BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak. menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

IRMA MUSTIKA SARI J

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PERSEPSI IBU MENOPAUSE TERHADAP AKTIVITAS SEKSUALITAS PADA MASA MENOPAUSE DI DESA JAGALAN KECAMATAN TAWANGMANGU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Studi penelitian yang dilakukan oleh lembaga demokrafi Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada pertemuan International Conference on Population

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses menua adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. itu, orang menyebutnya juga sebagai masa yang paling rawan. Keindahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mahasiswa termasuk dalam golongan remaja akhir yaitu berusia tahun

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh: ANIK ENIKMAWATI J

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

PERBEDAAN RISIKO DEPRESI POST PARTUM ANTARA IBU PRIMIPARA DENGAN IBU MULTIPARA DI RSIA AISYIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak. meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Hidayat, 2008).

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

HUBUNGAN POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA PABELAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA II

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. spiritual merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi kualitas hidup. yang optimal (Optimum Aging). (Hurlock, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak diri sendiri, orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh mereka. Salah satu tugas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti mengalami fase fase perkembangan sejak manusia berada dalam kandungan sampai lanjut usia, menurut Desmita (2008) menjelaskan bahwa perkembangan bergerak secara berangsur angsur tapi pasti, melalui suatu bentuk atau tahap kebentuk atau tahap berikutnya yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian. Perubahan yang dialami pada sepanjang hidup tentunya mempengaruhi sikap, proses kognitif dan perilaku individu. Hal ini bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan. Perubahan ini sudah menjadi hukum qodrati yang dikenal dengan sebutan menua. Seperti yang diterangkan dalam Al Qur an dalam Surat Ar- Rum ayat 54 : Artinya : Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah lemah itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendki-nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. Ar-Ruum: 54). 1

2 Ayat tersebut diterangkan oleh Shihab (2007), bahwa manusia mengalami tiga fase dalam kehidupan, yakni keadaan lemah dari proses pembuahan hingga memasuki masa remaja, kemudian menjadi kuat atau memiliki kekuatan saat beranjak dewasa dan lemah kembali saat beruban adalah tanda tanda keadaan pada lanjut usia. Penduduk di seluruh dunia dengan kelompok lansia yang berumur 60 tahun ke atas mengalami pertumbuhan dengan cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Menurut WHO, pada abad 21 jumlah penduduk lansia di dunia akan semakin meningkat, di wilayah asia diperkirakan jumlah kaum lanjut usia akan bertambah pesat dari 410 juta tahun 2007, menjadi 733 juta pada tahun 2025, dan diperkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050. Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduknya paling banyak di dunia dan sepuluh besar memiliki penduduk paling tua di dunia. Tahun 2020 jumlah kaum lanjut usia akan bertambah 28,8 juta (11 % dari total populasi) dan menjelang tahun 2050 diperkirakan 22 % warga Indonesia berusia 60 tahun ke atas, Arita (2011). Lansia merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan manusia. Pada tahap ini, lanjut usia akan mengalami perubahan perubahan pada kondisi fisik maupun kondisi psikis. Perubahan tersebut antara lain perubahan kesehatan, perubahan fisik, kemampuan motorik, minat, kemampuan mental, lingkungan, status sosial, dan perubahan-perubahan lainnya (Santoso dan Ismail, 2009). Disisi lain seringkali lanjut usia memandang penurunan dan kelemahan kemampuan fisik sebagai suatu bencana, karena

3 kematian itu sangat dekat dan siap untuk menjemput mereka setiap waktu, Hurlock (1993). Semua orang pasti akan mengalami kematian, kematian merupakan peristiwa dimana tidak ada seorangpun yang tau kapan akan terjadi. Menurut Meiner (2006) berpendapat bahwa dalam menghadapi kematian, setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu aspek psikologis, spiritual, sosial dan fisik, tingkat spiritualitas pada lanjut usia dalam menghadapi akhir kehidupan sangat dibutuhkan, hal ini dikarenakan praktik spiritual dapat memberikan support emosional yang positif bagi lansia. Menurut Gallo (2006) dalam Sari (2015), mengatakan bahwa penilaian spiritualitas dapat menjadi kunci untuk mempelajari dan memahami kesejahteraan pada lanjut usia. Penilaian mengenai spiritualitas adalah jendela pembuka untuk lebih memahami nilai-nilai, makna, dan tujuan hidup pada lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Adelina (2007) yang menyatakan bahwa lansia yang memiliki kecerdasan ruhaniah yang tinggi tidak akan merasakan kecemasan dan lebih siap saat menghadapi kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Williams (2006) dalam Sari (2015), juga menjelaskan bahwa lansia yang memiliki tingkat spiritualitas tinggi maka dalam menjalani akhir kehidupan, hidup dalam ketenangan hingga ajal menjemputnya. Kehilangan kehidupan atau kematian merupakan hal yang pasti akan dialami oleh lansia sebagai tahap dari fase akhir kehidupannya. Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami kematian seperti

