BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

dokumen-dokumen yang mirip
pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bank terdiri atas bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Muamalat pada tahun Setelah terbukti mampu bertahan pada masa krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang. Bank merupakan sektor penting dan berpengaruh dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang universal dan komprehensif. Universal berarti

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beranggapan bahwa bank syariah belum memiliki perbedaan yang esensial dan

BAB I PENDAHULUAN. Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Hal ini terbukti. Inggris (Ismal, 2012). Menurut Antonio (2001), bank syariah muncul

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat hutang dikenal dengan nama obligasi (Husnan, 2001:4).

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. periode tertentu, dan dapat menjadi alat ukur untuk melihat atau menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil. Kemudian. (BPR), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB V PEMBAHASAN. secara parsial jumlah nominal deposito ib hasanah di PT. Bank BNI Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB V PEMBAHASAN. ketahui hasil nya adalah sebagai berikut: Indonesia pada Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. halnya bank syariah, koperasi syariah maupun lembaga keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I. PENDAHULUAN. perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah yang berjalan secara

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk penyimpanan dana, pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pengertian bank umum

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah di Indonesia pertama didirikan tahun 1992 meskipun

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI-Rate Terhadap Tingkat Pembiayaan Produktif Di BMT

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan lembaga perantara (intermediary) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. di dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara lembaga keuangan. Bank dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 tahun 1998),

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. aspek keadilan dalam bertransaksi. Bank berdasarkan prinsip syariah atau

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

I.PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah dalam perbankan nasional mulai dikembangkan sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kantor, 24 Unit Usaha syariah (UUS) denga n 554 kantor, dan 160 Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa kini perkembangan Negara Republik Indonesia sangat pesat terutama dalam bidang perbankan, hal ini menunjukkan bahwa peranan perbankan membantu dalam menunjang perekonomian negara ini. Perbankan menjadi kebutuhan pemerintah maupun masyarakat, sehingga menjadi tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. Menurut Kasmir (2006:2) perbankan diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana ke masyarakat dan memberikan jasa jasa bank yang lainnya. Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dengan mengandalkan suku bunga dan fee based, dan bank yang melakukan usaha secara syariah yang mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23). Sejarah berdirinya perbankan dengan sistem bagi hasil, berdasarkan pada dua alasan utama yaitu pertama adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam kategori riba yang dilarang dalam agama, bukan saja pada agama Islam tetapi juga oleh agama samawi lainnya, kedua dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Dalam jangka panjang sistem perbankan konvensional akan menyebabkan penumpukan 1

2 kekayaan pada segelintir orang yang memiliki kapital besar (Sjahdeini, 1999). Sedangkan menurut Muhammad (2005:110-111) faktor - faktor yang mempengaruhi mudharabah besar kecilnya hasil investasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor pengaruh tersebut ada yang berdampak langsung dan ada yang tidak langsung. Faktor langsung yaitu investment rate, jumlah dana, nisbah bagi hasil, sedangkan faktor tidak langsung yaitu penentuan pendapatan atau biaya mudharabah dan aktivitas yang diterapkannya. Salah satu alasan utama nasabah menginvestasikan modalnya pada perbankan syariah yaitu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan prinsip syariat Islam yaitu Al Qur an dan Hadits. Dalam pelaksanaannya perbankan syariah mengharamkan adanya unsur bunga atau riba, akan tetapi memperbolehkan menggunakan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil merupakan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam transaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Di samping itu alasan yang lain nasabah menginvestasikan modalnya di perbankan syariah diantaranya memiliki resiko rendah dengan tingkat return yang diharapkan juga rendah. Walaupun tingkat return yang diharapkan rendah, akan tetapi membuat nasabah merasa lebih aman dalam berinvestasi pada jangka waktu yang panjang. Konsep Islam yang diterapkan oleh perbankan syariah menjadikan keunggulan kompetitif dalam

