BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB III KUA SUKARAME BANDAR LAMPUNG. mekarkan kembali menjadi dua KUA Kecamatan yaitu KUA kecamatan Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya dijelaskan dengan jelas dan baik. Adapun judul skripsi ini berjudul:

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data tentang Konseling Pranikah bagi Calon Pengantin di. Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya di Indonesia.

BAB IV ANALISIS. A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. calon pengantin meliputi pelaksanaan peran BP4 dan pencapaian tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat mereka yakin melangsungkan pernikahan dini. Tentunya bukan

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

BAB V PENUTUP. 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia sejak zaman. dibicarakan di dalam maupun di luar peraturan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak

Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam Volume 2 No. 1. Januari-Juni 2018 ISSN: ; E-ISSN:

BAB II PERENCANAAN DAN TUGAS PELAKSANAAN. Perencanaan bagi setiap organisasi merupakan pemandu (guite) dalam

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III. KURSUS CALON PENGANTIN A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama. 1. Profil Surabaya Barat KUA Kecamatan Benowo

Salinan P U T U S A N

BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

FENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama )

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian

BAB I PENDAHULUAN. di indonesia bagi sebagian masyarakat hampir selalu dipandang sebagai sebuah sistem yang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR : DJ.II/542 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KURSUS PRA NIKAH

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PEMBATALAN PERKAWINAN DAN PENCEGAHANNYA Oleh: Faisal 1

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

Permohonan Cerai Talak antara pihak-pihak ; LAWAN. Termohon ;--

BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada dasarnya suatu peristiwa yang menyenangkan. 1 Perkawinan atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BAB III GAMBARAN UMUM BP4 KUA KEC. MRANGGEN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING PRA NIKAH BAGI CATIN

BAB IV ANALISIS DATA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

PENDIDIKAN BAGI CALON PENGANTIN* Sururin & Moh. Muslim

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

PENETAPAN Nomor 0004/Pdt.P/2014/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB IV ANALISIS PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BP4 KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dengan wanita, yang dengan persetujuan diantara keduanya, dan. berlandaskan pada ketentuan dan petunjuk Allah SWT.

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang peranan Peradilan Agama dalam

Salinan P U T U S A N

BAB III PERKAWINAN DI BAWAH ANCAMAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

Jurnal Kesehatan Priangan, Volume 1 No. 3 (Januari 2014):

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

STATUS HUKUM ISTERI DARI PERKAWINAN SIRI YANG DICERAIKAN MELALUI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) DITINJAU DARI HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA.

PUTUSAN Nomor : 0240/Pdt.G/2014/PA.PKP DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

Lembaran Informasi untuk Pernikahan di Indonesia/Pernikahan di Jerman

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB IV ANALISA TERHADAP KASUS ANAK YANG MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRRI

P U T U S A N Nomor 0199/Pdt.G/2016/PA.Pkp DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB V PENUTUP. pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan dan dampak. mengambil kesimpulan sebagai berikut:

P E N E T A P A N Nomor: 178/Pdt.G/2013/PA.Ntn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

PENCATATAN NIKAH, TALAK DAN RUJUK MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1/1974 DAN PP. NO. 9/1975. Yasin. Abstrak

BAB III GAMBARAN UMUM BP4 KAB. SEMARANG. kota madya yang ada di Jawa Tengah. Letak Kabupaten Semarang secara

ABSTRAKSI Animatusa adah Efektivitas Suscatin Dalam Membentuk Keluarga. Kata Kunci : Suscatin dan Keluarga Sakinah

BAB III PENYAJIAN DATA. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian BP4 (Badan Penasehat Pembinaan dan. Pelestarian Perkawinan) di Kantor Kementerian Agama Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB III DATA HASIL PENELITIAN. A. Latar Belakang Berdirinya BP4 Kota Semarang

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

Oleh : TIM DOSEN SPAI

EFEKTIVITAS KURSUS CALON PENGANTIN DALAM MEMBERI PEMAHAMAN KONSEP KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang)

BAB I PENDAHULUAN. insan antara laki-laki dengan perempuan untuk membentuk keluarga yang

Transkripsi:

BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen, merupakan fungsi yang pertama dan utama. Setiap organisasi dalam setiap tugasnya tidak terlepas dari tindakan perencanaan, baik buruknya organisasi dapat dilihat dari perencanaan dalam mencapai tujuannya. Perencanaan yang baik harus melalui tahapan-tahapan dan proses penyusunan perencanaan yang benar. Apabila tahapan dan proses yang ada tidak dilakukan, memungkinkan perencanaan tidak dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Tahapan dan proses perencanaan Kursus Calon Pengantin KUA Sukarame dapat diinterpretasi dan dimaknai sebagai berikut: A. Tahapan Perencanaan Tugas dalam Pelaksanaan Suscatin KUA Sukarame. Secara konsep perencanaan itu selalu digunakan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi profit maupun organisasi non profit. Perencanaan bagi organisasi merupakan kebutuhan yang paling esensial, karena perencanaan memegang peranan yang penting dibandingkan dengan fungsi-fungsi manajemen lain. Perencanaan yang baik akan mempermudah organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasaran, dan dengan perencanaan kegiatan organisasi akan lebih mudah dipertanggung jawabkan. Perencanaan disusun untuk mengambil keputusan-keputusan sebagai rencana tindakan, keputusan-keputusan tersebut dibuat melalui tahapan perencanaan, sebagai mana dikatakan Daft dan Handoko, yakni; menetapkan 64

65 tujuan, membuat rencana tindakkan, mengevaluasi kemajuan, dan menilai kinerja secara keseluruhan. Sementara Kantor Urusan Agama (KUA) Sukarame Bandar Lampung, tahap perencanaan yang dilakukan mencakup sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan atau Serangkaian Kegiatan. Tahapan awal dari sebuah perencanaan diawali dengan menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. KUA Sukarame dalam menetapkan tujuan Suscatin tidak dilakukan bersama-sama dengan petugas KUA Sukarame termasuk BP.4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan). Tetapi penetapan tujuan dilakukan oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Tujuan Suscatin yang ditetpakan oleh Dirjen Bimas Islam sebagai berikut; Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga. Tujuan yang telah ditetapkan Dirjen Bimas Islam diatas dilaksanakan oleh KUA Sukarame dengan meningkatkan pemahaman Suscatin, membaca undangundang (UU) perkawinan, mempelajari fiqih munakahat, dan ada juga yang mengikuti pembinaan dari Kementerian Agama. Peningkatan pemahaman yang dilakukan petugas KUA Sukarame, dilakukan secara sendiri-sendiri oleh petugas Suscatin, petugas Suscatin membaca buku-buku yang tersedia di Perpustakaan KUA Sukarame dan mempelajari fiqih munakahat secara sendiri-sendiri. Sedangkan untuk yang

66 mengikuti pembinaan dari Kemenag RI, hanya beberapa orang saja yang ditunjuk langsung oleh Kemenag RI. KUA sendiri tidak pernah mengadakan kegiatan apapun karena itu akan membutuhkan biaya. Tujuan Suscatin yang ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam, menunjukkan bahwa KUA Sukarame tidak terlibat dalam penetapan tujuan. Penetapan tujuan tersebut bermakna tujuan ditetapkan dengan sistem sentralisasi, artinya KUA Sukarame hanya melaksanakan tujuan yang ditetapkan oleh Kemenag RI. Padahal secara teori penetapan tujuan dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh petugas Suscatin, BP.4, P3N, Penyuluh agama dan semua pemangku kepentingan. Dengan demikian tujuan yang dibuat Dirjen Bimas Islam belum memenuhi keinginan dan kebutuhan Kantor Urusan Agama Sukarame. 2. Membuat Rencana Tindakan Tahap kedua dari perencanaan itu dengan membuat rencana tindakkan, rencana ini dibuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebagai arah tindakkan yang diperlukan petugas Suscatin. Rencana tindakkan yang ditetapkan Dirjen Bimas Islam, mencakup: Tatacara dan prosedur perkawinan, Pengetahuan agama, Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, Hak dan kewajiban suami isteri, Kesehatan (Reproduksi sehat), Manajemen keluarga, dan Psikologi perkawinan dan keluarga. KUA Sukarame dalam melaksanaan tataran rencana itu hanya empat yang terlaksana, mencakup; tatacara dan prosedur perkawinan, peraturan perundang-undangan di bidang perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami isteri, dan manajemen keluarga. Ada dua tataran