4 yang tercantum dalam Al-Quran Surat Al-Ankabut 57 yang artinya: Tiaptiap yang berjiwa akan merasakan mati, kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses menuju akhir. Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan (Stanley & Beare, 2012). Menurut Indriana (2012), menjelaskan bahwa kesiapan dalam menghadapi kematian terdiri dari 2 aspek, yaitu kesiapan dalam menghadapi kematian secara psikis dan secara spiritual. Secara psikis, kesiapan dalam menghadapi kematian dapat dilihat dari lansia yang yakin akan datangnya kematian, lebih memahami makna hidup dan kematian, dapat mengatasi rasa takut akan datangnya kematian, serta sering mengingat dan membicarakan kematian. Sedangkan kesiapan menghadapi kematian secara spiritual, lanjut usia lebih berfokus pada kehidupan batin seperti perenungan, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Avita (2010) tentang pengaruh kecerdasan spiritual kecemasan menghadapi kematian pada lansia di UPT pelayanan sosial lanjut usia Pasuruan, penelitian ini mengemukakan bahwa kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap kecemasan lansia dalam menghadapi kematian. Lansia dengan tingkat spiritual yang tinggi tidak merasa cemas menghadapi kematian. Hasil dari penelitian ini juga menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan ini adalah kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau teman sekitar lansia.

5 Menurut Santrock (2007), berpendapat bahwa diperkirakan frekuensi terjadinya depresi diantara orang-orang dewasa lanjut bervariasi, yakni sebanyak 80% dari orang orang dewasa lanjut yang mengalami gejala depresi dan tidak mendapatkan perawatan. Tentunya hal- hal seperti ini dapat mengakibatkan resiko buruk pada lansia, Santrock (2007) juga menjelaskan, di Amerika hampar 25% individu yang melakukan bunuh diri adalah orang yang berusia 65 tahun yang dikarenakan hidup sendiri. Hal ini juga terjadi di Indonesia terkait dengan masalah lansia yang mengalami depresi dan mengakhiri hidupnya, dalam KOMPAS 17 November 2013 : Tugiati (82), warga desa penanggulang, warga desa pegandon, Kendal nekat mengakhiri hidup karena depresi akibat ditinggal keluarganya. Korban membakar diri hingga tewas dikebun jati belakang rumahnya, Minggu (17-11 2013) siang. Dari kasus tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pada akhir kehidupan lansia, lansia sangat membutuhkan dukungan baik fisik maupun non fisik, keberadaan keluarga tentunya menjadi peran utama pada lansia yang dihadapkan pada kematian. Penelitian yang dilakukan oleh Harapan (2014), menyebutkan bahwa saat menghadapi kematian setiap lansia memiliki persepsi yang berbeda, persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, dukungan sosial keluarga, dan spiritualitas. Gottlieb (1983, dalam Mundiharno,2010) menyatakan bahwa dukungan keluarga dapat merupakan informasi verbal maupun nonverbal, saran, bantuan, atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang terdekat berupa kehadiran serta hal-hal yang dapat memberi

6 keuntungan emosional kepada penerimanya. Selain penyakit degeneratif, masalah psikologis merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kehidupan lansia, diantaranya adalah : kesepian, keterasingan dari lingkungan, ketidak berdayaan, ketergantungan, kurang percaya diri, keterlantaran terutama bagi lansia yang miskin serta kurangnya dukungan dari anggota keluarga. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Suardiman (2011) yang menyatakan bahwa keluarga merupakan tempat dimana orang dapat menjadi diri sendiri, merasa bebas, aman dan nyaman, oleh karena itu keluarga merupakan suatu kondisi nyata yang mempunyai arti istimewa bagi setiap orang, salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usia lanjut dalam menjalani sisa kehidupannya adalah sikap orang di sekitarnya. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan di Posyandu Lansia Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga pada tanggal 10 November 2015, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan pendekatan personal terhadap 4 lansia, didapatkan sebagian besar lansia menyatakan sebagai berikut saya takut apabila mengingat mati mas, karena saya sering berbuat dosa dan di alam kubur akan mendapat siksaan yang berat. Namun ada 1 lansia yang memberikan pernyataan yang berbeda. mau bagaimana lagi mas, hidup ini sudah ada yang ngatur, dan semua orang pasti akan mengalami kematian, jadi kita harus menerima. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa 3 dari 4 lansia yang diwawancarai merasa takut dalam menghadapi kematian.

