ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

Transkripsi:

Jurnal STIE SEMARANG VOL 9 No. 1 Edisi Februari 2017 ( ISSN : 2085-5656) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER Galih Wicaksono Jurusan perpajakan Universitas Jember Tree Setiawan Pamungkas Jurusan Adminstrasi Negara Universitas Jember Abstrak Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) Kabupaten Jember, dan (2) untuk mengetahui tingkat kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu berdasarkan penjelasan angka-angka. Data pada penelitian ini berupa target dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), serta target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember selama 3 (tiga) tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas PBB P2 pada tahun 2013 berada dalam kategori cukup efektif, sedangkan pada tahun 2014 dan 2015 berada dalam kategori kurang efektif. Untuk tingkat kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), menunjukkan bahwa pada tahun 2013-2015 tingkat kontribusi berada dalam kategori sangat kurang. Kata Kunci : Efektivitas, Kontribusi, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendahuluan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tolak ukur yang penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan bertanggungjawab. Otonomi daerah membawa dampak positif bagi daerah yang memiliki potensi sumber daya alam, tetapi tidak demikian dengan daerah yang miskin sumber daya alam. Salah satu masalah yang dihadapi pemerintah daerah kabupaten/kota pada umumnya adalah terbatasnya dana yang berasal dari daerah sendiri (PAD), sehingga proses otonomi daerah belum bisa berjalan sebagaimana mestinya (Datu, 2012). Menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah yaitu setiap daerah dituntut untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna 81

membiayai urusan rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditunjukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) guna membiayai rumah tangganya sendiri. Peningkatan ini ditunjukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, sehingga dapat menciptakan tata pemerintahan yang lebih baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan dari sumber-sumber penerimaan daerah, salah satunya dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mengoptimalkan PAD, beberapa pendapatan asli daerah harus ditingkatkan, antara lain : pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah (Darmin, 2010). Menurut Datu (2012), Pendapatan Asli Daerah sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan, karena dana ini adalah milik pemerintah daerah sendiri, sehingga pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh untuk mengelola dana tersebut. Di lain pihak, pemerintah daerah juga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap pengelolaan keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah, karena dana itu berasal dari masyarakat daerah setempat yang berhak untuk mendapatkan kembali dana tersebut dalam bentuk pembangunan yang dilaksanakan di daerah tersebut. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang diandalkan oleh pemerintah daerah adalah penerimaan yang berasal dari sektor pajak daerah. Pemungutan Pajak Daerah di Indonesia diatur dalam UU No. 28 Tahun 2009. Dalam undang-undang tersebut pajak daerah ialah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah terbagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kabupaten atau kota. Pajak provinsi terdiri dari pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan, serta pajak rokok. Pajak kabupaten atau kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak pengambilan dan pengelolahan bahan galian golongan C dan pajak parkir, pajak air bawah tanah, pajak sarang burung walet, Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan, serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan Menurut Siti Resmi (2012), Pajak bagi pemerintah daerah berperan sebagai sumber pendapatan (budgetary function) yang utama dan sebagai alat pengatur (regulatory function). Pajak sebagai salah satu sumber pendapatan daerah digunakan 82

untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, seperti membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki infrastruktur, menyediakan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta penyediaan barang-barang publik lain yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta. Sebagai alat pengatur, pajak mempunyai maksud untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, pajak mempunyai peranan penting dalam pembangunan suatu daerah. Berdasarkan UU No.28 Tahun 2009, pemerintah daerah diperkenankan untuk melakukan pemungutan pajak daerah di suatu daerah disesuaikan dengan potensi dan kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Salah satu jenis pajak daerah yang diperkenankan untuk dilakukan pemungutannya oleh pemerintah kabupaten/kota adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai hak atas manfaat bumi dan atau bangunan tersebut. Dasar pengenaan PBB adalah nilai jual objek pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah dan ditetapkan setiap tahun oleh menteri keuangan bersama dengan pemerintah daerah kabupaten/kota. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup besar bagi kelangsungan dan kelancaran pembangunan, sehingga perlu ditangani dan dikelola lebih intensif (Suparmono, 2010) Dalam pengelolaan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), perlu diketahui pula tingkat efektivitas dan kontribusi penerimaan PBB terhadap pendapatan asli daerah. Efektivitas berasal dari kata bahasa Inggris efektivity yang berarti tingkat kejadian, tingkat pengadaan atau tingkat keberhasilan. Efektivitas pada dasarnya merupakan pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah ditetapkan. Ditekankan pula bahwa tingkat efisiensi juga berarti efektif, namun demikian tingkat yang efektif belum tentu efisien. Sedangkan kontribusi adalah suatu tindakan untuk ikut serta bertindak aktif dengan mengoptimalkan kemampuan sesuai bidang dan kapasitas masing-masing yang dimaksudkan untuk memberi manfaat kepada masyarakat sekitar (Wikipedia, 2016). Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur yang sudah menerapkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) sebagai salah satu pajak daerah sejak tahun 2013. Hal tersebut dilakukan untuk menindaklanjuti Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang mengamanatkan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengelola sendiri Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2). 83

