BAB I PENDAHULUAN. Kerjasama ekonomi merupakan keniscayaan untuk dilakukan bagi setiap negara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan perekonomian yang sangat pesat telah. mengarah kepada terbentuknya ekonomi global. Ekonomi global mulai

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) telah melahirkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

E UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut sebagai UUPK). 2 Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan da

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

yaitu menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, dan

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas dunia merupakan dua hal yang

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Untuk memulai hal tersebut akan dipaparkan contoh yang sangat sederhana.

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. betapa besar potensi laut sebagai sumber daya alam. Laut tidak saja

PERLINDUNGAN INDUSTRI DALAM NEGERI MELALUI TINDAKAN SAFEGUARD WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI INVESTOR TERHADAP PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

: Institute Of Southeast Asian Studies

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Pada kenyataannya saat sekarang ini ekonomi pasar

BAB V PENUTUP. akan menyimpulkan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup umat manusia. Hubungan manusia dengan tanah bukan hanya

ANALISIS PEMBENTUKAN ASEAN CROSS BORDER INSOLVENCY REGULATION SEBAGAI SOLUSI PERMASALAHAN KEPAILITAN LINTAS BATAS DI ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh dalam tatan perekonomian nasional. peningkatan pembangunan pemerintah maupun bagi pengusaha-pengusaha swasta

BAB I PENDAHULUAN. krisis keuangan dunia secara relatif mulus. Perlambatan pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kekayaan alam yang tersedia di dalam bumi ini. Salah satu sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 1. perubahan perilaku konsumsi dan transaksi dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Internasional yang merupakan induk sepakbola dunia. Organisasi Internasional

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi dengan batas-batas tertentu

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan mekanisme WTO (World Trade Organizations) dengan bentuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB I PENDAHULUAN. Secara konstitusional hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sebagian

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum, sejalan dengan ketentuan

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh: PANDU PERDANA PUTRA BP

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat itu juga membutuhkan hubungan satu sama lainnya, lainnya untuk memenuhi kebutuhan negaranya.

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

HAK ISTIMEWA BAGI INVESTOR ASING DALAM BERINVESTASI DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus senantiasa memperhatikan keserasian, keselarasan, dan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atau Intellectual Property

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerjasama ekonomi merupakan keniscayaan untuk dilakukan bagi setiap negara sebab tidak ada satupun negara didunia yang mampu menutup diri dari kerjasama antar negara lain. Sehingga ketergantungan antara suatu negara dengan negara yang lain merupakan suatu hal yang conditiosine a qua non. Hal ini diperkuat dengan apa yang disampaikan oleh Adam Smith, yang merupakan seorang ekonom dalam bukunya The Wealth of Nation yang mengemukakan mengenai teori keunggulan mutlak (absolute advantage) 1. Teori keunggulan mutlak adalah teori yang mendasarkan pada asumsi bahwa setiap negara memiliki keunggulan absolut nyata terhadap mitra dagang 2. Menurut teori ini, suatu negara yang mempunyai keunggulan absolut relatif terhadap negara mitra dagangnya dalam memproduksi barang atau komoditi tertentu, akan mengeskpor komoditi tersebut ke negara mitra yang tidak memiliki keunggulan absolut 3. Selanjutnya teori ini disempurnakan oleh David Ricardo. Dalam pandangannya suatu negara akan tetap memperoleh keunggulan apabila memusatkan kegiatan pada bidang-bidang yang biayanya relatif lebih rendah daripada kegiatan alternatif lainnya di negara itu walaupun negara mitranya memiliki keunggulan absolut di semua bidang. 34. 1 George Mankiw,1999, Pengantar Ekonomi Makro edisi II,Cambridge Publisher,England, hlm. 2 Ibid, hlm.34. 3 Muhammad Sood, 2012, Hukum Perdagangan internasional, Rajawali Press, Jakarta hlm. 4-5. 11

Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan interen akan produk lainnya, negara yang bersangkutan dapat mengimpor 4. Sehingga dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan kerjsama dalam bidang ekonomi termasuk dalam bidang penanaman modal merupakan suatu yang dibutuhkan baik bagi penanam modal maupun negara tempat ditanamkan modal itu sendiri.persoalannya adalah bagaimana menciptakan suatu aturan main yang tidak merugikan bagi kedua belah pihak. Salah satu elemen penting yang perlu ditelaah ialah melakukan harmonisasi aturan main atau pengaturan yang melandasi kerjasama ekonomi tersebut. Melihat pengertiannya Harmonisasi dalam Black Law s Dictionary berasal dari kata harmony diartikan agreement or accord; conformity(the decision in Jones is in harmony with earlier Supreme Court precedent 5. Menurut Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, memberikan pengertian harmonisasi hukum, sebagai kegiatan ilmiah untuk menuju proses pengharmonisan hukum tertulis yang mengacu baik pada nilai-nilai filosofis, sosiologis,ekonomis maupun yuridis. Pengkajian terhadap rancangan peraturan perundang-undangan, dalam berbagai aspek apakah telah mencerminkan keselarasan dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang lain, hukum tidak tertulis 4 Ibid, hlm. 32-33. 5 Bryan A. Garner, 1999, Black Law Dictionary, West Group, St Paul, Minn, hlm 675 12

yang hidup dalam masyarakat, konvensi-konvensi dan perjanjian-perjanjian internasional baik bilateral maupun multilateral yang telah diratifikasi Indonesia 6. Bertolak dari perumusan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa harmonisasi hukum adalah upaya atau proses yang hendak mengatasi batasan-batasan perbedaan, hal-hal yang bertentangan dan kejanggalan dalam hukum. Upaya atau proses untuk merealisasikan keselarasan, kesesuaian, keserasian, kecocokan, keseimbangan diantara norma-norma hukum di dalam peraturan perundang-undangan sebagai sistem hukum dalam satu kesatuan kerangka sistem hukum nasional 7. Terkait denganharmonisasi dalam aturan penanaman modal maka tidak lepas dari pengaturan yang bersifat global tentang penanaman modal yang akan diselaraskan dengan pengaturan di tingkat regional maupun di tingkat nasional suatu negara yaitu aturan yang dikenal dengan istilah Trade Related Investment Measures yang memberikan standarstandar tertentu bagi negara-negara dalam melakukan pengaturan kebijakan dibidang penanaman modal asing. Pengaturan penanaman modal yang berhubungan dengan perdagangan (Trade Related Investment Measures) 8 dibahas dalam putaran Uruguay yang bertujuan untukmenyatukan kebijakan dari negara-negara anggota dalam hubungannya dengan penanaman modal asing dan mencegah proteksi perdagangan sesuai dengan prinsip-prinsip GATT. 9 ASEAN sebagai bentuk regionalisme kawasan Asia Tenggara merupakan kerjasama diantara sepuluh negara yang berada dikawasan ini termasuk dibidang 6 Moh. Hasan Wargakusumah dalam Kusnu Goesniadhie, 2006, Harmonisasi Hukum dalam persperktif perundang-undangan, JP Book, Surabaya, hlm.71. 7 Op.Cit, Kusnu Goesniadhie, hlm 26. 8 Selanjutnya disebut dengan TRIMs 9 Erman Rajaguguk, 2010, TRIMs dan Investasi, hlm.2. 13