67 rencana yang tidak dilaksanakan oleh KUA Sukarame seperti reproduksi kesehatan dan psikologi perkawinan dan keluarga. Rencana tindakan yang dibuat oleh Dirjen Bimas Islam diatas, belum memberikan arah bagi petugas Suscatin dalam melakukan penyuluhan Suscatin. Karena rencana tindakkan tersebut baru sebatas konsep-konsep rencana tindakkan, belum menggambarkan tindakkan yang harus dilakukan oleh petugas Suscatin. 3. Mengevaluasi Kemajuan Evaluasi merupakan sebuah kegiatan yang didasarkan pada standar-standar yang telah dibuat sebelumnya, standar yang telah ditetapkan digunakan untuk melihat kegiatan yang ada di KUA Sukarame, apakah sudah berjalan sesuai dengan standar yang ada atau belum, kegiatan yang sudah berjalan atau belum berjalan memerlukan imbal balik dari proses evaluasi tersebut. Rencana tindakkan yang dilaksanakkan di KUA Sukarame berupa; tatacara dan prosedur perkawinan, Pengetahuan agama, Peraturan Perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, Hak dan kewajiban suami isteri. Tatacara dan prosedur perkawinan di KUA Sukarame dilakukan dengan cara, catin (calon pengantin) datang langsung ke KUA Sukarame untuk menyerahkan blanko pernikahan dari kelurahan sebagai bentuk pendaftaran pernikahan di KUA, kemudian catin dianjurkan oleh KUA Sukarame untuk mengikuti kegiatan Suscatin, informasi pelaksanaan Suscatin oleh KUA Sukarame kepada catin, disampaikan tiga hari sebelum suscatin dilaksanakan melalui sms atau telephone. Dalam pelaksanaan

68 Suscatin yang seharusnya diikuti oleh catin laki-laki dan catin perempuan, tetapi pada kenyataannya dalam pelaksanaan Suscatin hanya dihadiri oleh salah satu pihak dari calon pengantin, baik laki-laki atau perempuan saja. Tapi tindak lanjut yang dilakukan KUA Sukarame ini tidak ada, karena walaupun hanya catin lakilaki atau catin perempuan saja yang hadir mereka tetap melaksanakan kegiatan Sucatin dan diakhiri dengan pemberian sertifikat Suscatin kepada calon pengantin. Permintaan sebagai syarat tuntutan pengetahuan agama bagi petugas (Narasumber) calon pengantin, dituntut memiliki kemampuan pengetahuan agama tentang kehidupan berumah tangga, untuk memenuhi tuntutan kemampuan dalam pengetahuan agama maka KUA Sukarame melakukan indentifikasi petugas yang dianggap memiliki pengetahuan, setalah itu ditetapkan sebagai petugas (narasumber) Suscatin. Kegiatan Suscatin yang dilaksanakan tidak boleh keluar dari peraturan perundangan yang berlaku, yakni perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, dalam perundangan perkawinan, perkawinan dikatakan sah, apabila perkawinan dilaksanakan menurut hukum agama yang dianut catin masingmasing sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

69 Mencermati peraturan perundang-undangan tersebut diatas menunjukkan bahwa, perkawinan yang sah harus sesuai dengan agama catin masing-masing, ini berarti KUA memberikan layanan pernikahan bagi seluruh agama dan kepercayaan yang ada. Mereka yang melakukan pernikahan secara sah, maka mereka tercatat di KUA sebagai pasangan yang sah menurut peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan Suscatin membicarakan tentang hak dan kewajiban suami isteri, suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Hak dan kedudukan isteri seimbang dengan suami dalam kehidupan berumah tangga dan bermasyarakat. Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga. Suami isteri harus mempunyai tempat tinggal yang tetap, saling mencintai, saling menghormati, setia lahir dan batin. Kewajiban suami melindungi isterinya dan mencari nafkah, kewajiban isteri mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Secara umum tatacara dan prosedur Suscatin bila dilihat dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai prosedur yang ada, hanya saja ketika pelaksanaan Suscatin yang seharusnya dihadiri oleh kedua calon pengantin, tetapi dalam pelaksanaan Suscatin sering terjadi pasangan yang hadir hanya dihadiri oleh salah satu pihak catin (laki-laki/perempuan) saja, meskipun hanya dihadiri oleh salah satu pasangan pelaksanaan Suscatin tetap berlangsung dan berakhir dengan pembagian sertifikat.