Selain mengelola besarnya PBB P2, pemerintah Kabupaten Jember juga perlu mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Jember. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Analisis Efektivitas dan Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember. Metode Penelitian Objek dari penelitian ini adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) di Kabupaten Jember periode tahun 2013 2015. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan staf Dinas Pendapatan Kabupaten Jember mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2). Data sekunder diperoleh dari laporan yang berkaitan dengan realisasi penerimaan dan target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), serta realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Metode pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, serta analisis data. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus dan interpretasi sebagai berikut : Tabel 1. Kriteria Efektivitas Presentase Kriteria >100% Sangat Efektif 90-100% Efektif 80-90% Cukup Efektif 60-80% Kurang Efektif <60% Tidak Efektif Sumber : Kepmendagri No. 690.900.327 (1996) Tabel 2. Kriteria Kontribusi Presentase Kriteria 0,00 %-10% Sangat Kurang 10,10%-20% Kurang 20,10%-30% Sedang 30,10%-40% Cukup Baik 40,10%-50% Baik 84

Diatas 50% Sangat Baik Sumber : Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM (1991) Hasil dan Pembahasan 1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember Tabel 3. Target dan Realisasi PBB P2 dan PAD Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2013-2015 No Tahun Target PBB P2 Realisasi PBB P2 Target PAD Realisasi PAD 1. 2013 29.000.000.000 25.685.324.278 303.645.078.814 308.383.350.305 2. 2014 50.000.000.000 35.523.880.818 504.157.202.641 441.605.617.223 3. 2015 50.000.000.000 33.010.049135 508.448.614.149 462.457.671.770 Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Jember (2015) Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa target penerimaan PBB P2 dan PAD Kabupaten Jember, diprediksi cenderung meningkat setiap tahunnya. Untuk realisasi penerimaan PBB P2 setiap tahunnya masih bersifat fluktuatif atau naik turun, dimana pada tahun 2014 realisasinya lebih besar dibandingkan tahun 2013 dan 2015, sedangkan tahun 2013 realisasi penerimaan PBB P2 paling rendah dibandingkan tahun sesudahnya. Untuk taget dan realisasi penerimaan PAD setiap tahunnya menunjukkan trend yang positif, yaitu selalu meningkat. Target dan realisasi penerimaan PAD pada tahun 2015 merupakan yang tertinggi dibandingkan tahun 2013 dan 2014. Sedangkan target dan realisasi penerimaan PAD pada tahun 2013 adalah yang terendah dibandingkan tahun 2014 dan 2015. 2. Analisis Efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) Kabupaten Jember Tabel 4. Tingkat Efektivitas Penerimaan PBB P2 Tahun Anggaran 2013-2015 Target Realisasi Tingkat No Tahun Penerimaan Penerimaan Efektivitas (%) (Rp) (Rp) 1. 2013 29.000.000.000 25.685.324.278 88,57 % 2. 2014 50.000.000.000 35.523.880.818 71,05 % 3. 2015 50.000.000.000 33.010.049.135 66,02 % Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Jember (2015) Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa target penerimaan PBB P2 Kabupaten Jember selama 2 tahun terakhir ditetapkan sebesar Rp 50.000.000.000. 85

Sedangkan untuk realisasi penerimaan PBB P2 cenderung fluktuatif, yaitu naik turun setiap tahunnya. Berikut analisis efektivitas setiap tahunnya : a. Pada tahun 2013, target penerimaan dan realisasi penerimaan PBB P2 paling rendah dibandingkan tahun 2014 dan 2015. Hal ini kemungkinan karena adanya peralihan pengelolaan yang semula PBB P2 dikelola oleh Pemerintah Pusat, kemudian pada tahun 2013 dikelola oleh Pemerintah Daerah. Sehingga Pemerintah Daerah tidak berani mematok terlalu tinggi target penerimaan, yang mengakibatkan realisasi penerimaan juga relatif rendah. Akan tetapi, tingkat efektivitas PBB P2 pada tahun 2013 cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 dan 2015, yaitu sebesar 88,57 %. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi penerimaan PBB P2 relatif mendekati yang ditargetkan. Menurut Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996, tingkat efektivitas sebesar 88,57 % berada dalam kategori Cukup Efektif. b. Pada tahun 2014, target penerimaan PBB P2 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dan sama dengan tahun 2015. Target yang lebih tinggi kemungkinan karena Pemerintah Daerah sudah mengelola sendiri PBB P2, sehingga mempunyai kemampuan untuk memprediksi seberapa besar target dan realisasi PBB P2 yang akan diperoleh. Untuk realisasi penerimaan PBB P2 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dan 2015. Akan tetapi, tingkat efektivitas PBB P2 pada tahun 2014 cenderung lebih rendah dibandingkan tahun 2013, serta lebih tinggi dibandingkan tahun 2015, yaitu sebesar 71,05 %. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi penerimaan PBB P2 relatif agak jauh dengan yang ditargetkan. Menurut Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996, tingkat efektivitas sebesar 71,05 % berada dalam kategori Kurang Efektif. c. Pada tahun 2015, target penerimaan PBB P2 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dan sama dengan tahun 2014. Target yang sama dengan tahun 2014 kemungkinan karena Pemerintah Daerah sudah mempunyai kemampuan untuk memprediksi seberapa besar target dan realisasi PBB P2 yang akan diperoleh. Untuk realisasi penerimaan PBB P2 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013, serta lebih rendah dari tahun 2015. Akan tetapi, tingkat efektivitas PBB P2 pada tahun 2015 cenderung lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dan 2014, yaitu hanya sebesar 66,02 %. Hal ini mengindikasikan bahwa realisasi penerimaan PBB P2 relatif berbeda jauh dengan yang ditargetkan. Menurut Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996, tingkat efektivitas sebesar 66,02 % berada dalam kategori Kurang Efektif. 86