perekonomian. Bahkan pangsa pasar ASEAN dianggap sebagai salah satu pangsa pasar yang mempengaruhi perekonomian dunia karena pangsa pasar terbesar kedua didunia dengan populasi kurang lebih 600 juta jiwa dan yang mengembirakannya¾ dari jumlah populasi di Asia Tenggara merupakan penduduk Indonesia yang terdiri atas250 juta jiwa.ini merupakan peluang penanaman modal yang baik. 10 Di ASEAN kerangka kerjasama dibidang penanaman modalini diatur dalam piagam ASEAN sebagai Anggaran Dasar dan Rumah TanggaASEAN yaitu didalam BAB I tentang Tujuan dan Prinsip Pasal 1 Ayat (5) yang berbunyi sebagai berikut: Menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif, dan terintegrasi secara ekonomis melalui fasilitas yang efektif untuk perdagangan dan penanaman modal, yang didalalmnya terdapat aliran bebas barang, jasa, dan penanaman modal; terfasilitasinya pergerakan pelaku usaha, pekerja profesional, pekerja berbakat dan buruh; dan arus modal yang lebih bebas. Secara garis besar kita telah menyepakati untuk adanya pasar tunggal dan basis produksi yang dikover dalam kerjasama Komunitas ASEAN yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 11. Salahsatunya adalah kerangka kerjasama dibidang penanaman modal sehingga kita tidak bisa menghalangi para penanam modal untuk masuk ke Indonesia selama memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan bersama bahkanberdasarkan Pasal 3 ayat (2) ASEAN Comprehensive Investment Agreement menjelaskan secara implisit yang menjadi ruang lingkup kerjasama yang meliputi Fabrikasi,Pertanian, Perikanan, Kehutanan, Pertambangan dan penggalian, jasa-jasa yang terkait dengan sektor-sektor fabrikasi, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan penggalian dan setiap sektor lainnya, sebagaimana disepakati oleh semua negara anggota. 12 10 Buletin Komunitas ASEAN edisi kedua/juli 2013, hlm. 7. 11 hasil pembahasan dalam Bali Concord II yang diadakan di Bali Tahun 2003 12 Pasal 3 ayat (2) ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) 14

Selain itu untuk mendukung adanya integrasi kerjasama ekonomi dibidang penanaman modal serangkaian tindakan akan dilakukan yakni akan memperkuat ketentuan-ketentuan seperti mekanisme penyelesaian sengketa antara penanam modal dan pemerintah, perlindungan dan pengamanan secara penuh, pemberian kompensasi terhadap kerugian huru hara, adanya prosedur, kebijakan, peraturan penanaman modal yang lebih transparan, konsisten dan dapat diprediksi, mendorong ASEAN menjadi kawasan penanaman modal dan jaringan produksi yang terintegrasi, serta meliberalisasi secara progresif tata aturan penanaman modal negara-negara anggota ASEAN untuk mencapai iklim penanaman modal yang terbuka pada tahun 2015. Adanya ketentuan untuk meliberalisasi aturan penanaman modal di negara-negara anggota dengan berbagai tindakan yaitu: 13 1. Memperluas perlakukan non-diskriminasi, termasuk national treatment dan most favoured nation treatment bagi penanam modal ASEAN dengan pengecualian yang terbatas, mengurangi dan apabila dimungkinkan menghapuskan pengecualian tersebut. 2. Mengurangi dan apabila dimungkinkan menghapuskan hambatan-hambatan masuknya penanaman modal di sektor prioritas integrasi yang mencakup barang. 3. Mengurangi dan apabila dimungkinkan menghapuskan kebijakan pembatasan penanaman modal dan hambatan-hambatan lainnya termasuk persyaratan performa penanaman modal (perfomance requirement). 13 Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community Blueprint), 2009, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kementrian Luar Negri Republik Indonesia, hlm. 18. 15

