BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemudikan oleh orangtua. Kartini Kartono menyebutkan bahwa keluarga

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya (IQ), namun juga ditentukan oleh bagaimana seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2009), hlm Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang tua.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian perkawinan menurut para ahli sbb : santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. NINlNG SEKTIANINGSIH IMPLMENTASI PENIL\HAN DINI MENURUT UNDANG-UNDANGNO 1 TAHUN 1974

LAMPIRAN TERJEMAH. No Bab Surah/Hadis Terjemah. 1 I QS. al-baqarah: 132 Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru, Media Pustaka Poenix, Jakarta, 2012, hlm. 572.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pengalaman-pengalaman yang didapat anak pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa ini adalah masa pembentukkan fondasi dan dasar pembentukkan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sebagai lembaga pendidikan semenjak manusia itu ada, ayah dan ibu di

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor penyebab terjadinya kenakalan pada anak-anak, yang dapat menyeret mereka

Membentuk. Akhlak Anak. Cara Mendidik Akhlak Anak Menurut Islam. Roidah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. maka akan goncanglah keadaan masyarakat itu. diantara sifat beliau adalah benar, jujur, adil, dan dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT kepada setiap orangtua. Setiap orangtua akan merasa bahagia jika

BAB I PENDAHULUAN. berkembang hidup sejahtera dengan aspirasi cita-cita untuk maju, bahagia dan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

PENDAHULUAN Latar Belakang

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Hadist di atas menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam membentuk karakter

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan khusus terkait dengan perkawinan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB V PEMBAHASAN. yang ditegaskan dalam teknik analisis. Penelitian ini menggunakan analisis

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

(Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah Allah SWT yang harus dijaga dan dibina, hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedangkan memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajarinya akhlak yang baik. Oleh karena itu orang tualah yang memegang faktor kunci yang bisa menjadikan anak tumbuh dengan jiwa Islami sebagaimana sabda Rasulullah: Artinya: Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan diatas fitrahnya maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (Hadis riwayat Bukhari) Dari hadits ini dapat dipahami, begitu pentingnya peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak dimasa yang akan datang. Dalam Al-Qur an surat Lukman ayat 16: Artinya: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam 1

2 bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. 1 (QS. Luqman: 16) Pendidikan yang utama dan pertama bagi anak yaitu berada di rumah bersama orang tua. Dengan indikator bahwa orang tua merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya, orang tua merupakan orang yang pertama berinteraksi dengan anak-anaknya sebelum mereka berinteraksi dengan orang lain, lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang sangat berpengaruh terhadap kepribadian anak, serta waktu yang dimiliki oleh anak lebih banyak dihabiskan di rumah bersama orang tua. Dengan demikian pemberian asah, asih dan asuh kepada anak menjadi tanggung jawab utama bagi orang tua. Sepanjang sejarah tidak ada orang tua yang secara sengaja dan sadar memberikan pendidikan dan bimbingan kepada anaknya supaya anaknya tersebut mengalami kegagalan dalam hidupnya. Bahkan pada prinsipnya orang tua bercitacita dan berusaha agar anaknya selalu sukses dalam kehidupannya kelak, namun demikian tidak jarang orang tua (mungkin karena tingkat pendidikan atau kurangnya kesadaran penuh dalam mendidik) mengalami kegagalan dalam rangka pembentukan kepribadian anak. Semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Orang tua menginginkan anaknya memiliki banyak teman, berprestasi disekolah, menjadi orang yang bertanggung jawab, jujur, menyenangkan, baik hati, dan berfikir positif mengenai diri sendiri. Dengan kata lain orangtua ingin anaknya bahagia. 2 1 Departemen Agama RI, Mushaf al-qur an dan Terjemah, (Depok: PT. Penerbit dan Distributor, 2008), hal 412 2 Azerrad, Membangun Masa Depan Anak (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2005) hal 11

3 Peranan orang tua sangat besar artinya bagi keadaan psikologis anakanaknya. Mengingat keluarga adalah tempat pertama bagi tumbuh perkembangan anak sejak lahir hingga dengan dewasa maka pola asuh anak yang baik perlu disebar luaskan pada setiap keluarga. Masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya keterlibatan mereka secara langsung dalam mengasuh anak. Tak jarang akibatnya merugikan perkembangan fisik dan mental anaknya sendiri. Pekerjaan mulia sebagai orang tua dalam mengasuh anaknya tidaklah mudah, karena tidak sedikit pola asuh yang diterapkan dalam sebuah keluarga berdampak negative pada perkembangan anaknya. Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap pola asuh pada anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memberikan pengasuhan kepada anaknya, tergantung status sosial, budaya tempat tinggal, serta latar belakang pekerjaan orang tua. Dan pasti ada kekurangan dan kelebihan dalam setiap pola asuh. Markum menggolongkan pola asuh orang tua terhadap anak menjadi tiga: Pertama pola asuh otoriter yaitu orang tua sangat menanamkan disiplin dan menuntut prestasi yang tinggi pada anaknya. Tidak memberikan kesempatan pada anaknya untuk berpendapat, sekaligus menomorduakan kebutuhannya. Kedua pola asuh permissive yaitu orang tua bersikap demokratis dan penuh kasih sayang. Namun kendali orang tua dan tuntutan prestasi rendah. Anak dibiarkan berbuat sesukanya tanpa ada tanggung jawab dan beban. Ketiga pola asuh demokratis yaitu orang tua menuntut prestasi tinggi, tapi dibarengi sikap demokratis dan kasih

