ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN SEPT JOURS POUR UNE ÉTERNITÉ KARYA MARC LEVY SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN TROIS JOURS CHEZ MA MÈRE KARYA FRANÇOIS WEYERGANS SKRIPSI

WUJUD EKSISTENSI TOKOH PEREMPUAN DALAM CERITA PENDEK LE DERNIER AMOUR DU PRINCE GENGHI KARYA MARGUERITE YOURCENAR SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kesusastraan, terdapat bentuk-bentuk karya sastra. Diantaranya

BAB II KAJIAN TEORI. lama kita kenal dan berada disekitar kita. Dalam Le Petit Robert I (1986: 1726),

ANALISIS STRUKTURALISME TEKS FILM MATA HARI, AGENT H21 KARYA JEAN-LOUIS RICHARD

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa menjadi media sastra. Karya sastra muncul dalam bentuk ungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LE SOLEIL DES SCORTA KARYA LAURENT GAUDÉ SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LE PREMIER JOUR KARYA MARC LEVY SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia mengenal bermacam-macam ilmu di dalam kehidupan. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan cerita pendek Le

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM ROMAN SYNGUÉ SABOUR PIERRE DE PATIENCE KARYA ATIQ RAHIMI SKRIPSI DAN E-JOURNAL

BAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, hidup manusia tidak bisa lepas dari bersastra. Kata sastra

ANALISIS STRUKTURAL ROMAN JE L AIMAIS KARYA ANNA GAVALDA

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LA SALAMANDRE KARYA JEAN-CHRISTOPHE RUFIN

MINAT BELAJAR BAHASA PRANCIS SISWA KELAS XI SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH UTAMA DALAM ROMAN LE JOUR OU J AI APPRIS A VIVRE KARYA LAURENT GOUNELLE

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN UNE AUTRE IDÉE DU BONHEUR KARYA MARC LEVY

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN WINDOWS ON THE WORLD KARYA FRÉDÉRIC BEIGBEDER SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN SISTERS KARYA STÉPHANE DENIS SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK ROMAN LES JOLIES CHOSES KARYA VIRGINIE DESPENTES SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK ROMAN RUE DES BOUTIQUES OBSCURES KARYA PATRICK MODIANO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LE COMPLEXE DE DI KARYA DAI SIJIE SKRIPSI

Analisis Struktural-Semiotik Roman Les Ombres du Yali Karya Suat Derwish

KAJIAN STRUKTURAL-SEMIOTIK NOVEL L ENFANT NOIR KARYA CAMARA LAYE

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN CES ENFANTS DE MA VIE KARYA GABRIELLE ROY

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LA PLACE DE L ÉTOILE KARYA PATRICK MODIANO

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN MES AMIS MES AMOURS KARYA MARC LEVY SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LES JAMBES D ALICE KARYA NIMROD BENA DJANGRANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL MOI NOJOUD, 10 ANS, DIVORCÉE KARYA NOJOUD ALI DAN DELPHINE MINOUI: SEBUAH SOSIOLOGI SASTRA SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. A. Roman sebagai Sebuah Karya Sastra. berjenis prosa. Roman juga merupakan karya sastra berjenis prosa.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LE SERMON SUR LA CHUTE DE ROME KARYA JÉRȎME FERRARI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

ANALISIS STRUKTURAL-GENETIK ROMAN JOSEPH BALSAMO TOME I (MÉMOIRES D UN MÉDECIN) KARYA ALEXANDRE DUMAS SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN DEMAIN, TU MOURRAS KARYA LAURENCE TOURNAY SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LES AMANTS DU N IMPORTE QUOI KARYA FLORIAN ZELLER SKRIPSI

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN LUMIÈRE DU SOIR KARYA BRIGITTE LE TREUT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel

KONDISI KEJIWAAN TOKOH UTAMA ROMAN L ADVERSAIRE KARYA EMMANUEL CARRÈRE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB II KAJIAN TEORI. Secara umum, karya sastra terdiri tiga bentuk, yaitu genre prosa, puisi, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. diungkapkan dengan bahasa dan gaya bahasa yang menarik.

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN UN ÉTÉ DE CENDRES KARYA ABDELKADER DJEMAÏ SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS STRUKTURAL TEKS CERITA PENDEK LA FEMME DU GOUVERNEUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang menghubungkan suatu karya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. peneliti memaparkan mengenai penelitian-penelitian yang pernah menganalisis tokoh utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. sudah banyak yang meneliti, diantaranya : unsur-unsur intrinsik dalam novel 鸿 三代中国女人的故事

BAB II KAJIAN TEORI. Littérature est un écrit, un discours superficiel, emprient d artifice. En semble

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

MODALITAS DALAM ROMAN LE TOUR DU MONDE EN 80 JOURS KARYA JULES VERNE SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

WUJUD EKSISTENSI TOKOH UTAMA DALAM ROMAN AUTOBIOGRAFI STUPEUR ET TREMBLEMENTS KARYA AMÉLIE NOTHOMB SKRIPSI

Oleh: Maria Rayda Rahmawati Nardi Loru NIM

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

RANCANGAN KEGIATAN PERKULIAHAN

KAJIAN STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN UNE FILLE DANS LA VILLE KARYA FLORE VASSEUR SKRIPSI

Transkripsi:

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN SEPT JOURS POUR UNE ÉTERNITÉ KARYA MARC LEVY SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar sarjana Oleh: Fitria Kusuma Ningrum NIM. 12204244007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PERANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016 i

MOTTO Man jadda wa jadda (Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil) Doa tanpa usaha itu kosong, Usaha tanpa doa itu sombong Je pense donc je suis ( René Descartes) v

PERSEMBAHAN Bismillaahirrahmaanirrahiim Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang penuh arti dalam hidupku Papa dan Mama tercinta Yang dengan cinta, kasih sayang dan do a mereka aku selalu optimis untuk meraih kesuksesan yang gemilang dalam hidup ini Kakak kakakku Yang sudah memberikanku dukungan dan membimbingku sampai saat ini Guru-guruku Yang memberi ilmunya kepadaku dengan penuh kesabaran dan ketelatenan Teman-temanku, sahabat-sahabatku Yang telah memberi semangat, motivasi dan membuat hidupku lebih bermakna, semoga kita semua termasuk orang-orang yang dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin vi

