BAB III METODE PENELITIAN. 1. Identifikasi miskonsepsi adalah suatu upaya penyelidikan yang dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. 1. Identifikasi miskonsepsi, diartikan sebagai suatu upaya penyelidikan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam rangka melakukan analisis dan adaptasi terhadap kurikulum, materi

O 1 X O 2. Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan penjelasan definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

O X O Pretest Perlakuan Posttest

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN. keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment yang dilakukan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui

1. BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan metode quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada satu kelompok siswa (kelompok eksperimen) tanpa ada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional. Dalam penelitian ini definisi operasionalnya adalah

C. Prosedur Penelitian Secara garis besar, alur penelitian yang dilakukan dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan pada gambar 3.

BAB III METODE PENELITIAN. peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan generik sains pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah Quasi Experimental dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Eksperimen Semu (quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Trimurjo yang terletak di Jalan Raya

BAB III METODE PENELITIAN. a. Identifikasi miskonsepsi dengan menggunakan analisis gambar pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu model pembelajaran

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. salah pengertian, berikut diberikan definisi beberapa istilah tersebut:

Transkripsi:

29 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Identifikasi miskonsepsi adalah suatu upaya penyelidikan yang dilakukan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dengan menggunakan tes pilihan ganda beralasan dan pedoman wawancara. Jika siswa menjawab benar pada pilihan ganda, tetapi alasan yang diberikan salah untuk jawaban tersebut, maka siswa dinyatakan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi dianalisis dari jawaban siswa setiap tes (pretest, posttest, dan retest), kemudian miskonsepsi tersebut didistribusikan membentuk pola miskonsepsi. 2. Tes pilihan ganda beralasan adalah suatu bentuk tes yang digunakan untuk mengetahui konsepsi siswa dengan cara memberikan soal pilihan ganda dan siswa diharuskan memberikan alasan terhadap jawabannya, sehingga miskonsepsi dapat diidentifikasi dari kesesuaian antara jawaban pilihan ganda dengan alasan yang diberikan siswa. Tes pilihan ganda diberikan sebanyak tiga kali yaitu berupa pretest, posttest, dan retest. 3. Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden (siswa dan guru) dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dilakukan kepada guru di setiap cluster, dan siswa yang mengalami miskonsepsi untuk mengetahui sumber miskonsepsinya. 29

30 B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Hal yang digambarkan pada penelitian ini adalah miskonsepsi pada siswa dalam konsep Reproduksi Tumbuhan Biji. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Data yang dianalisis berasal dari hasil tes pilihan ganda beralasan dan hasil wawancara pada siswa dan guru, kemudian data diinterpretasi sehingga miskonsepsi dapat diketahui. C. Subjek Penelitian Miskonsepsi dapat terjadi pada setiap jenjang pendidikan (Kose, 2008; Cardak, 2009) dan miskonsepsi dapat terjadi pada siswa yang pandai maupun siswa yang kurang pandai (Berg, 1990). Oleh karena itu pada pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara purposive cluster sampling (Fraenkel, 1993). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dari empat SMAN di Bandung. Sekolah di Bandung terbagi menjadi empat cluster sekolah (populasi) berdasarkan passing grade saat masuk sekolah tersebut (www.ppdbkotabandung.web.id), setiap cluster diambil satu kelas dari satu sekolah (subjek), sehingga diperoleh empat kelas siswa kelas X dari empat sekolah (Tabel 3.1). Setiap sekolah memiliki KTSP sekolah tersendiri, sehingga pemilihan sekolah dilakukan tidak secara acak. Sekolah yang dipilih memiliki KTSP sekolah yang hampir sama, yaitu membelajarkan konsep sistem reproduksi tumbuhan biji di kelas X, semester 30

31 II. Pengambilan satu kelas dari tiap sekolah dilakukan atas kebijakan sekolah. Pada umumnya siswa di setiap kelas pada satu sekolah memiliki kemampuan yang sama, dan diharapkan kelas yang dipilih dapat mewakili satu sekolah tersebut. Tabel 3.1 Pengambilan Subjek Penelitian dari Populasi POPULASI SUBJEK PENELITIAN Siswa Kelas X di SMA Negeri Satu kelas siswa kelas X di SMAN A, Bandung cluster I (7 sekolah) sebanyak 30 orang. Siswa Kelas X di SMA Negeri Satu kelas siswa kelas X di SMAN B, Bandung cluster II (6 sekolah) sebanyak 30 orang. Siswa Kelas X di SMA Negeri Satu kelas siswa kelas X di SMAN C, Bandung cluster III (7 sekolah) sebanyak 30 orang. Siswa Kelas X di SMA Negeri Satu kelas siswa kelas X di SMAN D, Bandung cluster IV (7 sekolah) sebanyak 30 orang. Jumlah Subjek Penelitian 4 kelas siswa kelas X dari 4 sekolah, sebanyak 120 orang. D. Instrumen Penelitian Pada penelitian ini data diperoleh melalui instrumen penelitian yang berupa tes pilihan ganda beralasan untuk mengetahui miskonsepsi siswa, dan pedoman wawancara untuk mengetahui penyebab miskonsepsi tersebut. 1. Tes Pilihan Ganda Beralasan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal pilihan ganda beralasan (Haslam & Treagust, 1987; Morton et al. 2008). Tes pilihan ganda beralasan diujikan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat pretest, posttest, dan retest. Soal yang diberikan untuk setiap tes sebanyak 15 butir soal. Masingmasing butir soal pada setiap tes bersesuaian/serumpun dengan butir soal pada tes yang lain. Contohnya soal nomor 1 pada pretest serumpun dengan soal nomor 1 pada posttest dan retest. Soal yang serumpun adalah soal yang disusun 31

32 berdasarkan indikator yang sama. Soal tidak dibuat sama pada setiap tes agar mengurangi tingkat menebak siswa dan rasa jenuh siswa karena mengisi soal yang sama sebanyak tiga kali. Pembuatan soal disusun berdasarkan standar kompetensi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Butir soal yang digunakan sebagian diadaptasi dari Biology Misconceptions, Common Misconceptions in The Life Sciences, HKCE Annual Report, dan sebagian lagi dibuat oleh peneliti. Instrumen penelitian ini telah diuji coba untuk mengetahui nilai reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya, sehingga instrumen tersebut layak untuk digunakan. a. Tingkat Kesukaran Analisis soal mengenai tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal; sukar, sedang, atau mudah. Instrumen penelitian yang telah diujicobakan kemudian dianalisis tingkat kesukarannya menggunakan Anates V4. Hasil analisis tingkat kesukaran setiap butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran TINGKAT KESUKARAN Pretest Posttest Retest NOMOR SOAL 1 Mudah Sedang Sedang 2 Sedang Sedang Sedang 3 Sedang Sedang Sedang 4 Sukar Sukar Sukar 5 Sedang Mudah Sedang 6 Sedang Sedang Mudah 7 Sukar Sukar Sedang 8 Sedang Sedang Sedang 9 Sedang Sedang Sedang 10 Sedang Sedang Sedang 11 Mudah Sedang Mudah 12 Sedang Mudah Sukar 13 Mudah Sedang Sedang 32

33 NOMOR SOAL TINGKAT KESUKARAN Pretest Posttest Retest 14 Sukar Sukar Sukar 15 Sedang Mudah Mudah b. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah) (Arikunto, 2007). Dari hasil analisis butir soal menggunakan Anates V4, kemudian diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2007) (Tabel 3.3). Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda DAYA PEMBEDA Pretest Posttest Retest NOMOR SOAL 1 Cukup Cukup Baik 2 Baik Baik Baik 3 Baik Baik Baik 4 Baik Baik Baik 5 Cukup Cukup Cukup 6 Baik Baik Baik 7 Baik Baik Baik 8 Baik Baik Baik 9 Cukup Baik Baik 10 Baik Baik Baik 11 Baik Baik Baik 12 Baik Baik Cukup 13 Baik Baik Baik 14 Baik Cukup Baik 15 Baik Baik Baik c. Validitas Instrumen dipersyaratkan valid agar data yang diperoleh valid (Arikunto, 2007). Maka instrumen penelitian ini divalidasi menggunakan Anates V4. Hasil 33

34 validasi pada Tabel 3.4 merupakan hasil interpretasi validitas berdasarkan koefisien korelasi, dan dapat juga dilihat berdasarkan signifikansi korelasi. NOMOR SOAL Tabel 3.4 Hasil Analisis Validitas VALIDITAS Pretest Posttest Retest 1 Cukup Cukup Cukup 2 Cukup Cukup Cukup 3 Cukup Cukup Cukup 4 Tinggi Cukup Cukup 5 Cukup Cukup Cukup 6 Cukup Cukup Tinggi 7 Cukup Cukup Cukup 8 Cukup Cukup Cukup 9 Cukup Cukup Cukup 10 Cukup Cukup Cukup 11 Cukup Cukup Tinggi 12 Cukup Tinggi Cukup 13 Cukup Cukup Cukup 14 Cukup Cukup Cukup 15 Cukup Cukup Cukup d. Reliabilitas Reliabilitas tes merupakan suatu keajegan tes yang dapat memberikan data sesuai kenyataan. Reliabilitas instrumen pernelitian ini (Tabel 3.5) dianalisis menggunakan Anates V4 dan diinterpretasikan berdasarkan nilai reliabilitas menurut Gilford (Ruseffendi, 1998). Tabel 3.5 Hasil Analisis Reliabilitas TES RELIABILITAS Pretest Tinggi Posttest Tinggi Retest Tinggi 2. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk mewawancarai siswa yang mengalami miskonsepsi dan guru yang mengajar di kelas tersebut. Menurut 34

35 Arikunto (2006), wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak (pertanyaan hanya diajukan oleh peneliti kepada siswa dan guru). Wawancara dilakukan setelah diketahui pola jawaban siswa yang mengandung miskonsepsi, dan bertujuan untuk memperoleh data dan informasi lebih lanjut tentang miskonsepsi yang terjadi pada siswa berdasarkan hasil tes pilihan ganda beralasan. Siswa yang diwawancara diambil secara purposive sampling dari sejumlah siswa yang mengalami miskonsepsi di setiap cluster, sehingga semua soal dan semua pola miskonsepsi yang ada di setiap cluster dapat terwakili. E. Teknik Pengolahan Data 1. Membuat Kategori Jawaban Siswa Pemahaman konsep siswa menggunakan tes pilihan ganda beralasan dikategorikan menjadi tiga kriteria yaitu paham (P), miskonsepsi (M), dan tidak paham (TP). Kriteria ini dilihat dari alasan yang diberikan untuk jawaban pilihan ganda pada setiap butir soal (Tabel 3.6). Tabel 3.6 Kategori Pemahaman Konsep Siswa yang Dilihat dari Alasan Jawaban Siswa Kriteria Jawaban Siswa (Alasan) a. Paham (P) Jawaban sesuai dengan komponen-komponen yang ditetapkan, walaupun tidak lengkap. Jawaban yang diberikan siswa meliputi komponen yang diinginkan. b. Miskonsepsi Jawaban yang diberikan siswa tidak logis. (M) Jawaban yang diberikan menunjukkan pemahaman konsep, tetapi juga membuat kesalahan dalam membuat c. Tidak Paham (TP) pernyataan tidak sesuai dengan pendapat para ahli. Jawaban tidak memberikan respon, mengulangi pernyataan, respon yang diberikan tidak relevan dengan jawaban semestinya. (Haidar & Abraham, 1991) 35

