STUDI DESKRIPTIF ADVERSITY QUOTIENT MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA BERDASAR JENIS KELAMIN DAN KEMAMPUAN MAHASISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

Nego Linuhung Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Abstract

Isna Rafianti Etika Khaerunnisa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2006: ) No. 22 tahun 2006 tujuan

Jurnal Siliwangi Vol. 2. No.2. Nov ISSN Seri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

Kata kunci : Adversity Quotient, dimensi Adversity Quotient (Control, Ownership and Origin, Reach, Endurance), siswa kelas sepuluh SMA X Di Magelang

TINGKAT ADVERSITY QUOTIENT ATLET DIY M. Yunus Sb, BM Wara K. dkk

BAB III METODE PENELITIAN

Kemampuan Komunikasi Dan Pemahaman Konsep Aljabar Linier Mahasiswa Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

IDENTIFIKASI KESALAHAN MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PENGANTAR PROBABILITAS

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MELALUI CREATIVE PROBLEM SOLVING SISWA KELAS XI-IPA1 SMA NEGERI I IMOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN

Yusi Yusniati 1), Novaliyosi 2), Khairida Iskandar 3) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Pembelajaran Konsep Limit Fungsi dengan Strategi Elaborasi Bagi Mahasiswa Matematika FKIP UM Mataram

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELAS BILINGUAL SMP NEGERI 1 PALEMBANG

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

Kiky Floresta et al., Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa...

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEAKTIFAN SISWA SMA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN ADVERSITY QUOTIENT SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN OPEN ENDED

BAB III METODE PENELITIAN

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

PENGARUH STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT-OREOVOCZ DAN PEMBELAJARAN TEKNIK PROBING TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIS SISWA SMP

Studi Deskriptif Mengenai Adversity Quotient pada Guru di Madrasah Aliyah Al-Mursyid Kota Bandung

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATA KULIAH ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

apa yang dirumuskan dalam NCTM (National Council of Teachers of isi atau materi (mathematical content) dan standar proses (mathematical

DESKRIPSI PENGUASAAN KONSEP VEKTOR DAN JENIS KESALAHANNYA DITINJAU DARI TINGKAT PENCAPAIAN KOGNITIF PADA MAHASISWA PENDIDIKAN FISIKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, 34 41

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sampel, (D) Metode pengumpulan data, (E) Validitas dan Reliabilitas alat ukur, 1. Variabel bebas : Adversity Quotient

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

Frasticha 1), Maman Fathurrohman 2), Jaenudin 3) Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

Abstrak. Kata Kunci: adversity quotient, adversity response profile, siswa climber, proses berpikir, pemecahan masalah matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

Widanti et al., Penerapan Teknik Mind Mapping...

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

BAB III METODE PENELITIAN

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X-IPA 3 MAN 2 JEMBER BERDASARKAN GENDER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan manusia.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN KUADRAT PADA PEMBELAJARANMODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY QUOTIENT DENGAN MOTIVASI KERJA PADA KARYAWAN PT. X. Disusun Oleh. : Dyah Anggraini NPM :

Sartika, namun dengan kuatnya iklim yang terdapat di lingkungan SD Dewi Sartika,

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA LEVEL IGCSE BERBASIS TUGAS TERSTRUKTUR BAGI MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA SMP DITINJAU BERDASARKAN PERBEDAAN GENDER DAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DISERTAI PEMBERIAN MODUL PADA PERKULIAHAN KALKULUS VEKTOR

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN CALON GURU MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN PENGETAHUAN AWAL

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 3 PARIAMAN ABSTRACT

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SUDUT, LUAS, DAN KELILING SEGITIGA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MLATI, SLEMAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

ANALYSIS OF MATHEMATICS TEACHER PROBLEM IN LEARNING IMPLEMENTATION SENIOR HIGH SCHOOL

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DENGAN WAWANCARA KLINIS PADA PEMECAHAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL KELAS VIII SMP