ANALISIS STRUKTURAL-SEMIOTIK ROMAN SEPT JOURS POUR UNE ÉTERNITE KARYA MARC LEVY Oleh: Fitria Kusuma Ningrum NIM 12204244007 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) unsur-unsur instrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy, (2) keterkaitan antarunsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy, (3) wujud analisis semiotik yang berupa hubungan antara tanda dan latarnya, hubungan antara tanda dan acuannya, serta hubungan tanda dan interpretan dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy. Subjek penelitian ini adalah roman yang berjudul Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy yang diterbitkan pada tahun 2003. Objek penelitian ini adalah (1) unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema, (2) wujud keterkaitan antarunsur intrinsik, dan (3) wujud hubungan antara representamen dan latar (ground), hubungan antara tanda dan acuannya, serta hubungan antara tanda dan interpretan dalam roman ini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif dengan teknik analisis konten. Validitas data ditentukan berdasarkan validitas semantik. Reliabilitas data yang digunakan adalah reliabilitas intra-rater dan didukung dengan expert judgement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) roman Sept Jours pour uneéternite karya Marc Levy memiliki alur progresif dengan lima tahap penceritaan yaitu la situation initiale, l action se délenche, l action se développe, l action se dénoue, dan la situation finale. Akhir dari cerita pada roman adalah la fin suite posible yaitu akhir cerita yang mungkin berlanjut. Tokoh utama pada roman adalah Zofia, sedangkan tokoh-tokoh tambahan yang cukup berperan dalam cerita adalah Lucas, Mathilde, dan Michael. Latar tempat yang dominan dalam cerita adalah New York dan San Francisco. Latar waktu terjadi sejak hari pertama pengiriman Zofia ke bumi oleh Dieu hingga saat perpisahan antara Zofia dan Lucas. Latar sosial pada roman ini adalah keadaan sosial masyarakat modern yang hedonisme khususnya di New York dan San Francisco. (2) unsur-unsur intrinsik tersebut saling berkaitan dan diikat oleh tema yang membentuk suatu cerita yang padu. Tema mayor pada roman ini adalah perjuangan untuk mendapatkan kedamaian dalam kehidupan, tema minornya adalah keikhlasan, persahabatan, ambisius, dan loyalitas. (3) berdasarkan analisis semiotik pada roman ditemukan makna lebih dalam bahwa setiap manusia telah mempunyai jalan masing-masing yang sudah ditentukan pencipta. Setiap manusia harus mempunyai tanggung jawab terhadap apapun pekerjaannya sehingga mereka harus menerima resiko apapun dari apa yang telah dikerjakan. vii

ANALYSE STRUCTURAL-SÉMIOTIQUE DU ROMAN SEPT JOURS POUR UNE ÉTERNITE DE MARC LEVY Par: Fitria Kusuma Ningrum NIM 12204244007 EXTRAIT L objectif de cette recherche sont (1) de décrire les éléments intrinsèques du roman sous forme l intrigue, les personnages, l espace, et le thème dans le roman Sept Jours pour une Éternite de Marc Levy, (2) de décrire la relation entre ces éléments intrinsèques, (3) de décrire l analyse sémiotique du roman sous forme la relation entre la représentamen et le fond, la relation entre le signe et le référent, et la relation entre le signe et l interprétant dans le roman Sept Jours pour une Éternite de Marc Levy. Le sujet de cette recherche est le roman Sept Jours pour une Éternite de Marc Levy est publié en 2003. L objet de cette recherche est (1) les éléments intrinsèques qui existent dans ce roman sous forme l intrigue, les personnages, l espace, et le thème, (2) les liens entre ces éléments intrinsèques, (3) la forme de la relation entre le représentament et le fond, la relation entre le signe et le référent, et la relation entre le signe et l interprétant dans le roman. La méthode qui est utilisée dans cette recherche est la méthode descriptives-qualitative avec la technique d analyse du contenu. La validité des données est déterminé par la validité de la sémantique. La fiabilité des données utilisées est la fiabilité intrarater et soutenu par un jugement d expert. Les résultats de cette recherche montrent que (1) le roman Sept Jours pour une Éternite de Marc Levy a une intrigue progressive avec cinq étapes narratives, ce sont la situation initiale, l action se déclenche, l action se développe, l action se dénoue et la situation finale. L histoire du roman se termine par la fin suite possible. Le personnage principal du roman est Zofia. Les personnages supplémentaires du roman sont Lucas, Mathilde, et Michael. L histoire a eu lieu à New York et à San Francisco. Il se déroule depuis le première jour quand la descend de Zofia à la terre jusqu à elle avec Lucas s est séparée á Central Park. Les cadres sociaux du roman sont les conditions sociales de la société moderne et la société hedonisme en particulier New York et San Francisco. (2) les éléments intrinsèques de ce roman sont relié et liée par le thème forme une histoire cohérente. Le thème majeur du roman est la lutte pour la paix dans la vie et les thèmes mineurs sont l amitie, la jovialité, les ambitieux. (3) basé sur l analyse sémiotique du roman, on trouve que des humains ont ledestin. Tout le monde a contrôlé par le Dieu. Les humains doivent responsable avec ses travailset ils doivent accepter les risques. viii

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-nya yang tak pernah berhenti mengalir, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Struktural- Semiotik dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy dimaksudkan untuk mengetahui unsur-unsur instrinsik yang membangun cerita di dalam roman yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema. Serta sistem tanda beserta acuannya yang terdapat dalam roman tersebut. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan dan pengarahan serta kerjasama yang diberikan oleh berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A, selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Ibu Dr. Widyastuti Purbani, M.A. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarya 3. Ibu Dr. Roswita Lumban Tobing, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kepercayaan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini. ix

4. Ibu Dian Swandayani,S.S,M.Hum selaku pembimbing tugas akhir skripsi yang telah memberi bimbingan, nasehat, saran, dan masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Ibu Norberta Nastiti Utami,M.Hum selaku pembimbing akademik yang dengan sabar memberikan bimbingan selama ini. 6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya sebagai bekal saya untuk terjun ke dunia kerja. 7. Papa dan mama yang telah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini dan terimakasih atas do anya. 8. Kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan dan doanya selama penyusunan skripsi ini. 9. Muhammad Yani yang telah memberikan motivasi, dukungan dan doanya selama penyusunan skripsi ini dan terima kasih untuk semuanya. 10. Sahabat seperjuangan ku Citra, Upik, Mardiyah, Janisha, Tata, dan Novenia terima kasih dukungannya selama ini 11. Teman-teman Kuliah Pendidikan Bahasa Perancis Fakultas Bahasa dan Seni UNY. 12. Karyawan dan staff TU UNY yang telah membantu dalam penelitian ini.. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, Amin. Tak lupa, penulis juga mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kesalahan yang penulis lakukan. Semoga Allah SWT menilai segala aktifitas kita sebagai amal ibadah, Amin. x

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian ini merupakan yang terbaik bagi usaha yang telah penulis lakukan, namun bukan yang terbaik yang pernah ada, karenanya setiap sumbangan yang membangun merupakan kontribusi yang akan sangat berarti bagi penulis dan penelitian ini. Semoga tulisan sederhana ini dapat berarti dan bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta pengembangan ilmu bahasa dan sastra, Amin. Yogyakarta, 15Agustus 2016 Penulis, Fitria Kusuma Ningrum xi