3. Analisis Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jember Tabel 5. Tingkat Kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2013-2015 No Tahun Realisasi Penerimaan PBB P2 (Rp) Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp) Tingkat Kontribusi (%) 1. 2013 25.685.324.278 308.383.350.305 8,33 % 2. 2014 35.523.880.818 441.605.617.223 8,04 % 3. 2015 33.010.049.135 462.457.671.770 7,14 % Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Jember (2015) Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan PBB P2 dari tahun ke tahun bersifat fluktuatif atau naik turun. Untuk realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Sedangkan untuk tingkat kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahunnya selalu mengalami penurunan. Berikut adalah analisis kontribusi setiap tahunnya : a. Pada tahun 2013, realisasi penerimaan PBB P2 dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih rendah dibandingkan tahun 2014 dan 2015. Realisasi penerimaan PBB P2 yang lebih rendah kemungkinan dikarenakan pada tahun 2013 Pemerintah Daerah masih baru dalam pengelolaan PBB P2, karena yang tahun-tahun sebelumnya PBB P2 dikelola oleh Pemerintah Pusat. Akan tetapi, tingkat kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 dan 2015, yaitu dengan tingkat kontribusi sebesar 8,33 %. Menurut standar Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM pada tahun 1991, tingkat kontribusi sebesar 8,33 % berada dalam kategori Sangat Kurang. b. Pada tahun 2014, realisasi penerimaan PBB P2 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dan 2015. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih tinggi dibandingkan tahun 2013, serta lebih rendah dibandingkan 2015. Tingkat kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013, serta lebih tinggi dibandingkan tahun 2015, yaitu dengan tingkat kontribusi sebesar 8,04 %. Menurut standar Tim 87

Litbang Depdagri Fisipol UGM pada tahun 1991, tingkat kontribusi sebesar 8,04 % berada dalam kategori Sangat Kurang. c. Pada tahun 2015, realisasi penerimaan PBB P2 lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dan lebih rendah dibandingkan tahun 2014. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 dan 2014. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang semakin meningkat menandakan bahwa Pemerintah Daerah sudah dapat menggali beberapa potensi penerimaan daerah. Tingkat kontribusi PBB P2 terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada tahun 2015 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 dan 2014, yaitu dengan tingkat kontribusi sebesar 7,14 %. Menurut standar Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM pada tahun 1991, tingkat kontribusi sebesar 7,14 % berada dalam kategori Sangat Kurang. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : a. Untuk analisis efektivitas Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2), pada tahun 2013 sebesar 88,57 % dengan kategori cukup efektif. Pada tahun 2014 dan 2015 masing-masing sebesar 71,05 % dan 66,02 % dengan kategori kurang efektif. Tingkat efektifitas tertinggi pada tahun 2013, sedangkan terendah pada tahun 2015. Tingkat efektifitas semakin menurun setiap tahunnya, karena target penerimaan PBB P2 yang besar setiap tahunnya, tidak diimbangi dengan realisasi penerimaan PBB P2 yang sesuai target. b. Untuk analisis kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), pada tahun 2013-2015 masingmasing sebesar 8,33 %, 8,04 %, dan 7,14 % dengan kategori sangat kurang. Tingkat kontribusi tertinggi pada tahun 2013, sedangkan terendah ada tahun 2015. Tingkat kontribusi semakin menurun setiap tahunnya, hal ini karena realisasi PAD selalu meningkat setiap tahunnya, akan tetapi realisasi PBB P2 masih bersifat fluktuatif atau naik turun untuk setiap tahunnya. 88

DAFTAR PUSTAKA Darmin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Mitra Wacana Media : Jakarta. Datu K, Indra Rindu. 2012. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Makasar Tahun 1999-2009. Universitas Hasanuddin Makasar. Dinas Pendapatan Kabupaten Jember. 2015. Daftar Target dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah APBD Kabupaten Jember Tahun Anggaran 2013-2015. Keputusan Menteri dalam Negeri No. 690.900.327 Tahun 1996 tentang Kriteria Efektivitas. Resmi, Siti. 2012. Perpajakan di Indonesia. Salemba Empat : Jakarta. Suparmono. 2010. Perpajakan Indonesia. Penerbit Andi : Yogyakarta. Tim Litbang Depdagri Fisipol UGM Tahun 1991 tentang Kriteria Kontribusi. Undang Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 1999 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. www.google.co.id www.wikipedia.org 89