Dengan adanya ketentuan-ketentuan diatas maka menghendaki adanya suatu unifikasi terhadap atur main dalam penanaman modal asing di negara-negara Asia Tenggara sesama anggota ASEAN.Sehinggamembutuhkan suatu harmonisasi dilevel pengaturan masing-masing negara agar tidak terjadinya benturan-benturan dan hambatan yang mungkin merugikan salah satu pihak bahkan dengan keadaan negara-negara ASEAN yang memiliki perbedaan latar belakang, budaya, sosial, ekonomi dan sistem hukum pastinya akan banyak sekali hambatan-hambatan yang pada akhirnya akan mengancam untuk tercapainya integrasi ekonomi dibidang penanaman modal tersebut. Hal yang demikian mungkin saja terjadi mengingat dan melihat dari berbagai aspek perbedaan yang ada diantaranya yaitu dari segi politik pemerintahan negara-negara di ASEAN tidaklah semuanya menganut sistem demokrasi bahkan masih ada yang mengacu kepada sistem sosialis, dari segi ekonomi kita mengetahui bahwa masih ada 4 negara ASEAN yang perekonomiannya masih jauh dibandingkan 6 negara anggota lainnya yakni: Kamboja, Laos, Nyammar dan Vietnam (CLMV) hal ini sudah pasti menjadi hambatan bagi adanya suatu integrasi pengaturan dibidang penanaman modal yang menghendaki berbagai persyaratan yang memudahkan penanam modal luar negri untuk menanamkan modal dinegaranya yang mungkin dapat menganggu kedaulatan dan kestabilan ekonomi dinegara tersebut, dan juga adanya perbedaan sistem hukum diantara negara-negara anggota pastinya juga harus menjadi perhatian contoh Indonesia yang berbau dan memiliki ciri layaknya sistem hukum eropah kontinentalnya, singapura dengan sistem hukum anglosaxon dan Filipina dengan american style. Di Indonesia pengaturan mengenai penanaman modal diatur dalam Undang- Undang No 25 Tahun 2007 14. Undang-Undang yang dikeluarkan pada tanggal 26 April 14 Sebelum Undang-Undang No 25 Tahun 2007 berlaku telah terdapat sejumlah peraturan perundag-undangan yang mengatur mengenai penanaman modal di Indonesia diantaranya sebagai berikut: 16

2007 ini menghapuskan Undang-Undang No 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 15 dan Undang-Undang No 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negara. 16 Dalam ketentuan Undang-Undang Penanaman Modal mengakomodir upaya peningkatan penanaman modal di Indonesia seperti : BAB V tentang Perlakuan Terhadap Penanaman Modal,BAB VII tentang Bidang Usaha Pasal 12, BAB X tentang Fasilitas Penanaman Modal Pasal 18-24, BAB XI tentang Pengesahan dan Perizinan PerusahaanPasal 25-26, BAB XV tentang Penyelesaian Sengketa Pasal 32 dll. Jika dianalisis sebagian besar Perubahan yang terdapat dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2007 ini adalah bentuk kelonggaran bagi penanam modal asing guna mengembangkan penanaman modalnya di Indonesia. Sebagaimana diketahui diatas bahwa arah liberalisasi di bidang penanaman modalsebagaimana dalam Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN yang menginginkan adanya penghapusan atas diskriminasi serta perluasan atas prinsipnational treatment dan Most Favoured Nation bagi penanam modal ASEAN, mengurangi bahkan menghapuskan hambatan bagi penanaman modal serta mengurangi dan menghapus batasan penanaman modal termasuk persyaratannya 17 Selain itu Undang-undang ini juga memberikan ruang untuk adanya penyesuaian ataupun harmonisasi apabila adanya perubahan atau pembaharuan serta hal-hal penting Undang-Undang No 78 Tahun 1958, Undang-Undang No 15 Tahun 1960, Undang-Undang No 1 Tahun 1967, Undang-Undang No 11 Tahun 1970. 15 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 No 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 2818 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 11 Tahun 1970 tentang Perubahan Undang-Undang No 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No 1 Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 No 46, Tambahan Lembaran Negara No 2943) 16 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 No33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 2853 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 11 Tahun 1970 tentang Perubahan Undang-Undang No 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang No 6 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 No 47, Tambahan Lembaran Negara No 2944) hlm.27-28 17 ASEAN Secretariat, 2013, Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015, ASEAN, Jakarta, 17