DAFTAR ISI Hal ABSTRAK... vii EXTRAIT... viii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...1 B. Identifikasi Masalah...6 C. Batasan Masalah...7 D. Rumusan Masalah...8 E. Tujuan Penelitian...8 F. Manfaat Penelitian...9 BAB II KAJIAN PUSTAKA... 10 A. Roman sebagai karya sastra... 10 B. Analisis Struktural Roman... 12 C. Keterkaitan antarunsur karya sastra... 27 D. Semiotik dalam karya sastra... 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33 A. Subjek dan Objek penelitian... 33 B. Prosedur penelitian... 33 C. Prosedur Analisis Konten... 34 D. Validitas dan Reliabilitas... 36 xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38 Hal A. Analisis unsur Instrinsik... 38 1. Alur... 38 2.Penokohan... 51 3.Latar... 63 4.Tema... 78 B. Keterkaitan antarunsur Intrinsik... 82 C. Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce... 85 1.Wujud antara representamen dan latar (ground)... 86 2. Wujud antara tanda dan acuannya... 90 3. Wujud antara tanda dan Interpretan... 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 106 A. Kesimpulan... 106 1.Struktural... 106 2.Wujud keterkaitan antarunsur Intrinsik... 108 3. Semiotik... 108 B. Implikasi Penelitian... 110 C. Saran... 110 DAFTAR PUSTAKA... 112 LAMPIRAN... 114 xiii

DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Tahapan Alur menurut Robert Besson... 18 Tabel 2. Tahapan Alur dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy... 40 Tabel 3. Wujud hubungan antara representamen dan latar... 86 Tabel 4. Wujud hubungan antara tanda dan acuannya... 90 Tabel5. Wujud hubungan antara tanda dan interpretan... 103 xiv

DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Skema penggerak aktan... 18 Gambar 2. Segitiga Semiotik Peirce... 30 Gambar 3. Skema penggerak aktan dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy... 41 L image 4. Le Schéma Actant du Roman Sept Jours pour une Éternite...120 de Marc Levy xv

DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Le résumé... 115 Lampiran 2. Sekuen dalam roman Sept Jours pour une Éternite karya Marc Levy... 127 xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah penuangan ide-ide yang diimajinasikan menjadi suatu teks yang memiliki nilai- nilai artistik dan estetik. Sehingga, penikmat dari karya sastra akan merasa berada dalam lingkup kehidupan yang terdapat didalam karya sastra tersebut.dalam bahasa Prancis, karya sastra dikenal dengan istilah littérature. Menurut Barrier (2008:1244) Littérature est l ensemble des œuvres écrites d un pays, d une époque, répondant aux critères artistiques et esthétiques. Dalam bahasa indonesia berarti karya sastra merupakan kumpulan karya tulis dari suatu negara, dari masa tertentu yang dinyatakan dengan kriteria keartistikan dan kriteria estetik. Karya sastra selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman terutama karya sastra di Eropa selalu berkembang abad demi abad dan terus berkembang pesat hingga dekade 20-an. Karya sastra merupakan hasil dari sastra yang berupa puisi, prosa, dan teks drama.prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita bebas tidak terikat dengan rima,irama,dan bunyi. Karya sastra ditulis oleh pengarang untuk menyampaikan ide atau gagasan berdasarkan imajinasi maupun fakta. Roman merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa. Roman adalah karya sastra yang berupa fiksi atau rekaan tetapi dapat pula berdasarkan kisah nyata atau pengalaman hidup 1

2 seseorang(waluyo,2003). Roman merupakan karya sastra yang didalamnya terdapat sebuah sistem yang terdiri dari unsur-unsur pembangun cerita didalam roman tersebut.di dalam sebuah roman biasanya juga terdapat tanda-tanda semiotik, tanda-tanda ini berfungsi untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalam sebuah roman. Pemahaman sebuah karya sastra khususnya roman yang merupakan ide-ide dari seorang pengarang tidak semudah yang kita bayangkan apalagi karya sastra itu adalah karya sastra asing yang menggunakan bahasa yang tidak biasa kita gunakan.oleh karena itu, makna yang akan disampaikan pengarang melalui karya sastra tersebut tidak tersampaikan kepada pembaca. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor, salah satunya adalah perbedaan bahasa dan budaya antara pengarang dan pembaca. Dalam sebuah pembuatan karya sastra tidak akan terlepas dari fungsi karya sastra itu sendiri hal ini dapat dilihat dengan cara membaca dan menganalisis karya sastra tersebut. Lahirnya suatu karya sastra tidak bisa terlepas dari makna karya sastra itu sendiri yaitu karya sastra merupakan sebuah karya yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa adalah sistem tanda yang bersifat arbriter atau mana suka. Arti tanda ditentukan atas dasar konvensi masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Di dalam sebuah karya sastra khususnya roman banyak terdapat tanda-tanda yang digunakan oleh pengarang sehingga pembaca mengalami kesulitan untuk memahami makna-makna yang tersembunyi dibalik tanda tesebut. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini peneliti

3 mengkaji roman dengan analisis struktural dan akan dilanjutkan dengan analisis semiotik agar makna yang akan disampaikan oleh pengarang kepada pembaca bisa tersampaikan dengan baik dan makna di dalam roman akan dimengerti oleh pembaca secara mendalam. Pemahaman unsur-unsur pembangun cerita dalam sebuah roman harus dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui isi dan makna sebuah roman. Unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita dalam roman tersebut meliputi alur, latar, penokohan,dan tema. Hubungan antarunsur satu dan unsur yang lain tesebut tidak dapat dipisahkan. Dibutuhkan pendekatan analisis yang cocok untuk memahami unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsur dalam sebuah cerita. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan analisis struktural. Pengarang menyampaikan ide-ide melalui media bahasa dengan menggunakan pilihan kata atau sistem tanda yang lain. Setiap pengarang mempunyai konvensi atau etika yang berbeda satu dengan yang lain, atau dengan kata lain setiap pengarang mempunyai aturan sendiri dalam proses penulisan sebuah karya sastra (Wellek dan Warren,2013).Karya sastra yang diciptakan oleh pengarang memiliki peranan penting untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tetapi didalam memahami sebuah karya sastra tidaklah mudah, hal ini dikarenakan didalam sebuah karya sastra khususnya roman terdapat banyak simbol atau sistem tanda yang mengungkapkan maksud yang ingin disampaikan pengarang kepada