4 sayang tinggi pula. Pola asuh ini kuat dalam control dan pengawasan, tetapi tetap memberi tempat untuk anak berpendapat. 3 Usia perkawinan juga berpengaruh terhadap cara orang tua mengasuh anak. Hal ini dikarenakan belum matangnya mental, fisik atau psikologis dari orang tua tersebut. Dengan melihat orang tua yang melakukan perkawinan usia muda barang tentu para orang tua tersebut tidak bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang tinggi. Masa dimana seharusnya orang tua tersebut bisa menikmati masa remaja dan masa pendidikan di bangku sekolah terpaksa harus mengurus kehidupan keluarganya sendiri di usia yang sangat muda. Dimana diketahui diantara ciri-ciri remaja yakni emosi yang belum bisa dikontrol tidak menutup kemungkinan jika sudah memilki seorang anak emosi itu diluapkan kepada anak-anaknya. Perkawinan usia muda juga membawa pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak mereka. Biasanya anak-anak kurang kecerdasannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Ancok yaitu: Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu remaja mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang lebih dewasa. Rendahnya angka kecerdasan anak-anak tersebut karena ibu belum memberi stimulasi mental pada anak-anak mereka. Hal ini disebabkan karena ibu-ibu yang masih remaja belum mempunyai kesiapan untuk menjadi ibu. 3 Markum, M.E, Buku Ajar Kesehatan Anak Jilid 1(Jakarta: FKUI, 1999) hal 85

5 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kedewasaan ibu baik secara fisik maupun mental sangat penting, karena hal itu akan berpengaruh terhadap perkembangan anak kelak dikemudian hari. Meskipun batas umur perkawinan telah ditetapkan dalam pasal 7 ayat (1) UU No. 1 Tahun 74, yaitu perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Namun dalam prakteknya masih banyak kita jumpai perkawinan pada usia muda atau di bawah umur. Padahal perkawinan yang sukses pasti membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Di Desa Bermi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, contohnya. Didalam surat nikah tercantum tanggal lahir subyek yang bukan tanggal lahir sebenarnya. Tanggal lahir dibuat berbeda dengan tanggla lahir asli karena demi mendapatkan surat nikah. Karena surat nikah hanya diberikan kepada orang yang menikah di usia menurut Undangundang yakni usia 19 tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Dalam wawancara dengan Kasi Pemerintahan, Bapak Poniman: Sewaktu mendaftar ke kantor Desa, warga ini mengaku sudah berumur 20 tahun keatas, pihak kantor Desa tidak semena2 memberikan ijin maka dari itu pihak sini meminta bukti-bukti misalnya dengan meminta ijazah. Tetapi mereka mengaku tidak memiliki ijazah dan seringkali mengatakan ijazahnya hilang, jadi pihak kantor Desa tidak dapat berbuat apa-apa atas desakan warga yang ingin melangsungkan pernikahan ini, dengan terpaksa melayani warga tersebut. 4 Penyebab terjadinya perkawinan di usia muda di Desa ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya yaitu keadaan ekonomi keluarga, akan tetapi 4 Poniman, wawancara ( 23 Juni 2012)