2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Ahmad Dahlan Abstract

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

ANALISIS TIPE KESALAHAN BERDASARKAN TEORI NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP NEGERI 19 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HALAMAN JUDUL JURNAL SKRIPSI

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ADVERSITY QUOTIENT DAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF MAHASISWA PENDIDIKAN MIPA FKIP UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN AKADEMIK 2015/2016

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 LIMBOTO DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI HIMPUNAN JURNAL

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Geometri Van Hiele. a) Kemampuan berpikir geometri Van Hiele

PROFIL SISWA MEMAHAMI KONSEP BARISAN DAN DERET BERDASARKAN TAHAP BELAJAR DIENES DI KELAS IX-C SMP NURIS JEMBER

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

KEMAMPUAN SISWA TENTANG INTEGRASI MATEMATIKA DALAM PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK SIDOARJO

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

BAB VI PENUTUP. Dengan memperhatikan fokus penelitian pada BAB I serta hasil

Transkripsi:

JPPM Vol. 9 No. 1 (2016) STUDI DESKRIPTIF ADVERSITY QUOTIENT MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA BERDASAR JENIS KELAMIN DAN KEMAMPUAN MAHASISWA Etika Khaerunnisa Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa etika.kh@gmail.com ABSTRACT Abstract. This research is motivated by the impotance of mathematical adversity quotient is owned by the students, especially students of mathematics education, because the essence of mathematics is a problem solving activity. So that every student both men and women are capable of high, medium and low needs to have intelegence in dealing with problems. The research subject is mathematics education department students who have taken courses calculus. The purpose of this study is to describe and assess student adversity quotient mathematical basis of sex and the ability of students. The method use is descriptive research. The instrument in this study of scale adversity quotient and classified as very high adversity quotient category of male students is high capability, adversity quotient female sudent ability categories of high, medium, and low is very high. Keywords : adversity quotient, gender, ability student ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya adversity quotient matematis dimiliki oleh mahasiswa, khusunya mahasiswa pendidikan matematika, karena hakikatnya matematika merupakan aktivitas pemecahan masalah. Sehingga setiap mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah perlu memiliki kecerdasan dalam menghadapi masalah. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika yang telah menempuh mata kuliah kalkulus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengkaji adversity quotient matematis mahasiswa berdasar jenis kelamin dan kemampuan mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Adapun instrumen pada penelitian ini berupa skala adversity quotient dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa adversity quotient mahasiswa laki-laki kategori kemampuan tinggi dan sedang tergolong sangat tinggi, adversity quotient mahasiswa laki-laki kategori kemampuan tergolong tinggi, adversity quotient mahasiswa perempuan kategori kemampuan tinggi, sedang dan rendah tergolong sangat tinggi. Kata Kunci:, jenis kelamin, kemampuan mahasiswa A. PENDAHULUAN Memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar bagi manusia karena sebagian besar kehidupan berhadapan dengan masalah. Namun masalah tidak hanya hadir dalam kehidupan sehari-hari tetapi dapat pula muncul dalam pembelajaran. Kecerdasan dalam menghadapi masalah dapat dibentuk melalui bidang studi yang diajarkan, salah satunya adalah melalui matematika (Wena, 2009: 53). Hal ini beralasan, mengingat matematika merupakan merupakan sarana yang memungkinkan adanya aktivitas menyelesaikan masalah. Kemampuan atau 83