70 Suscatin yang hanya dihadiri oleh salah satu calon pengantin, mengakibatkan pemahaman agama yang disampaikan petugas maka berakibat kurangnya pemahaman kepada catin, ketika peserta Suscatin yang hadir hanya salah satunya maka proses pemahaman keagamaan bagi calon pengantin, hanya dapat dipahami oleh calon pengantin yang hadir, sedangkan bagi calon pengantin yang tidak hadir pengetahuan keagamaannya dipertanyakan. Sahnya suatu perkawinan menurut peraturan perundang-undangan, apabila dilaksanakan menurut agama dan kepercayaan masing-masing, dalam perundangan ini dapat dipahami bahwa perkawinan yang sah bila perkawinan calon pengantin dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut, artinya bila beragama Islam dilakukan sesuai dengan aturan agama Islam, Kristen sesuai dengan agama Kristen, Katolik dengan agama katolik dan sebagainya. Selain itu perkawinan sesuai dengan perundangan yang berlaku harus tercatat di KUA sebagai pasangan suami isteri yang telah menikah. Evaluasi kemajuan yang dilakukan KUA Sukarame, dengan mengadakan rapat satu kali dalam satu bulan, yang melibatkan semua pegawai atau petugas KUA, evaluasi dilaksanakan secara rutin setiap bulannya. Tetapi KUA Sukarame dalam mengevaluasi kemajuan belum ditemukan upaya perbaikan yang dilakukan, misalnya salah satu catin tidak mengikuti kegiatan Suscatin, dampaknya pemahaman pengetahuan keagamaan dari pasangan pengantin tidak sama.

71 Selain itu evaluasi kemajuan yang dilakukan KUA Sukarame bila dilihat secara konsep, memiliki jarak yang terlalu dekat, sedangkan idealnya organisasi melakukan evaluasi kemajuan setidaknya tiga bulan sekali, enam bulan sekali, atau sembilan bulan sekali. Perlu dipahami bahwa evaluasi kemajuan bertujuan untuk melihat suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sudah berjalan sesuai dengan rencana tindakan (standar) atau belum, dan untuk mengambil tindakan evalusi dari hasil evaluasi yang dilakukan (tindakan manajerial). Tahapan perencanaan yang dilakukan KUA Sukarame berupa menetapkan tujuan, membuat rencana tindakkan, dan mengevaluasi kemajuan, KUA Sukarame sesungguhnya dalam melakukan evaluasi kemajuan kegiatan Suscatin di dalamnya sudah terdapat penilaian kinerja secara menyeluruh, seharusnya dengan mengadakan tahap evaluasi kemajuan setiap bulannya, KUA Sukarame dapat mengembangkan kegiatan Suscatin pada bulan-bulan berikutnya, artinya ada peningkatan-peningkatan yang dilaksanakan dalam rencana kegiatan Suscatin, tetapi di KUA Sukarame belum melakukan upaya pengembangan kegiatan Suscatin. Pengembangan atau peningkatan rencana kegiatan yang seharusnya ada dari hasil evaluasi, dikatakan oleh Hani Handoko dan L. Daft, sebagai tahap pengembangan serangkaian kegiatan (tahap keempat). Mengembangakan serangkaian kegiatan menurut Hani Handoko sebagai tahapan keempat, setelah mengidentifikasi kemajuan dan hambatan, maka dibuat upaya untuk mengembangkan kegiatan Suscatin, tetapi di KUA Sukarame setelah mengevaluasi kemajuan atau mengidentifikasi kemajuan dan hambatan

