BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PERPAJAKAN LANJUTAN POKOK BAHASAN TINJAUAN STRATEGI PEMAJAKAN & PERENCANAAN PAJAK MATERI TAX LOSSES, TAX AVOIDANCE & TAX EVASION

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

Grup Raja Garuda Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah. kekayaan mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp 25,5 triliun).

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini pemerintah Indonesia sedang gencar dalam pelaksanaan sadar

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional, Pemerintah

Banyak perusahaan yang mengidentikkan membayar pajak sebagai beban sehingga perusahaan akan berusaha meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. penyidikan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

BAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak,

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik demi kemajuan dan

TOTAL BENCHMARKING : RASIO DAN PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Controlled Foreign..., Stenny Mariani Lumban Tobing, FISIP UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABl PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kita makin dominan sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. keinginan perusahaan, yang berlomba-lomba untuk mencapai laba. sesuai dengan etika dan menjurus pada pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Self assessment system ini baru akan berhasil dengan baik apabila syaratsyarat diatas dapat dipenuhi.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Terutama di. Indonesia, pajak merupakan komponen penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari sekian banyak kasus yang menimpa Indonesia, saat ini kasus pajak menempati peringkat kedua setelah kasus

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin majunya

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 6 Tahun 1983

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak asing karena krisis kepercayaan finansial yang terjadi. Krisis. suatu perusahaan dalam kemampuan membayar hutang.

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah dalam mencapai tujuan yang bermanfaat untuk mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I. PENDAHULUAN. Berbagai upaya dilakukan pihak manajemen untuk meningkatkan nilai. beban pajak dengan cara penghindaran pajak (tax avoidance).

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembayaran pajak dari Wajib Pajak kepada negara merupakan suatu hal yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat, yaitu tentang data

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

KONTRIBUSI PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (PPh OP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PATI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Sementara fungsi sebagai pengaturan dimaksudkan untuk

Pengaruh Pemeriksaan Pajak Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negera hukum yang menetapkan pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) sangat penting bagi penerimaan Negara karena pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, perencanaan diperlukan agar laba dapat dicapai dalam perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investor asing berkenaan dengan permasalahan utama bagi setiap investor untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. penting sehingga setiap tahun target penerimaan pajak semakin ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan pembangunan Negara, khususnya di Indonesia. Dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya Indonesia mampu mewujudkan kemandirian bangsa dan Negara dalam. negeri yang cukup besar. Salahsatunya adalah Pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, kurang lebih 76,9% penerimaan negara saat ini bersumber dari pajak

BAB I PENDAHULUAN. ekstensifikasi (peningkatan jumlah wajib pajak) dan intensifikasi (peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rasio pajak di Indonesia, sebagai salah satu tolok ukur kepatuhan wajib pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak, tergolong rendah. Sebagai gambaran, tax ratio Indonesia paling rendah di kawasan negara-negara ASEAN antara lain Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam dan Thailand, yaitu rata-rata hanya sebesar 12,2-13,5 % untuk tahun 2001 2006 (Berita Pajak, 1 September 2005). Sementara itu, tax ratio negara-negara ASEAN berada diatas tax ratio Indonesia, seperti Malaysia (20,17%), Singapura (21,4%), Brunai Darussalam (18,8%), dan Thailand (17,28%). 1 Meskipun perhitungan tax ratio di kawasan ASEAN belum terintegrasi dalam metodologi yang sama sebagaimana yang dilakukan OECD terhadap negara-negara anggotanya, tax ratio merupakan komponen penting dalam menentukan tingkat kemampuan pemajakan. Berdasarkan data Bank Dunia (1991), tax ratio di negara berkembang secara umum berkisar pada level 15%-20% dan 30% atau lebih di negara maju. Berdasarkan kriteria tersebut terlepas dari bagaimana cara penghitungan tax ratio di Indonesia, level pemajakan Indonesia secara internasional masih berada di bawah standar negara berkembang. Angka tax ratio yang masih rendah ini menunjukkan rendahnya kepatuhan masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Adapun, salah satu sektor usaha di Indonesia yang masih rendah kepatuhan pajaknya adalah sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Darmin Nasution (Dirjen Pajak) menyatakan bahwa hanya 10 % dari total 600 perusahaan yang bergerak di sektor industri dan perkebunan kelapa sawit yang telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan benar. 2 Indikasi tersebut bersumber dari Optimalisasi Pemanfaatan Data Perpajakan (OPDP) yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak. Data OPDP berasal dari rasio jumlah pajak yang dibayarkan terhadap total peredaran usaha. 1 Mustikasari, Ellia. 2007. Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makasar 26-28 Juli 2007 2 Terancam denda 200 %, 90 % Perusahaan Sawit Diduga Ngemplang Pajak, Investor Daily 13 Agustus 2007 1

