BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

PEDOMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. minggu pertama kehidupan dan 529 ribu ibu meninggal karena penyebab yang

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

Buku Saku Motivator Kesehatan Ibu dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatan mutu kesehatan serta derajat kesehatan masyarakat melalui

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

PEMERINTAH DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN DESA TANJUNGSARI NOMOR : 11 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

PEDOMAN KELAS IBU HAMIL

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Agus Samsudrajat S, SKM STIKes Kapuas Raya Sintang. Agus S S/polindes/STIKes KR

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BioStatistik. Amiyella Endista Website :

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI : Sebuah Inovasi dalam Pelayanan Publik

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal. Tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

KERANGKA ACUAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K)

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB V ANALISIS, PENELUSURAN DATA KOHORT DAN RENCANA TINDAK LANJUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM KIA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi, keadaan

MATA KULIAH ASKEB V (KOMUNITAS)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

BAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDG) yaitu goal ke-4 dan ke-5. Target

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Yunita Tri Setya, Kebidanan DIII UMP, 2015

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

Materi Konsep Kebidanan

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

4. Terlaksananya tugas-tugas yang diberikan oleh atasan

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

MORTALITAS. Tara B. Soeprobo Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia TBS-M

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Analisis Implementasi Kebijakan Jaminan Persalinan Dalam Meningkatkan Cakupan Persalinan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Situbondo Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

PEDOMAN KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) PUSKESMAS AMPLAS

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

ANALISIS PEKERJAAN INFORMASI JABATAN :

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan Menurut Robert Davies, adalah Suatu kerjasama formal antara inividuindividu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masingmasing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang di buat, saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang di peroleh. (Notoatmodjo,2003) Mengingat kemitraan adalah bentuk kerjasama atau aliansi maka setiap pihak yang terlibat di dalamnya harus ada kerelaan diri untuk bekerjasama dan melepaskan kepentingan masing-masing kemudian membangun kepentingan bersama. Oleh sebab itu, dalam membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada kesamaan perhatian, saling mempercayai dan menghormati, tujuan yang jelas dan terukur serta kesediaan untuk berkorban baik waktu, tenaga maupun sumber daya yang lain (Notoatmodjo, 2012). 2.1.1 Elemen-Elemen Kemitraan Dalam rangka mengupayakan sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini akan dipaparkan sejumlah elemen penting yang bisa mendukung berlangsungnya proses kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain sumber daya, karakter pihak yang bermitra (patner), relasi antara patner, karakteristik kemitraan, dan lingkungan sekitar (De Waal dkk, 2013) 8

1. Sumber Daya Sumber daya merupakan hal mendasar dan utama dalam membangun sebuah kemitraan.sumber daya ini meliputi dukungan finansial (uang/dana), organisasi, informasi, agen pemerintah, stakeholder, perlengkapan dan sarana prasarana seperti komputer, obat, makanan, buku-buku dan sebagainya. 2. Karakteristik Partner Partner merupakan sumber daya utama dalam membangun sebuah kemitraan.karakteristik partner mencakup keterampilan dan keahlian dari pihak yang bermitra serta Motivasi mengenai keuntungan dan kerugian dari kemitraan yang diikutinya. Umumnya, para partner yang sangat aktif di dalam sebuah kemitraan, terdorong oleh rasa bahwa mereka akan memperoleh banyak manfaat dari kemitraan yang dibangun. Sementara mereka yang kurang terlibat aktif, umumnya didorong oleh rasa bahwa kemitraan yang dibangun tidak sesuai dengan kebutuhan mereka atau kemitraan yang dibangun mempunyai banyak kekurangan. 3. Relasi antara partner Relasi antara partner meliputi kepercayaan, penghargaan, dan konflik. a. Kepercayaan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah kerjasama yang baik. Organisasi atau individu yang terlibat dalam kemitraan harus menaruh kepercayaan kepada partnernya bahwa mereka akan sungguh bertanggungjawab dengan tugas dan perannya masing-masing. Selain kepercayaan, b. Penghargaan juga merupakan bagian yang penting dalam kemitraan. Kemitraan akan terjalin dengan baik apabila terdapat rasa saling apresiasi atau menghargai antara partner. 9

