BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BANJARBARU NOMOR 39/Kpts/KPU-Kota /Tahun 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3 dan angka 4 berlaku 1 (satu) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. c.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA CIREBON. NOMOR 60 / Kpts / KPU Kota / 2013 TENTANG

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan agar pemanfaatan ruang sesuai rencana dapat terwujud. Kegiatan

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

i. akuntabel; j. efektif; k. efisien; dan l. integritas.

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

- 2 - MEMUTUSKAN : mencakup

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II PELAKSANA PENGAWASAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 20 TAHUN 2009 TENT ANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

- 3 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

2013, No.41 2 Mengingat haknya untuk ikut serta dalam kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perw

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan partisipasi

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota

BAB I KETENTUAN UMUM

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SUKOHARJO,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja ditujukan untuk mewujudkan aspirasi dan kedaulatan rakyat dalam menentukan pemimpinnya, tetapi juga bagian dari peralihan kekuasaan yang dilakukan secara demokratis 1. Dalam Negara demokrasi, pemilihan umum dianggap lambang sekaligus tolak ukur dari demokrasi. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. Dalam undang-undang nomor 8 tahun 2012 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pemilihan umum, selanjutnya disingkat pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 2. Dalam pemilihan umum tentunya tidak lepas peran dari penyelenggara dan pengawas pemilu. Sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang bahwa Penyelenggara pemilihan umum adalah lembaga yang menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan 1. Topo Santoso Dan Didk Supriyanto, 2004, Mengawasi Pemilu Mengawal Demokrasi, Jakarta. Hal 25 2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 Tentang Pemilu Legislatif 1

Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum, sangat sulit dihindari terjadinya pelanggaran dan sengketa, karena dalam penyelenggaraan pemilu banyak sekali kepentingan yang terlibat, apalagi secara jujur harus kita akui, bahwa tingkat kesadaran berdemokrasi baik dari masyarakat maupun dari para elit politik, relatif masih rendah. Dan bahkan dalam melaksanakan proses pesta demokrasi terkadang sering mengabaikan aturan dalam peraturan perundang-undangan. Sehingganya dalam menyelenggarakan pemilihan umum harus sesuai dengan undang-undang dan berpedoman pada asas penyelenggaraan pemilu. Sebab penyelenggaraan pemilu yang lemah akan berpotensi menghambat terwujudnya pemilu yang berkualitas. Dengan demikian penyelenggara pemilu memiliki tugas menyelenggarakan pemilu dengan kelembagaan yang bersifat Nasional, tetap, dan mandiri. Salah satu asas dalam penyelenggara pemilihan umum adalah asas tertib penyelanggara pemilu. Salah satu faktor penting bagi keberhasilan penyelenggaraan pemilu terletak pada kesiapan dan profesionalitas penyelenggara pemilu itu sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawasan Pemilu, dan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggara pemilu. Ketiga institusi ini telah diamanatkan oleh Undang-Undang untuk menyelenggarakan pemilu menurut fungsi, tugas, dan kewenangannya masing-masing. Berbicara soal pemilu maka tidak lepas dari adanya kampanye. Karena kampanye merupakan hal yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan pemilu. Kampanye pemilu adalah kegiatan peserta pemilu untuk meyakinkan para pemilih 2

dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta pemilu. Dalam pelaksanaan kampanye pun tentunya memerlukan alat peraga kampanye. Alat peraga kampanye yang dimaksud sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2013 perubahan atas peraturan KPU Nomor 01 tahun 2013 pasal 1 angka 22 yang berbunyi: Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan mengajak orang memilih peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu. Permasalahan yang nampak dalam proses demokrasi atau penyelenggaraan pemilihan umum pada saat ini yakni diantaranya soal pemasangan alat peraga kampanye peserta pemilu. Kenyataan dilapangan dalam hal pemasangan alat peraga kampanye tidak sesuai dengan aturan. Untuk itu dalam mengatasi pemasangan alat peraga yang tidak beraturan itulah, KPU mengeluarkan Perturan KPU Nomor 15 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Peraturan KPU itu antara lain mengatur soal alat peraga peserta pemilu 2014. Peserta pemilu adalah partai politik untuk pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta perseorangan untuk pemilu anggota DPD 3. Sedangkan Alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan mengajak orang lain memilih peserta pemilu dan/atau calon DPR, DPD, dan DPRD tertentu. 3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang pemlilu legislatif 3

bahwa: Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 pasal 118 huruf b disebutkan Bawaslu Provinsi melakukan pengawasan pelaksanaan kampanye pemilu ditingkat provinsi terhadap adanya kesengajaan atau kelalaian pelaksana kampanye, peserta pemilu, dan/atau petugas kampanye melakukan tindak pidana pemilu atau pelanggaran administratif yang mengakibtakan terganggunya kampanye pemilu yang sedang berlangsung. Bawaslu, Bawaslu provinsi dan Panwaslu Kabupaten/Kota melakukan pengawasan melekat terhadap persiapan kampanye peserta pemilu, dengn cara: a. Melakukan koordinasi dengan KPU, Pemerintah dimasing-masing tingkatan terkait prosedur dan tata cara pemasangan alat peraga beserta penetapan lokasinya b. Pengawas pemilu disetiap tingkatan memastikan tidak ada penetapan lokasi dan prosedur pemasangan alat peraga yang diskriminatif terhadap peserta pemilu, dan c. Mendapatkan lokasi pemasangan alat peraga dan surat keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota mengenai penetapan lokasi pemasangan alat peraga 4. Berdasarkan pasal 17 ayat (1) huruf b angka 2 Peraturan KPU Nomor 1 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye pemilihan umum Anggota DPR, DPD dan DPRD sebagaimana telah diubah dngan peraturan KPU Nomor 15 tahun 2013 bahwa Bendera dan umbul-umbul hanya dapat dipasang oleh partai politik dan calon Anggota DPD pada zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU/Provinsi, dan atau KPU/Kabupaten/Kota bersama Pemerintah daerah. Sedangkan Spanduk dapat dipasang oleh partai politik dan calon anggota DPR, DPD, dan DPRD dengan ukuran 4. Perbawaslu Nomor 1 Tahun 2014 tentang pedoman kampanye Pileg pasal 27 4