7 Kemudian ketiga lansia tersebut diwawancarai lagi tentang herapan terhadap keluarganya, apa yang diinginkan oleh lansia saat sudah mendekati kematian terhadap keluarganya, kemudian ketiga lansia menyatakan pernyataan sebagai berikut, lansia yang pertama menyatakan bahwa beliau takut dengan kematian karena terkadang merasa apa yang dilakukan didunia belum benar dan keluarga terkadang tidak mengingatkan. Lansia yang kedua menyatakan bahwa beliau menginginkan saat sudah menjelang kematian keluarganya ada didekatnya karena beliau ingin keluarganya tau saat meninggal nanti, kemudian hasil wawancara terhadap lansia yang ketiga, mengatakan bahwa beliau ingin mati dalam keadaan khusnul khatimah tetapi terkadang keluarganya jarang memberikan nasehat, dan beliau juga mengatakan saat sudah di akherat nanti keluarganya agar bisa selalu mendoakan. Dari pernyataan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia di kelompok posyandu lansia Desa Darma, mereka sangat bergantung kepada keluarganya pada masa akhir kehidupannya yang sudah mendekati kematian Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap lansia yang dihadapkan pada peristiwa yang pasti akan terjadi, yaitu kematian, karena kesiapan menghadapi kematian merupakan salah satu masalah bagi lansia yang ada di kelompok posyandu lansia Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.

8 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat ditentukan rumusan masalahnya sebagai berikut Adakah Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. C. TUJUAN a. Tujuan Umum Peneliti ingin mengetahui Bagaimana Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi spiritualitas pada lansia dalam menghadapi kematian pada lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. 2. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga pada lansia dalam menghadapi kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.

9 3. Mengidentifikasi kesiapan kematian pada lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. 4. Mengidentifikasi hubungan spiritualitas dan dukungan keluarga pada lansia dalam menghadapi kematian Pada Lansia di Desa Darma Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga. D. MANFAAT PENELITIAN a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan nyata tentang lanjut usia dan bagaimana kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian dipandang dari spiritualitas dan dukungan keluarga. b. Bagi Instansi Terkait Memberikan pelayanan keperawatan profesional dengan menekankan asuhan keperawatan yang tepat kepada lansia terutama dalam perawatan menghadapi kematian. c. Bagi Akademik Sebagai literatur untuk pengetahuan kurikulum dalam pembahasan tentang lansia terutama Hubungan Antara Spiritualitas Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia.

10 d. Bagi Peneliti Selanjutnya Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur dan memberikan informasi serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya. E. PENELITIAN TERKAIT 1. Dengan Judul Hubungan Sholat Terhadap Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia Di Wilayah Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, penelitian ini dilakukan oleh Sri Wahyuningsih, mahasiswa Program Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain correlation study dengan pendekatan cross-sectional. Kemudian hasil penelitian, pada penelitian ini tidak ada hubungan, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara shalat dengan kesiapan menghadapi kematian pada lansia di wilayah kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Persamaan dan perbedaan penelitian ; Persamaan: Meneliti tentang kesiapan lansia dalam menghadapi kematian. Perbedaan : Perbedaan tempat waktu, metode dan variabel independent, pada penelitian ini adalah Sholat.

11 2. Dengan Hubungan Antara Tingkat Spiritualitas Dengan Kesiapan Lanjut Usia Dalam Menghadapi Kematian Di Desa Pucangan Kecamatan Kartasura. Penelitian ini dilakukan oleh Eka Dino Gusvita Sari, Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptive korelatif dengan rancangan cross sectional. Kemudian hasil penelitian, Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat spiritualitas dengan kesiapan lansia dalam menghadapi kematian. Semakin tinggi tingkat spiritualitas lansia, maka akan semakin siap dalam menghadapi kematian. Persamaan dan perbedaan ; Persamaan: Meneliti pengaruh tingkat spiritualitas dengan kesiapan menghadapi kematian pada lansia Perbedaan : Perbedaan waktu, tempat, metode dan variabel independent, pada penelitian ini hanya satu variabel yaitu tingkat spiritual. 3. Dengan Perbedaan Efektifitas Terapi musik Religi Dan Murottal Al Qur an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia, penelitian ini dilakukan oleh Jahdan Hanifullah, Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain pre experimrntal with pre and posttestngroup design. Kemudian hasil penelitian, ada perbedaan penurunan kecemasan pada lansia setelah diberikan terapi musik religi,. Ada perbedaan penurunan kecemasan pada lansia setelah diberikan terapi murottal al qur an. Terapi murottal Al

12 Qur an lebih efektif dari pada terapi musik religi. Persamaan dan perbedaan ; Persamaan: Meneliti Kesiapan Kematian Pada lansia Perbedaan : Perbedaan tempat, waktu, metode dan variabel, pada peneletiian ini membuktikan Efektifitas Terapi musik Religi Dan Murottal Al Qur an Terhadap Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia.