BAB III PENUTUP. 1. Pasal 1 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, artinya

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. 1. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan bagi Narapidana belum. pelayanan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174 TAHUN 1999 TENTANG REMISI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG REMISI

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PK TAHUN 2010 TENTANG REMISI SUSULAN

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PP NO 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 32 TAHUN 1999 TENTANG

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu kerusuhan

BAB III PENUTUP. jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Senjata api boleh dipakai dalam keadaan-keadaan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan pemenuhan hak anak didik pemasyarakatan yang masih berstatus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jurnal Skripsi PEMENUHAN HAK-HAK NARAPIDANA SELAMA MENJALANI MASA PIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA YOGYAKARTA

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

BAB III PROSES PENGAJUAN DAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP DAN KENDALANYA

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

BAB II LANDASAN HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA PIDANA PENJARA SEUMUR HIDUP Dasar Hukum Pemberian Remisi di Indonesia.

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian analisis data dan wawancara dengan narasumber

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Secara yuridis status keuangan Negara yang diinvestasikan dalam

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

JURNAL. N P M Program Program Hukum FAKULTAS

DAFTAR PUSTAKA. Prakoso, Abintoro, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta : LaksBang PRESSindo.

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penulisan hukum ini sebagai berikut: menggunakan telepon seluler pada saat berkendara adalah langsung

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

ANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS PEMBINAAN NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I LOWOKWARU KOTA MALANG PENULISAN HUKUM

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlakuan terhadap para pelanggar hukum, merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

ANALISIS HUKUM PEMBERIAN REMISI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA Oleh: M. Fahmi Al Amruzi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan dapat diambil suatu

BAB III PENUTUP. lingkungan sosial yang lama. LAPAS, misalnya mencuri. c. Sikap senioritas yang kerap terjadi. d. Sifat emosional yang berlebihan.

BAB III PENUTUP. a. Kesimpulan. Berdasarkan Pembahasan maka dapat penulis simpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

JURNAL PEMENUHAN HAK NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN WIROGUNAN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN MASA PIDANA (REMISI)

MODEL PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

EFEKTIVITAS PEMBEBASAN BERSYARAT DALAM PEMBINAAN NARAPIDANA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB III PENUTUP. bentrokan yang tajam dan kekacauan yang besar di kalangan masyarakat dan juga alat

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 54/PUU-XV/2017 Remisi bagi Narapidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2005, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Bayumedia Publishing, Malang.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN REMISI. A. Sulit mendapatkan Justice Collaborator (JC)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB III PENUTUP. dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Eksekusi putusan pengadilan tindak pidana korupsi yang telah

Maka dalam hal ini Indonesia Corruption Watch (ICW) diwakili oleh: : Adnan Topan Husodo Tempat/Tanggal Lahir : Semarang, 5 Mei 1976

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENGHAMBAT DALAM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

moratorium (penangguhan) pemberian remisi terhadap narapidana tindak pidana korupsi. Kata kunci: Remisi, Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum, bukan

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali & Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Cetakan ke 1,

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Hak-hak korban pelanggaran HAM berat memang sudah diatur dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB 1 PENDAHULUAN. himpun menyebutkan bahwa jumlah pekerja perempuan di sebagian besar daerah

BAB III PENUTUP. kesimpulan bahwa realisasi hak-hak narapidana untuk mendapatkan upah atau

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2002 TENTANG GRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI. Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memenuhi gelar kesarjanaan Dalam bidang Ilmu Hukum

PEMBINAAN BAGI TERPIDANA MATI. SUWARSO Universitas Muhammadiyah Purwokerto

2 pemerintah yang dalam hal ini yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS). 2 Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah bidang sumber daya manusia aparatur sebaga

Kata Kunci : Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan, Pembinaan

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TESIS HAMBATAN TERHADAP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA PARA PIHAK MELALUI MEDIASI DI PENGADILAN

BAB III PENUTUP. Pemasyarakatan narkotika Yogyakarta adalah:

BAB I PENDAHULUAN. secara tegas dinyatakan dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Fockema Andreae, kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Pasal 1 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor M.09.02.01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi menyebutkan bahwa Narapidana yang berkelakuan baik ialah Narapidana yang menaati peraturan yang berlaku dan tidak dikenakan tindakan disiplin yang dicatat dalam buku register F yang merupakan catatan kelakuan masing-masing narapidana selama kurun waktu yang diperhitungkan untuk pemberian remisi. Kurun waktu yang digunakan di sini biasanya dalam 1 (satu) tahun berjalan. Adapun pemberian remisi kepada narapidana korupsi didasarkan pada kelakuan baik yaitu tidak ada pelanggaran sama sekali baik pelanggaran ringan, sedang maupun berat yang dicatat dalam buku register F. Jadi dengan demikian ukuran kelakuan baik yang merupakan syarat untuk memperoleh remisi bagi narapidana korupsi adalah mentaati seluruh peraturan yang berlaku (disiplin dan tata tertib) dan tidak melakukan pelanggaran baik pelanggaran ringan, sedang maupun pelanggaran berat. 90