3 mendapatkan kepercayaan dari nasabah untuk menginvestasikan dana kepada bank syariah. Hal ini terwujud dengan semakin berkembangnya persaingan perbankan syariah di Indonesia mulai dari lima tahun terakhir, sebagaimana data yang tercantum dibawah ini. Bank umum syariah - Jumlah bank - Jumlah kantor Unit usaha syariah - Jumlah bank umum konvensional yang memiliki UUS - Jumlah kantor Bank pembiayaan Rakyat Syariah - Jumlah bank - Jumlah kantor Tabel 1.1 Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network) Tahun 2007-2012 2007 2008 2009 2010 2011 2012 3 401 26 196 5 581 27 241 6 1.215 27 287 11 1.215 23 262 11 1.401 24 336 11 1.745 114 185 131 202 138 225 150 286 155 364 158 401 Total Bank 782 1.024 1.223 1.763 2.101 2.663 Sumber Data: Statistik BI, 2011 Pada tabel 1.1 di atas menunjukkan dari periode tahun 2007 2012 perkembangan perbankan syariah semakin bertambah pesat, disebabkan masyarakat mulai mempercayakan berinvestasi pada bank syariah. Tahun 2007 jumlah total kantor perbankan syariah menunjukkan 782 kantor, pada tahun 2008 jumlah kantor meningkat sebesar 1.024 di kantor perbankan syariah, kemudian tahun 2009 total kantor perbankan syariah berjumlah 1.223, dan pada tahun 2010 dan 2011 juga menunjukkan pertambahan jumlah total kantor perbankan syariah dari 1.763 menjadi 2.101 sedangkan tahun 2012 menunjukkan 2.663 total kantor perbankan syariah. Perkembangan ini, dipengaruhi oleh aktivitas aktivitas yang ada pada perbankan syariah. 24 517

4 Aktivitas dalam perbankan syariah sangat dipengaruhi oleh dana pihak ketiga. Disamping itu, ada juga dana dari dana pertama (modal sendiri), dan dana kedua (pinjaman). Produk dana pihak ketiga perbankan syariah yang ditawarkan adalah giro, tabungan dan deposito mudharabah. Sebagaimana data yang tercantum pada tabel di bawah ini: Tabel 1.2 Komposisi DPK - Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah tahun 2007-2012 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Giro ib akad wadiah 3.750 4.238 6.202 9.056 12.006 17.708 Tabungan ib a. Akad wadiah b. Akad mudharaba 9.454 645 8.809 12.471 958 11.513 16.475 1.538 14.937 22.908 3.338 19.570 32.602 5.394 27.208 45.072 7.449 37.623 h Deposito ib Akad Mudharabah a. 1 bulan b. 3 bulan c. 6 bulan d. 12 bulan e. > 12 14.807 9.309 1.406 1.296 2.787 9 20.143 14.325 1.919 1.827 2.066 6 29.595 19.794 4.544 1.758 3.497 3 44.072 31.873 6.165 2.294 3.738 3 70.806 50.336 10.629 4.286 5.609 45 84.732 53.700 17.653 6.421 6.953 5 bulan Total 28.012 36.852 52.271 76.036 115.415 147.512 Sumber data: statistik BI 2013 Pada tabel 1.2 menunjukkan komposisi jumlah pada produk dana ketiga pada perbankan syariah yaitu giro, tabungan, dan deposito pada tahun 2007 2012. Produk dana pihak ketiga yang jumlah komposisi dari tahun ke tahun lebih tinggi terdapat pada deposito mudharabah. Pada Tahun 2010 menunjukkan bahwa deposito mudharabah jumlah Rp 44.072, sedangkan pada giro dan tabungan jumlah komposisinya berjumlah Rp 9.056 dan Rp

5 22.908. maka produk dana pihak ketiga yang menyumbang jumlah komposisi terbesar dalam aktivitas perbankan syariah yaitu pada deposito mudharabah. Sehingga, perbankan syariah lebih intens memperhatikan yang menjadi kendala pada deposito mudharabah di perbankan syariah itu sendiri. Secara teori mudharabah adalah akad kerja sama atau usaha antara dua pihak di mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shohibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (Antonio, 2001:95). Jenis simpanan mudharabah ada tiga bentuk yaitu giro, tabungan dan deposito mudharabah. Diantara tabungan dan deposito tidak ada perbedaannya, tetapi pada pelaksanaannya dibedakan antara tabungan dan deposito sesuai dengan jangka waktu pengambilan atau penarikannya di bank yang telah ditentukan. Deposito (time deposit) merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat surat berharga (Kasmir, 2006:93). Sedangkan deposito syariah itu sendiri diperbolehkan dalam Islam yang sebagaimana dicantumkan dalam Undang Undang No. 10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Salah satu faktor alasan nasabah berinvestasi pada bank konvensional adalah mendapatkan bunga bank yang dapat dipandang sebagai pendapatan yang diperoleh dari melakukan tabungan, sedangkan dalam bank syariah nasabah menginvestasikan modalnya untuk mendapatkan bagi hasil, dalam Al Qur an juga dijelaskan bahwa kerjasama akan menciptakan kemakmuran dan