lainnya mengenai penanaman modal yang diatur dalam hukum internasional atau perjanjian internasional yakni dapat dilihat dalam BAB V tentang Perlakuan Terhadap Penanaman modal yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut: Pasal 6 ayat (1) Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 ayat (2) Perlakuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang memperoleh hak istimewa berdasarkan perjanjian dengan Indonesia. Jika ditelaah Pasal 6 ayat (1) UU aquo dapat dimaknai sebagai wujud dari prinsip perlakuan yang sama (national treatment dan most favored nation) sedangkan Pasal 6 ayat (2) merupakan pengingkaran atas prinsip tersebut dan sekaligus dapat dimaknai bahwa peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak berlaku bagi negara-negara yang memiliki perjanjian dengan Indonesia. Salah satunya bagi negara-negara ASEAN yang diikat dengan Piagam ASEAN. Selanjutnya BAB XVII ketentuan peralihan Pasal 35 UU aquo yang berbunyi sebagai berikut: perjanjian internasional, baik bilateral, regional, maupun multilateral dalam bidang penanaman modal yang telah disetujui oleh pemerintah indonesia sebelum undang-undang ini berlaku tetap berlaku sampai dengan akhir perjanjian tersebut.\ Demikian pula disebutkan dalam Pasal 36 UU aquo yaitu: Rancangan perjanjian internasional baik bilateral, regional, multilateral, dalam penanaman modal yang belum disetujui oleh pemerintah indonesia pada saat undang-undang ini berlaku wajib disesuaikan dengan ketentuan undang-undang ini. 18

Meskipun diatur sedemikian rupa yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana bentuk harmonisasi dan sinkronisasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam rangka mempersiapkan negara ini untuk masuk dalam arus pasar tunggal dibidang liberalisasi penanaman modal asing sebab bagaimanapun pentingnya penanaman modal asing bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia tetapi harus tetap mengedepankan kepada kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya sehingga perlu adanya suatu aturan harmonisasi yang tidak bertentangan dengan semangat hukum nasional terutama Undang- Undang Dasar 1945 sebagai panduan kita dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara bahkan hal tersebut tegas di utarakan dalam bagian pertimbangan Undang- Undang No 25 Tahun 2007. 18 Sehingga penting untuk mengetahui aturan apa saja yang perlu diharmonisasikan dan tidak perlu diharmonisasikan serta aturan mana saja yang sudah atau belum diharmonisasikan dan juga melihat implikasi yang mungkin terjadi akibat harmonisasi hukum ini. Berdasarkan dan bertitik tolak dari latar belakang tersebut diataslah maka hal ini menjadi menarik untuk diteliti oleh penulis dan dituangkan dalam bentuk suatu karya tulis yang berjudul : HARMONISASIHUKUM PENANAMAN MODAL INDONESIA DALAM RANGKA MENUJU KOMUNITAS EKONOMI ASEAN (ASEAN ECONOMIC COMMUNITY) PADA TAHUN 2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukan sebelumnya, yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan hukum ini adalah: 18 menjelaskan bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dilaksanakan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan dengan berlandaskan demokrasi ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara. Itu artinya demokrasi ekonomi bermakna bahwa daulat rakyat indonesia akan ekonomi di indonesia merupakan suatu hlm yang harus tetap diperhatikan 19

A. Bagaimanakah bentuk harmonisasi hukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015? B. Apakah implikasi dari harmonisasi hukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penulisan ini adalah: 1. Untuk mengkaji dan menganalisis bentuk harmonisasi hukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada Tahun 2015 2. Untuk mengkaji dan menganalisis implikasi dari harmonisasi hukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada Tahun 2015 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoritis : a. Untuk menambah ilmu pengetahuan, memperluas cakrawala berpikir penulis serta melatih kemampuan dalam melakukan penelitian hukum dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. 20

b. Untuk memperkaya khasanah ilmu hukum, khususnya Hukum Internasional, serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan dan dapat berlatih dalam melakukan penelitian yang baik. c. Penelitian ini khususnya juga bermanfaat bagi penulis yaitu dalam rangka menganalisa dan menjawab keingintahuan penulis terhadap perumusan masalah dalam penelitian. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat dalam memberikan kontribusi pemikiran dalam menunjang perkembangan ilmu hukum. 2. Manfaat Praktis Memberikan kontribusi serta manfaat bagi individu, masyarakat maupun pihakpihak yang berkepentingan dalam menambah pengetahuan yang berhubungan dengan Harmonisasi dan Sinkronisasi Hukum Penanaman Modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN economic Community) pada tahun 2015. E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodependekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan masalah melalui penelitian hukum dengan melihat aturan hukum internasional dan norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. 19 Mengenai harmonisasi dan sinkronisasi hukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada Tahun 2015 yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Serta melihat implikasi dari 19 Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.118. 21

