BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. hlm Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. I,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. bernilai edukatif.interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. b. Aspek Aqidah: Menjelaskan pengertian Malaikat, Menyebutkan namanama Malaikat, Menyebutkan tugas-tugas malaikat

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm tentang Guru dan Dosen, UU Guru dan Dosen, (Bandung : Nuansa Indah, 2006), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001, h

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB I PENDAHULUAN. awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

I. PENDAHULUAN. peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

Oleh Ngaenah Guru SD Negeri 4 Karangpaningal

Puger Honggowiyono, Dedy Arif Budiawan

BAB I PENDAHULUAN. potensi tumbuh dan berkembang serta kecenderungan bersifat ingin tahu

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

Erlisa Pertiwi, Syahril Bardin, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kediri, pada pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun datar

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus-kasus pembelajaran di kelas mata pelajaran Agama Islam lebih dekat dengan pembentukan perilaku daripada pengetahuan. Seorang muslim tidak dilihat dari ilmunya saja, tetapi orang itu dilihat dari intensitas perilakunya. Ungkapan itu mendorong setiap guru Pendidikan Agama Islam untuk menggunakan pembelajaran yang bukan verbal. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam mestinya diarahkan pada model pengalaman bukan pengetahuan. Pengalaman membutuhkan keaktifan siswa secara dominan sebagaimana yang terkandung dalam peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada Pasal 19 ayat 1 tentang Standar Proses. 1 Pendidikan Agama Islam harus secara intensif melibatkan keterlibatan dan keaktifan peserta didik. Pembentukan pengalaman, melalui pembelajaran model Jigsaw Learning tentu sangat kuat tidak mudah terlupakan. Ungkapan ini sekaligus memaparkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dikemas dalam pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna siswa tidak sekedar tahu, paham tetapi harus tuntas. Metode Jigsaw adalah suatu metode dalam pembelajaran Cooperative learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. 2 Jigsaw merupakan salah satu dari bentuk pembelajaran untuk membentuk pengalaman yang melibatkan keterlibatan dan keaktifan peserta didik. Pada kenyataannya, di sekolah-sekolah masih banyak menggunakan metode ceramah. Dengan metode ceramah siswa hanya bisa tahu tetapi belum tentu bisa melaksanakannya. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005; Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta : 2005, hlm. 22-23. 2 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Gresindo, 2010), Cet. 7, hlm. 69. 1

baik. 4 Saat ini sedang dikembangkan model pembelajaran PAKEM 2 Pembelajaran menurut Degeng yang dikutip oleh Hamzah Uno adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit, dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan perkembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. 3 Menurut E. Mulyasa, pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan), yang sekarang dikenal dengan PAIKEM, yang terkandung dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 5 Kedua, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 : Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. 6 Ketiga, peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: 3 Hamzah R. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 83. 4 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: rosdakarya karya offset, 2003), hlm. 100. 5 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis P.A.I.K.E.M, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), Cet. I, hlm. 48. 6 Departemen Pendidikan Nasional RI, Op. Cit, hlm. 22-23.

3 Standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. 7 Keempat, standar proses Pasal 20: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, penilaian hasil akhir. 8 Kegiatan pembelajaran merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minta dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. 9 Metode Jigsaw Learning merupakan metode yang berusaha menerapkan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Dalam hal ini peserta didik berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. 10 Belajar merupakan proses aktif peserta didik untuk mempelajari dan memahami konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan unsur yang penting dalam setiap penyelenggaraan jenis pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami peserta didik ketika mereka berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarga sendiri. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dari segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh pendidikan 7 http://www.scribd.com/doc/3371469/permendiknas-no-41-tahun-2007 8 Departemen Pendidikan Nasional RI, Op. Cit, hlm. 23. 9 http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2009/04/standar-proses-_permen-41-2007_.pdf 10 Ismail SM, Op. Cit, hlm. 49.