6 keadilam dalam bermuamalah. Pengertian bagi hasil menurut Antonio (2001:90) bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib). Tingkat bagi hasil ini yang mempengaruhi seorang melakukan deposito mudharabah yang mana dalam penelitian Anisah, Nur (2013) bahwa ada pengaruh positif dan signifikan variable bagi hasil terhadap deposito mudharabah. Sedangkan menurut Antonio (2001:60) dalam teorinya menyatakan bahwa bagi hasil adalah Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan jumlah pendapatan. Jumlah pendapatan masyarakat juga tergantung pada kebijakan moneter yang diterapkan pada suatu negara. Pada saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, pada tahun 2007 maka timbul permasalahan yang cukup rumit yang telah membuat perekonomian Indonesia yang semula mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, sehingga menimbulkan terjadinya Inflasi, sebagaimana tabel berikut ini: Tabel 1.3 Pertumbuhan Inflasi Di Indonesia Periode Tahun 2000 2012 Tahun Inflasi (%) Tahun Inflasi (%) 2000 9,35 2007 8,50 2001 12,55 2008 5,36 2002 5,10 2009 5,13 2003 6,40 2010 5,38 2004 17,10 2011 4,28 2005 6,60 2006 6,50 20012 5,10 Sumber : Laporan Bank Indonesia (diolah kembali) Pada tabel 1.3 terlihat bahwa perkembangan laju inflasi selama tahun 2000-2012 berfluktuatif. Diukur dengan kenaikan IHK laju inflasi dalam

7 tahun 2005 laju inflasi tersebut menurun dengan pesat sebesar 6,60%. Penurunan laju inflasi pada tahun 2006 berkaitan erat dengan lebih terkendalinya permintaan dalam negeri serta lebih stabilnya penawaran agregate. Pada tahun 2007 Indonesia mengalami krisis moneter, Rupiah terus melemah, harga-harga bahan pokok dan kebutuhan lainnya yang berbahan impor mengalami peningkatan secara terus menerus sehingga terjadi lonjakan inflasi yang begitu besar. Pada tahun 2008 menunjukkan kecenderungan yang menurun hal ini terutama disebabkan oleh menguatnya nilai tukar rupiah dan membaiknya inflasi. Inflasi sendiri menyebabkan kecenderungan dari harga harga untuk menaik secara terus menerus. Sehingga seorang nasabah masyarakat melakukan konsumsi daripada berinvestasi pada bank, hal ini disebabkan inflasi dengan tingkat suku bunga rendah. Dampak inflasi para penabung ini enggan untuk menabung inflasi terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri yaitu -0.325 dengan nilai signifikansi 0.000 (0.000 < 0.05), Karena koefisien regresi bernilai negatif yaitu -0.325, hal ini disebabkan ketika terjadi inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan dananya untuk mempertahankan tingkat konsumsinya. Akan tetapi dalam kenyataannya inflasi di Indonesia yang dikutip pada berita media online bahwa hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga harga

