BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Puskemas Kedungmundu Kota Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. wilayah kerjanya. Sejak didirikan tahun 1976, Puskesmas ini bernama. Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan. dan tepat sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESLING LAPORAN TAHUNAN PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN BAB I UMUM 1.1. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

PENDATAAN PUSKESMAS TAHUN 2006

BAB IV HASIL PENELITIAN. 01 kelurahan Bulu Lor Kecamatan Semarag Utara Kota Semarang. Puskesmas memiliki luas tanah 567 dan luas bangunan 346

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB IV UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT YANG BERORIENTASI SASARAN (UKMBS) KRITERIA 4.1.3

PROVINSI KALIMANTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511)

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUSKESMAS 3 April 2009

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS DTP GUNUNGKENCANA JL. Gunungkencana- Bojongmanik Kode pos Telp

KERANGKA ACUAN KEGIATAN POSBINDU PTM

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BULUPODDO. Alamat : JL. Bulu Rappa No.1 Desa L.Riattang Kec. Bulupoddo PENANGGUNG JAWAB UKM

Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik Pada Penyelenggaraan Poliklinik Kesehatan Desa Di Kabupaten Batang

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 of 6 02/09/09 11:55

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BINAMU KOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Petugas P2 Diare (Program Pemberantasan Diare) Puskesmas Payolansek

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Penanggulangan Penyakit Menular

Nomor SOP Tgl Pembuatan Tgl Revisi Tgl Efektif. Nama SOP

RENCANA USULAN KEGIATAN ( RUK ) PROGRAM KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT (PERKESMAS) TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2008

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

file/perbub/upt-puskesmas/2009 2

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BUPATI LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

STRUKTUR ORGANISASI DAN PROGRAM DI PUSKESMAS ANDALAS. SUKHVINDER SINGH PERSEPTOR : DR.dr.Rosfita Rasyid,MKes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

PEMERINTAH KABUPATEN PATI DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CLUWAK Jl. Raya Tayu-Jepara Km12, (0295)

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

Rencana Strategis. Revisi BAB I PENDAHULUAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kesehatan terhadap bayi dan Anak Balita di wilayah Kerja UPTD

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

LAPORAN BOK UPT DINAS KESEHATAN UNIT PUSKESMAS TAHUN 2013

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT KERJA PUSKESMAS TAMAMAUNG TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

Transkripsi:

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Puskemas Kedungmundu Kota Semarang Puskesmas Kedungmundu merupakan kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Sejak didirikan Tahun 1976, Puskesmas ini bernama Puskesmas Kedungmundu. Pada Tahun 1998 terjadi perubahan Ketatanegaraan dimana adanya Otonomi daerah dan terjadi Pengembangan Wilayah, sehingga Puskesmas ini semula terletak di Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Semarang Timur, berubah menjadi terletakdi Jl. Sambiroto RT 1 RW 1 Kecamatan Tembalang, dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 112.907 jiwa serta luas wilayah kerja 142.444.890 km 2 terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan yang meliputi : 36 a. Kelurahan Kedungmundu b. Kelurahan Tandang c. Kelurahan Jangli d. Kelurahan Sendangguwo 36 Profil Puskesmas Kedungmundu, 2016, Semarang. Hal. 3. 32

e. Kelurahan Sendangmulyo f. Kelurahan Sambiroto g. Kelurahan Mangunharjo Puskesmas Kedungmundu memiliki 4 (empat) Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu Sendangguwo, Pustu Sendangmulyo, Pustu Sambiroto dan Pustu Mangunharjo. Sedangkan fasilitas dan peran serta masyarakat meliputi : 90 Posyandu Balita, 44 Posyandu Lansia dengan 465 Kader aktif. 37 2. Struktrur Organisasi Puskesmas Kedungmundu Sebagaimana peraturan Walikota Semarang No 62 Tahun 2008, yang sudah digunakan terhitung mulai tanggal 24 Desember 2008, tentang Organisasi dan tata kerja pusat kesehatan masyarakat Kota Semarang. Dimana susunan organisasi Puskesmas terdiri dari Kepala Puskesmas, Ka. Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional sebagai berikut : a. Kepala Puskesmas Puskesmas Kedungmundu sudah beberapa kali dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas yaitu sejak Tahun 1967, sampai dengan periode ini sudah urutan yang ke 13. Pimpinan Puskesmas saat ini di jabat oleh seorang tenaga dokter yang sudah berpengalaman, dimana sebelumnya sudah pernah menjadi kepala Puskesmas di Kota Semarang sejak 37 Ibid, Hal. 4.

tahun 2005, sedangkan menjadi kepala Puskesmas Kedungmundu sejak Februari 2014. b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Keberadaan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas di Kota Semarang mulai di jabat tenaga struktural sejak Tahun 2009. Sedangkan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Kedungmundu di pegang oleh seorang Tenaga Kesehatan Masyarakat, yang diangkat oleh Walikota Semarang sejak Tahun 2010. c. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seorang pegawai Negeri Sipil dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya di dasarkan pada keahlian atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri yang diberi tugas, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan yang sesuai dengan profesinya dalam rangka mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi Puskesmas. 38 Struktrur Organisasi Puskesmas Kedungmundu sebagai berikut : 38 Ibid, Hal. 5-6

Bagan 3.1 Struktrur Organisasi Puskesmas Kedungmundu KEPALA PUSKESMAS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL n SUB BAGIAN TATA USAHA Koordinator YAN KLI Koordinator YAN KESMAS Umum Kepegawaian Keuangan Rumah Tangga Bp. Umum Promkes Bp. Gigi KIA-KB-Imunisasi- MTBS Home Care-PHN Gizi P2M-Epidemiologi Sanitarian Pustu Sendangmulyo Pustu Sambiroto Laboratorium Usila-Olahraga Pustu Sendangguwo Farmasi UKS-UKGS-UKGMD Pustu Mangunharjo PTM SIK Sumber Data : Puskesmas Kedungmundu Tahun 2016

Puskesmas Kedungmundu memiliki struktur organisasi yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Semua Sumber Daya Manusia di Puskesmas Kedungmundu berjumlah 35 orang dengan rincian sebagai berikut : 39 Tabel 3.1 Data Pegawai Puskesmas No Data Pegawai Jumlah Keterangan 1 Kepala Puskesmas 1 S1 Kedokteran 2 Ka Sub Bag TU 1 S2 3 Dokter Umum 4 S1 Kedokteran 4 Dokter Gigi 1 S1 Kedokteran Gigi 5 Bidan 5 3 DIII dan 2 DIV 6 Perawat Umum 7 DIII 7 Perawat Gigi 3 DIII 8 Epedemiolog 1 S1 9 Sanitarian 1 S1 10 Penyuluh Kesehatan 1 S1 11 Analisis Kesehatan 2 SMK, DIII 12 Apoteker 1 S1 + Profesi 13 Asisten Apoteker 1 DIII 14 Nutrisionis 1 DIII 15 Administrasi Umum 2 SLTA 16 Petugas Loket 2 SLTA 17 Sopir 1 SLTA Sumber Data : Puskesmas Kedungmundu Tahun 2016 39 Ibid, Hal. 7.

Pelaksanaan kesehatan lingkungan dijalankan dibawah unit sanitarian, dimana program yang dilakukan meliputi konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, intervensi kesehatan lingkungan. 3. Hasil Wawancara Dengan Narasumber Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang a. Kepala Puskesmas Wawancara kepada Kepala Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dr. Tuti Setywati dilakukan pada tanggal 25 Juni 2016. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu sesuai dengan Permenkes No 13 Tahun 2015 sudah dilaksanakan sejak diberlakukannya Permenkes tersebut. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu dilaksanakan oleh seorang koordinator sanitarian. Ketentuan kesehatan lingkungan dilaksanakan berdasarkan lingkup jenis penyakit yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan. Pembagian tugas dalam pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas dibagi sesuai tugas pokok masingmasing seperti adanya rujukan pasien penderita penyakit berbasis lingkungan dari BP dilayani dokter umum, adanya konseling dari petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas

kepada pasien rujukan dari BP, kunjungan rumah terhadap pasien yang sudah dikonseling oleh tenaga sanitarian. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas meliputi konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, dan intervensi kesehatan lingkungan. Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang konseling dalam kesehatan lingkungan dilaksanakan kepada masyarakat yang datang berobat ke Puskesmas Kedungmundu maupun petugas Puskesmas yang mendatangi masyarakat di lapangan. Inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara menerjunkan petugas sanitarian ke masyarakat untuk melihat langsung dan mengamati kondisi kesehatan lingkungan di masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu berdasarkan Permenkes No 13 Tahun 2015. Perbaikan dan pembangunan sarana diperlukan apabila pada hasil inspeksi kesehatan lingkungan menunjukkan adanya faktor risiko lingkungan penyebab penyakit dan/atau gangguan kesehatan pada lingkungan dan/atau rumah pasien. Perbaikan dan pembangunan sarana dilakukan untuk meningkatkan akses terhadap air minum, sanitasi, sarana perumahan, sarana pembuangan air limbah dan sampah, serta sarana kesehatan

lingkungan lainnya yang memenuhi standar dan persyaratan kesehatan lingkungan. Dalam pelaksanaannya intervensi kesehatan lingkungan harus mempertimbangkan tingkat risiko berdasarkan hasil inspeksi kesehatan lingkungan. Pada prinsipnya pelaksanaan intervensi kesehatan lingkungan dilakukan oleh pasien sendiri. Dalam hal cakupan intervensi kesehatan lingkungan menjadi luas, maka pelaksanaannya dilakukan bersama pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat/swasta. Hasil wawancara dengan kepala Puskesmas Kedungmundu diketahui bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung terhadap penyelenggaran kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu meliputi tersedianya tenaga sanitarian dengan kualifikasi pendidikan Sarjana yang melebihi syarat minimal kualifikasi tenaga sanitarian yaitu Diploma. Faktor penghambat dalam penyelenggaran kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang meliputi kurangnya peralatan laboratorium yang memadai dalam melakukan pemeriksaan kesehatan lingkungan seperti pemeriksaan udara, tanah, suhu yang sulit dan belum memiliki peralatannya.

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Wawancara kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Ujay Bin Madhani, SKM. MH. Kes dilakukan pada tanggal 26 Juni 2016. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu sesuai dengan Permenkes No 13 Tahun 2015 sudah dilaksanakan sejak di Undangkan dan selagi penyesuaian dengan Permenkes No 13 Tahun 2015. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu dilaksanakan secara terkoordinasi dan terintegrasi dari semua pemegang program dengan terlaksananya program berdasarkan tupoksi masing-masing, yang di maksud tugas pokok dari petugas sanitarian disini yaitu pelaksana hygine dan sanitasi, dan tugas integrasinya meliputi : membantu kegiatan program DB, pengelolaan kesehatan lingkungan Puskesmas Kedungmundu dan pustu-pustu, membantu pelayanan di loket pendaftaran pasien, penyuluhan kesehatan dan penanggulangan KLB, koordinator SIMPUS dan pelayanan posyandu. Ketentuan kesehatan lingkungan dilaksanakan berdasarkan lingkup jenis penyakit, lingkup tenaga sanitarian, promkes, P2M & Balai Pengobatan. Pembagian tugas dalam pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas dibagi meliputi adanya penemuan kasus dari

Balai Pengobatan, penanggulangan penyakit oleh tenaga surveilan, penyebar luasan informasi kesehatan oleh tenaga promkes, penanganan kesehatan lingkungan oleh tenaga sanitarian. Unit bidang yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu dilakukan oleh tenaga kesehatan fungsional sanitarian sebagai koordinator. Dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan diliat dari segi form pelacakan sudah tersedia format-format lacakan, segi dana ada bantuan transportasi dari BOK, peralatan dukungan dari laboratorium, sedangkan untuk menguji kualitas lingkungan seperti kebisingan, kelembaban. Pemeriksaan langsung kualitas udara, air dan tanah belum ada. Kebijakan dalam pelaksanaan Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Kota Semarang berupa penyesuaian antara aturan lama dan aturan baru, terutama pada from-from pelacakan dan isian kegiatan menggunakan from lama. Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Kedungmundu diketahui bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan yaitu faktor pendukung

dan faktor penghambat. Faktor pendukung terhadap penyelenggaran kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu meliputi tersedianya tenaga sanitarian dengan kualifikasi pendidikan Sarjana yang melebihi syarat minimal kualifikasi tenaga sanitarian yaitu Diploma. Faktor penghambat dalam penyelenggaran kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang hambatan yang ada tidak begitu berarti, karena juklak dan juknis kegiatan sudah ada pedoman permenkes tadi, namun karena ruangan Puskesmas terbatas, hambatan terjadi pada pelayanan yang tidak maksimal. c. Petugas Sanitarian Wawancara kepada Petugas Sanitarian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Carolien Juliarsi Dyah M. SKM dilakukan pada tanggal 26 Juni 2016. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu sesuai dengan Permenkes No 13 Tahun 2015 sudah dilaksanakan sejak bulan Maret Tahun 2015 atau sejak diberlakukannya Permenkes tersebut. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu dilaksanakan oleh seorang petugas sanitarian. Ketentuan kesehatan lingkungan dilaksanakan berdasarkan penemuan kasus di BP, MTBS, Laboratorium, untuk penanganan kesehatan lingkungan yang berkaitan

dengan penyakit dikerjakan oleh lintas program yang berbasis lingkungan dilakukan oleh tenaga sanitarian. Pembagian tugas dalam pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas dibagi tenaga promkes memberikan penyuluhan, petugas surveilens melakukan survey atau penyelidikan penyakit, petugas BP, KIA (perawat dan bidan) bertugas merujuk ke klinik sanitarian. Kebijakan yang dilakukan di puskesmas kedungmundu dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan, dilakukan sesuai dengan format-format yang masih berlaku, ruangan kesehatan lingkungan sudah ada tetapi ketika untuk pelayanan konsul sanitasi tempat belum maksiamal, berkenaan dengan aturan tidak memakai Permenkes No 13 Tahun 2015 tetapi masih pakai SOP klinik Tahun 2005. Unit bidang yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu yaitu petugas sanitarian sendiri. Dukungan prasarana dalam pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan lingkungan berupa ruang konsul klinik sanitasi, kendaraan yang disediakan Puskesmas saat harus dilakukan pemeriksaan dirumah pasien. Hasil wawancara dengan Petugas Sanitarian Puskesmas Kedungmundu diketahui bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung terhadap penyelenggaran kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu meliputi tersedianya tenaga sanitarian dengan kualifikasi pendidikan Sarjana yang melebihi syarat minimal kualifikasi tenaga sanitarian yaitu Diploma. Faktor penghambat dalam penyelenggaran kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang meliputi kurangnya peralatan laboratorium yang memadai dalam melakukan pemeriksaan kesehatan lingkungan, gedung pengobatan di Puskesmas yang kurang luas serta tenaga sanitarian yang hanya 1 (satu) orang, karena terbatas petugas sanitarian hanya 1 orang sehingga pelaksanaan kesehatan lingkungan dibantu oleh tenaga epidemilogi dan tenaga lintas program. Untuk kegiatan yang terkait dengan KIE dilakukan dengan cara mengumpulkan masyarakat di balai desa dengan melibatkan kader kader PKK, RT/RW dan kepala desa setempat. Kegiatan ini dilakukan secara rutin serta saat ditemukan kasus dibalai pengobatan petugas sanitarian langsung melakukan inspeksi kesehatan lingkungan.

B. PEMBAHASAN 1. Ketentuan Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas a. Dasar Hukum Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesetahan Lingkungan 1) Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 4 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan, hak atas kesehatan yang dimaksud dalam Pasal 4 tersebut adalah hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selanjutnya pada Pasal 5 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa : a) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. b) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. c) Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pekayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

Pada Pasal 6 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan di tegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan dan pada pasal 9 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pasal 15 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan di tegaskan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pemerintah bertanggung jawab terhadap ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan untuk melaksanakan upaya kesehatan yang merata dan terjaungkau oleh masyarakat di perlukan ketersedian fasilitas pelayanan kesehatan di seluruh wilayah sampai terpencil yang mudah di jangkau oleh seluruh masyarakat agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggitingginya. Puskesmas diselenggarakan sebagai upaya untuk membantu masyarakat agar lebih mudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan dalam rangka

meningkatan derajat kesehatannya karena Puskesmas terletak ditengah-tengah pemukiman sehingga lebih dekat dan terjangkau oleh masyarakat. 2) Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas Bentuk pelayanan kesehatan di lingkungan masyarakat di atur dalam Permenkes No 75 Tahun 2014 Pasal 1 butir (1) menyebutkan bahwa Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pasal ini menjelaskan bahwa pemerintah menyediakan fasilitas kesehatan sebagai tempat pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Permenkes No 75 Tahun 2014 Pasal 1 butir (2) tentang Puskesmas menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya.

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dalam Pasal 35 meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a) pelayanan promosi kesehatan. b) pelayanan kesehatan lingkungan. c) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. d) pelayanan gizi. e) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Upaya kesehatan masyarakat pada ayat (1) harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal Kabupaten/Kota bidang kesehatan. Pasal tersebut menjelaskan bahwa Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang digunakan sebagai tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

3) Permenkes No 43 Tahun 2016 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan. Pasal 1 Permenkes No 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya disingkat SPM Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Salah satu pelayanan kesehatan yang berhak diperoleh setiap warga antara lain pelayanan kesehatan lingkungan, adapun ketentuan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan terdapat pada Pasal 1 dan Pasal 2 ayat (2) huruf k yaitu Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB sesuai standar. Pasal tersebut menjelaskan bahwa Puskesmas merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang digunakan sebagai tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. 4) Permenkes No 44 tahun 2016 tentang pedoman manajemen Puskesmas. Puskesmas sebagai tulang punggung penyeleneggaraan upaya pelayanaan kesehatan dasar bagi masyarakat di wilayah kerjanya berperan

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan secara optimal tertuang di Permenkes No 44 Tahun 2016 tentang pedoman manajemen Puskesmas. Pemahaman akan pentingnya manajemen Puskesmas, telah diperkenalkan sejak tahun 1980, dengan disusunnya buku-buku pedoman manajemen Puskesmas, yang terdiri atas paket lokakarya mini Puskesmas tahun 1980, pedoman stratifikasi Puskesmas tahun 1984 dan pedoman microplanning Puskesmas tahun 1986. Pedoman microplanning Puskesmas tahun 1986, digunakan untuk acuan menyusun rencana 5 tahun Puskesmas yang tercantum pada Pasal 1 yang diprioritaskan untuk mendukung pencapaian target lima program KB-kesehatan terpadu, yang terdiri atas kesehatan ibu dan anak (KIA), KB, gizi, imunisasi dan diare. Untuk ruang lingkup kinerja Puskesmas, pencapaian cakupan pelayanan kesehatan antara lain pelayanan kesehatan lingkungan yang di atur dalam Permenkes No 13 Tahun 2015. Untuk terselenggaranya upaya kesehatan bermutu bagi masyarakat Puskesmas harus mampu bekerja baik dan profesional, upaya kesehatan yang

diberikan harus selalu memperhatikan kepentingan, kebutuhan dan harapan masyarakat. b. Bentuk Pengaturan Hukum Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Puskesmas mengacu pada Permenkes No 13 Tahun 2015, adapun isi dalam pengaturan pelayanan kesehatan di Puskesmas meliputi penyelenggaraan, sumber daya, pemantauan dan evaluasi dan pencatatan dan pelaporan. 1) Penyelenggaraan Penyelenggaraan yang dimaksud dalam pelayanan kesehatan lingkungan ini merupakan bagian dari pelayanan kesehatan praripurna yang diberikan kepada pasien. Adapun kegiatan kesehatan lingkungan terdiri dari konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, intervensi kesehatan lingkungan. Konseling yang dimaksud dalam penyelenggaran ini dilakukan kepada pasien yang menderita penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang dilaksanakan secara terintregasi dengan pelayanan pengobatan atau perawatan. Konseling dapat dilakukan tidak hanya kepada pasien yang menderita penyakit namun bisa dilakukan kepada keluarga atau pihak yang mendampingi melalui alat

peraga, percontohan, dan media informasi cetak atau elektronik. Kegiatan konseling ini harus dilakukan setiap hari kerja di Puskesmas. Setelah dilakukan konseling apabila hasil surveilans kesehatan yang menunjukkan kecenderungan berkembang meluasnya penyakit serta kejadian kesakitan akibat faktor lingkungan, tenaga kesehatan lingkungan harus melakukan inspeksi kesehatan lingkungan terhadap media lingkungan, adapun kegaiatan inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan dengan cara pengamatan fisik media lingkungan, pengukuran media ditempat, uji laboratorium dan analisis resiko kesehatan lingkungan. Hasil dari inspeksi kesehatan lingkungan dapat ditetapkan menjadi intervensi kesehatan lingkungan. Intervensi kesehatan lingkungan dapat dilaksanakan secara mandiri atau berkerja sama dengan pemangku kepentingan dan pihak terkait lainnya. Kegiatan intervensi kesehatan lingkungan dapat berupa komunikasi, informasi dan edukasi serta pengerakan atau pemberdayaan masyarakat, perbaikan dan pembangunan sarana, pengembangan teknologi tepat guna, rekayasa lingkungan. Kegiatan inspeksi dan intervensi kesehatan lingkungan dapat dilaksanakn diluar jam kerja Puskesmas.

