BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari proses kebudayaan dalam arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. penyebab gagalnya penanaman nilai dan moral pada siswa dan generasi. muda pada umumnya. Menurunnya moralitas, pejabat yang korup,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic Skill (kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. materi mengenai kehidupan politik suatu negara. Juga bertujuan untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan Hasil Penelitian dan Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Elis Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, maka berkaitan dengan kinerja guru diperlukan adanya totalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan esensi dari sebuah pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan generasi masa kini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Program pendidikan nasional diharapkan dapat menjawab tantangan harapan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

BAB I PENDAHULUAN. Global artinya seluas dunia (world wide), sedangkan prosesnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru PKn kelas VII D di SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang maupun dimasa

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erwin Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan paradigma barunya

BAB I PENDAHULUAN. akan peneliti sajikan pada bab ini adalah latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Sebanyak 27 siswa (79,4%) kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) sebagian besar masih menggunakan

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik pada satuan pendidikan harus diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran adalah salah satu target yang harus diupayakan oleh setiap pendidik dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuat. Sebagaimana landasan yuridis yang termuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 39 ayat 2 menjelaskan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan serangkaian pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan berbagai macam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Bertolak dari dasar yuridis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidik harus memahami pembelajaran sebagai sebuah proses yang kompleks. Pembelajaran akan berhasil, apabila pendidik memperhatikan situasi dan kondisi dimana pembelajaran tersebut berlangsung. Berdasarkan observasi pendahuluan dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti selama mengajar dari mulai tahun 2010 sampai akhir 2012 di SMP Negeri 2 Tomo, diperoleh fakta bahwa sebagian besar siswa belum menguasai konsep- 1

konsep pembelajaran PKn, hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang belum mampu menjawab dengan memuaskan soal-soal kognitif pada post test di hampir setiap akhir evaluasi pembelajaran, begitu pula dengan masih banyaknya siswa yang harus mengikuti remedial pada setiap akhir ujian kognitif kenaikan kelas. Fakta lain menunjukkan bahwa pembelajaran nilai belum termanifestasikan secara utuh, sehingga siswa belum menampilkan sikap yang mencerminkan adanya pemahaman nilai yang baik, hal ini terlihat dari tanggung jawab pribadi dan kedisiplinan siswa yang pada umumnya masih rendah, salah satunya dalam pengerjaan tugas sekolah. Begitu pula dengan kesadaran siswa terhadap kebersihan sekolah yang masih jauh dari harapan. Hal ini bisa terjadi akibat kurang optimalnya pembelajaran nilai yang selama ini diberikan kepada siswa. Beberapa permasalahan lain yang menjadi pertimbangan perlu dilakukannya penelitian ini adalah rendahnya penguasaan konsep-konsep kewarganegaraan siswa di sekolah, rendahnya komitmen siswa terhadap pembelajaran PKn, rendahnya tingkat partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran PKn, kurangnya pengembangan apresiasi nilai, norma, dan moral dalam pembelajaran PKn di sekolah, kurangnya habituasi pembelajaran nilai, kurang beraninya guru PKn dalam mengembangkan VCT sebagai aplikasi model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kompetensi kewarganegaraan di sekolah. Untuk mencapai proses dan hasil pembelajaran yang optimal, guru harus memahami bagaimana desain pembelajaran yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa maupun situasi dan kondisi sekolah. Idealnya pembelajaran harus mengarah pada pengembangan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara seimbang, dengan adanya penguasaan konsep yang baik, diharapkan siswa dapat memiliki 2

pengetahuan awal yang memadai untuk mengantarkannya pada pemahaman nilai yang komprehensif pada tahap belajar berikutnya. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti akan menguji cobakan metode peta konsep dan Value Clarification Technique (VCT) untuk mengatasi permasalahan yang muncul, khususnya pada mata pelajaran PKn. Hal ini penting, mengingat penguasaan konsep merupakan syarat utama dalam menyelesaikan tes tertulis dalam pembelajaran, begitu pula dengan pembentukan sikap yang akan menjadi bekal awal dalam pengembangan sikap dan kepribadian siswa di masa yang akan datang. Apabila kedua hal tersebut tidak mendapatkan perhatian serius maka di masa yang akan datang kualitas pendidikan tidak akan meningkat secara positif signifikan. Peta konsep digunakan untuk mengasah pengetahuan siswa, sedangkan VCT digunakan sebagai salah satu teknik dalam pendidikan nilai untuk memunculkan pemahaman siswa terhadap nilai. Pendidikan kewarganegaraaan harus mampu menggali potensi kognitif siswa secara bermakna, melalui peta konsep diharapkan anak akan lebih tertantang untuk menggali kreatifitasnya dalam menuangkan gagasan-gagasan penting pembelajaran menjadi sebuah peta konsep. Tidak hanya itu, pembelajaran PKn harus mampu menggali sisi internal siswa dimana salah satu bentuk sisi internal individu yang dimaksud adalah sikap. Sikap merupakan kecenderungan seseorang yang muncul sebelum berbuat. Untuk merubah sikap inilah maka VCT diasumsikan sebagai salah satu cara yang tepat untuk merubah sikap siswa yang masih jauh dari harapan. Kedua hal tersebut berperan penting dalam proses pembalajaran sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan (pengetahuan dan sikap) siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Arends L Richard dalam buku kedua, (2008:110) sebagai berikut. 3