4 khususnya para guru. Atau ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses dan hal-hal yang berkaitan dengan yang mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai oleh peserta didik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru agama SMP N 2 Warureja Tegal, bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah metode ceramah. Siswa hanya mendengarkan materi yang diterangkan guru, sehingga menjadi kelemahan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas kurang aktif baik antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lain, dan siswa juga kurang belajar dalam kelompok diskusi. Dari pengalaman tersebut di atas menumbuhkan pemikiran baru, bagaimana hal yang kurang baik tersebut dapat dirubah untuk diperbaiki. Muncul gagasan untuk berkolaborasi mencari solusi masalah di atas, menemukan bagaimana cara memberi peran siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas bisa menjadi aktif, tidak pasif lagi. Di sini akan dicobakan suatu strategi pembelajaran dalam model pembelajaran Jigsaw Learning (belajar melalui tukar delegasi antar kelompok) merupakan model pembelajaran untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggung jawab secara individu untuk membantu memahami tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya. 11 Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para peserta didik dapat meningkatkan pemikiran kritisnya dan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Pentingnya metode pembelajaran sebagai alat komunikasi dalam proses belajar mengajar. 11 Ismail SM, Op. Cit, hlm. 83.

5 2. Materi pelajaran yang bersifat abstrak menyebabkan munculnya suatu permasalahan siswa, mereka kesulitan dalam memahami konsep tersebut, sehingga diperlukan metode pengajaran yang lebih efektif agar lebih dipahami untuk siswa. C. Pembatasan Masalah Untuk memudahkan dan menghindari kesalahan dalam memahami judul skripsi ini, maka penulis memberikan batasan-batasan istilah dalam judul yang berbunyi Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Sifat-sifat Terpuji Kelas VII C Melalui Metode Jigsaw Learning di SMP N 2 Warureja Tegal sebagai berikut : 1. Meningkatkan Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat, taraf), mempertinggi, memperhebat. Mendapat awalan Me dan akhiran an yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik. 12 2. Keaktifan Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan kegiatan, kesibukan. 13 3. Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan Lingkungannya. 14 Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik 12 WJS. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), Cet. 3, hlm. 1280-1281. 13 Ibid, hlm. 20. 14 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. 4, hlm. 2

6 menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap organisme atau pribadi. 15 4. Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan. Pada hakekatnya Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah proses, dalam perkembangan juga dimaksudkan sebagai rumpun mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun perguruan tinggi. Jadi Pendidikan Agama Islam dapat dimaknai dalam dua pengertian, yaitu sebagai sebuah proses penanaman agama Islam, maupun sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses itu sendiri. 16 5. Metode Jigsaw Learning Strategi itu dapat diterapkan pada pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dan diketahui siswa dengan membagikan bahan ajar yang lengkap untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan dan dibagi secara berkelompok, siswa dapat mendiskusikan dalam kelompok kecil. Setiap anggota kelompok kecil berusaha membuat resume untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Bentuklah kelompok baru secara acak dan setiap anggota kelompok saling menjelaskan resume kepada sesama anggota sehingga diperoleh pemahaman yang utuh. Hasil resume kelompok itupun dapat dipresentasikan. 17 15 Syaiful Bahri Jamarah dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), Cet 2, hlm. 11. 16 Departemen Agama RI, Pedoman Umum Agama Islam Sekolah Umum dan Sekolah Luar Biasa, (Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Umum, 2003), hlm. 2. 17 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2009), Cet. IV, hlm. 155.

7 D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan permasalahan yang disebutkan di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Seberapa jauh penggunaan metode Jigsaw Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Sifat-sifat Terpuji kelas VIIC di SMP N 2 Warureja Tegal? E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini dapat bermanfaat : 1. Manfaat Bagi Siswa a. Memudahkan siswa dalam memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. b. Siswa termotivasi untuk belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi pokok sifat-sifat terpuji. c. Memberikan suasana kelas yang menyenangkan sehingga siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti pelajaran. d. Melatih siswa untuk belajar aktif dengan menumbuhkan daya kreatif siswa. 2. Manfaat Bagi Guru a. Memperoleh pengetahuan baru tentang penerapan metode pembelajaran Jigsaw Learning. b. Termotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja dan keprofesionalismeannya dalam kegiatan belajar mengajar. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran dalam usaha meningkatkan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya pada materi sifat-sifat terpuji. d. Dengan adanya penelitian ini, maka terjalin kerjasama atau kolaborasi sesama guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 2 Warureja Tegal.

8 3. Manfaat Bagi Sekolah Diperoleh panduan motivasi model pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan tutor sebaya yang selanjutnya diharapkan dipakai di kelas-kelas lainnya, baik di SMP N 2 Warureja Tegal maupun di sekolah lainnya. 4. Manfaat Bagi Peneliti a. Menambah wawasan bagi peneliti tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam. b. Menambah pengetahuan dan ketrampilan peneliti tentang tata cara dan proses penelitian dalam pendidikan.