2) Sumber Daya Sumber daya untuk penyelenggaran pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas harus didukung dengan ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan dan pendanaan yang memadai. Sumber daya manusia paling sedikit 1 (satu) orang tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki ijin sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan. Sarana dan prasarana paling sedikit meliputi : a) Ruang untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain b) Laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan laboratorium yang ada Puskesmas c) Peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan lingkungan d) Media komunikasi, informasi, dan edukasi Sedangkan pendanan dibebankan pada anggaran Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang- Undangan.

3) Pemantauan Dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi dibebankan pada tanggung jawab kepala Puskesmas dalam rangka menjaga mutu pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas, yang mencakup pelayanan kesehatan lingkungan dan pelaksanaan program pengawasan kualitas media lingkungan. Hasil pemantauan dan evaluasi dibahas dalam pertemuan integrasi lintas program Puskesmas secara berkala serta menjadi indikator dalam penilaian akreditasi Puskesmas. 4) Pencatatan Dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan wajib dicatat dalam lembar status kesehatan lingkungan pasien. Lembar status tersebut berupa resume/kesimpulan hasil konseling, hasil inspeksi, dan intervensi kesehatan lingkungan yang dilakukan tehadap pasien. Dalam sistem pelaporan, Puskesmas wajib melaporkan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan secara berkala Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang kemudian dapat dijadikan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan kesehatan lingkungan dalam skala Kabupaten/Kota.

2. Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas Terhadap Ispa, Diare, Dermatitis Berdasarkan hasil penelitian upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang ini difokuskan pada 3 (tiga) penyakit dengan angka kejadian tertinggi yaitu ispa, diare dan dermatitis dilakukan sebagai berikut : a. Kegiatan Kesehatan Lingkungan Pelaksanaan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang dilakukan melalui beberapa tahapan meliputi : 1) Konseling Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyelenggaraan konseling di Puskesmas Kedungmundu terhadap 3 (tiga) penyakit ispa, diare dan dermatitis dilakukan dengan cara mengidentifikasi temuan penyakit terlebih dahulu, yaitu melalui data pasien yang telah melakukan pemeriksaan dibalai pengobatan minimal 3 (tiga) kali, setelah itu pasien dirujuk kepada petugas sanitarian baru melakukan konseling.

Konseling dilakukan perpasien tapi kenyataan penyakit masih banyak sedangkan tenaga sanitarian hanya 1 (satu) orang dengan penyakit ispa, diare, dermatitis masih tinggi. Hal ini menyebabkan konseling kepada masyarakat belum berhasil, meskipun sudah dilakukan konseling. Konseling ini sudah dilakukan Puskesmas namun dari data yang diperoleh angka penyakit ispa, diare dan dermatitis masih tinggi. Untuk penyakit diare dan dermatitis materinya berkaitan dengan sumber air, kandang ternak satu ruangan dengan rumah dan jamban sedangan untuk penyakit ispa materinya berkaitan dengan kebersihan udara biasanya spesikasinya ventilasi rumah. Konseling penyakit ispa yang dilaksanakan antara lain menanyakan adakah batuk dan kesukaran bernafas, lama sakit, jumlah yang sakit, keadaaan pintu/jendela, lubang penghawaan, luas rumah, bahan bakar masak, cerobong asap, kebiasaaan tidur, perilaku batuk. Dan untuk masalah yang terjadi antara lain tingkat hunian rumah padat, ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat, dan perilaku. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kedungmundu petugas sanitarian sudah melakukan konseling sesuai isi Permenkes namun dari segi masyarakatnya yang belum sadar akan perilaku hidup sehat.

Konseling penyakit diare yang harus ditanyakan antara lain makanan yang dimakan sebelum sakit, sumber air bersih, tempat buang air besar, pemilikan jamban, memasak air, dan memberi asi. Dan masalah yang terjadi antara lain penyediaan air tidak memenuhi syarat, pembuaungan kotoran tidak saniter dan perilaku tidak higienis. Dari hasil penelitian di Puskesmas kedungmundu petugas sanitarian sudah melakukan konseling kepada masyarakat, namun ada beberapa kendala karena kurangnnya dukungan dari masyarakat yang tidak melaksanakan saran yang telah diberikan misalnya cuci tangan sebelum makan atau menyiapakan makanan,cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, jangan makan jajanan yang kurang bersih. Konseling penyakit dermatitis yang dilaksanakan antara lain menanyakan sumber air bersih, tempat mandi, kebiasaan mandi, kebiasaan buang air besar, penggunaan pakaian, kebersihan tangan dan kuku. Dan masalah yang terjadi antara lain penyediaan air tidak memenuhi syarat, kesehatan perorangan jelek, dan perilaku tidak higienis. Dari hasil penelitian petugas sanitarian sudah memberikan konseling kepada masyarkat, namun dalam pelaksanaan konseling disini memiliki kendala diantaranya kesehatan

