MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. adalah nilai yang melebihi dari KKM. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. matematika diantaranya: (1) Siswa dapat memahami konsep matematika,

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE DENGAN KARTU SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 7 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVa SDN 015 SUNGAI SALAK KECAMATAN TEMPULING TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui pendidikan diharapkan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. meringankan kerja manusia. Matematika diberikan kepada siswa sebagai bekal

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

1130 ISSN:

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik sebagai perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BANGUN DATAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dibidang Matematika,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Setiap individu membutuhkan

Jl. Sidodadi Timur No. 24 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (PHK)

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ester Julinda Simarmata Dosen UNIKA Sumatera Utara Surel :

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

2015 PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS III SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONSEP MATEMATIKA SISWA MTs AISYIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

PENERAPAN MODEL MEANS ENDS ANALYSIS (MEA) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITAMATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP HIMPUNAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MEDIA BOLA BERLABEL PADA SISWA KELAS VII C SMP NEGERI 5 TUBAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm 38 46 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII-F SMPN 14 BANJARMASIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MEANS END ANALYSIS (MEA) Muhammad Azhari SMP Negeri 14 Banjarmasin Jl. Benua Anyar Rt. 3 No. 14 Banjarmasin e-mail : azharinadjib@gmail.com Abstrak. Pembelajaran adalah suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Berdasarkan hasil pengalaman peneliti sebagai guru matematika kelas VIII di SMPN 14 Banjarmasin bahwa hasil belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui aktivitas siswa, (2) mengetahui hambatan-hambatan, dan (3) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dalam 2 siklus menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-F yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan tes. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aktivitas siswapada siklus I berada pada kualifikasi cukup baik dan pada siklus II berada pada kualifikasi sangat baik. (2) Hambatan-hambatan pada penerapan model pembelajaran MEA di antaranya adalah (a) sulitnya bagi seorang guru memberikan bimbingan secara merata kepada setiap kelompok siswa, (b) siswa masih kesulitan ketika bekerja secara berkelompok, (c) ketika menampilkan hasil pekerjaan kelompoknya siswa masih kebingungan bagaimana cara menyampaikannya di depan siswa yang lain (3) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Kata kunci: Hasil belajar siswa, Model pembelajaran Means End Analysis (MEA) Pembelajaran adalah suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Penggunaan istilah pembelajaran lebih tepat untuk menggambarkan upaya membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar.pembelajaran ditekankan pada upaya guru memfasilitasi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyitno (dalam Hamdani, 2011) yang mendefinisikan pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang amat berguna agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antar siswa. Dengan demikian pembelajaran tidak berpusat pada guru karena guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa untuk membangun pengetahuannya. Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.hal ini sesuai dengan matematika adalah salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek 38

Muhammad Azhari, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin 39 penalarannya mempunyai peranan yang penting dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semua ini sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), antara lain : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsir solusi yang diperoleh (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas,2006) Untuk mencapai tujuan matematika di atas maka perlu dikembangkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan agar dapat menumbuhkan sikap positif, disiplin, objektif, dan gigih dalam memecahkan permasalahan baik dalam bidang matematika sendiri, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Soedjadi (dalam Supartono, 2006) penyebab kesulitan dapat bersumber dari dalam diri siswa dan juga dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian materi/suasana pembelajaran yang dilaksanakan. Lebih lanjut diuraikan bahwa betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang diterapkan tidak menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan matematika yang diinginkan. Salah satu faktor penting untk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran di sekolah disajikan dengan guru memberikan definisi dan rumus, siswa diberikan contohcontoh dilengkapi dengan penyelesaian, setelah itu ditutup dengan memberikan soal latihan kepada siswa. Sehingga menambah ketidaktertarikan siswa dalam belajar matematika karena proses pembelajaran ini dianggap mereka monoton dan membosankan, apalagi kalau dalam proses ini guru lebih dominan sehingga siswa hanya mendengarkan dan mengikuti perintah guru. Hasil observasi dan wawancara peneliti ke beberapa siswa saat mengajar di SMP Negeri 14 Banjarmasin, ditemukan beberapa alasan mengapa siswa kurang tertarik untuk belajar matematika diantaranya karena alasan sulit untuk dimengerti, matematika banyak dengan rumusrumus sehingga bosan untuk menghafalnya, cara mengajar guru yang kaku sehingga ketika belajar matematika di kelas menjadi tegang dan sulit berkonsentrasi. Sehingga penulis tertarik untuk mencoba meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika melalui perubahan cara mengajar yaitu model pembelajaran. Proses pembelajaran matematika di sekolah hendaknya lebih mengarah pada student centered sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar. Materi-materi yang disajikan diharapkan memiliki kaitan atau hubungan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan materi yang kontekstual bagi siswa akan memudahkannya untuk belajar. Selain itu, proses pembelajaran juga hendaknya mengutamakan peranan siswa. Peranan siswa yang dimaksudkan dapat berupa kegiatan belajar yang didominasi oleh siswa dan proses