72 belum melakukan upaya pengembangan kegiatan Suscatin, maka KUA seharusnya setelah mengevaluasi kemajuan, langkah berikutnya melakukan identifikasi kemajuan dan hambatan kegiatan Suscatin, dengan tahap selanjutnya membuat pengembangan rencana tindakan Suscatin. B. Proses Perencanaan Tugas dalam Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin. Setiap tahapan perencanaan di dalamnya terdapat proses dari tahapan perencanaan itu sendiri, proses perencanaan dimulai ketika organisasi membuat rencana organisasi secara keseluruhan, dengan menentukan visi dan tujuan organisasi dengan jelas. Kemudian proses penerjemahan sebuah rencana dengan membuat rencan dan sasaran taktis, memetakan strategi, membuat rencana kontingensi dan skenario, serta membentuk membentuk tim intelijen. Proses ketiga dengan merencanakan operasi melalui pembuatan tujuan dan rencana operasional, memilih ukuran dan target, menentukan tujuan abadi, dan membuat perencanaan krisis. Proses keempat dalam setiap tahap perencanaan dengan melaksanakan rencana berupa manajemen berbasis sasaran, panel instrumen kinerja, rencana sekali pakai, dan tanggung jawab terdesentralisasi. Proses terakhir setiap tahapan berupa proses memonitor dan mempelajari, dengan cara mengevaluasi perencanaan dan mengevaluasi operasi. KUA Sukarame dalam melakukan proses perencanaan mencakup proses sebagai berikut: tahap menetapkan tujuan dilakukan dengan proses membuat rencana, tujuan yang telah disusun oleh kementerian agama dilaksanakan KUA,

73 sehingga KUA melaksanakan sebagian tujuan dalam bidang keagamaan ditingkat kecamatan. Rencana yang dibuat dengan cara penentuan visi dan misi, serta menetapkan tujuan Suscatin. Tetapi KUA Sukarame dalam menentukan visi, misi dan penetapan tujuan Suscatin belum pernah dilakukan, KUA Sukarame selama ini masih menjalankan visi, misi dan tujuan Suscatin yang telah ditetapkan oleh kementerian agama dan masih bersifat umum. Padahal sesungguhnya dalam menetapkan visi, misi dan tujuan harusnya dilakukan oleh pegawai dan petugas KUA Sukarame. Proses selanjutnya yang dilakukan KUA Sukarame dengan menerjemahkan rencana, setelah visi, misi dan tujuan Suscatin ditetapkan oleh pusat maka KUA Sukarame membuat rencana tindakan dalam pelaksanaan Suscatin, dengan menentukan hari pelaksanaan Suscatin, waktu pelaksanaan Suscatin, tempat pelaksanaan Suscatin, dan nasasumber yang ditentukan oleh KUA Sukarame, dengan menyampaikan materi-materi yang telah ditetapkan oleh Dirjen Bimas Islam. Artinya apa yang dilaksanakan oleh KUA Sukarame dengan tujuan kementerian kementerian agama. Pelaksanaan Suscatin ini telah dilaksanakan oleh KUA Sukarame selama dua tahun terakhir. KUA Sukarame kemudian melakukan proses rencana kegiatan selanjutnya dengan merencanakan operasi (kegiatan Suscatin), dalam merencanakan operasi KUA Sukarame telah membuat rencana tujuan dan rencana operasional, dengan menetapkan pelaksanaan Suscatin yang dilaksanakan pada hari kamis, berdurasi selama dua jam, narasumber yang telah ditentukan oleh KUA Sukarame yakni

74 kepala KUA Sukarame, penyuluh agama, penyuluh Suscatin dan P3N, materi yang disampaikan berupa hak dan kewajiban suami isteri. Padahal dalam aturan Dirjen Bimas Islam pelaksanaan Suscatin ini dilaksanakan selama 24 jam, kemudaian dalam Suscatin ada materi reproduksi kesehatan, dan psikologi perkawinan dan keluarga, tetapi dalam proses pelaksanaan rencana KUA Sukarame hal-hal tersebut tidak dilaksanakan, dalam proses evaluasi KUA Sukarame dilakukan saat ditemukan persoalan-persoalan, langsung diadakannya evaluasi dalam bentuk rapat. Proses perencanaan pada tahapan kedua melalui pembuatan rencana kegiatan, dengan membuat rencana tindakkan tatacara dan prosedur perkawinan. sebagai langkah awal proses perencanaan, KUA Sukarame membuat rencana tindakan dengan cara pemohon (calon pengantin) datang kekelurahan terlebih dahulu, kemudian ke-kua mendaftar sebagai pasangan calon pengantin, dan untuk mengikuti pelaksananaan Suscatin. Proses dalam menerjemahkan rencana tindakan oleh KUA dengan menganjurkan catin untuk mendatangi kelurahan, mengambil blanko nikah, setelah catin mendapatkan blanko dari kelurahan, maka catin datang langsung ke KUA untuk menyerahkan blanko tersebut, kemudian catin mengikuti kegiatan Suscatin pranikah, sebagai bukti catin yang telah mengikuti kegiatan Suscatin, pasangan catin akan memperoleh sertifikat suscatin.