Tidak ada pendekatan tunggal yang secara konsisten lebih baik dibanding yang lainnya. Pendidik harus menerapkan multiple models of instruction (model-model pengajaran yang beragam atau pengajaran multimodel dan menghubungkan model-model itu secara kreatif selama sebuah pelajaran. Pembelajaran peta konsep terkait dengan teori belajar koneksionisme yang menyatakan bahwa belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respon. Pendidik harus mengemas pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna bagi mereka. Hal ini berkesesuaian dengan teori belajar yang diungkapkan dalam buku The Psychology of Meaningful Verbal Learning. (David Ausubel, 1963) bahwa belajar hakikatnya merupakan proses mengaitkan informasi atau materi baru dengan konsepkonsep yang terdapat atau telah ada sebelumnya dalam struktur kognitif seseorang. Begitu pula dengan teori perkembangan intelektual menyeluruh menurut Piaget yang mengisyaratkan bahwa intelegensi merupakan adaptasi biologi terhadap lingkungan. Melalui peta konsep, siswa dikondisikan untuk mengadaptasikan kemampuan kognitif yang dimilikinya dengan tugas-tugas yang harus diselesaikannya dalam satu standar kompetensi tertentu. Standar kompetensi dalam pembelajaran bersifat kompleks, terdiri dari sejumlah dimensi yang luas, tidak hanya meliputi aspek kognitif saja. Hal ini diperkuat oleh Marzano dalam Santyasa (2003:97) bahwa, dimensi belajar terdiri dari lima tingkatan yaitu: (1) sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, (2) perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru, (3) perluasan dan penyempurnaan pengetahuan, (4) penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) pembiasakan berpikir efektif dan produktif. Dalam kegiatan belajar, tidak hanya aspek kognitif saja yang harus dikembangkan, aspek afektif pun perlu mendapatkan porsi yang sama dalam pembelajaran sehingga keduanya berperan secara sinergis sehingga terjadi 4

keseimbangan dan kesesuaian antara penguasaan konsep dan pemahaman nilai. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Silberman (1996:62) aktifitas belajar afekif membantu siswa untuk menguji perasaan, nilai dan sikapsikapnya. Pembelajaran afektif sangat penting untuk menyeimbangkan kemampuan kognitif yang dibelajarkan kepada siswa, keduanya harus disampaikan secara utuh agar siswa tidak hanya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, tetapi juga diimbangi dengan kemampuan untuk memahami dan menginternalisasikan esensi nilai ke dalam bentuk sikap. Untuk mengantarkan siswa ke dalam pembelajaran nilai, maka pendidik perlu membekali siswa terlebih dahulu dengan pemahaman konsep yang baik sebagai dasar untuk memahami nilai-nilai yang akan dipelajari pada tahap lanjutan. Dengan mempertimbangkan permasalahan yang muncul, penulis mencoba mendesain pembelajaran yang diasumsikan dapat mendorong siswa untuk membaca dan menuangkan ide serta kreatifitas sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing. Pada penelitian ini, peta konsep digunakan untuk mendorong potensi kognitif siswa di awal pembelajaran, kemudian siswa diajak untuk belajar mengenai nilai melalui Value Clarification Technique (VCT) dalam bentuk cerita berdilema moral. Kedua pilihan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif siswa pada materi norma. Melalui penelitian kuasi eksperimen, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh kombinasi pembelajaran peta konsep dan VCT terhadap kompetensi kewarganegaraan (pengetahuan dan sikap) siswa, maka dari itu peneliti mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana perbedaan kompetensi kewarganegaraan siswa pada kelas 5

pembelajaran PKn yang menggunakan metode peta konsep dan VCT dengan kelas pembelajaran PKn yang menggunakan metode konvensional. Kompetensi kewarganegaraan pada penelitian ini dibatasi pada kompetensi pengetahuan (civic knowledge) dan kompetensi sikap (civic disposition). Untuk memfokuskan identifikasi permasalahan, peneliti mencoba menjabarkan permasalahan yang muncul melalui beberapa pertanyaan penelitian berikut ini. 1. Apakah terdapat perbedaan pengetahuan kewarganegaraan siswa antara kelas pembelajaran PKn yang menggunakan peta konsep dengan kelas kontrol? 2. Apakah terdapat perbedaan sikap kewarganegaraan siswa antara kelas pembelajaran PKn yang menggunakan VCT dengan kelas kontrol? 3. Bagaimana deskripsi proses pembelajaran PKn dengan menggunakan peta konsep untuk meningkatkan pengetahuan kewarganegaraan siswa? 4. Bagaimana deskripsi proses pembelajaran PKn dengan menggunakan VCT untuk meningkatkan perubahan sikap siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perbedaan kompetensi kewarganegaraan (pengetahuan dan sikap) siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengetahuan kewarganegaraan siswa antara kelas pembelajaran PKn yang menggunakan peta konsep dengan kelas kontrol. 2. Perbedaan sikap kewarganegaraan siswa antara kelas pembelajaran PKn yang menggunakan VCT dengan kelas kontrol. 3. Deskripsi proses pembelajaran PKn dengan menggunakan peta konsep untuk meningkatkan pengetahuan kewarganegaraan siswa. 6

4. Deskripsi proses pembelajaran PKn dengan menggunakan VCT untuk meningkatkan perubahan sikap siswa. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat atau signifikansi dari penelitian yang berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Peta Konsep dan Value Clarification Technique terhadap Kompetensi Kewarganegaraan Siswa pada Konsep Norma ini adalah sebagai berikut. 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi para praktisi pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi para pendidik dalam melakukan inovasi pembelajaran di persekolahan. Sekaligus sebagai landasan pemikiran bagi tenaga pendidik dalam menentukan langkah yang tepat sebagai upaya strategis dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada proses pembelajaran, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan membantu pendidik maupun peserta didik dalam mencapai hasil pembelajaran yang optimal. 2. Secara Praktis a. Sebagai sarana peningkatan kompetensi pedagodik dan kompetensi profesional pendidik melalui penggunaan metode dan teknik pembelajaran PKn yang aktif, kreatif dan inovatif. b. Sebagai sarana bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan isu kewarganegaraan berkaitan dengan permasalahan sosial dalam konteks kehidupan bermasyarakat. c. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan kemampuan akademik yang sudah diperoleh serta menambah wawasan 7

keilmuan dalam pemilihan pola pembelajaran yang tepat sesuai materi yang akan menjadi pengalaman belajar siswa di sekolah. Pada hakikatnya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya meliputi konsep-konsep yang berkaitan dengan warga negara atau negara saja. Terdapat beberapa konsep lain yang bersifat luas yakni meliputi hukum, politik dan kewarganegaraan. Akan tetapi menurut Budimansyah (2008:55) dari sejumlah kompetensi yang diperlukan, kompetensi yang terpenting bagi warga Negara antara lain sebagai berikut. Penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; pengembangan karakter dan sikap mental tertentu; komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional. Apabila siswa dikategorikan sebagai bagian dari warga negara yang memiliki kompetensi dalam kategori baik, maka akan terbentuk nation and character building yang utuh. Untuk itu, idealnya tiga komponen utama dalam kompetensi kewarganegaraan perlu dijadikan sebagai bahan ajar penting dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Adapun kompetensi kewarganegaraan menurut Branson (1998:16).tersebut antara lain sebagai berikut. Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) yang berkaitan dengan kandungan apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara. Civic Skill (keterampilan kewarganaegaraan) meliputi kecakapan intelektual dan partisipatoris warga negara yang relevan. Civic Disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Kompetensi kewarganegaraan tersebut harus menjadi target pencapaian pendidik dalam pembelajaran PKn guna mengantarkan siswa 8

agar tumbuh dan berkembang sebagai individu yang memiliki pemahaman utuh tentang konsepsi kewarganegaraaan, sehingga mampu memposisikan dirinya sebagai bagian dari masyaraat lokal, nasional dan global sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya dari pembelajaran PKn. E. Struktur Organisasi Tesis Bab I memaparkan latar belakang masalah yang mengantarkan permasalahan, kemudian memaparkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis. Bab II memaparkan kajian pustaka, kerangka pemikiran, asumsi dan hipotesa penelitian. Bab III memaparkan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain penelitian tersebut, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, kemudian analisis data. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yakni pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan penelitian berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V memaparkan kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan umum, dan kesimpulan khusus. Pemberian rekomendasi ditujukan untuk pembuat kebijakan pendidikan, pengguna hasil penelitian, para peneliti selanjutnya dan berbagai pihak yang berkepentingan dengan penelitian yang dilakukan. 9