c. Konflik juga menjadi hal yang penting dalam bermitra.konflik bisa saja memperkuat sebuah kemitraan jika perbedaan pendapat bisa merangsang pendekatan yang baru dalam sebuah kemitraan. Tetapi apabila sebuah konflik tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan masalah antara partner.perbedaan wewenang antara partner juga menjadi potensi konflik ketika ada pembatasan mengenai siapa yang terlibat, pendapat siapa yang dianggap benar dan siapa yang paling berpengaruh dalam mengambil sebuah keputusan. 4. Karakteristik Kemitraan Kepemimpinan, manajemen pembagian peran, komunikasi yang efektif, komitmen, koordinasi dan efisiensi merupakan karakteristik kemitraan yang sangat mempengaruhi terbentuknya sebuah kemitraan yang sinergis. a. Kepemimpinan. Pemimpin harus memiliki kemampuan dalam membangun relasi untuk memperkuat kepercayaan, keterbukaan antara partner, menciptakan kondisi yang dapat menjembatani perbedaan pendapat dan mampu mengolah konflik antara partner. b. Komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang paling penting dalam menjalin kemitraan. Tanpa komunikasi yang memadai, kolaborasi yang efektif tidak akan mungkin terjadi. Kualitas komunikasi memberikan kontribusi bagi keberhasilan kemitraan. c. Manajemen pembagian tugas Merupakan prosedur penentuan siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra. d. Efisiensi 10

Efisiensi dalam hal ini adalah peran dan tanggung jawab partner sesuai dengan kepentingan dan keahlian mereka masing-masing serta dapat memanfaatkan secara efektif kemampuan finansial, sumber daya dan waktu yang ada. 5. Lingkungan eksternal Kemitraan juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Lingkungan eksternal ini mencakup dukungan kebijakan dari pemerintah, dan karakteristik dari masyarakat setempat. Berdasarkan ulasan di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah kemitraan membutuhkan banyak elemen sebagai daya dukung, sehingga bisa berjalan efektif dalam mengupayakan kepentingan konstituen. Elemen-elemen tersebut antara lain adalah sumber daya, karakter pihak yang bermitra, relasi antara partner, karakteristik kemitraan dan lingkungan sekitar. 2.2 Bidan dan Dukun Bayi 2.2.1 Pengertian Bidan desa Bidan berarti bersama wanita atau dalam bahasa Prancis berarti wanita bijaksana. Secara tradisional bidan adalah wanita desa yang belajar dengan cara mengikuti proses persalinan keluarga atau tetangganya. Keterampilan dan pengetahuannya diturunkan dari generasi ke generasi.bidan adalah individu yangsudah menempuh pendidikan di bidang kebidanan dan telah diakui di negara tempat tinggalnya serta telah mendapatkan izin untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011). Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan kebidanan, yang diakui di negaranya, berhasil menjalankan program studi di bidang kebidanan, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau mendapat izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011). 11

2.2.2 PengertianDukun Bayi Dukun umumnya perempuan yang lebih tua, dan sangat dihormati di tengah masyarakat karena pengetahuan dan pengalaman mereka dalam hal membantun persalinan.dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui pelatihan (Depkes, 2008). Peran mereka mencakup pembantu kelahiran, memandikan, memijit-mijit, membantu dalam urusan rumah tangga dan persiapan perawatan setelah melahirkan. 2.3 Kemitraan Bidan desa dan Dukun Bayi 2.3.1 Pengertian kemitraan bidan desa dan dukun bayi Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi (Depkes,2008). 2.3.2Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun Ruang lingkup kegiatan kemitraan mencakup masukan, proses dan luaran program. 1. Input Input meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan. 2. Proses Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan dukun.kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran 12

dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun. 3. Program Output Kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak antara lain meningkatnya dukungan berbagai pihak (LP/LS) terkait, meningkatnya jumlah bidan dengan dukun yang bermitra, meningkatkan rujukan oleh dukun, meningkatnya cakupan pertolongan persalinan serta meningkatnya deteksi risti / komplikasi oleh masyarakat. 2.3.3 Prinsip Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi Kemitraan hanya dapat dibentuk bila ada lebih dari satu orang atau satu organisasi yang akan bekerjasama, dalam hal ini adalah bidan dan dukun bayi. Untuk mencapai suatu kemitraan ada beberapa prinsip yang digunakan: 1. Kesetaraan Kesetaraan yang dimaksud adalah saling menghargai pengetahuan, pengalaman,keberadaan dan keahlian mitranya. Jadi harus dimulai dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya. 2. Keterbukaan Keterbukaan yang dimaksud adalah kemauan bersama untuk menjelaskan perasaan dan keinginannya serta membicarakan persoalan masing-masing yang masih harus diuji kebenarananya.antara bidan dan dukun bayi harus dibuat suasana yang tidak membuat satunya merasa lebih rendah, lebih pintar dan lebih mampu. 3. Saling menguntungkan 13