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm 38 46 40 evaluasi yang diketahui aturannya oleh siswa. Hal ini secara langsung bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.dengan adanya peningkatan pemahaman ini maka hasil belajar siswa tentunya diharapkan dapat meningkat.selain mengutamakan peranan siswa, proses pembelajaran yang dibentuk juga harus menarik dan mampu membangkitkan keingintahuan siswa. Sehingga diperlukan inovasi baru dalam proses pembelajaran yang relevan dengan keadaan siswa saat ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu bidang matematika yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah geometri.geometri merupakan bidang dalam matematika yang dianggap sulit oleh kebanyakan siswa.dalam penelitian Soedjadi (dalam Supartono, 2006) ditunjukkan bahwa salah satu masalah yang menonjol pada tingkat pendidikan dasar adalah materi geometri. Bidang geometri merupakan cabang ilmu matematika yang sangat penting yang harus dikuasai siswa. Bila siswa tidak memahami bidang geometri akan mengalami kesulitan dalam mempelajari secara keseluruhan. Salah satu materi yang ada dalam geometri adalah Teorema Pythagoras. Kenyataan yang terjadi adalah masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Teorema Pythagoras karena sifat abstraknya. Kesulitan siswa dalam memahami Teorema Pythagoras diduga disebabkan cara guru mengajar. Guru hanya terpaku pada metode ceramah dengan menuliskan rumus, memberikan contoh soal, dan memberikan tugas-tugas. Siswa sekedar menerima dan menghafal rumus Teorema Pythagoras. Akibatnya, pengetahuan yang diperoleh siswa hanya bertahan sementara karena pengetahuan tersebut tidak dikonstruk sendiri oleh siswa. Kesulitan siswa dalam mempelajari Teorema Pythagoras perlu diatasi dengan model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Di samping menguasai materi, guru dituntut memiliki keterampilan menyampaikan materi yang akan disampaikan dan guru harus mampu memilih serta menggunakan suatu model pembelajaran yang tepat pada suatu materi. Untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII-F, diperlukan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan pada pembelajaran matematika. Dalam hal ini guru harus cermat menentukan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Model pembelajaran Means End Analysis adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving) (Shoimin, 2013). Secara etimologis, Means End Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata, yakni : Means berarti cara, End berarti tujuan, dan Analysis berarti analisis atau menyediki secara sistematis. MEA digunakan sebagai salah satu cara untuk mengklarifikasi gagasan seseorang ketika melakukan pembuktian matematis (Huda, 2014). Means End Analysis diartikan sebagai suatu proses untuk menganalisis permasalahan melalui berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Model pembelajaran MEA adalah variasi model pembelajaran dengan pemecahan masalah (problem solving), khususnya dalam pembelajaran matematika (Huda, 2014). Pada model MEA, siswa akan diajarkan cara memecah sebuah masalah menjadi beberapa sub-masalah. Sehingga siswa akan lebih mudah memandang suatu masalah lalu menyelesaikannnya. MEA merupakan proses yang memisahkan permasalahan-permasalahan yang diketahui (problem state) dan tujuan yang akan dicapai (goal state) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan berbagai cara