4 pembaca baik secara tersirat atau tersurat. Untuk mengkaji karya sastra tersebut maka analisis semiotik perlu dilakukan. Roman yang dikaji dalam penelitian ini adalah roman dari salah satu penulis novel yang populer di Perancis yang bernama Marc Levy. Dia lahir pada tanggal 6 oktober 1961 di Boulogne-Billancourt. Pada tahun 1983 dia menciptakan perusahaan dibidang komputer di Perancis dan Amerika Serikat. Pada usia 29 tahun, Marc Levy kembali ke Paris dan mendirikan sebuah perusahaan bersama dua temannya dibidang arsitektur di Perancis. Saat berusia 37 tahun Marc Levy menulis cerita tentang laki laki yang akan menjadi calon anaknya. Dia mengirim naskah ke edisi Robert laffront dengan dorongan adiknya. Sejak tahun 2000 dia memutuskan untuk menjadi penulis novel. Meskipun Marc levy secara dasar bukanlah seorang penulis ia mampu menunjukkan kesuksesannya sebagai penulis hal ini dapat dibuktikan dengan penghargaan oleh Le figaro yang menobatkan dirinya sebagai penulis nomor satu di Perancis dalam sepuluh tahun berturut turut (2003-2013). Selain itu banyak karyanya yang dinobatkan sebagai roman best seller. Karya Marc Levy berkisah tentang percintaan,persahabatan, masa muda, dan pencarian jati diri (www.marclevy.info.com). Karya-karya Marc Levy antara lain yaitu Oú est- tu? (2001), Sept jours pour une éternité (2003), La prochaine fois (2004), Vous revoir (2005), Mes amis,mes amours (2006) (www.marclevy.info).

5 Salah satu novel yang diteliti adalah Sept jours pour une éternité. Roman ini ditulis oleh Marc Levy dan terbit pada tahun 2003.Roman ini juga sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Seven days for an eternity, selain diterjemahkan dalam bahasa Inggris roman ini juga pernah difilmkan dengan judul Seven days for an eternity tetapi dengan cerita yang sedikit berbeda dengan cerita yang sebenarnya. Pemilihan roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy karena cerita yang ditampilkan dalam roman ini adalah cerita fantastik berbeda dengan karya-karya Marc Levy yang lainnya yang biasanya berkisah tentang percintaan yang romantis. Setelah membaca resume atau sinopsis cerita pada roman ini dapat diketahui bahwa cerita pada roman ini tidak biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Roman Sept jours pour une éternité dikaji secara struktural terlebih dahulu agar makna didalamnya dapat diketahui. Dalam kajian ini, analisis struktural bertujuan untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik karya sastra dan juga keterkaitan antarunsur yang membangun karya sastra sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur yang dikaji secara struktural adalah alur, penokohan, latar, dan tema karena unsur-unsur tersebut dominan dalam sebuah cerita.. Analisis dilanjutkan dengan analisis semiotik yang dilakukan dengan mengkaji unsur-unsur semiotik dalam roman yang bertujuan untuk menjelaskan sistem tanda dan acuannya yang terdapat di dalam roman Sept

6 jours pour une Éternité karya Marc Levy. Analisis semiotik ini dilakukan dengan mengaplikasikan teori Charles Sanders Peirce. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah, dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah wujud unsur-unsur instrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema yang terkandung dalam roman Sept Jours pour une éternité karya Marc Levy? 2. Bagaimanakah hubungan keterkaitan antarunsur instrinsik yang berupa alur, penokohan, dan latar dalam membangun kesatuan cerita yang diikat oleh tema dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy? 3. Bagaimanakah wujud hubungan antara tanda dan acuannya yang terdapat dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy? 4. Bagaimanakah makna yang terkandung dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy melalui penggunaan tanda dan acuannya? 5. Bagaimanakah fungsi tanda dan acuannya tersebut dalam menjelaskan makna dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy? 6. Bagaimanakah penggunaan tanda dan acuannya dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy? 7. Bagaimana keterkaitan antarunsur instrinsik dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy?

7 C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan,maka peneliti membatasi masalah penelitian ini masalah dibatasi dalam hal: 1. Wujud unsur-unsur instrinsik yang terdiri atas alur, penokohan, latar,dan tema dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy. 2. Wujud keterkaitan antarunsur instrinsik tersebut dalam membangun kesatuan cerita dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy. 3. Wujud hubungan antara tanda dan acuannya yang terkandung dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah unsur unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema yang terkandung dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy? 2. Bagaimanakah keterkaitan antarunsur intrinsik dalam membangun kesatuan cerita dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy? 3. Bagaimanakah wujud hubungan antara tanda dan acuaannya yang terkandung pada roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy?

8 E. Tujuan Penulisan Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan bagaimana unsur-unsur intrinsik yang membangun roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy. 2. Mendeskripsikan bagaimana keterkaitan antarunsur intrinsik dalam membangun kesatuan cerita dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy. 3. Mendeskripsikan bagaimana wujud hubungan tanda dan acuannya dalam roman Sept jours pour une éternité karya Marc Levy. F. Manfaat Penulisan Dari uraian yang telah disampaikan penulis di atas, penulis berharap penelitian ini bisa dimanfaatkan secara teoretis dan praktis diantaranya sebagai berikut : 1. Dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian tentang penelitian sastra. 2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang roman berbahasa Perancis, khususnya karya Marc Levy. 3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang ilmu bahasa dan sastra terutama di bidang sastra terutama tentang analisis roman berbahasa Perancis.

9 4. Memberikan masukan kepada penikmat sastra dalam upaya meningkatkan apresiasi terhadap karya sastra asing melalui penelitian sastra.

BAB II KAJIAN TEORI A. Roman Sebagai Karya Sastra Karya sastra merupakan salah satu cara untuk menuangkan ide, gagasan seseorang pengarang atau penulis kepada pembacanya. Karya sastra merupakan cerminan suatu kebudayaan suatu daerah, karena setiap daerah memiliki ciri khas karya sastra yang berbeda-beda sesuai zaman dan dengan berbagai ciri khas daerah itu sendiri. Karya sastra terbagi atas jenis sastra (genre) dan ragam-ragamnya. Menurut Pradopo (2012: 122) jenis-jenis sastra dibagi menjadi prosa puisi, dan teks drama. Prosa mempunyai ragam cerpen, novel, dan roman sedangkan puisi mempunyai ragam puisi lirik, syair, pantun, soneta, balada, dan sebagainya. Roman sebagai salah satu ragam prosa, menceritakan berbagai permasalahan kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa tertulis. Menurut Schmit dan Viala (1982: 215) mendefinisikan roman sebagai sebuah genre prosa naratif panjang yang bisa menceritakan semua jenis subjek penceritaan berupa cerita petualangan, percintaan, petualangan, ilmiah, dan lain-lain.menurut pemaparan kedua pendapat tersebut dapat diketahui bahwa roman adalah hasil pemikiran dan perasaan pengarang yang disampaikan kepada pembaca dalam bentuk cerita. Pengarang satu dengan yang lain juga mempunyai ciri khas masing masing dalam hal menyampaikan cerita agar pembaca bisa merasakan seolah-olah berada didalam cerita tersebut. Roman merupakan cerminan dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang 10