Etika Khaerunnisa kecerdasan seseorang dalam menghadapi masalah dikenal dengan istilah adversity quotient. Terdapat beberapa cabang matematika diantaranya aritmatika, aljabar, geometri, dan kalkulus yang berfungsi sebagai tonggak penopang terbentuknya cabang matematika baru yang lebih kompleks (TIM MKPBM, 2003: 17). Cabang kalkulus memungkinkan mahasiswa mengkaji limit fungsi dan kekontinuan, aturan pencarian rumus turunan beserta aplikasinya, definisi, sifat dan rumus integral tentu dan tak tentu, teorema dasar kalkulus, dan teorema lainnya. Hal tersebut terkategori sebagai masalah untuk menemukan dan masalah untuk membuktikan. Dengan demikian, mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah kalkulus diduga memiliki kemampuan menghadapi masalah yang baik. Stoltz (2000) mendefinisikan adversity quotient sebagai kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki sehingga menjadi sebuah tantangan untuk menyelesaikannya. Terutama dalam pencapaian sebuah tujuan, cita-cita, harapan dan yang paling penting adalah kepuasan pribadi dari hasil kerja atau aktivitas itu sendiri. Definisi tersebut mengindikasikan bahwa seseorang dengan adversity quotient tinggi akan mampu mencari jalan keluar atau solusi dari masalahnya dengan berupaya memecahkan sumber masalahnya langsung, bukan dengan berkeluh-kesah dan bergantung pada orang lain. Dimensi meliputi empat dimensi yaitu : (a) Kendali diri (Control: C), dimensi ini mempertanyakan berapa banyak kendali yang dirasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan; (b) Asal-usul dan Pengakuan diri (Origin dan Ownership: O2), dimensi ini mempertanyakan dua hal, yakni: siapa atau apa yang menjadi asal usul kesulitan, dan sampai sejauhmanakah seseorang mengakui akibat kesulitan itu; (c) Jangkauan (Reach: R), dimensi ini mempertanyakan sejauhmana kesulitan akan menjangkau atau mempengaruhi ke bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang; (d) Daya tahan (Endurance: E), dimensi ini mempertanyakan dua hal, yakni; berapa lamakah kesulitan berlangsung dan lamanya penyebab kesulitan tersebut akan bertahan. Adversity quotient matematis setiap mahasiswa dimungkinkan memiliki derajat yang berbeda-beda. Hal ini diduga dipengaruhi beberapa faktor seperti kemampuan awal matematis yang dimiliki mahasiswa termasuk kemampuan pada mata kuliah kalkulus setelah mengikuti mata kuliah kalkulus yang dikategorikan kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 84

Studi Deskriptif Adversity Quoetient Matematis berdasar jenis kelamin, dan lainnya. Adversity quotient matematis mahasiswa yang kemampuan tinggi mungkin berbeda dengan mahasiswa yang kemampuan sedang ataupun kemampuan rendah serta Adversity quotient matematis mahasiswa laki-laki mungkin berbeda dengan mahasiswa perempuan. Perbedaan ini ini diperkuat oleh Dwek (Stolz, 2000) berpendapat bahwa laki-laki memiliki adversity quotient lebih tinggi daripada perempuan. Untuk menumbuhkan dan mengoptimalkan Adversity quotient matematis mahasiswa, maka diperlukan upaya awal yakni mendeskripsikan dan mengkaji adversity quotient matematis mahasiswa laki-laki dan perempuan kategori kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana adversity quoteint matematis mahasiswa laki-laki dan perempuan kategori kemampuan (tinggi, sedang, rendah)? B. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah mahasiswa (laki-laki dan perempuan) jurusan pendidikan matematika yang telah mengikuti mata kuliah kalkulus. Mahasiswa laki-laki sebanyak 30 orang yang terdiri dari 10 mahasiswa kategori kemampuan tinggi, 10 mahasiswa kategori kemampuan sedang dan 10 mahasiswa kategori kemampuan rendah serta mahasiswa perempuan sebanyak 30 orang yang terdiri dari 10 mahasiswa kategori kemampuan tinggi, 10 mahasiswa kategori kemampuan sedang dan 10 mahasiswa kategori kemampuan rendah. Subjek penelitian berdasarkan nilai ujian akhir semester (UAS) dan pertimbangan dosen pengampu mata kuliah kalkulus. Berdasarkan pertimbangan tersebut, mahasiswa dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu mahasiswa kategori tinggi, sedang, dan rendah. kriteria pengelompokkan kemampuan kalkulus mahasiswa berdasarkan nilai UAS sebagai berikut. Tabel 1 Kriteria Pengelompokan Kemampuan Mahasiswa Skor Kategori Mahasiswa Skor 80 Mahasiswa kategori tinggi 68 skor < 80 Mahasiswa kategori sedang skor 67 Mahasiswa kategori rendah 85

