=com_content&task= view&id=178&itemid=9 diakses tanggal 26 april 2009). Keberhasilan sistem pemasyarakatan dalam membina narapidana memang belum mempunyai tolak ukur yang jelas. Ahli kriminolog, sosiolog dan pemasyarakatan mengatakan jika residivis menurun maka pemasyarakatan berhasil dalam melaksanakan pembinaan. Hal ini belum dapat dijadikan tolak

ukur karena banyak sekali variabel-variabel yang menyebabkan turunnya residivis, misalnya adanya angka yang luput dari data statistik, residivis melakukan kejahatan ditempat lain dan lain-lain (Harsono, 1995:4). Maka kita dapat melihat bahwa keberhasilan pembinaan bukanlah hanya didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, tetapi juga dengan partisipasi dari berbagai pihak, substansi hukum, sosial, dan substansi lainnya. Oleh karena itu program pembinaan harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip dasar pemasyarakatan. Pembinaan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan haruslah mampu menumbuhkan suasana yang penuh saling pengertian dan kerukunan, baik di antara sesama warga binaan, maupun antara pembina dengan yang dibina. Dari titik tolak uraian diatas, maka melalui penelitian ini akan mencoba untuk memaparkan gambaran yang jelas mengenai Respon Narapidana Wanita Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan. 1.2 Perumusan Masalah Masalah merupakan bagian pokok dari suatu kegiatan penelitian (Arikunto, 1992:47). Dalam penelitian ini perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Respon Narapidana Wanita Terhadap Program Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Setiap orang yang melakukan penelitian tentu saja mempunyai tujuan yang ingin dicapai, adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana respon narapidana wanita terhadap program pembinaan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian. Khususnya Ilmu Kesejahteraan sosial, terutama mengenai permasalahan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat saat ini. 2. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir secara ilmiah dengan menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Medan. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi penulis dalam pengembangan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan bagi lembaga pemasyarakatan yang terkait dalam melaksanakan pembinaan terhadap narapidana.

1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan secara teoritis tinjauan-tinjauan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya. BAB VI :PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.