maksimal 1,5x7 Meter hanya satu unit pada satu zona atau wilayah yang ditetapkan oleh KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota bersama Pemerintah Daerah. Peserta pemilu dapat memasang alat peraga kampanye luar ruang dengan ketentuan baliho atau papan reklame (billboard) hanya diperuntukkan bagi partai politik satu unit untuk satu desa/kelurahan memuat informasi nomor dan tanda gambar partai politik dan/atau visi, misi, program, jargon, foto pengurus partai politik yang bukan calon anggota DPR dan DPD, dan DPRD. Jika kita melihat bahwa pemasangan alat peraga kampanye peserta pemilu khusunya di Provinsi Gorontalo, masih jauh dari harapan yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang maupun peraturan perundang-undangan. Diberbagai tempat umum mudah terlihat berbagai spanduk, poster, bendera, umbul-umbul, hingga baliho dari partai politik terpasang untuk mendapat perhatian publik, calon anggota DPR, DPD, dan DPRD. Demikian halnya dengan alat peraga para calon anggota legislatif. Berbagai alat peraga peserta pemilu 2014 itu terpasang untuk mendapat perhatian masyarakat. Pemasangan alat peraga itu banyak yang tidak sesuai aturan karena terpasang diberbagai ruas jalan protokol, tiang listrik, gedung, hingga pepohonan, dengan ukuran yang tidak sesuai aturan, dalam jumlah yang tanpa pembatasan atau pengaturan sehingga mengganggu keindahan Kota. Dengan demikian penyelenggaraan pemilu sekarang ini bisa dikatakan belum berjalan secara optimal, dan belum terlaksana sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam Peraturan Bawaslu Nomor 4 Tahun 2013 Tentang tata cara pengawasan kampanye pemilihan umum anggota dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah pasal 6 huruf E, yakni ruang lingkup pengawasan kampanye 5

yang dilakukan oleh Bawaslu Provinsi adalah tindak lanjut yang dilakukan oleh KPU Provinsi terkait pelaksanaan sanksi atas laporan adanya dugaan pelanggaran pemilu. Sedangkan potensi kerawanan pelaksanaan kampanye yang perlu diawasi oleh badan pengawas pemilu yang dijabarkan dalam pasal 15 huruf I yakni pelaksanaan kampanye melalui pertemuan terbatas, pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye kepada umum, dan pemasangan alat peraga kampanye meliputi Alat peraga kampanye dipasang diluar tempat yang telah ditentukan. Hal inilah yang menjadi landasan hukum bagi Bawaslu dalam melakukan pengawasan alat peraga kampanye. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Bawaslu Provinsi Gorontalo, terdapat 2740 jumlah hasil temuan pelanggaran dari berbagai macam jenis temuan. Dengan adanya permasalahan yang terjadi pada pemilu legislatif tahun 2014 khususnya dalam hal penertiban alat peraga kampanye, maka tentunya peran dari pengawas pemilu sangat penting demi tertibnya pemasangan alat peraga kampanye tersebut. Peran Pengawas pemilu dalam hal ini yakni diantaranya peran dari Bawaslu Provinsi Gorotalo tetunya sangat diharapkan. Terkait dengan permasalahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemilu di tahun 2014 ini, penulis ingin melakukan penelitian tentang Peran BAWASLU Dalam Pengawasan Pemasangan Alat Peraga Kampanye Pada Pemilu Legislatif 2014 Di Provinsi Gorontalo B. Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam suatu penelitian diperlukan untuk memberi kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang akan ditelitinya sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta memperoleh jawaban 6

sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana peran BAWASLU dalam hal pengawasan pemasangan alat peraga kampanye pada pemilu legislatif 2014 di Provinsi Gorontalo? 2. Kendala - kendala apa saja yang dihadapi oleh BAWASLU Provinsi Gorontalo dalam melakukan pengawasan pemasangan alat peraga kampanye pada pemilu legislatif tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis peran BAWASLU Provinsi Gorontalo dalam pengawasan pemasangan alat peraga kampanye pada pemilihan umum legislatif tahun 2014. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kendala-kendala apa saja yang dilakukan oleh BAWASLU Provinsi Gorontalo dalam pengawasan pemasangan alat peraga kampanye pada pemilihan umum legislatif tahun 2014. D. Manfaat Penelitian Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang diharapkan dapat tercapai. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 7

1. Secara teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan peneliti dibidang Hukum Tata Negara, khususnya dalam hal penyelenggaraan dan Pengawasan Pemilihan Umum. 2. Secara praktik Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi semua pihak serta memberikan kontribusi bagi instansi terkait pada lembagalembaga penyelenggara pemilihan umum. 8