perorangannya jelek dan perilaku tidak higienis dari masyarakat itu sendiri. 2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas pelaksanan inspeksi kesehatan lingkungan dilakukan dengan pengamatan fisik media lingkungan, uji laboratorium atau analisis resiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitan di Puskesmas Kedungmundu untuk kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan untuk penyakit diare dan dermatitis meliputi sumber air, jamban, kebiasaan BAB dan kebersihan tangan dan kaki. Sedangkan untuk inspeksi penyakit ispa dengan mengamati frekuensi batuk atau kesukaran bernafas, lama sakit, sirkulasi udara dirumah. Dengan demikian puskesmas kedungmundu sudah melakukan kegiatan inspeksi kesehatan lingkungan sesuai dengan Permenkes. Namun inspeksi tersebut belum optimal hal ini diketahui data diperoleh masih tingginya angka penyakit tersebut. Karena dari masyarakat yang kurang mementingkan kesehatan dan tidak ada perubahan walaupun sudah dilakukan konseling.

3) Intervensi Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas tercantum dalam Pasal 9 ayat (3) yaitu dalam melaksanakan program kesehatan atau pengawasan kualitas media lingkungan, tenaga kesehatan lingkungan berhak atas akses informasi yang diperlukan, akses memasuki tempat yang dicurigai memiliki potensi berkembangnya faktor risiko lingkungan dan pengambilan dan pengujian sampel media lingkungan dan/atau spesimen biomarker. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Kedungmundu intervensi kesehatan lingkungan sudah dilaksanakan. Dalam pelaksanakan program kesehatan atau pengawasan kualitas media lingkungan penilaian media air petugas sanitarian mengukur jarak sarana air bersih dengan sumber pencemaran, dan mengambil sampel air bersih untuk diperiksa dilaboratorium. Apabila hasil analisis faktor risiko lingkungan dalam pelaksanaan intervensi kesehatan lingkungan menunjukkan besar dan luasnya potensi risiko sampai di luar wilayah kerjanya, tenaga kesehatan lingkungan sudah menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat melalui kepala Puskesmas untuk dilakukan intervensi kesehatan lingkungan secara terintegrasi. Dalam hal intervensi kesehatan lingkungan secara terintegrasi memerlukan koordinasi lintas sektor, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib melaporkan kepada Bupati/Walikota. b. Sumber Daya 1) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia untuk petugas sanitarian dijelaskan dalam Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas paling sedikit 1 (satu) orang tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan. Berdasarkan hasil penelitian, petugas sanitarian di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang sudah memenuhi standar dengan kualifikasi pendidikan Sarjana yang melebihi syarat minimal kualifikasi tenaga sanitarian yaitu Diploma dan sudah teregistrasi. 2) Sarana Dan Prasarana Sarana dan prasarana di Puskesmas dijelaskan dalam Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di

Puskesmas paling sedikit meliputi : ruang untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan konseling lain, laboratorium kesehatan lingkungan yang terintegrasi dengan laboratorium yang ada di Puskesmas, peralatan yang dibutuhkan dalam intervensi kesehatan lingkungan, dan media komunikasi, informasi dan edukasi. Diketahui dari hasil penelitian, sarana dan prasarana di Puskesmas Kedungmundu Kota semarang sudah tersedia ruang untuk konseling, laboratorium kesehatan lingkungan yang ada di Puskesmas, peralatan yang dibutuhkan dan media komunikasi, informasi dan edukasi. 3) Pendanaan Pendanaandi Puskesmas dijelaskan dalam Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas yang dimaksud disini dibebankan pada anggaran Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-Undangan. Diketahui dari hasil penelitian, dalam sistem pendanaan Puskesmas sudah diberikan oleh pemerintah daerah untuk program kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya berupa sistem kapitasi.