Muhammad Azhari, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin 41 untuk mereduksi perbedaaan yang ada di antara permasalahan dan tujuan. Means berarti alat atau cara berbeda yang bisa memecahkan masalah, sementara end berarti akhir tujuan dari masalah. Untuk mencapai goal state dibutuhkan beberapa tahapan, antara lain : (1) mengindentifikasi perbedaan antara kondisi saat ini (current state) dan tujuan (goal state); (2) menyusun subgoals untuk mengurangi perbedaan tersebut; dan (3) memilih operator yang tepat serta mengaplikasikannya dengan benar sehingga subgoals yang telah disusun dapat dicapai. MEA saat ini sudah mulai diadopsi dalam konteks pembelajaran. Ia telah menjadi satu variasi pembelajaran untuk pemecahan, khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, menurut Huda (2014) MEA bisa diterapkan dengan mengikuti tahap-tahap berikut ini. Tahap 1 : Identifikasi Perbedaan antara Current State dan Goal State Pada tahap ini, siswa dituntut untuk memahami dan mengetahui konsep-konsep dasar metematika yang terkandung dalam permasalahan matematika yang disuguhkan. Bermodalkan pemahaman terhadap konsep, siswa dapat melihat sekecil apa pun perbedaan yang terdapat antara current state dan goal state. Tahap 2 : Organisasi Subgoals Pada saat ini, siswa diharuskan untuk menyusun subgoals dalam rangka menyelesaikan sebuah masalah. Penyusunan ini dimaksudkan agar siswa lebih fokus dalam memecahkan masalahnya secara bertahap dan terus berlanjut sampai akhirnya goal state dapat tercapai. Tahap 3 : Pemilihan Operator atau Solusi Pada tahap ini, setelah subgoals terbentuk, siswa dituntut untuk memikirkan bagaimana konsep dan operator yang efektif dan efisien untuk memecahkan subgoals tersebut. Terpecahkannya subgoals akan menentukan pemecahan goal state yang sekaligus juga bisa menjadi solusi utama. METODE Prosedur penelitian tindakan kelasini menggunakan empat tahap kegiatan pada satu siklus yaitu : perencanaan, tindakan dan observasi, refleksi. Kegiatan tindakan dan observasi dilaksanakan bersamaan, yaitu pada saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi (Mulyaningsih, 2014). Rencana tindakan yang dilakukan pada satu siklus adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian seperti lembar observasi pengelolaan model pembelajaran Mean End Analysis (MEA) dan soal evaluasi hasil belajar. Menyiapkan perangkat yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran seperti: media pembelajaran, alat tulis, dan kertas. (2) Tindakan Peneliti melakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MEA sesuai dengan RPP yang sudah dirancang. Pada akhir pembelajaran di akhir siklus peneliti melakukan evaluasi hasil belajar siswa dengan mengunakan soal evaluasi yang telah dibuat pada tahap perencanaan. (3) Observasi Observer bertindak sebagai pengamat dan bertugas mengumpulkan data ketika tindakan berlangsung, baik dengan cara mengisi lembar observasi ataupun dengan mendokumentasikan tindakan berupa foto. Pada akhir tiap siklus juga dilakukan pengumpulan data hasil belajar siswa melalui

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm 38 46 42 soal evaluasi yang telah dibuat pada tahap perencanaan. (4) Refleksi Peneliti, dan observer melakukan evaluasi dan refleksi dengan menganalisis data hasil observasi terhadap tindakan selama satu siklus. Hasil tindakan dievalusi dan direfleksi untuk merencakan melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya atau mengakhiri tindakan. Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data adalah observasi dan tes (1) Observasi Berupa lembar observasi yang diisi oleh observer ketika mengamati kegiatan pembelajaran. Tujuan observasi adalah untuk mengumpulkan data aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran dan mengetahui hambatan-hambatan selama proses tindakan. Penilaian lembar observasi aktivitas siswa mengacu pada kualifikasi sebagai berikut. Tabel 1 Kualifikasi aktivitas kelompok siswa Persentase Kualifikasi Keterlibatan Siswa < 30 Kurang baik 30 50 Cukup baik 51 75 Baik 76 100 Sangat baik (2) Tes Tes berupa soal evaluasi pada tiap akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu persentase. Persentase digunakan untuk menghitung taraf hasil belajar. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan dihitung dengan rumus: f P 100% N Keterangan: f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan P = angka persentase, (Arikunto, 2010) Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan rata-rata skor pada setiap hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. HASIL DAN PEMBAHASAN (1) Hasil Pra Tindakan Untuk memperoleh data kondisi awal tentang hasil belajar siswa kelas VIII-F maka peneliti mengambil nilai ulangan siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Hasil yang diperoleh mengenai hasil belajar siswa kelas VIII-F dapat dilihat pada daftar berikut: Tabel 2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan No Hasil Belajar Siswa Jumlah Persentas e 1 Tuntas 14 43,75% 2 Tidak Tuntas 18 56,25% Jumlah 32 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pra tindakan menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belum tuntas yakni 18 orang (56,25%), sedangkan siswa yang mencapai ketuntasan dalam belajar baru berjumlah 14 orang (43,75%). Berdasarkan hasil belajar siswa pada pratindakan sebagaimana yang digambarkan dalam tabel di atas, ditemukan masalah rendahnya tingkat keberhasilan belajar siswa yang dilihat dari tingkat ketuntasan dengan KKM 75, yaitu 14 orang yang mencapai ketuntasan dalam belajar. Dengan demikian diperlukan tindakan untuk dapat meningkatkan