Etika Khaerunnisa Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala adversity quotient dan wawancara. Skala adversity quotient memuat pernyataan-pernyataan menyangkut kendali diri, asal-usul dan pengakuan diri, jangkauan, daya tahan. Butir pernyataan skala adversity quotient matematis terdiri atas 30 item. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif, meliputi data dari hasil skala adversity quotient dan dan wawancara terhadap mahasiswa. Adapun kriteria interpretasi skor berdasarkan kriteria Riduwan (2010) yang telah dimodifikasi yaitu disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria Interpretasi Persentase Skor Kriteria Interpretasi 0% AQ 20% Sangat Rendah 20% < AQ 40% Rendah 40% < AQ 60% Sedang 60% < AQ 80% Tinggi 80% < AQ 100% Sangat Tinggi C. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2010 untuk menghitung presentase adversity quotient secara keseluruhan dan Jenis Kelamin ditinjau berdasarkan indikatornya untuk masing-masing kategori. Berikut presentase adversity quotient mahasiswa secara keseluruhan. Tabel 3 Hasil Rekapitulasi Rataan Data Skala Mahasiswa secara Keseluruhan Kategori Kemampuan Rataan (%) Kriteria Adversity Quotient Laki-laki Tinggi 92 Sangat tinggi Sedang 91 Sangat tinggi Rendah 80 Tinggi Perempuan Tinggi 93 Sangat tinggi Sedang 89 Sangat tinggi Rendah 85 Sangat tinggi Setiap indikator adversity quotient yang meliputi kendali diri (Control), asalusul dan pengakuan diri (origin, ownership), jangkauan (Reach), daya tahan (Endurance). Berikut merupakan deskripsi adversity quoient matematis berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan. 86

Studi Deskriptif Adversity Quoetient Matematis 1. Adversity quotient matematis mahasiswa laki-laki kategori kemampuan tinggi. Tabel 4 Adversity quotient Matematis Mahasiswa Laki-laki Kategori Kemampuan Tinggi ditinjau Berdasarkan Indikator kendali diri (Control) 80 Tinggi asal-usul dan pengakuan diri 75 Tinggi jangkauan (Reach) 76 Tinggi daya tahan (Endurance) 77 Tinggi bahwa soal kalkulus di perguruan tinggi lebih menarik, kompleks dan lebih rumit dengan beragam tingkat kesulitan. Soal kalkulus bermanfaat untuk beberapa hal seperti untuk menyelesaikan perhitungan yang rumit, dengan kalkulus maka akan lebih cepat diselesaikan. Penyebab kesulitan tersebut karena mereka kurang melakukan pengulangan dan pendalaman terhadap materi kalkulus di luar kelas, dan mereka mengatasinya kesulitan tersebut dengan bertanya, mereka menyadari bahwa dengan berlatih menyelesaikan soal yang beragam maka mereka akan lebih mampu menyelesaikan soal kalkulus. Namun mereka lebih menyenangi mengerjakan soal kalkulus secara individu karena lebih bebas mengeksplorasi kemampuan, lebih mandiri dan terlatih. 2. Adversity quotient matematis mahasiswa laki-laki kategori kemampuan sedang Tabel 5 Adversity quotient Matematis Mahasiswa Laki-laki Kategori Kemampuan Sedang ditinjau Berdasarkan Indikator kendali diri (Control) 76 tinggi asal-usul dan pengakuan diri 76 tinggi jangkauan (Reach) 71 tinggi daya tahan (Endurance) 78 tinggi bahwa soal kalkulus menarik karena melatih mereka untuk berpikir saat menyelesaikan soal. Manfaat kalkulus nampak saat mereka memecahkan masalah pada mata kuliah matematika yang lain. Mereka merasakan kesulitan memahami soal yang diberikan, namun upaya yang mereka lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan bertanya dan belajar 87