c. Pemantauan Dan Evaluansi Berdasarkan Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas tercantum dalam Pasal 15 ayat (1) yaitu setiap pasien yang diberikan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas wajib dicatat dalam lembar status Kesehatan Lingkungan Pasien dengan menggunakan contoh sebagaimana terlampir. Dari hasil penelitian di Puskesmas Kedungmundu inspeksi kesehatan lingkungan sudah dilakukan pemantauan dan evaluasi dengan menggunakan lembar status kesehatan lingkungan pasien merupakan resume/kesimpulan hasil Konseling, hasil inspeksi kesehatan lingkungan yang dilakukan terhadap Pasien, dan Intervensi Kesehatan Lingkungan yang dilakukan. Puskesmas wajib menyampaikan laporan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Laporan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan merupakan bahan pertimbangan untuk menetapkan kebijakan kesehatan lingkungan dalam skala Kabupaten/Kota.

d. Pencatatan Dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan di Puskesmas dijelaskan dalam Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas meliputi : setiap pasien yang diberikan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas wajib dicacat dalam lembar status kesehatan lingkungan pasien dengan menggunakan contoh sebagaimana terlampir, lembar status kesehatan lingkungan pasien merupakan resume/kesimpulan hasil konseling, hasil inspeksi kesehatan lingkungan yang dilakukan terhadap pasien dan intervensi kesehatan lingkungan yang dilakukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedungmundu sudah melakukan pencatatan dan pelaporan dari hasil konseling dan inspeksi kesehatan lingkungan yang dilakukan terhadap pasien dan intervensi kesehatan lingkungan yang dilakukan.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Pelayanan Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terhadap Ispa, Diare dan Dermatitis a. Faktor Yuridis Berdasarkan penelitian di Puskesmas Kedungmundu, faktor yuridis yang mempengaruhi upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terhadap ispa, diare dan dermatitis terdapat pada isi Permenkes No 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas. Dijelaskan pada Pasal 12 ayat (2) disini sumber daya manusia sebagaiamana dimaksud paling sedikit 1 (satu) orang tenaga kesehatan lingkungan yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan Perundangan-Undangan. Dimana di Puskesmas Kedungmundu sudah memiliki 1 (satu) petugas sanitarian namun aturan tersebut menghambat pelaksanaanya, karena tidak ada dorongan untuk menyediakan tenaga sanitarian lebih dari 1 (satu) orang untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan lingkungan, artinya ketentuan minimalnya yang dipenuhi padahal kebutuhannya lebih dari 1 (satu) orang tenaga sanitarian.

b. Faktor Sosiologis Berdasarkan hasil penelitian, faktor sosiologis yang mempengaruhi upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang antara lain : 1) Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang cukup luas 142.444.890 km 2 terdiri dari 7 (tujuh) Kelurahan yang meliputi: Kelurahan Kedungmundu, Kelurahan Tandang, Kelurahan Jangli, Kelurahan Sendangguwo, Kelurahan Sendangmulyo, Kelurahan Sambiroto, Kelurahan Mangunharjo dengan jumlah penduduk Tahun 2015 sebanyak 112.907 jiwa. Sehingga membutuhkan petugas sanitarian yang banyak. 2) Partipasi Masyarakat yang rendah dalam mewujudkan lingkungan yang bersih. 3) Edukasi/konseling oleh tenaga sanitarian tidak berjalan lancar karena masyarakat hanya datang ke Puskesmas pada saat sakit. Berdasarkan 3 (tiga) faktor itu maka secara sosiologi maka akan menghambat pelaksanaan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.

c. Faktor Teknis Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor teknis yang mempengaruhi ketentuan penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas untuk mewujudkan upaya peningkatan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang di temukan beberapa kendala dari sisi sarana dan prasarana antara lain : 1) Kegiatan konseling belum dapat dilakukan dengan baik karena belum ada ruangan tersendiri yang dikususkan untuk layanan konseling, sementara ini ruangan menyatu dengan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan petugas lainnya. 2) Laboratorium kesehatan lingkungan masih belum ada, dan minimnya kelengkapan peralatan (spesimen). Alat yang akan digunakan untuk pengambilan sempel, alat untuk pengukuran udara dan suhu juga belum tersedia. Jadi petugas hanya melakukan pengamatan dari segi fentilasi dan kelembaban suhu yang di lapangan tersebut. Berdasarkan 2 (dua) faktor itu maka secara teknis maka akan menghambat pelaksanaan kesehatan lingkungan di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.