6 faktor paling menonjol ialah desakan dari orang tua dengan alasan dikhawatirkan anak menjadi perawan tua. Berdasarkan hasil observasi awal penelitian, diketahui bahwasanya orang tua yang melakukan perkawinan usia muda di Desa Bermi, Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo cenderung otoriter terhadap anaknya. Dalam pola asuh otoriter, aturan ditegakkan secara kaku. Bila tingkah laku anak tidak sesuai dengan pedoman yang berlaku, pasti ada hukuman dari orang tuanya, namun bila anak berperilaku sesuai aturan, hanya sedikit atau bahkan tidak ada pujian. Pola asuh ini terlihat pada orang tua yang jika anak melakukan kesalahan atau tidak menuruti yang diperintah orang tuanya, orang tua tidak segan-segan memarahi, memaki, mencubit, bahkan memukul anak. ada banyak larangan-larangan yang diberlakukan orang tua yang tidak masuk akal, seperti anak tidak boleh main diluar rumah. Pola asuh ini membuat anak sulit menyesuaikan diri. Ketakutan anak terhadap hukuman justru membuat anak menjadi tidak jujur. Perlu sedikit dijelaskan pula di Desa Bermi ini, bahwa pola asuh pada orang tua yang menikah di usia dewasa atau usia yang sudah matang terlihat jika anak melakukan kesalahan atau tidak menuruti perintah orang tuanya, orang tua hanya sebatas menasehati dan memarahi tetapi tidak sampai memaki, mencubit bahkan memukul anak. Kedewasaan ibu khususnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ibu yang telah dewasa secara psikologis akan akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya, bila dibandingkan dengan para ibu muda. Ibu usia remaja sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti

7 keterampilan mengasuh anaknya. Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya. Beranjak dari hal tersebut peneliti mengambil judul Model Pola Asuh Orang yang Melakukan Perkawinan Usia Muda Terhadap Anak dalam Keluarga yang mengambil contoh di Desa Bermi, Kecamatan Krucil, kabupaten Probolinggo, dengan alasan perkawinan pada usia muda yang sangat menarik untuk dikaji karena pada usia muda masih banyak hal yang belum tentu mereka pahami mengenai pola kehidupan berumah tangga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Masyarakat disana banyak yang melakukan perkawinan di usia muda. Dengan usia pernikahan yang sangat muda tersebut peneliti ingin menggali lebih dalam pola asuh yang diterapkan para orang tua yang melakukan perkawinan tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti menentukan tiga rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor apa yang melatar belakangi pasangan/keluarga menikah di usia muda di Desa Bermi? 2. Bagaimanakah model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda.

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan mengkaji faktor yang melatar belakangi pasangan/keluarga menikah di usia muda di Desa Bermi 2. Mengetahui model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis : Manfaat yang ingin dicapai secara teoritis adalah memberikan gambaran atau bahkan sebuah teori baru mengenai latar belakang keluarga melakukan perkawinan di usia muda dan model pola asuh orang tua pada anak yang melakukan perkawinan diusia muda. Jadi, hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai peneliti-peneliti lain yang ingin meneliti tentang hal serupa. 2. Secara Praktis : Secara praktis manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat bermanfaat bagi keluarga atau orang tua yang melakukan perkawinan usia muda dalam mengasuh anak-anaknya. E. Batasan Masalah Agar tidak terjadi mis-understanding dalam memahami hasil dari penulisan ini, maka peneliti perlu menjelaskan batasan pembahasannya.

9 Penulisan skripsi ini sesungguhnya akan mengungkap tentang factor yang melatar belakangi keluarga melakukan perkawinan usia muda dan model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda pada anaknya. Sehingga pada entri poinnya dari penulisan ini adalah mengungkap bagaimana model pola asuh dari orang tua pada anak-anaknya, yang menikah di usia muda dalam kehidupan sehari-hari. F. Penelitian Terdahulu Novi Puspita Anggraini, 2010. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosi Anak Pra Sekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pola asuh otoriter orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia pra sekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang, pola asuh permisif orang tua tidak berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia prasekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang, pola asuh demokratis orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak usia prasekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang. Maka pola asuh (otoriter, permisif dan demokratis) orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi (positif, lemah dan negatif) anak usia prasekolah di TK Surya Buana Merjosari Malang. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan orang tua yang melakukan perkawinan usia muda dalam mengasuh anaknya sehari-hari adalah pola asuh otoriter, jika anak melakukan kesalahan atau tidak menuruti perintah orang tuanya anak akan dimarahi, dipukul bahkan dicaci. Hal yang melatar belakangi pola asuh tersebut ialah ideologi yang berkembang dalam

10 diri orang tua. Orang tua menganggap jika anak melakukan kesalahan maka anak harus dihukum karena jika tidak, anak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah penelitian terdahulu meneliti tentang pengaruh pola asuh orang tua terhadap perkembangan emosi anak pra sekolah dengan hasil pola asuh (otoriter, permisif dan demokratis) orang tua berpengaruh terhadap perkembangan emosi (positif, lemah dan negatif) anak usia prasekolah. Sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang model pola asuh orang tua yang melakukan perkawinan usia muda dengan hasil orang tua yang melakukan perkawinan usia muda pola asuh yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pola asuh otoriter. Jika anak melakukan kesalahan orang tua tidak segansegan memarahi, memukul bahkan memaki anaknya. Persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu samasama meneliti tentang pola asuh orang tua dalam mendidik anak.