Etika Khaerunnisa semakin giat. Mahasiswa kategori ini lebih menyenangi belajar secara berkelompok dengan alasan dapat berdiskusi dan lebih terbuka dalam menerima ide-ide dari teman sehingga mereka mampu menyelesaikan soal kalkulus. 3. Adversity quotient matematis mahasiswa laki-laki kategori kemampuan rendah Tabel 6 Adversity quotient Matematis Mahasiswa Laki-laki Kategori Kemampuan Rendah ditinjau Berdasarkan Indikator kendali diri (Control) 70 Tinggi asal-usul dan pengakuan diri 65 Tinggi jangkauan (Reach) 67 Tinggi daya tahan (Endurance) 69 Tinggi soal kalkulus merupakan soal yang menarik karena membuat mereka mampu berpikir tingkat tinggi. Soal kalkulus bermanfaat bagi mereka karena dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Kesulitan mereka terhadap materi kalkulus karena pengetahuan dasar yang mereka miliki masih minim sehingga untuk memahami materi yang lebih kompleks mengalami kesulitan. Strategi yang mereka lakukan ketika mengalamai kesulitan adalah dengan bertanya. Mahasiswa kategori ini lebih menyenangi belajar secara berkelompok, mereka menyadari dengan belajar lebih giat mereka akan mampu menyelesaikan soal kalkulus yang sulit. 4. Adversity quotient matematis mahasiswa perempuan kategori kemampuan tinggi. Tabel 7 Adversity quotient Matematis Mahasiswa Perempuan Kategori Kemampuan Tinggi ditinjau Berdasarkan Indikator kendali diri (Control) 77 tinggi asal-usul dan pengakuan diri 78 tinggi jangkauan (Reach) 78 tinggi daya tahan (Endurance) 78 tinggi 88

Studi Deskriptif Adversity Quoetient Matematis bahwa soal kalkulus menarik, karena dengan menyelesaikan soal kalkulus mereka dituntut untuk mengekslporasi kemampuannya. Kalkulus bermanfaat bagi mereka sebagai contoh materi integral, bukan hanya dituntut mampu menghitung dan menyelesaikan pada saat menyelesaikan soal namun dapat diterapkan untuk aplikasi pada kehidupan sehari-hari. Soal kalkulus menjadikan mereka tertantang dalam menyelesaikannya, namun ketika mengalami kesulitan mereka kebingungan kepada siapa mereka harus bertanya. Mereka lebih menyenangi pembelajaran individu dengan alasan mereka dapat mendayagunakan kemampuan berpikir untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Mereka menganggap bahwa seseorang dapat menyelesaikan soal kalkulus dengan baik karena tingkat kecerdasan yang dimiliki serta pemahaman materi yang baik. Dengan berlatih soal maka soal kalkulus akan menjadi mudah bagi mereka. 5. Adversity quotient matematis mahasiswa perempuan kategori kemampuan sedang Tabel 8 Adversity quotient Matematis Mahasiswa Perempuan Kategori Kemampuan Sedang ditinjau Berdasarkan Indikator kendali diri (Control) 75 tinggi asal-usul dan pengakuan diri 73 tinggi jangkauan (Reach) 75 tinggi daya tahan (Endurance) 75 tinggi soal kalkulus menarik karena membuat mereka bernalar, berpikir keras untuk menyelesaikannya sehingga mereka merasa tertantang dan dibutuhkan ketelitian saat menyelesaikannya. Awalnya kalkulus merupakan mata kuliah yang sulit, namun seiring waktu dengan manfaat yang dirasakan setelah belajar kalkulus mereka dapat menyenangi mata kuliah kalkulus. Kesulitan yang mereka alami adalah ketika mereka belum mampu menyelesaikan suatu soal, namun materi yang diberikan sudah semakin komplek serta penguasaan terhadap konsep yang sebelumnya belum mereka capai, namun mereka sudah dituntut menguasai konsep yang baru. Mereka lebih menyenangi belajar secara berkelompok dengan alasan mereka dapat bertukar pikiran dan bertanya jika mengalami kesulitan menyelesaikan soal kalkulus. Mereka menyatakan bahwa untuk dapat menyelesaikan soal kalkulus dibutuhkan pengalaman memecahkan soal-soal yang 89