11 menyajikan pendalaman budaya dan sejarah dalam suatu daerah.pengarang menuliskan cerita yang berbeda-beda sesuai dengan latar tempat, waktu, lingkungan sosial dan peran tokoh-tokoh cerita. Peyroutet (2001: 12) membagi jenis cerita dalam karya sastra menjadi beberapa kategori, yaitu: 1. Le récit réaliste (cerita nyata) adalah cerita yang menggambarkan keadaan seperti kenyataannya, seperti tempat, peristiwa, waktu, dan keadaan sosialnya. 2. Le récit historique (cerita sejarah) adalah cerita yang menggambarkan tentang sejarah dan tokoh-tokohnya, tempatnya, waktu, peristiwa, dan pakaiannya harus sesuai dengan kondisi saat itu. 3. Le récit d aventures (cerita petualangan) adalah cerita yang menggambarkan situasi yang tidak terduga, biasanya terjadi di tempat yang jauh dan asing, penuh resiko dan keberanian. 4. Le récit policier (cerita detektif) adalah cerita yang melibatkan polisi atau detektif, yang menguak tentang pembunuhan, pencurian, dan sebagainya. Pembaca harus cerdas mencari dan memikirkan kronologis dan motifnya. 5. Le récit fantastique (cerita khayalan) adalah cerita fiktif yang berasal dari daya imajinasi penulis. Ceritanya bertentangan dengan nalar kita, seperti cerita gaib.

12 6. Le récit de science-fiction (cerita fiksi ilmu pengetahuan) adalah cerita rekaan tentang pengetahuan atau teknologi. Tema cerita biasanya tentang kosmos, planet, tata surya, dan sebagainya. Roman merupakan salah karya sastra yang mempunyai unsur yang saling berkaitan antara unsur satu dan yang lainnya yang kemudian secara keseluruhan akan membangun totalitas makna dalam sebuah cerita. Unsur- unsur tersebut berfungsi untuk membangun keutuhan dan kepaduan cerita baik dari unsur instrinsik ataupun ekstrinsik maka dari itu diperlukan kajian untuk kedua unsur tersebut agar cerita di dalam sebuah roman bisa dipahami dengan baik. B. Analisis Struktural Roman Analisis struktural merupakan konsep dasar untuk memahami struktur cerita dalam karya sastra. Hal pertama yang dilakukan dalam analisis struktural adalah mengidentifikasi, kemudian mengkaji dan selanjutnya mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik, dan yang terakhir menjelaskan fungsi masing-masing unsur untuk memahami makna keseluruhan dan hubungan antarunsurnya. Barthes (1966:2-3) menjelaskan bahwa: pour décrire et classer l infinité des récits, il faut donc une «théorie»(au sens pragmatique que l on vient de dire), et c est à la chercher, àl ésquisser qu il faut d abord travailler. L élaboration de cette théoriepeut être grandement facilitée si l on soumet dès l abord qui lui fournisse ses premiers termes et ses premiers principes. Dans l étatactuel de la rechereche, il parait raisonnable de donner comme unemodèle fondateur à l analyse struclurale du récit, la linguistique elle- même.

13 untuk mendeskripsikan dan mengklasifikasikan kesatuan cerita, diperlukan «teori» (dalam makna pragmatik seperti yangdimaksudkan) dan mencarinya dan mengupas isinya adalah pekerjaanutama yang perlu dilakukan. Pelibatan teori tersebut akanmempermudah pekerjaan jika sejak awal kita sudah mempunyaimodel yang memberikan prinsip utama atau prinsip dasar teorinya.dalam konteks penelitian dewasa ini, sepertinya masuk akalmenjadikan bahasa sebagai sebuah model analisis struktural dalamsebuah cerita. Unsur intrinsik dari karya sastra itu sendiri antara lain adalah alur, penokohan, latar, tema, dan sudut pandang. Namun, pada penelitian ini hanya akan menbahas tentang alur, penokohan, latar,dan tema.unsur intrinsik inilah yang ikutmembangun sebuah karya sastra.berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan analisis struktural adalahpenguraian karya sastra atas bagian-bagian atau atas unsur-unsur yang membangunnya. Dengan pendekatan tersebut karya sastra yangkomplek dan rumit dapat lebih mudah untuk dipahami. Dengan demikian, dimungkinkan pembaca dapat memberikan penilaian terhadap karya sastra. Karya sastra mempunyai sebuah sistem yang terdiri atas berbagai unsur pembangunnya. Untuk mengetahuiunsuryang ada di dalam karya sastra itu sangattepat jika penelaahan teks sastra diawali dengan pendekatan struktural. 1. Alur Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2013:167) menjelaskan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan peristiwa, namun setiap peristiwa disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Alur berperan penting di dalam suatu cerita karena alur merupakan sebuah rangkaian

14 peristiwa atau kronologi peristiwa yang menekankan pada adanya hubungan kausalitas atau sebab akibat. Dengan adanya alur akan membuat pembaca lebih mudah memahami cerita tersebut dan meresapi cerita yang telah dibaca. Dalam memahami isi cerita dalam sebuah roman terlebih dahulu kita harus memahami alur cerita. Pemahaman alur cerita dilakukan untuk menentukan urutan peristiwa yang terjadi di dalam sebuah cerita dan membuat satu kesatuan cerita. Hal tersebut diungkapkan oleh Barthes (1966:5) dalam kutipan berikut: comprendre un récit, ce n est pas seulement suivre le dévidement de l histoire, c est aussi y reconnaître des «étages», projeter les enchaînements horizontauxdu «fil» narratif sur un axe implicitement vertical, lire (écouter) unrécit, ce n est pas seulement passer d un mot à l autre, c est aussi passer d un niveau à l autre. memahami sebuah cerita, tidak hanya mengikuti perjalanan sejarah, namun juga memahaminya «memahami tahapantahapannya»,memproyeksikan secara horisontal «benang» cerita pada poros vertikalyang tertera secara implisit, membaca (mendengarkan) sebuah cerita,tidak hanya dengan melewati dari kata per kata, namun juga melewatisatu tingkatan ke tingkatan yang lain. Maksud dari memproyeksikan benang cerita dalam kutipan di atasberarti memahami secara benar jalan cerita mulai dari tahapan awal, tahapkonflik, penyelesaian konflik, hingga akhir cerita. Semua ceritaitu saling terhubung dalam suatu rangkaian cerita yang disebut dengan alur. Alurtersebut akan membentuk satu kesatuan cerita yang di dalamnya memilikitahapan-tahapan yang membangun cerita. Untuk menentukan sebuah alur pada karya sastra merupakan hal yang tidak mudah karena peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam

15 cerita tidak selalu mengacu pada pembentukan sebuah alur cerita pada karya sastra tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan akan sekuen atau satuan cerita diperlukan. Sekuen menurut Schmit dan Viala (1982: 63) yaitu: Une séquence est d une façon générale, un segment de texte qui forme un tout cohérent autour d un même centre d intéret. Sekuen secara umum merupakan bagian dari teks yang membentuk sebuah hubungan keterkaitan dalam satu titik perhatian. Menurut Schmit dan Viala (1982:27) untuk membuat sebuah sekuen perlu diperhatikan kriteria-kriteria yaitu (1) sekuen berpusat pada satu titik perhatian (fokalisasi) dan objek yang diamati haruslah objek tunggal yang mempunyai kesamaan baik peristiwa, tokoh, gagasan, dan bidang pemikiran yang sama, (2) sekuen harus membentuk satu koherensi waktu dan ruang. Sekuen membentuk relasi atau hubungan tak terpisahkan dalam sebuah bangunan cerita. Une séquence narative correspond à une série de faits représentant une étape dans l évolution de l action. Sekuen berasal dari serangkaian peristiwa yangdihadirkan dalam suatu tahapan-tahapan dalam perkembangan sebuah cerita (Schmitt dan Viala, 1982: 63). Nurgiyantoro (2010:153) membagi alur didasarkan pada kriteria urutan waktu. Waktu yang dimaksud adalah waktu terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam karya fiksi yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria ini, alur dibagi menjadi 3 yaitu :

16 a. Alur lurus atau progresif. Alur ini ditandai dengan penyajian cerita yang kronologis atau runtut.cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik) diikuti dengan tahap tengah (konflik meningkat, klimaks) dan diakhiri oleh tahap yang terakhir (penyelesaian). b. Alur sorot balik atau flashback. Alur sorot balik (regresif) menyajikan cerita secara tidak runtut atau tidak kronologis.cerita dimungkinkan dimulai dari tahap tengah (konflik) kemudian akhir (penyelesaian) baru kemudian awal cerita (pengenalan). Pengarang dalam menggunakan teknik ini biasanya menggambarkan tokohnya dalam keadaan merenung kembali ke masa lalu ataupun melalui sebuah penceritaan yang dilakukan kepada tokoh lain secara lisan atau tulisan. c. Alur campuran. Dalam penyajian cerita dimungkinkan alur yang digunakan pengarang tidaksecara mutlak bersifat progresif atau regresif.alur progresif dan regresif dalam sebuah cerita mengambil tempat secara bergantian yang membentuk kepaduan cerita. Analisis alur cerita ini akan menerapkan teori yang dikemukakan oleh A.J Geirmas melalui Ubersfeld (1996:50) yaitu bahwa alur sebuah cerita dapat tergambar melalui melalui gerakan aktan-aktan yang disebutforce agissantes. Penafsiran aktan dalam force

17 aggisantes digunakan untuk mengenali dan menganalisis unsur-unsur yang membentuk kedinamisan suatu cerita. Skema penggerak lakuan menurut A.J Greimas melalui Ubersfeld (1996:50) dapat dilihat dalam skema gambar berikut: Destinateur(D1) Sujet (S) Destinataire(D2) Objet (B) Adjuvant(A) Opposant (OP) Gambar 1. Skema penggerak aktan Berdasarkan skema diatas,dapat dijelaskan bahwa destinateur(d1) adalah sesuatu atau seseorang yang berfungsi sebagai penggerak cerita. Destinateur akan mendorong Sujet (S) untukmendapatkan apa yang ia incar- Objet (O). Objet tersebut ditujukan kepada destinataire (D1) sebagai penerima. Dalam proses mendapatkan objet, sujet memiliki pembantu, adjuvant(a) yang mendukungnya dan juga penghalang, opposant(op) yang menghambatnya.

18 Penceritaan dalam karya sastra dibedakan menjadi lima tahapan (Besson,1987:118). Tahap-tahap berikut berisi satu atau beberapa fungsi utama (FU) Tabel berikut adalah kelima tahapan cerita tersebut yang telah digambarkan oleh Besson. Tabel 1: Tahapan AlurMenurut Robert Besson Situation Situation Action proprement dit Initiale Finale 1 2 3 4 5 Action se déclenche Action se développe Action se dénoue Keterangan tabel: a. La situation initiale (Tahap penyituasian) Tahapan ini merupakan tahap awal yang berisi informasi mengenai gambaran awal dan pengenalan situasi cerita (latar dan tokoh). Tahap penyituasian ini berfungsi sebagai pembuka dan menjadi dasar dalam penceritaan ditahap berikutnya b. L action se déclenche (Tahap pemunculan konflik) Pada tahap ini timbul permasalahan yang dialami oleh tokoh cerita yang akan menimbulkan konflik. c. L action se développe (Tahap peningkatan konflik) Konflik yang muncul pada tahapan sebelumnya mulai memuncak menuju klimaks.pada tahapan ini peristiwa yang dialami oleh tokoh semakin menegangkan. d. L action se dénoue (Tahap klimaks)

19 Tahapan dimana konflik yang dialami oleh tokoh cerita sudah mencapai puncaknya (klimaks). e. La situation finale (Tahap penyelesaian) Konflik yang terjadi mulai menurun.permasalahan telah dipecahkan oleh tokoh cerita.jalan cerita menuju kebagian akhir. Akhir cerita dalam penelitian ini dikategorikan sesuai dengan salah satu dari tujuh tipe akhir cerita yang dikemukakan oleh Peyroutet (2001: 8), yaitu: a. Fin retour à la situation de départ / Akhir cerita yang kembali lagi ke situasi awal cerita. b. Fin heureuse / Akhir cerita yang bahagia. c. Fin comique / Akhir cerita yang lucu. d. Fin tragique sans espoir / Akhir cerita yang tragis dan tidak ada harapan. e. Fin Suite possible / Akhir cerita yang mungkin masih berlanjut. f. Fin réflexive / Akhir cerita yang ditutup dengan perkataan narator yang memetik hikmah dari cerita tersebut.