Rendahnya rasio pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terutama disebabkan oleh belum optimalnya pemenuhan kewajiban pajak yang dilakukan sehubungan dengan upaya-upaya legal dan illegal wajib pajak untuk meminimalisasi pajak, antara lain melalui aktivitas tax avoidance dan tax evasion. Wajib pajak dikatakan melakukan tax avoidance atau penghindaran pajak apabila wajib pajak melakukan cara-cara yang dapat meminimalisasi pajak yang masih harus dibayar dengan memanfaatkan celah-celah dalam peraturan perpajakan (atau action by the law). Tax evasion atau pelanggaran pajak adalah cara-cara wajib pajak untuk meminimalisasi pajak yang masih harus dibayar dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan (atau action by out of the law). 3 Belum optimalnya pemenuhan kewajiban pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit melalui kegiatan tax avoidance dan tax evasion terungkap dalam pemberitaan Majalah Tempo edisi 15-21 Januari 2007 tentang penggelapan pajak yang dilakukan oleh Asian Agri dengan tiga modus yaitu biaya fiktif, transaksi hedging fiktif dan transfer pricing. 4 Terkait pemberitaan Majalah Tempo tersebut, Direktorat Jenderal Pajak menempuh langkah antisipatif dengan melakukan penyidikan pajak terhadap Asian Agri dan melakukan kegiatan intensifikasi pajak terhadap sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Kegiatan penyidikan pajak diawali dengan penggerebekan dan penyitaan dokumen perusahaan serta penghitungan potensi pajak terutang. Berdasarkan hasil penyidikan, potensi kerugian negara yang berasal dari upaya penggelapan pajak sebesar Rp 1,3 triliun. Indikasi kerugian negara tersebut berasal dari rekayasa keuangan Grup Asian Agri dalam menggelembungkan biaya perusahaan, menggelembungkan kerugian transaksi ekspor, dan mengecilkan hasil penjualan. Sementara, kegiatan intensifikasi pajak dilakukan dengan melakukan benchmark atas rasio penghasilan kena pajak, mapping, profilling, serta melakukan konseling atau himbauan pembetulan SPT Tahunan PPh terhadap perusahaan yang bergerak dalam sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. 3 Brooks, Neil. 2001. Key Issues in Income Tax: Challenges of Tax Administration and Compliance Asian Development Bank 2001 Tax Conference Saturday, 8 September 2001; www.adb.org /Documents /Events /2001/ Tax_Conference /tax2001 (diunduh tanggal 1 Maret 2008) 4 Akrobat pajak Sukanto Tanoto, Tempo, edisi 15-21 Januari 2007 2