Muhammad Azhari, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin 43 hasil belajar siswa. Tindakan yang dipilih dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa adalah penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). (2) Paparan Hasil Tindakan (a) Siklus I Siklus pertama dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan setiap pertemuannya 2 40 menit dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi dengan waktu 40 menit setelah pertemuan ketiga. Materi yang disajikan pada pertemuan pertama tentang mengenal dan menggunakan Teorema Pythagoras untuk memecahkan masalah dengan menggunkan model pembelajaran Means End Analysis (MEA). Materi yang disajikan pada pertemuan kedua tentang menentukan jenis segitiga dengan menggunakan Teorema Pythagoras. Materi yang disajikan pada pertemuan ketiga tentang perbandingan panjang sisi segitiga siku-siku dengan sudut istimewa (yaitu 30 o, 45 o atau 60 o ). Pada hari yang sama setelah pertemuan ketiga, dilaksanakan pertemuan keempat yaitu evaluasi. Tabel 3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No Hasil Belajar Jumlah Persentase Siswa 1 Tuntas 21 65,63% 2 Tidak Tuntas 11 34,37% Jumlah 32 100% Pada tabel hasil belajar siswa pada siklus I di atas terjadi sedikit peningkatan hasil belajar siswa karena jumlah siswa yang belum tuntas dalam belajar mengalami penurunan dari 18 orang (56,25%) menjadi 11 orang (34,37%). Sedangkan siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar meningkat dari 14 orang (43,75%) menjadi 21 orang (65,53%). Namun demikian, hasil belajar siswa belum seperti yang diharapkan dengan kondisi masih banyak yang belum tuntas dalam belajar. Ketuntasan belajar secara klasikal juga belum tercapai karena persentase jumlah siswa yang tuntas masih dibawah 80%. Oleh karena itu dibutuhkan siklus selanjutnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Selain melihat hasil belajar siswa peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh observer. Setelah dilakukan perhitungan setiap aspek yang diamati berdasarkan tahapan model pembelajaran MEA, secara keseluruhan aktivitas siswa dalam kelompok selama pembelajaran berlangsung pada pertemuan I, II dan III disajikan secara singkat pada tabel 4. Tabel 4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus Pertama No Tahapan Model Pembelajaran MEA 1 Identifikasi Perbedaan antara Current State dan Goal State 2 Organisasi Subgoal 3 Pemilihan Operator atau Solusi Pertemuan ke- 1 2 3 25% (Kurang 28% (Kurang 22% (Kurang 41% (Cukup 44% (Cukup 44% (Cukup Pada tahap Idenifikasi Perbedaan antara Current State dan Goal State mengalami peningkatan siswa yang aktif pada setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama 25% siswa yang aktif meningkat menjadi 41% pada pertemuan kedua dan menjadi 56% pada pertemuan ketiga. Peningkatan juga terjadi pada setiap pertemuan di tahap Organisasi Subgoal. Dari pertemuan pertama 28% siswa yang aktif meningkat menjadi 44% pada 56% ( 47% (Cuku p 63% (

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm 38 46 44 pertemuan kedua dan menjadi 47% pada pertemuan ketiga. Dan pada tahap Pemilihan Operator atau Solusi juga mengalami peningkatan siswa yang aktif pada setiap pertemuannya. Dari pertemuan pertama 22% siswa yang aktif meningkat menjadi 44% pada pertemuan kedua dan menjadi 63% pada pertemuan ketiga. Dengan memperhatikan kualifikasi pada setiap tahap dan pertemuan, maka secara keseluruhan aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran MEA pada siklus I adalah cukup baik. No Tahapan Model Pembelajaran MEA 1 Identifikasi Perbedaan antara Current State dan Goal State 2 Organisasi Subgoal 3 Pemilihan Operator atau Solusi Pertemuan ke- 1 2 3 81% 56% ( 78% 91% 78% 75% ( 97% 81% 94% (b) Siklus II Siklus kedua dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan dengan setiap pertemuannya 2 40 menit dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi dengan waktu 1 40 menit. Materi yang disajikan pada pertemuan I tentang penerapan Teorema Pythagoras pada bangun ruang. Materi yang disajikan pada pertemuan II tentang penerapan Teorema Pythagoras pada bangun ruang. Dan materi yang disajikan pada pertemuan III tentang penerapan Teorema Pythagoras pada kehidupan sehari-hari. Tabel 5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No Hasil Jumlah Persentase Belajar Siswa 1 Tuntas 31 96,88% 2 Tidak 1 3,13% Tuntas Jumlah 32 100% Pada tabel hasil belajar siswa pada siklus II di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang belum tuntas dalam belajar mengalami penurunan dari 11 orang (34,37%) menjadi 1 orang (3,13%). Sedangkan siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar meningkat dari 21 orang (65,53%) menjadi 31 orang (96,88%). Dengan demikian telah mencapai ketuntasan klasikal karena melebihi 80%. Hasil belajar siswa sudah seperti yang diharapkan dengan kondisi sebagian besar ssiwa sudah mencapai ketuntasan dalam belajar. Oleh karena itu tidak dibutuhkan siklus selanjutnya karena penelitian tindakan sudah dinyatakan berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus Kedua Penilaian aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran MEA telah mengalami peningkatan pada pertemuan pertama dibanding dengan pertemuan terakhir pada siklus sebelumnya. Peninggkatan jumlah siswa yang aktif pada tahap Identifikasi Perbedaan antara Current State dan Goal State selalu terjadi dari pertemuan pertemuan pertama hingga ketiga. Persentase siswa yang aktif pada pertemuan pertama adalah 81% meningkat menjadi 91% pada pertemuan kedua dan menjadi 97% pada pertemuan ketiga.