8 relatif. Tetapi kenyataannya keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga BI rate di level terendahnya 5,75 % dengan alasan laju inflasi di bulan september kemarin cukup rendah. Masih terkendalinya inflasi hingga bulan kemarin menjadi salah satu alasan BI tetap mempertahankan suku bunga patokan BI rate karena dianggap masih sesuai dengan kondisi perekonomian serta masih dalam koridor target inflasi sepanjang tahun ini sekitar 3,5% 5,5 % (www.tempo.com). Kondisi kebijakan pemerintah ini telah menyebabkan lembaga perbankan akan terus menerus merugi dan modalnya semakin terkuras yang akhirnya berakibat pada likuidasi sejumlah bank. Disamping itu, kebijakan tersebut sangat mempengaruhi lembaga keuangan dalam menghadapi inflasi yang tinggi sehingga terjadi nilai uang beredar yang rendah, sehingga masyarakat menarik dananya daripada berinvestasi. Kebijakan pemerintah untuk terus menjaga kesinambungan fiskal serta komitmen pada Bank Indonesia untuk menjaga kestabilan nilai rupiah dan memperkuat sistem perbankan memberikan dampak positif ke arah perkembangan perekonomian. Perkembangan perekonomian berarti kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Maka apabila masyarakat makmur perubahan dalam nilai pendapatan nasional pada suatu tingkat kegiatan investasi juga bertambah. Pertumbuhan pendapatan suatu negara dapat diketahui melalui produk domestik bruto. Produk domestik

9 bruto adalah mengukur tingkat kemakmuran yang terjadi di suatu negara dari segi struktur ekonomi maupun hubungan antara komponen-komponennya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008:16) produk domestik bruto adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Manfaat perhitungan PDB yaitu sebagai mengukur tingkat kemakmuran, tingkat kesejahteraan, memperoleh perbandingan produktivitas antarnegara, dan mencatat kegiatan kegiatan ekonomi tak tercatat (underground economy). Pertumbuhan Produk domestik bruto Indonesia dapat dilihat sebagai berikut ini: Tabel 1.4 Pertumbuhan PDB Di Indonesia Periode Tahun 1997 2012 Tahun PDB Dalam Miliar Rupiah 1997 433.246,00 1998 376.051,60 1999 376.902,50 2000 397.666,30 2001 411.691,00 2002 426.740,50 2003 441.790,00 2004 445.674,00 2005 468.512,92 2006 474.582,14 2007 489.545,75 2008 520.614,02 2009 544.712,60 2010 578.614,70 2011 616.169,13 2012 654.534,80 Sumber : Laporan Bank Indonesia (diolah kembali) Pada tabel 1.4 menunjukkan bahwa dalam perkembangan produk domestik bruto di tahun 1997 Indonesia mengalami krisis nilai tukar, sehingga perekonomian di Indonesia mengalami penurunan. Proses

10 penyebaran krisis berkembang cepat mengingat keterbukaan Perekonomian Indonesia dan ketergantungan pada sektor luar negeri yang sangat besar menyebabkan krisis tersebut berkembang semakin parah. Karena terdapat berbagai kelemahan mendasar di bidang perekonomian nasional terutama di tingkat mikro. Dengan kondisi dalam dan luar negeri yang semakin kondusif di tahun 2000 proses stabilitas ekonomi Indonesia berjalan cukup mantap dan telah memberikan peluang bagi pemulihan kestabilan terhadap segala perbaikan aktifitas ekonomi Indonesia. Sedangkan dalam teori produk domestik bruto terkait produk domestik bruto menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi tabungan masyarakat (Sukirno, 2005:379). Dalam teori keynes menyatakan bahwa tabungan sangat terkait dengan kepada pendapatan nasional (pendapatan seluruh penduduk dalam perekonomian). Dalam pertumbuhan ekonomi nasional secara makro cukup baik, tapi realitasnya tidak memberikan dampak positif dalam perbaikan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Dengan pertumbuhan ekonomi tersebut, Indonesia mendapat pujian dari berbagai lembaga ekonomi internasional, dipersepsikan semakin aman bagi investasi asing, serta tergolong dalam negara tujuan investasi yang semakin disukai. tingginya PDB suatu negara tidak menjamin rakyatnya sejahtera secara ekonomi. Akan tetapi data pada BPS, bahwa penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan pada 2011 ada sekitar 12,36 persen atau sekitar 30 juta jiwa, sedangkan data Bank Dunia, penduduk miskin di Indonesia mencapai 100 juta jiwa (www.antaranews.com).