75 Calon pengantin yang melaksanakan rencana operasi tindakan yang telah dibuat KUA, dengan mendatangi kelurahan untuk mendapatkan blanko nikah yaitu blanko N1, N2, N4 dan N6 (janda atau duda), blanko tersebut diserahkan ke KUA yaitu sebagai pendaftaran syarat nikah, catin juga harus mengikuti pelaksanaan kegiatan Suscatin pranikah yang dilaksanakan oleh KUA, tiga hari sebelum menikah catin diberikan informasi oleh KUA untuk dapat mengikuti pelaksanaan Suscatin, pemberian informasi tersebut melalui via telephone atau via sms, suscatin yang telah mengikuti pelaksanaan Suscatin berhak mendapatkan sertifikat sebagai bukti otentik. Tetapi dalam pelaksanaan rencana tindakan, Suscatin tetap berlangsung meskipun calon pengantin yang hadir, ada beberapa calon pengantin yang hadir hanya sebelah pihak saja (laki-laki/ perempuan). Meskipun demikian KUA Sukarame belum melakukan tindak lanjut dari kehadiran sebelah pihak calon pengantin. Padahal dalam proses perencanaan ada yang namanya memonitor dan memepelajari, yakni mengevaluasi perencanaan dan mengevaluasi operasi, di KUA Sukarame proses tatacara dan prosedur perkawinan dalam mengevaluasi perencanaan belum dilaksanakan oleh KUA Sukarame. Proses perencanaan KUA Sukarame, dalam perencanaan pengetahuan agama petugas Suscatin, KUA Sukarame melakukan tindakan memilih orang yang dianggap mampu memiliki pengetahuan agama, KUA Sukarame mengumpulkan nama-nama yang mereka anggap mampu dan memiliki pengetahuan agama tersebut, kemudian KUA Sukarame memilah-memilah orang yang memiliki

76 pengetahuan agama yang benar-benar matang, orang yang terpilih lalu ditetapkan sebagai petugas (narasumber) Suscatin. Proses perencanaan selanjutnya dengan memperbanyak membaca buku-buku yang ada di perpustakaan KUA Sukarame, buku-buku tersebut tentunya tentang perkawinan, undang-undang (UU) perkawinan, fiqih munakahat dan lain-lain. Sebagian lagi ada yang mengikuti proses pembinaan dari Kementerian Agama. KUA Sukarame juga membentuk tim intelijen untuk petugas Suscatin, yang kemudian tim tersebut direkomendasikan kepada kementerian Agama untuk diseleksi. Apabila kementerian Agama menyetujui tim yang telah dibentuk KUA, maka petugas tersebutlah yang ikut serta mensukseskan pelaksanaan Suscatin. Proses perencanaan dalam mengevaluasi perencanaan dan mengevaluasi operasi pengetahuan agama, KUA Sukarame juga belum melakukannya. Proses perencanaan yang dilaksanakan oleh KUA Sukarame, yaitu permintaan yang dijadikan sebagai syarat Undang-undang perkawinan dan keluarga, yaitu pernikahan itu sah, apabila dilaksanakan menurut agama yang dianut dan kepercayaan masing-masing.

77 Dari penjelasan diatas maka tahapan dan proses perencanaan yang dilaksanakan oleh KUA Sukarame dapat disimpulkan sebagai berikut: Tujuan Suscatin Menjadi keluarga yang Sakinah Mawaddah Warrahmah