91 2. Berdasarkan data dari Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta diperoleh keterangan bahwa hingga bulan Agustus 2012 baru terdapat 1 (satu) orang narapidana tindak pidana korupsi yang memperoleh remisi pengurangan pidana selama 3 (tiga) bulan pada tahun 2011 dengan rincian untuk remisi umum selama 2 (dua) bulan dan remisi khusus selama 1 (satu) bulan. Remisi umum diberikan kepada yang bersangkutan bersamasama dengan narapidana untuk tindak pidana lain yang diberikan pada tanggal 17 Agustus 2011, sedangkan remisi khusus diberikan kepada yang bersangkutan karena sebagai narapidana tindak pidana korupsi memperoleh remisi selama 1 (satu) bulan. Berdasarkan hasil penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta diperoleh keterangan bahwa setelah berlakunya moratorium pengetatan pemberian remisi bagi narapidana korupsi, dilaksanakan dengan lebih memperketat persyaratan untuk memperolah remisi bagi narapidana dan untuk narapidana yang melakukan pelanggaran disiplin dan tata tertib tidak berhak memperoleh remisi. B. Saran 1. Sebagai upaya pembinaan terhadap narapidana tindak pidana korupsi hendaknya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta memberikan perhatian khusus dan pembinaan yang lebih intensif dikarenakan latar belakang pendidikan para narapidana tersebut sebagian besar adalah berpendidikan sarjana (S1) dan hanya 5 (lima) orang yang berpendidikan SLTA. Penilaian kelakuan baik bagi narapidana korupsi hendaknya

92 diperketat sehingga penerima remisi adalah benar-benar narapidana yang berkelakuan baik. 2. Guna memenuhi hak asasi bagi narapidana tindak pidana korupsi hendaknya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta memberikan pembinaan yang lebih intensif dan menegakkan peraturan tata tertib bagi narapidana dengan harapan agar para narapidana tindak pidana korupsi dapat memenuhi syarat untuk memperoleh remisi atau pengurangan terhadap pidana yang harus dijalaninya. Di samping itu hendaknya diperjelas tentang ukuran kelakuan baik, khususnya bagi narapidana korupsi sehingga akan lebih jelas narapidana yang benar-benar berhak memperoleh remisi.

DAFTAR PUSTAKA Buku/Literatur A. Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2011, Studi Kebudayaan Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia, Penerbit Lubuk Agung, Bandung Bambang Purnomo, 1999, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakaatan, Liberty, Yogyakarta Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta Harsono, 1995, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Jambatan, Jakarta Ikhwan Fahrojih, dkk, 2005, Mengerti dan Melawan Korupsi, Yappika dan Malang Corruption Watch (MCW), Jakarta Moelyatno, 1984, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Bina Aksara, Jakarta Petrus Irwan Panjaitan dan Padapotan Simorangkir, 1995, Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Philipus M. Hadjon, makalah Pelatihan Argumentasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Dasar Argumentasi Hukum dan Legal Opinion (Legal Memo), 18 Juni 2004 Saharjo, 1963, Pohon Beringin Pengayoman Pancasila, Pidato 5 Juli 1963, Istana Negara, Jakarta Scott Davidson, 1993, dalam Masyhur Effendi dan Taufani Sukmana Evandri, 2007, HAM dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor : Ghalia Indonesia Sigit Setyadi, 2005. Kebijakan Pemberian Remisi Kepada Narapidana di Yogyakarta. Tesis, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, Semarang Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta Tim Realiti, 2008, Kamus Bahasa Indonesia, Reality Publisher, Surabaya Wahyu Wagiman, 2012, Kebijakan Moratorium Remisi dan Pembebasan Bersyarat: Dampaknya Terhadap Perlindungan Hak Asasi Manusia, Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform (ICJR)

Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan No.M.09.HN.02-01 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Keppres No.174 Tahun 1999 tentang Remisi Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No.M.04-HN.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi Tambahan bagi Narapidana dan Anak Didik Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No.M.03-PS.01.04 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Remisi Bagi Narapidana Yang Menjalani Pidana Penjara Seumur Hidup Menjadi Pidana Penjara Sementara Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM RI No.M.01-HN.02.01 Tahun 2001 tentang Remisi Khusus Yang Tertunda dan Remisi Khusus Bersyarat serta Remisi Tambahan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.32/1999 tentang Syarat dan tata Cara Pelaksanaan hak Warga Binaan Website : Arya Sosman, 2011, Problematika Hukum Pemberlakuan Moratorium Remisi Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi, dalam http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2011/11/04/ brk, 20111104-364965,id.html Denny, Moratorium Remisi Bukan Pencitraan, dalam http://www.vivanews.com, 31 Mei 2012 http://polsuspas.wordpress.com/2011/01/05/sejarah-sistem-pemasyarakatan, tanggal 5 Januari 2012 http://www.fajar.co.id/read-20111104100444-yusril--remisi-adalah-haknarapidana

Putri Werdiningsih, Remisi Dahulunya Bukan Hak Narapidana, Media Indonesia, 10 Maret 2012; http://www.mediaindonesia.com/read/2012/03/10/304491/284/1/remisi- Dahulunya-bukan-Hak-Narapidana Sipir Prodeo, Sejarah System Pemasyarakatan Polsuspas, 5 Januari 2011, http://polsuspas.wordpress.com/2011/01/05/sejarah-sistempemasyarakatan/