Kemitraan yang dimaksud adalah tidak ada yang kehilangan atau kerugian yang diterima pada salah satu pihak, tetapi terjadi sinergi dari para pihak. Dengan demikian harus dicari hal apa yang dapat disinergikan dan menyebabkan keuntungan lebih besar untuk para pihak yang bermitra. 2.3.4 Landasan Kemitraan Bidan desa dan Dukun bayi Dalam suatu kerjasama yang berprinsip kemitraan ada beberapa landasan yang harus dipenuhi para pihak yang bermitra atau biasa disebut tujuh saling, yaitu: 1. Saling Memahami Kedudukan, Tugas dan Fungsi Bidan memiliki tugas dan fungsi utama dalam membantu persalinan ibu hamil.dukun bayi tidak melakukan tugas dan fungsi dalam membantu persalinan ibu secara langsung. Tugas dan fungsi dukun bayi adalah mendorong agar proses rujukan ibu bayi hanya kepada bidan atau tenaga kesehatan terlatih. 2. Saling Memahami Kemampuan Masing-masing Bidan memiliki kemampuan teknis dan tugas utama dalam membantu persalinan ibu sedangkan dukun bayi memiliki pengaruh dan dipercaya masyarakat. Masingmasing kemampuan tersebut saling sinergi dan perlu dioptimalkan dalam mendukung persalinan yang aman dan selamat bagi ibu. 3. Saling Menghubungi Optimalisasi kemitraan antara bidan dan dukun bayi perlu terus ditingkatkan dengan upaya saling menghubungi di antara masing-masing. 4. Saling Mendekati Bidan lebih banyak berada di unit pelayanan (Puskesmas, Pustu, atau Poskesdes), sedangkan dukun bayi sering dikunjungi atau mengunjungi ibu hamil. Untuk itu perlu kiranya para pihak tersebut saling mendekati, seperti mendorong dukun bayi 14

juga aktif datang ke posyandu, pustu, poskesdes ataupun Puskesmas. Demikian pula dengan bidan desa untuk lebih aktif mengunjungi dukun bayi. 5. Saling Bersedia Membantu dan dibantu pada umumnya bidan yang ditugaskan di desa masih relatif muda, terutama di daerah terpencil dan kurang banyak pengalaman dan kepercayaan dari masyarakat dibandingkan dukun bayi. Pada sisi lain, dukun bayi dengan pengalaman yang cukup banyak dan disegani oleh masyarakat tidak memiliki keterampilan medis. Karenanya dukun bayi tidak bisa mendeteksi persoalan komplikasi kehamilan ibu serta penanganannya secara medis. Hal tersebut perlu saling disadari dengan cara sifat bersedia membantu dan dibantu. 6. Saling Mendorong dan Mendukung Bidan perlu terus mendorong dan mendukung dukun bayi untuk tetap dihargai oleh masyarakat. Demikian pula sebaliknya, dukun bayi perlu mendukung proses persiapan dan pasca persalinan yang dilakukan oleh bidan. 7. Saling Menghargai Saling menghargai antara bidan dan dukun bayi sangat penting. Dukun bayi telah ada di masyarakat jauh sebelum keberadaan bidan ataupun perkembangan ilmu kebidanan.dukun bayi perlu menghargai perkembangan ilmu dan teknologi kebidanan yang dimiliki dan ditugaskan oleh pemerintah. 2.3.5 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Kemitraan Bidan dan Dukun Pihak-pihak yang terlibat dalam kemitraan bidan dan dukun bayi bukan saja pihak di desa/kelurahan, namun juga pihak-pihak terkait di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan.berikut para pihak tersebut serta perannya. 1. Tingkat Kabupaten 15

a. Dinas Kesehatan sebagai koordinator dalam program kemitraan bidan dan dukun bayi. b. Dalam program ini juga dilibatkan peran multi pihak seperti SKPD yang terkait urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Dinas Sosial, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), Tim Penggerak PKK tingkat Kabupaten, organisasi profesi kesehatan, akademisi, perguruan tinggi, LSM yang bergerak di bidang kesehatan, serta yang tak kalah penting adalah melibatkan DPRD (khususnya Komisi yang membidangi kesehatan). c. Dinas Kesehatan akan membentuk tim yang terdiri dari berbagai pihak tersebut di atas. Tim tersebut akan bertugas memberikan pembinaan, pengawasan dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan program ini. 2. Tingkat Kecamatan Pada skala kecamatan akan didampingi oleh camat, kepala puskesmas, PKK tingkat kecamatan, dan kelompok kerja operasional (Pokjanal) desa siaga tingkat kecamatan. Kerjasama tersebut untuk mendampingi, mengawasi dan evaluasi program kemitraan bidan dan dukun bayi secara berkala di tingkat kecamatan. 3. Tingkat Desa/Kelurahan Pada skala desa/kelurahan, maka kepala desa/lurah bersama dengan kelompok PKK, pengurus desa siaga, tokoh agama dan tokoh masyarakat akan mendampingi, memberikan pembinaan dan melakukan evaluasi proses kemitraan secara berkala di tingkat desa/kelurahan bersama dengan bidan dan dukun bayi. 2.3.6 Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Pelaksanaan Kemitraan Peran bidan dan dukun dalam pelaksanaan kemitraan meliputi masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas 16

2.3.6.1. Peran Bidan desa dan Dukun bayi dalam Masa Kehamilan 1.Peran Bidan a. Melakukan pemeriksaan ibu hamil (keadaan umum, menentukan taksiran partus, menentukan keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan) b. Melakukan tindakan pada ibu hamil (pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemberian pengobatan atau tindakan apabila ada komplikasi) c. Melakukan penyuluhan dan konseling d. Melakukan kunjungan rumah e. Melakukan rujukan apabila diperlukan f. Melakukan pencatatan g. Membuat laporan 2. Peran dukun a. Memberikan motivasi ibu hamil untuk periksa ke bidan b. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke bidan c. Membantu bidan pada masa pemeriksaan ibu hamil d. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil dan keluarga e. Memotivasi ibu hamil dan keluarga tentang KB f. Melakukan ritual yang berhubungan dengan adat dan keagamaan g. Melakukan motivasi pada saat rujukan diperlukan h. Melaporkan ke bidan apabila ada ibu hamil baru 2.3.6.2 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Persalinan 1. Peran Bidan a. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir 17

b. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf c. Melakukan asuhan persalinan d. Melaksanakan inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI segera dari 1 jam e. Injeksi vit K1 dan salep mata antibiotik pada bayi baru lahir f. Melakukan perawatan bayi baru lahir g. Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi h. Melakukan rujukan bila diperlukan i. Melakukan pancatatan persalinan j. Membuat laporan 2. Peran Dukun Bayi a. Mengantar calon ibu bersalin ke bidan b. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transportasi untuk pergi ke bidan atau memanggil bidan c. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman seperti air bersih dan kain bersih d. Mendampingi ibu saat bersalin e. Membantu bidan pada saat proses persalinan f. Melakukan ritual (jika ada atau perlu) g. Membantu bidan dalam merawat bayi baru lahir h. Membantu bidan dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam i. Memotivasi rujukan bila diperlukan j. Membantu bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan. 2.3.6.3 Peran Bidan dan Dukun dalam Masa Nifas 1. Peran Bidan a. Melakukan kunjungan neonatal dan sekaligus pelayanan nifas 18

b. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu dan keluarga (tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, ASI Eksklusif, parawatan tali pusat, KB setelah melahirkan) c. Melakukan rujukan apabila diperlukan d. Melakukan pencatatan e. Membuat laporan 2. Peran Dukun Bayi a. Melakukan kunjungan rumah dan memberikan penyuluhan tentang (tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan, kesehatan dan gizi, perawatan tali pusat dan perawatan payudara) b. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-kb setelah melahirkan c. Melakukan ritual agama (jika ada atau perlu) d. Memotivasi rujukan bila diperlukan e. Melaporkan ke bidan apabila ada calon akseptor KB Dalam proses alih peran dan pembagian tugas antara bidan dengan dukun perlu disepakati mekanisme kemitraan yang dijalin antara mereka. Meskipun mekanisme sangat beragam tergantung keadaan, tetapi ada beberapa hal penting yang harus disepakati (dituangkan secara tertulis dalam nota kesepakatan antara bidan dan dukun) yaitu mekanisme rujukan informasi ibu hamil, mekanisme rujukan kasus persalinan, mekanisme pembagian biaya persalinan dan jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun. 2.3.7 Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun 1. Pendataan kesehatan ibu dan anak 19

Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang terkait dengan kesehatan ibu dan bayi, serta potensi untuk penanganan masalah melalui kemitraan dukun dan bidan. 2. Identifikasi potensi yang mendukung kemitraan Dalam membangun kemitraan, perlu dilakukan identifikasi terhadap potensi yang mendukung kemitraan.potensi tersebut diantaranya adalah jumlah dan sebaran dukun, kebiasaan atau budaya local masyarakat yang mendukung kemitraan, dukungan pemerintah desa/kelurahan dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat serta sumber pendanaan untuk mendukung kemitraan.potensi ini dapat menjadi dasar dalam membangun kemitraan. 3. Membangun dukungan para pihak Dari langkah ini diharapkan muncul komitmen pemerintah untuk hadir pada pertemuan pembentukan kesepakatan antara bidan dan dukun bayi, komitmen untuk mendukung melalui program dan anggaran daerah, serta komitmen untuk mendorong pembentukan regulasi yang menjamin keberlangsungan kemitraan tersebut. 4. Pembentukan regulasi daerah Meski telah dibangun kesepakatan dan kesepahaman antara peran dan tugas bidan dan dukun bayi dalam kemitraan serta telah didukung komitmen informal atas nama pemerintah daerah, hal tersebut juga perlu didukung dengan pembentukan regulasi daerah Peran para pihak dan konsekuensi pembiayaan perlu dituangkan dalam regulasi daerah agar dapat dijamin oleh program dan angggaran pemerintah daerah. Proses pembentukan regulasi daerah dapat berupa peraturan kepala daerah ataupun peraturan daerah. Regulasi ini selain dapat memberikan jaminan ketersediaan dana dalam mendukung kemitraan juga mendorong pemenuhan 20

ketersediaan dan distribusi bidan yang lebih merata di desa-desa terpencil sebagai syarat terbentuknya kemitraan. 5. Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi Koordinasi dan peningkatan kapasitas bagi dukun bayi merupakan langkah untuk optimalisasi pelaksanaan peran dan tugas masing-masing. 6. Pemantauan dan penilaian Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan diperlukan adanya langkah pemantuan dan evaluasi yang dilakukan sercara terus menerus (bekesinambungan).kegiatan memantau dan menilai untuk melihat apakah semua kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana yang ditetapkan. 7. Mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung Dalam pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi dibutuhkan sarana dan prasarana pendukung yang juga merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan kemitraan tersebut. Beberapa prasarana dasar yang perlu ada dalam pemberian pelayanan oleh bidan atau tenaga kesehatan adalah Puskesmas, Pustu, Poskesdes, Polindes, Rumah Tunggu Kelahiran, Posyandu, yang dilengkapi listrik dan air bersih. Sedangkan sarana yang dibutuhkan dalam menunjang kemitraan, diantaranya mobiler, tempat tidur lengkap, lemari, meja, kursi, kain tirai, alat kesehatan (alkes), Bidan kit, dopler, sungkup/amubag, tabung oksigen, tiang infus, incubator, timbangan bayi, balita dan timbangan ibu hamil, alat pengukur panjang badan bayi, buku pegangan bidan, dukun bayi dan alat tulis, baju seragam dukun bayi (dimaksudkan untuk memberi rasa bangga dan sebagai pengakuan atas status dan peranan mereka di masyarakat), peralatan P3K (Pertolongan Pertama 21

Pada Kecelakaan), media penyuluhan, lembar balik penyuluhan, film tentang KIA, brosur, poster, dan lain-lain. 2.4 Angka Kematian Ibi (AKI) dan Angka Kemtian Bayi (AKB) 2.4.1 Pengertian Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang cukup penting. Angka kematian ibu diketahui dari jumlah kematian karena kehamilan, persalinan dan ibu nifas per jumlah kelahiran hidup di wilayah tertentu dalam waktu tertentu.angka Kematian Ibu mencerminkan resiko yang dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan yang dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kesehatan menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pelayanan prenatal dan obstetric. Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi. 22