Etika Khaerunnisa beragam, kemampuan matematika yang baik serta pemahaman terhadap konsep. 6. Adversity quotient matematis mahasiswa perempuan kategori kemampuan rendah Tabel 9 Adversity quotient Matematis Mahasiswa Perempuan Kategori Kemampuan Rendah ditinjau Berdasarkan Indikator kendali diri (Control) 75 tinggi asal-usul dan pengakuan diri 69 tinggi jangkauan (Reach) 72 tinggi daya tahan (Endurance) 70 tinggi soal kalkulus tidak menarik karena tingkat kesulitannya, sehingga mereka tidak mampu menyelesaikannya. Mereka menyatakan kebermanfaat soal kalkulus hanya dari sisi pengetahuan baru yang mereka miliki setelah belajar kalkulus saja, untuk menyelesaikan soal kalkulus dibutuhkan perjuangan keras. Kesulitan saat menyelesaikan soal kalkulus disebabkan mereka tidak memahami materi yang diberikan, upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan diantaranya bertanya kepada teman yang lebih mampu, sehingga mahasiswa kategori ini lebih senang belajar secara berkelompok. D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Mahasiswa laki-laki kategori kemampuan tinggi memiliki rataan persentase adversity quotient sebesar 92% sehingga tergolong sangat tinggi, Mahasiswa laki-laki kategori kemampuan sedang memiliki rataan persentase adversity quotient sebesar 91% sehingga tergolong sangat tinggi, Mahasiswa laki-laki kategori kemampuan rendah memiliki rataan persentase adversity quotient sebesar 80% sehingga tergolong tinggi 2. Mahasiswa perempuan kategori kemampuan tinggi memiliki rataan persentase adversity quotient sebesar 93% sehingga tergolong sangat tinggi, Mahasiswa perempuan kategori kemampuan sedang memiliki rataan persentase 90

Studi Deskriptif Adversity Quoetient Matematis adversity quotient sebesar 89% sehingga tergolong sangat tinggi, Mahasiswa perempuan kategori kemampuan rendah memiliki rataan persentase adversity quotient sebesar 85% sehingga tergolong sangat tinggi. DAFTAR PUSTAKA Hungu. (2007). Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Grasindo. Fajri, E.Z. (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Difa Publisher. Leman.(2007). The Best of Chinese Life Philosophies. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Robbins, S dan Judge, T (2006). Organizational Behavior. Upper Sadlle River. New Jersey 07458: Prentice Hall Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung : Tarsito. Sholihah, N. Gender dan Jenis Kelamin. Tersedia pada http://pmiiliga.wordpress.com/2006/1 0/09/nikmatus-sholihah-gender-danjenis-kelamin/. Diakses pada tanggal 09 Maret 2015. Siddiqiyah, I. (2007). Hubungan antara dengan Motivasi Belajar Siswa kelas XI MAN Malang 1. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Malang. Malang: Tidak diterbitkan. Soehardi. (2003). Esensi Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Sarjanawiyata. Stoltz, P. G. (2000)., Mengubah Hambatan menjadi Peluang. Jakarta: Terjemahan, PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Tim MKPBM. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Uno, (2007). Proses KependidikanProblema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 91

Etika Khaerunnisa Wena, M. (2009).Startegi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. 92