36 2. Pemberian Skor dan Penentuan Konsepsi Siswa Pemberian skor merupakan perwujudan dari konsepsi siswa yang dilakukan pada setiap nomor dalam setiap tes. Konsepsi siswa dikatakan paham (P) dan diberikan skor 2, jika jawaban pilihan ganda benar dan alasannya pun benar (paham). Konsepsi siswa dikatakan miskonsepsi (M) dan diberikan skor 1, jika jawaban pilihan ganda benar sedangkan alasannya salah (miskonsepsi). Konsepsi siswa dikatakan tidak paham (TP) dan diberikan skor 0, jika jawaban pilihan ganda dan alasannya salah (tidak paham). Kategori benar salahnya suatu alasan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Signifikansi miskonsepsi pada setiap tes (pretest, posttest, dan retest) dapat diuji menggunakan ANOVA, sehingga dapat diketahui ada tidaknya perbedaan kejadian miskonsepsi pada setiap tes. 3. Penentuan Pola Miskonsepsi Berdasarkan Konsepsi Siswa Konsepsi siswa pada setiap nomor dalam setiap tes (pretest, posttest, retest) dikategorikan menjadi paham (P, skor 2), miskonsepsi (M, skor 1), dan tidak paham (TP, skor 0), sehingga setiap siswa memiliki pola yang berbeda-beda pada setiap nomor dalam ketiga tes. Pola konsepsi siswa yang diperoleh pada setiap nomor dalam setiap tes dapat membentuk 27 pola, tetapi hanya pola yang mengandung satu atau lebih miskonsepsi yang diteliti, yaitu sebanyak 19 pola (Tabel 3.7). Hal itu menunjukkan bahwa siswa tersebut mengalami miskonsepsi walaupun hanya pada pretest, posttest, maupun retest saja. Tabel 3.7 Pola Miskonsepsi Berdasarkan Konsepsi Siswa NO POLA KONSEPSI SISWA POLA PRETEST POSTTEST RETEST MISKONSEPSI 1 TP 0 TP 0 M 1 TP-TP-M 0-0-1 2 TP 0 M 1 TP 0 TP-M-TP 0-1-0 3 TP 0 M 1 M 1 TP-M-M 0-1-1 4 TP 0 M 1 P 2 TP-M-P 0-1-2 36

37 NO POLA KONSEPSI SISWA POLA PRETEST POSTTEST RETEST MISKONSEPSI 5 TP 0 P 2 M 1 TP-P-M 0-2-1 6 M 1 TP 0 TP 0 M-TP-TP 1-0-0 7 M 1 TP 0 M 1 M-TP-M 1-0-1 8 M 1 TP 0 P 2 M-TP-P 1-0-2 9 M 1 M 1 TP 0 M-M-TP 1-1-0 10 M 1 M 1 M 1 M-M-M 1-1-1 11 M 1 M 1 P 2 M-M-P 1-1-2 12 M 1 P 2 TP 0 M-P-TP 1-2-0 13 M 1 P 2 M 1 M-P-M 1-2-1 14 M 1 P 2 P 2 M-P-P 1-2-2 15 P 2 TP 0 M 1 P-TP-M 2-0-1 16 P 2 M 1 TP 0 P-M-TP 2-1-0 17 P 2 M 1 M 1 P-M-M 2-1-1 18 P 2 M 1 P 2 P-M-P 2-1-2 19 P 2 P 2 M 1 P-P-M 2-2-1 Pola miskonsepsi yang telah ditemukan kemudian dipilah untuk mengetahui subkonsep yang paling banyak dimiskonsepsi oleh siswa dalam belajar sistem reproduksi tumbuhan biji, maka peneliti mengklasifikasikan subkonsep tersebut berdasarkan indikator yang telah dibuat. Subkonsep yang paling banyak dimiskonsepsi dapat terlihat dari banyaknya siswa yang mengalami miskonsepsi pada nomor soal tertentu (Tabel 3.8). Table 3.8 Jumlah Siswa yang Mengalami Miskonsepsi Berdasarkan Pola Miskonsepsi Indikator Subkonsep Pola Miskonsepsi Jumlah No. TP-TP-M TP-M-TP Dst Soal N % N N N 1.1 1. 1.... 2. 2......... 3......... Keterangan: TP : Tidak Paham M : Miskonsepsi P : Paham N : Jumlah siswa yang memiliki pola miskonsepsi pada setiap nomor soal. % : Persentase jumlah siswapada setiap pola dihitung dari total jumlah siswa yang miskonsepsi pada soal tersebut. 37

38 F. Alur Penelitian Merumuskan masalah Judgement Studi literatur Uji coba instrumen Penyusunan instrumen Revisi instrumen Pretest Pembelajaran dilakukan oleh guru Posttest Retest (2 minggu setelah posttest) Wawancara Pengolahan data Penarikan kesimpulan Gambar 3.1 Alur Penelitian 38