Sehubungan dengan langkah antisipatif Direktorat Jenderal Pajak tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai deterrent effect penyidikan pajak Asian Agri terhadap peningkatan kepatuhan pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Penyidikan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak terhadap Asian Agri dimaksudkan agar dapat menimbulkan deterrent effect bagi wajib pajak lain dalam sektor industri sejenis. Dampak yang diharapkan Direktorat Jenderal Pajak dari deterrent effect tersebut adalah peningkatan kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Bagi wajib pajak, penyidikan pajak yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak akan berdampak pada peningkatan biaya transaksi yang harus ditanggung oleh korporasi yang terdiri dari biaya uang langsung (seperti sanksi administrasi pajak yang harus dibayar), biaya waktu (yakni, biaya waktu yang digunakan untuk menghadapi penyidikan pajak), dan biaya psikis (yakni, biaya reputasi). Wajib Pajak, sebagai aktor, cenderung rasional dalam melakukan pilihan atas alternatif tindakan. Pilihan atas alternatif tindakan yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam hal ini adalah pilihan untuk melakukan pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh (dan/atau meningkatkan pembayaran pajak salah satunya melalui PPh pasal 25) atau menunggu dilakukannya pemeriksaan (dan bahkan penyidikan) yang dapat meningkatkan biaya transaksi pajak, seperti sanksi administrasi pajak, biaya waktu, dan biaya psikis sebagaimana dijelaskan dalam paragraf di atas. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyidikan pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak mampu memberikan deterrent effect bagi peningkatan kepatuhan pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Asumsi ini didasarkan pada praduga bahwa wajib pajak cenderung rasional dan menghindari pengeluaran biaya transaksi yang lebih besar apabila tidak melakukan pembetulan SPT Tahunan PPh (dan/atau meningkatkan pembayaran pajak salah satunya melalui PPh pasal 25) yang berakibat pada dilakukannya pemeriksaan (dan bahkan penyidikan) pajak. B. Perumusan Masalah Terkait upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit, deterrent effect penyidikan pajak menarik untuk dikaji lebih dalam. Diharapkan melalui kajian ini peningkatan kepatuhan wajib pajak diduga dapat terwujud 3

melalui deterrent effect penyidikan pajak. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai deterrent effect penyidikan pajak Asian Agri terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Ada atau tidaknya peningkatan kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit pasca dilakukannya penyidikan pajak atas kelompok Asian Agri, dapat diketahui melalui serangkaian analisis dengan menggunakan metode statistik. Adapun, masalah yang menjadi fokus penelitian adalah : 1. Berapa tingkat kepatuhan wajib pajak yang bergerak di sektor industri dan perkebunan kelapa sawit tahun pajak 2005, 2006 dan 2007 ditinjau dari pembayaran PPh pasal 25? 2. Bagaimana pertumbuhan penerimaan pajak ditinjau dari pembayaran PPh pasal 25 untuk wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit antara sebelum dan sesudah dilakukannya penyidikan pajak terhadap Asian Agri Group? 3. Bagaimana deterrent effect penyidikan pajak Asian Agri terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit antara sebelum dan sesudah dilakukannya penyidikan pajak terhadap Asian Agri Group? 4. Bagaimana rata-rata kinerja masing-masing kantor wilayah ditinjau dari penerimaan PPh pasal 25 untuk sektor industri dan perkebunan kelapa sawit selama tahun pajak 2004-2007? C. Tujuan dan signifikansi penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa penyidikan pajak Asian Agri memiliki deterrent effect bagi peningkatan kepatuhan wajib pajak pada sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Selengkapnya, penelitian ini secara khusus bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak yang bergerak di sektor industri dan perkebunan kelapa sawit ditinjau dari pembayaran PPh pasal 25. 2. Mengetahui pertumbuhan penerimaan pajak ditinjau dari pembayaran PPh pasal 25 untuk wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit antara sebelum dan sesudah dilakukannya penyidikan pajak terhadap Asian Agri Group. 4