11 Angka PDB adalah angka rata-rata yang tidak sesuai dengan kenyataan. di Indonesia jumlah konglomerat sangat sedikit dibandingkan dengan rakyat miskinnya. Banyaknya penduduk miskin hal ini juga akan mempengaruhi kesejahteraan hidupnya. Rakyat miskin hanya hanya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dibandingkan investasi. Sehingga investasi yang diharapkan pada perbankan, tidak setinggi jumlah produk domestik bruto yang menunjukkan jumlah Rp 2.618,1 triliun pada tahun 2000 naik menjadi 6,23% pada tahun 2012. Maka, hasil penelitian terdahulu menjadi acuan pedoman penelitian yang akan dilakukan diantaranya yaitu Wibowo (2003) menyatakan Pendapatan (GDP) menunjukkan pengaruh positif terhadap simpanan mudharabah dalam jangka panjang sedangkan bagi hasil pengaruh negatif terhadap simpanan mudharabah dalam jangka waktu pendek, Susanti (2011), Mu tamaroh, Laeli (2009) dan Faizi (2009) menyatakan variabel bagi hasil signifikan positif pada simpanan mudharabah. Widiastama (2006) menyatakan bahwa total bagi hasil mudharabah berpengaruh signifikan positif terhadap total simpanan Mudharabah. Azmy (2008) dalam penelitiannya menunjukkan hasil statistik secara simultan menunjukkan signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah. Gabungan variabel independen variabiliti tingkat bagi hasil bank umum Syariah sebesar 46%. Maula (2012) bahwa suku bunga, bagi hasil, inflasi, saham JII, dan JUB secara simultan berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah. Mubasyiroh (2008) menyatakan bahwa dalam penelitiannya pada tingkat

12 suku bunga dan inflasi menunjukkan pengaruh negatif pada total simpanan mudharabah. Sedangkan Pracoyo dan Widiastuti (2008) menyatakan dalam jurnalnya bahwa bagi hasil berpengaruh positif secara signifikan dengan confidence interval 95% terhadap pembiayaan bagi hasil. Anisah, Nur dkk (2013), menyatakan bahwa dalam jurnalnya bagi hasil berpengaruh pada deposito mudharabah. Dari data diatas bahwa penelitian diatas menjadi acuan dan rujukan. Maka dapat menjadi landasan masalah bagi penulis dalam melakukan penelitian. Dengan adanya alasan di atas maka dapat diambil satu judul: Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, Inflasi, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh secara parsial nisbah bagi hasil, inflasi, dan produk domestik bruto terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia? 2. Apakah ada pengaruh secara simultan nisbah bagi hasil, inflasi, dan produk domestik bruto terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia? 3. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap besarnya deposito mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia?

13 1.3 Tujuaan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui ada pengaruh secara parsial nisbah bagi hasil, inflasi, dan produk domestik bruto terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia. 2. Untuk mengetahui ada pengaruh secara simultan nisbah bagi hasil, inflasi, dan produk domestik bruto terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia. 3. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia. 1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat bagi Penulis Bagi Penyusun penelitian ini diharapkan disamping sebagai bentuk penerapan disiplin ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan, juga untuk menambah serta mengembangkan wawasan dan pengetahuan tentang dunia perbankan. 2) Manfaat bagi Dunia Akademis Bagi dunia Akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi intelektual kepada para peneliti ataupun pembaca, baik sebagai referensi maupun sebagai wawasan keilmuan yang dapat mendukung kegiatan akademis.

14 3) Manfaat bagi Perusahaan Bagi Praktisi penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi berkaitan dengan kinerja Bank Syariah Indonesia dalam pengumpulan dana pihak ketiga yaitu pada deposito mudharabah. 1.4 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti akan memberi batasan masalah sehingga penelitian ini lebih fokus dan objektif sebagai berikut: 1. Pengambilan data pada Bank Umum Syariah yang berada di Bank Indonesia yaitu Bank Syariah Muamalat Indonesia, Bank Syariah mandiri, dan Bank Syariah Mega Indonesia. 2. Pengambilan data laporan keuangan yang ada pada situs resmi Bank Umum Syariah Indonesia. 3. Periode penelitian yaitu triwulanan dari triwulan I tahun 2008 triwulan III tahun 2012. 4. Pengambilan data deposito mudharabah dan nisbah bagi hasil (mudharabah mutlaqah atau dana tidak terikat) pada laporan keuangan Bank Umum Syariah Indonesia. 5. Data variabel inflasi diperoleh pada situs resmi SEKI yaitu www.bi.go.id. 6. Data PDB diperoleh pada situs resmi BPS yaitu www.bps.go.id.