2.4.2 Pengertian Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam mendeskripsikan tingkat pembangunan manusia di sebuah negara dari sisi kesehatan masyarakatnya.kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi.secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh factor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Cara Menghitung Angka Kematian Bayi Dimana rumus: AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR) 23

2.5 Kerangka Pemikiran kerjasama formal antara inividu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang di buat, saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang di peroleh. Dalam hal ini adalah kerjasama bidan desa dan dukun bayi dalam proses penanganan masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas. Bidan dan dukun bayi mempunyai peran yang berbeda sesuai dengan kesepakatan akan tetapi mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu persalinan ibu hamil. Bentuk kerjasama antara bidan dan dukun, di mana kerjasama ini harus saling menguntungkan kedua belah pihak dan atas dasar transparansi, kesamaan serta rasa saling percaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Peran bidan dalam bermitra adalah menolong kelahiran serta mengalihfungsikan dukun yang pada awalnya menolong persalinan menjadi rekan kerja untuk merawat ibu dan bayi Sehingga kerja sama yang baik dan terukur dalam hal ini adalah kerjasama bidan desa dan dukun bayi di desa teluk ambun dalam menekan angka kematian ibu dan bayi dapat behasil. Kemitraan bidan dan dukun sangat mempengaruhi tinggi rendahya angka kematian ibu dan bayi sehingga untuk mengetahui sebuah kemitraan yang sinergis, berikut ini teori yang peneliti pakai untuk mengkaji dan menelaah yang bisa mendukung berlangsungnya proses kemitraan yang baik. Elemen-elemen tersebut antara lain 1. sumber daya meliputi dana, sarana dan prasarana, 2. karakter (patner), meliputi keterampilan dan motivasi 24

3. relasi antara patner, meliputi kepercayaan, penghargaan dan konflik 4. karakteristik kemitraan, meliputi pembagian peran, komunikasi, pengambilan keputusan, koordinasi dan komitmen 5. lingkungan sekitar. Meliputi karakteristik masyarakat dan dukungan pemerintah dan tokoh masyarakat. 25

Bagan Alur Pikir 2.1 BIDAN DESA KEMITRAAN DUKUN BAYI 1. SUMBER DAYA 2. KARAKTERISTIK PARTNER 3. RELASI ANTAR PARTNER 4. KARAKTERISTIK KEMITRAAN 5. LINGKUNGAN EKSTERNAL ANGKA KEMATIAN IBU DAN BAYI 26

2.6 Definisi Konsep Konsep adalah proses dan upaya penegsan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian. Cara untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep dalam suatu penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep-konsep yang di teliti (siagian, 2011:136-138). Adapun batasan yang menjadi batasan konsep dalam penelitian adalah : 1. Kemitraan merupakan bentuk kerjasama antara dua pihak yang memiliki kepentingan yang sama, di mana sebelum melaksanakan tugas masing-masing, terlebih dahulu disepakati mengenai komitmen dan apa yang mejadi keinginan atau cita-cita serta harapan dari masing-masing pihak untuk mencapai tujuan bersama (Notoatmodjo, 2010). 2. Kemitraan bidan dan dukun adalah bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip kesetaraan, keterbukaan, dan kepercayaan dalam upaya menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Pada kemitraan ini, kegiatan bidan mencakup aspek medis, sedangkan kegiatan dukun mencakup aspek non medis. Aspek medis adalah proses pengelolaan dan pelayanan program kesehatan ibu dan anak mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. Aspek non medis adalah menggerakkan keterlibatan individu, keluarga dan masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta memberdayakan ibu hamil dan keluarganya. 3. Dukun adalah anggota masyarakat yang memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional yang diwariskan secara turun temurun atau melalui pelatihan (Depkes, 2008). 4. Bidan adalah seseorang yang sudah menjalani program pendidikan kebidanan, yang diakui di negaranya, berhasil menjalankan program studi di bidang 27

kebidanan, dan memenuhi kualifikasi yang diperlukan untuk dapat terdaftar atau mendapat izin resmi untuk melakukan praktik kebidanan (Myles, 2011). 5. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 6. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. 28