20 2. Penokohan Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013:247) tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan, menurut Baldic (dalam Nurgiyantoro, 2013:247) menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah orang atau pelaku yang ditampilkan dalam sebuah karya sastra fiksi yang memiliki peranan yang sangat penting. Karena tanpa adanya tokoh dalam suatu cerita bisa dikatakan cerita tersebut tidak akan hidup dan tidak menarik untuk dibaca. Dalam keseluruhan cerita, peranan setiap tokoh tidak sama. Ada tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh sentral atau tokoh utama dan tokoh yang dapat digolongkan sebagai tokoh tambahan. Menurut Nurgiyantoro (2010: 176-178) tokoh-tokoh cerita dalam sebuah karya sastra fiksi dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal meliputi: a. Berdasarkan peranannya dalam suatu cerita, maka tokoh cerita dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

21 romanyang bersangkutan, sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya sebagai pelengkap saja. b. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan pembaca. Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik. c. Berdasarkan perwatakan, tokoh dibagi dua, yaitu tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh bulat (compleks character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memilki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat tertentu saja.sedangkan tokoh bulat atau tokoh kompleks adalah tokoh yang memilki kompleksitas yang diungkap dari berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya ( Wellek dan Warren 2014:288). Tokoh- tokoh cerita yang telah dikemukakan tidak akan begitu saja hadir kepada pembaca. Mereka memerlukan sarana yang memungkinkan kehadirannya. Sebagai bagian dari karya sastra fiksi yang bersifat menyeluruh dan padu, dan mempunyai tujuan artistik, kehadiran dan penghadiran tokoh-tokoh cerita harus juga diperhatikan dan tidak lepas dari tujuan tersebut. Masalah penokohan dalam sebuah karya sastra fiksi tidak hanya berhubungan dengan masalah pemilihan jenis dan perwatakan para tokoh cerita saja, melainkan bagaimana

22 melukiskan kehadiran dan penghadiran secara tepat sehingga mampu menciptakan dan mendukung tujuan artistik karya sastra yang bersangkutan. Penokohan merupakan elemen penting dalam sebuah karya sastra. Dalam sebuah karya sastra terdapat penokohan dan perwatakan. Keduanya merupakan penggerak cerita yang sangat penting dalam karya satra. Menurut Schmitt dan Viala (1982: 69), penokohan merupakan para pelaku (les participants) dalam cerita yang saling berinteraksi dan mengalami konflik sehingga membentuk jalinan cerita yang menarik. Schmitt dan Viala juga mengemukakan bahwa selain mengacu pada manusia, tokoh juga sering mengacu pada benda, binatang atau entitas yang berupa kebenaran ataupun kematian yang dapat juga dipersonifikasikan dengan sesuatu yang dianggap manusia. Schmitt dan Viala (1982:69) memberikan definisi secara lebih rinci mengenai tokoh: Les participants de l action sont ordinairement les personnages du récit. Il s agit très souvent d humains ; mais un chose, an animal ou une entité(la Justice, la Mort, etc.) peuvent être personnifiés et considérés alors comme des personnages. Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Tokoh ini biasanya diperankan oleh manusia. Namun, sesuatu berwujud benda, binatang, atau bahkan sebuah entitas (keadilan, kematian, dan lain-lain) juga bisa dianggap sebagai tokoh. Forster (dalam Nurgiyantoro, 2010:181) membedakan tokoh menjadi tokohsederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau bulat (complex atau round character). Tokoh

23 sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satukualitas pribadi tertentu, satu sifat atau watak tertentu. Tokoh ini tidak memilikisifat dan tingkah laku yang dapat mengejutkan pembaca dikarenakan sifatnyayang datar dan monoton. Kehadiran dari tokoh sederhana dalam sebuah ceritamemang tidak jarang disengaja untuk menambah tingkat kesulitan pembaca dalammemahami sikap dan watak tokoh bulat.berbeda dengan tokoh sederhana, tokoh bulat memiliki watak dan perilakuyang bermacam-macam. Hal ini berdampak pada sulitnya mendeskripsikanperwatakannya secara tepat karena perilaku tokoh ini bermacam macam. Perilaku atau tingkah laku tokoh bulat cenderung melakukan hal-hal di luar dugaan dan memberikan unsur kejutan bagi pembaca. Untuk menentukan tokoh utama dapat dilihat dari jumlah porsi kemunculan tokoh yang bersangkutan di dalam sebuah cerita. Tokoh utama ini berperan sebagai tokoh yang diutamakan penceritaannya dan mendominasi sebagian besar cerita. Di samping itu juga, penentuan sebuah tokoh utama dilihat dari pengaruhnya terhadap perkembangan alur secara keseluruhan dalam cerita. Tokoh tambahan merupakan tokoh yang kedudukannya dalam cerita tidak diutamakan. Namun, kehadiran tokoh tambahan ini diperlukan untuk mendukung fungsi dan keberadaan dari tokoh utama. Pemunculan tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya

24 dengan tokoh utama, secara langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro, 2010: 177). 3. Latar Latar merupakan tempat yang menggambarkan terjadinya kejadian dalam suatu karya sastra. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013:302) latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Dalam sebuah karya sastra fiksi, latar berfungsi untuk memberikan kesan realitas kepada pembaca. Keberadaan elemen setting hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan dimana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis (Fananie, 2002:98) Dari kajian latar secara mendalam, dapat diketahui kesesuaian serta hubungan antara perilaku dan karakter tokoh dengan situasi dan kondisi masyarakat, norma, dan pandangan hidup masyarakatnya. Oleh karena itu, latar juga bisa memberikan informasi yang baru bagi pembaca sehingga memperkaya pengetahuan bagi para penikmat karya sastra. Nurgiyantoro (2010: 227) membedakan latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan

25 ketiganya juga mempunyai peran masing masing dalam sebuah karya sastra. a. Latar tempat Latar tempat mengacu pada deskripsi tempat terjadinya peristiwa dalam karya fiksi. Peyroutet (2001:6) menjelaskan bahwa lokasi cerita dapat berupa tempat-tempat eksotis seperti gurun dan hutan belantara atau tempat-tempat lain seperti pulau impian, planet-planet yang mampu memikat hati dan menambah pengetahuan pembacanya. Dalam upaya meyakinkan pembaca, pengarang haruslah benar-benar menguasai tempat atau lokasi dimana cerita terjadi, baik sifat maupun keadaan geografisnya serta pengarang juga harus pintar memilih kata untuk menggambarkan latar tempat agar pembaca tertarik dan mengerti apa yang dimaksud pengarang. b. Latar waktu Latar waktu adalah sesuatu yang menunjukkan kapan peristiwa dalam cerita terjadi.peyroutet (2001:6) menjelaskan bahwa latar waktu memberikan keterangan secara tepat mengenai masa, bulan, tahun terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. c. Latar sosial Latar sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan seseorang atau beberapa orang dalam

26 kehidupan bermasyarakat. Nurgiyantoro (2010: 233) menjelaskan bahwa latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, pandangan hidup, tradisi, keyakinan, cara berpikir, dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. Keberadaan latar sosial ini mendukung dan memperkuat ciri khas dari latar tempat sebuah karya fiksi. 4. Tema Tema merupakan unsur dasar atau fondasi yang berupa ide utama, gagasan, atau pandangan yang menjiwai cerita. Nurgiyantoro (2010: 82) mengatakan bahwa tema merupakan makna yang terkandung di dalam cerita. Tema sebuah cerita dapat diungkapkan melalui berbagai cara seperti konflik antartokoh, dialog antartokoh atau melalui komentar-komentar yang tidak langsung. Nurgiyantoro (2010:82) membagi tema menjadi dua yaitu tema utama dan tema tambahan. Tema utama (tema mayor) adalah pokok cerita yang menjadi landasan dasar umum sebuah karya. Tema tambahan (tema minor) adalah makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita. Tema utama digunakan pengarang sebagai gagasan dasar cerita dan tema tambahan bersifat mendukung keberadaan tema utama. C. Keterkaitan antarunsur Karya Sastra Roman adalah salah satu bentuk karya sastra imajinatif yang di dalamnyaterdapat beberapa unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra. Unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema tidak