harmonisasi hukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada Tahun 2015. 2. Data yang digunakan dalam Penelitian Sebagai penelitian normatif maka penelitian ini lebih menitikberatkan pada studi kepustakaan yang berdasarkan Data Sekunder Data Sekunder antara lain yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder digolongkan menjadi bahan hukum yang terdiri dari 20 : a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan yang memiliki kekuatan hukum mengikat kepada masyarakat yang dalam hal ini berupa Hukum Internasional dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan Harmonisasi dan Sinkronisasi Hukum Penanaman Modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015, diantaranya adalah : 1) Piagam ASEAN ( ASEAN Charter) Tahun 2007 2) Cetak Biru Komunitas ASEAN. 3) Perjanjian kerangka kerja tentang AreaPenanaman modal ASEAN (Framework Agreement on the ASEAN Investment area) Tahun 1998. 4) Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan perlindungan Penanaman modal (ASEAN agreement for the promotion and protection of investment) Tahun1987. 20 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm.24. 22

5) Perjanjian Jaminan Penanaman modal ASEAN (ASEAN investment Guarantee agreement/iga). 6) Perjanjian Penanaman modal Komprehensi ASEAN (ASEAN comprehensive investment agreement /ACIA).Tahun 2009 7) Undang-Undang No 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan atau keterangan-keterangan mengenai peraturan-peraturan perundang-undangan, berbentuk buku-buku yang ditulis oleh para sarjana hukum, literatur-literatur hasil penelitian yang dipublikasikan, makalah, jurnal-jurnal hukum dan data-data lain yang berkaitan dengan judul penelitian. c. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus yang digunakan untuk membantu penulis dalam menterjemahkan istilah yang digunakan dalam penulisan ini. Bahan ini didapat dari kamus hukum dan ensiklopedia. 3. Teknik Pengumpulan Data Mengenai teknik dan metode pengumpulan data penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah a. Studi Pustaka (Library Research), yaitu dengan cara 21 : 1. Inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait dengan Penanaman Modal Indonesia 2. Merangkum pendapat-pendapat pakar yang ada di dalam literatur yang penulis gunakan dalam menulis penelitian ini. 21 Ibid, hlm 44. 23

3. Turun langsung ke lapangan hanya untuk mengambil dokumendokumen yang dirasa penting dan berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan 4. Penelitian dilakukan di Perpustakan Umum Padang 5. Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Andalas 6. Penelitian dilakukan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas 7. Penelitian dilakukan di Perpustakaan Kementrian Luar Negri 8. Penelitian dilakukan di Perpustakaan Badan Koordinasi Penanaman Modal Indonesia 9. Penelitian dilakukan di Perpustakaan Kementrian Perdagangan 10. Penelitian di lakukan di Perpustakaan Pribadi 4. Teknik Pengolahan dan TeknikAnalisis Data a. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan cara editing yaitu pengolahan data dengan cara menyusun kembali, meneliti, dan memeriksa data yang telah diperoleh agar dapat tersusun secara sistematis. b. Analisis Data Analisis data dilakukan dengan cara menemukan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian ini melalui data yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan kesimpulan. Analisis yang dilakukan berupa analisis Kualitatif yang merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif 22. Data 22 Ibid, hlm 56. 24

deskriptif dimaksud adalah menggambarkan dalam bentuk narasi mengenai hal yang diteliti dalam penelitian ini. 5. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan pemahaman dalam tulisan ini, maka disini akan diuraikan secara garis besar dan sistematis mengenai hal-hal yang akan diuraikan lebih lanjut: BAB I : PENDAHULUAN Memaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Menguraikan tentang tinjauan umum tentang Harmonisasi Hukum Penanaman Modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015 BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menjelaskan dan menguraikan tentang harmonisasihukum penanaman modal Indonesia dalam rangka menuju Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) pada tahun 2015. BAB IV: PENUTUP Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. 25