Muhammad Azhari, Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin 45 Pada tahap Organisasi Subgoal juga selalu mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Dari pertemuan pertama 56% siswa yang aktif meningkat menjadi 78% pada pertemuan kedua dan menjadi 81% pada pertemuan ketiga. Sedangkan para tahap pemilihan operator atau solusi mengalami penurunan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua. Sebanyak 78% siswa yang akttif pada pertemuan pertama menurun menjadi 75% pada pertemuan kedua. Tetapi pada pertemuan ketiga banyak siswa yang aktif pada tahap pemilihan operator atau solusi kembali meningkat menjadi 94%.Dengan memperhatikan kualifikasi pada setiap tahap dan pertemuan, maka secara keseluruhan aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran MEA pada siklus kedua adalah sangat baik. Selanjutnya secara keseluruhan hasil penelitian yang telah dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan kondisi pra-tindakan sampai tahapan refleksi yang telaksana dari siklus I, dan siklus II dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 7 Analisis Data Pra-Tindakan sampai dengan Siklus II No Hasil Belajar Tuntas Tidak Tuntas Persantase Ketuntasan Siswa 1 Pra- 14 18 43,75% Tindakan 2 Siklus I 21 11 65,63% 3 Siklus II 31 1 96,88% Tabel di atas menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan eksperimen pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran MEA (Pra-Tindakan), jumlah siswa yang mecapai ketuntasan belajar adalah sejumlah 14 orang atau sebesar 43,75%. Kemudian setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran MEA terjadi peningkatan ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus I meningkat menjadi 21 orang atay 65,63%, siklus II meningkat lagi menjadi 31 orang atau 96,88 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pada pembelajaran dengan model MEA meningkat persentase ketuntasan belajar siswa secara signifikan. Hal ini menunjukan bahwa pemahaman siswa dalam pembelajaran model MEA lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini dapat diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan tentang hasil dan temuan selama penelitian dilaksanakan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. (1) Aktivitas siswa kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin pada penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) pada siklus I berada pada kualifikasi cukup baik dan menjadi kualifikasi sangat baik pada siklus II. (2) Hambatan pada penerapan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) pada pembelajaran matematika di kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin diantaranya adalah (a) sulitnya bagi seorang guru memberikan bimbingan secara merata kepada setiap kelompok siswa, (b) siswa masih kesulitan ketika bekerja secara berkelompok, (c) ketika menampilkan hasil pekerjaan kelompoknya siswa masih kebingungan bagaimana cara menyampaikannya di depan siswa yang lain. (3) Model pembelajaran Means End Analysis (MEA) dapat meningkatkan

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 5, Nomor 1, April 2017, hlm 38 46 46 hasil belajar siswa kelas VIII-F SMPN 14 Banjarmasin. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti mengemukakan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut. (1) Guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Means End Analysis (MEA) sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Siswa yang mengalami kesulitan menyelesaikan masalah dapat belajar memecah tujuan utama penyelesaian atau dengan menyederhanakan masalah, sehingga masalah lebih mudah dikaji dan kemudian diselesaikan sebagai mana diajarkan ketika menerapkan model pembelajaran MEA. (3) Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai metode penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Means End Analysis (MEA), tetapi dengan materi dan tingkatan sekolah yang berbeda. Mulyaningsih, E. (2014). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Shoimin, A. (2013). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Ar- Ruzz Media. Supartono. (2006). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Materi Lingkaran Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Bubulan Bojonegoro. Surabaya: Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, tidak dipublikasikan DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas 22 Tahun 2006 Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika SMP-MTs. Jakarta: Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Depdiknas Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Pustaka Setia Huda, M. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.