27 dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya dan berdiri sendiri. Menurut Nurgiyantoro (2010:14) Sebuah karya sastra yang baik adalah perwujudan dari sebuah kepaduan (unity) artinya segala sesuatu yang diceritakan membentuk satu rangkaian cerita dan mendukung tema utama.dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antarunsur adalah kerangka dasar dalam pembuatan karya. Alur sebagai salah satu aspek yang membangun sebuah cerita terbentuk melalui berbagai macam peristiwa dan konflik yang saling berkaitan. Peristiwadan konflik tersebut merupakan bentukan dari interaksi antartokoh dalam cerita yang membentuk sebuah jalinan cerita yang menarik. Oleh karena itu, hubungan antara penokohan dan alur ini tidak dapat dipisahkan karena keberadaannya mendukung satu sama lain. Adanya latar juga tidak terlepas dengan penokohan dalam suatu karya sastra. Latar mengacu pada pengertian tempat, waktu, dan lingkungan sosial dimana sebuah cerita terjadi. Ketiga aspek dalam latar tersebut akan mempengaruhi perwatakan dan cara berpikir tokoh dalam cerita. Kita dapat menentukan latar dalam sebuah cerita melalui perwatakan dan cara berpikir tokoh dan sebaliknya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat relasi yang kuat antara penokohan dan latar. Keterkaitan antarunsur akan menimbulkan kesatuan cerita yang diikat oleh tema. Tema merupakan hal pokok yang dapat diketahui dan diungkap berdasarkan alur cerita, konflik, dan kejadian yang dialami oleh para tokoh, serta latar sebagai tempat landasan tempat cerita digambarkan.

28 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur intrinsik yang membangun sebuah karya sastra mempunyai hubungan dan keterkaitan antar masing-masing unsur. Keberadaan unsur ini tidak dapat dipisahkan karena kehadirannya saling mendukung dalam membentuk sebuah kesatuan cerita yang utuh. D. Semiotik dalam Karya Sastra Karya sastra adalah karya yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa merupakan sistem tanda yang mempunyai arti yang menggunakan simbol yang bersifat arbitrer atau mana suka. Arti tanda ditentukan atas dasar konvensi masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari manusia telah diliputi tanda disekitarnya. Sebagai contoh ketika murid di sekolah melihat seseorang yang berpakaian resmi dengan menggunakan pakaian formal seperti dasi serta membawa banyak buku dan dokumen, murid tersebut akan langsung menilai bahwa seseorang tersebut adalah guru. Hal ini dapat diketahui karena tanda yang berupa pakaian formal seperti dasi dan kerapian lainnya mengindikasikan bahwa ia berprofesi sebagai guru. Di dalam teori strukturalisme penekanan sifat otonomi karya sastra membuat unsur di dalam karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara maksimal. Hal itu disebabkan karena sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan dari latar sosial dan budaya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti melengkapi penelitian ini dengan analisis struktural dan analisis semiotik agar makna karya sastra dapat dimengerti secara mendalam.

29 Semiotik adalah proses simbolisasi atau representasi (semiosis). Proses simbolisasi yaitu dinamika yang terpadu di dalamnya tiga unsur dinamis, yakni tidak tetap, tidak final, dan tidak pasti. Peirce (1978:229) menjelaskan tiga unsur dalam tanda yaitu representament, objet, dan interprétant. Hubungan ketiga unsur tersebut digambarkan dalam sebuah segitiga triadik. Berikut adalah gambar segitiga semiotik Peirce yang menunjukkan hubungan antarketigaunsur dalam konsep semiotik Peirce. Object (X) Representamen (Y) Interpretant (X=Y) Gambar 2. Segitiga Semiotik Peirce Didalam gambar tersebut terdapat 3 unsur yang saling berhubungan yaitu object,representament, dan interpretant. Ketiga dimensi yang terdapat didalam segitiga triadik Peirce ini saling berkaitan dan membentuk sebuah tanda. Representamen adalah sesuatu yang dapat dipersepsi(perceptible),

30 Objek adalah sesuatu yang mengacu kepada hal lain (referential), dan interpretan adalah sesuatu yang dapat diinterpretasi (interpretable). Berikut ini adalah pembagian semiotik (Peirce dalam Christommy, 2004: 116) berdasarkan segitiga triadik: a. Relasi dengan representamen Di dalam relasi dengan representamen sistem tanda dibagi menjadi 3 bagian yaitu qualisign, sinsign, dan legisign. (Peirce dalam Christommy,2004:120) 1) Qualisign adalah tipe tanda yang menggunakan representamen yang berbentuk kualitas yang bersifat potensial. 2) Sinsign adalah salah satu macam tanda yang menggunakan sebuah peristiwa atau objek sebagai media tanda (sign vehicle) yang bersifat keterkaitan. 3) Legisins adalah sesuatu yang menjadi tanda karena aturan, tradisi, dan konvensi. b. Relasi dengan objek Di dalam relasi dengan objek sistem tanda dibagi menjadi 3 bagian yaitu ikonis, indeks, dan simbol. (Peirce dalam Christommy, 2004:10) 1) Ikonik adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk obyeknya berdasarkan keserupaan (terlihat pada gambar atau lukisan)

31 2) Indeks adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya yang berdasarkan penunjukkan. 3) Simbol adalah penanda yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. c. Relasi dengan interpretan Didalam relasi dengan interpretan sistem tanda dibagi menjadi 3 bagian yaitu (Peirce dalam Christommy, 2004:127) 1) Terms adalah suatu representasi dari suatu kemungkinan denotatum). 2) Preposisi berbeda dengan terms, preposisi adalah tanda dari suatu eksistensi yang aktual,... is a sign og actual existence (Peirce dalam Christommy, 2004:127-128). Proposisi disebut pula sebagai tanda informatif (informational sign). Dengan kata lain, preposisi adalah suatu pernyataan tentang sesuatu yang siap untuk dibuktikan kebenarannya. 3) Argumen (argument) dalam konteks filsafat adalah suatu set pernyataan, satu dua permis yang digabungkan sebagai bukti untuk mendukung pernyataan lainnya. Argumen merupakan suatu proses berpikir yang memungkinkan seseorang memproduksi kepercayaan tentang sesuatu (Colapietro dalam Christommy 2014:127)