3. Mengetahui deterrent effect penyidikan pajak Asian Agri Group terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit antara sebelum dan sesudah dilakukannya penyidikan pajak terhadap Asian Agri Group. 4. Mengetahui rata-rata kinerja masing-masing kantor wilayah ditinjau dari penerimaan PPh pasal 25 untuk sektor industri dan perkebunan kelapa sawit selama tahun pajak 2004-2007. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan secara akademis maupun praktis terutama untuk mengetahui deterrent effect penyidikan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu tolok ukur guna mengetahui ratarata kinerja masing-masing unit kerja setingkat kantor wilayah Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka mengumpulkan dan mengamankan penerimaan negara khususnya sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. Signifikansi akademis maupun praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Signifikansi Akademis Secara akademis, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya teori perpajakan optimal positif yang menitikberatkan perhatian pada pilihan yang terbaik bagi aktor dan bukan bagi komunitas dalam rangka melakukan pilihan tindakan untuk patuh atau tidak patuh dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak 5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis berupa construct rational choice theory untuk menjelaskan deterrent effect penyidikan pajak terhadap peningkatan kepatuhan pajak. Selain itu, hasil penelitian diharapkan menjadi langkah antara bagi penelitian selanjutnya di masa yang akan datang. Hasil penelitian disebut langkah antara karena penelitian ini hanya menitikberatkan pada salah satu elemen kepatuhan wajib pajak yaitu melalui pembayaran angsuran pajak (PPh Pasal 25) selama tahun pajak 2004, 2005, 2006 dan 2007 serta belum mencakup semua jenis pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak yang bergerak di sektor industri dan perkebunan kelapa 5 Asuman Altay. 2000. The Theory of Optimal Taxation and New Approaches : A Survey, Izmir, Turkey : Dokuz Eylul University, hlm. 2. 5

sawit maupun seluruh KLU (klasifikasi lapangan usaha) yang terdapat dalam sektor tersebut. 2. Signifikansi Praktis Bagi wajib pajak, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan perencanaan pajak khususnya dalam rangka menekan potensi meningkatnya biaya kepatuhan pajak yang terdiri dari biaya uang langsung, biaya waktu, dan biaya psikis apabila dilakukan penyidikan pajak dengan meningkatkan kepatuhan pajak dan menghindari penyidikan pajak Bagi pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak), hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi dalam menetapkan kebijakan yang berkenaan dengan tujuan pemidanaan di bidang perpajakan, memperjelas kriteria tindak pidana perpajakan serta menentukan tindakan law enforcement yang dapat menimbulkan deterrent effect bagi wajib pajak terutama beberapa wajib pajak yang bergerak di sektor-sektor strategis (seperti sektor pertambangan, telekomunikasi, transportasi dan sebagainya). Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk mengukur kinerja masing-masing kantor wilayah maupun unit kerja lainnya yang berada di bawah Direktorat Jenderal Pajak. D. Sistematika Penulisan Bagian akhir dari bab ini memberikan gambaran secara singkat mengenai rencana penulisan mulai bab pendahuluan sampai dengan bab simpulan dan saran yang terbagi menjadi 5 bab, yaitu pendahuluan, tinjauan literatur dan metode penelitian, gambaran umum industri dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, pembahasan hasil penelitian serta simpulan dan saran. Operasionalisasi masing-masing bab dapat dijelaskan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Dalam Bab ini penulis mendeskripsikan latar belakang permasalahan mengenai deterrent effect penyidikan terhadap kepatuhan wajib pajak dilanjutkan dengan perumusan permasalahan penelitian, tujuan dan signifikansi penelitian, serta sistematika penulisan. 6

Bab II : Bab III : Bab IV: Bab V : Tinjauan Literatur dan Metode Penelitian Bab ini akan menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain deterrence theory, penyidikan pajak, kepatuhan pajak, teori biaya transaksi, serta teori pilihan rasional (rational choice theory). Selain itu, metode penelitian yang digunakan juga akan dijabarkan secara lebih jelas antara lain mencakup model analisis, hipotesis statistik, operasionalisasi konsep serta metode penelitian. Gambaran Umum Industri dan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia Dalam bab ini menguraikan industri dan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, potensi perkembangan industri dan perkebunan kelapa sawit, potensi pendapatan negara dari minyak sawit, tindak pidana perpajakan dan penyidikan pajak serta penyidikan Asian Agri Group. Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini berisi pembahasan tentang hasil penelitian yang merupakan jawaban dari pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Simpulan dan Saran Dalam Bab ini berisi uraian simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang merupakan rekomendasi bagi Direktorat Jenderal Pajak terutama dalam menentukan regulasi serta pengawasan implementasi regulasi perpajakan khususnya efektifitas penyidikan pajak terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak sektor industri dan perkebunan kelapa sawit. 7