Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NIAT MAHASISWA KOS UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TEMBALANG SEMARANG ABSTRACT

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

ABSTRACT. :Perception, PKPR, Adolescents Participation.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

HUBUNGAN PAPARAN SIARAN TRAXGRADE YOUR AWARENESS DI RADIO 90.2 TRAX FM SEMARANG TERHADAP PENGETAHUAN MENGENAI HIV AIDS PADA SISWA SMAN 1 KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG UPAYA PREVENTIF PENULARAN HIV/AIDS PADA SISWA DI SMA STELLA DUCE 1 YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

INTISARI HUBUNGAN PENGETAHUAN MASYARAKAT RT 06 DAN 07 DUSUN II TERHADAP KEPATUHAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA BUMI JAYA KECAMATAN PELAIHARI

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI KELURAHAN BULUSAN, KECAMATAN TEMBALANG, KOTA SEMARANG

SKRIPSI IDENTIFIKASI PERILAKU MAHASISWA HOMOSEKSUAL (GAY) TERHADAP UPAYA PREVENTIF HIV& AIDS

Perilaku Ibu Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita. Mother Relationship With Events Nutrition Behavior In Children

UNIVERSITAS UDAYANA LUH GD. DWI KARTIKA PUTRI

DWI AGUNG RIYANTO* ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PERCAYA DIRI DAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN MUTU HIDUP ODHA DI PADANG TAHUN Mohanis 1, Haspita Rizki Syurya Handini 1

UNIVERSITAS UDAYANA PERILAKU PENDIDIK KESEHATAN DALAM MELAKUKAN MEDICAL CHECKUP UNTUK DETEKSI DINI MASALAH KESEHATAN DI

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Pasien dan Praktik Petugas Pasien BPJS Dengan Waktu Pelayanan Rawat Jalan Diloket Di RSUD Dr. Adhyatma, MPH Semarang Tahun 2016

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA ATLET BASKET PUTRA UNIVERSITAS X DI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

HEALTH BELIEF MODEL. (Teori Kepercayaan Kesehatan)

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

PENGARUH PERAN WARGA PEDULI AIDS TERHADAP DISKRIMINATIF PADA ODHA

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKUDENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI DUSUNPRINGWULUNG, CONDONG CATURDEPOK SLEMAN.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

ABSTRAK KUALITAS HIDUP KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP OBESITAS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA SISWA SMA DI KECAMATAN BATURRADEN DAN PURWOKERTO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE BAYI DI PUSKESMAS JUMPANDANG BARU MAKASSAR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

ABSTRACT. Keywords: Supervisory Swallowing Drugs, Role of Family, Compliance Drinking Drugs, Tuberculosis Patients ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HIV/AIDS DAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA LAKI-LAKI MAN 1 MEDAN TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH NUR AZIZAH NIM :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU KE ANAK (PPIA)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP

ABSTRAK PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ANGKATAN 2010 TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM WARGA PEDULI AIDS DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI KELURAHAN PETERONGAN, KOTA SEMARANG Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Koresponden : ferdiannizaar2@gmail.com ABSTRACT HIV / AIDS is a health problem that spread rapidly through sex, injecting drugs or blood transfusions. Government and society should have a good cooperation to control HIV/AIDs cases. One form of this cooperative effort is the program Warga Peduli AIDS (WPA). This research subjected to Peterongan Village community because in this village are WPA, and also there was some prostitution bussiness. The purpose of this research is to analyze the relationship between subject s perception of the Warga Peduli AIDS program with preventive action of HIV/AIDS s transmission in Peterongan. This research use quantitative with cross sectional approach. The population of this research is Peterongan Village community with 8245 people and the samples taken as many as 105 people using accidental sampling technique. Sources of research data using primary data and secondary data. This research use univariate and bivariate data analysis with Chi Square test (significance level 0.05). 50.5% respondent s age is 44 years and respondents who have a job is 56%. The majority of respondent s income is less than the minimum wage (72.4%) and respondents with low education levels is 64.8%. Respondents with high perceived susceptibility is 69.5%, 66,7% respondent have high perceived seriousness, 61.9% have high perceived benefit and 50.5% have high perceived barrier. Chi Square test results showed that the variables age, level of education, knowledge, perceived susceptibility, perceived seriousness, and the perceived benefit of having a relationship with the preventive behavior of HIV / AIDS transmission (p<0,05). Economic income and perceived barrier have no significant relationship with the preventive behavior of HIV / AIDS transmission. Keywords : Perception, Warga Peduli AIDS, HIV/AIDS, preventif behavior PENDAHULUAN HIV/AIDS menjadi pandemi di tingkat global dengan berbagai dampak yang merugikan, baik dampak kesehatan, sosial ekonomi, maupun politik. 1 Pada tahun 2012 terdapat sekitar 35,3 juta orang di dunia hidup dengan HIV/AIDS dan 1,6 juta orang meninggal akibat AIDS. 2 Di Indonesia sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014, jumlah kumulatif kasus HIV sebanyak 150.296 kasus, sedangkan kasus AIDS mencapai 55.799 kasus. 3 Di 927

Kota Semarang dari tahun ke tahun terdapat kasus baru HIV, secara kumulatif dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 2661 kasus HIV dan 414 kasus AIDS. 4 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS, Masyarakatdapatberperansertadala mupayapenanggulangan HIV dan AIDS dengancaraseperti mempromosikanperilakuhidupsehat, meningkatkanketahanankeluarga, mencegahterjadinya stigma dandiskrimasiterhadap orang terinfeksi HIV dankeluarga, sertaterhadapkomunitaspopulasikun ci, membentukdanmengembangkanwa rgapeduli AIDS, danmendorongwargamasyarakat. MATERI DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan analisis teknik kuantitatif dan pendekatan Cross Sectional 6.Pendekatan Cross Sectional yaitu dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian penelitian analitik berupaya meneliti antara variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis antara persepsi masyarakat terhadap program Warga Peduli AIDS dengan perilaku pencegahan penularan yang berpotensi. 5 melakukanperbuatanberi sikotertular HIV untukmemeriksakandirikefasilitaspel ayanan KTS. Peraturan ini yang kemudian menjadi landasan terbentuknya Warga Peduli AIDS. Di Kota Semarang, Program Warga Peduli Aids pertama kali dilaksanakan pada tahun 2009 di Kelurahan Peterongan. Rumah Sehat Kelurahan Peterongan ini merupakan Program WPA percontohan di Kota Semarang. Namun sejak Rumah Sehat Kelurahan Peterongan ini berdiri banyak hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya. Salah satu hambatannya adalah masyarakat kurang mendukung program WPA akan tetapi belum diketahui faktor apa saja yang mengakibatkan kurangnya dukungan warga Peterongan terhadap program WPA. HIV/AIDS di Kelurahan Peterongan, Kota Semarang. Penelitian ini melakukan pengukuran pada variabel bebas (independen) dan terikat (dependen) kemudian menganalisis data yang terkumpul untuk mencari antar variabel. Subyek penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Peterongan dengan jumlah populasi sebanyak 8245 orang dan sampel yang diambil sebesar 105 orang. Variabel penelitian : a. Variabel bebas (Independent variable) variabel bebas dalam penelitian ini adalah variabel demografi seperti umur, pekerjaan, tingkat pendidikan. Variabel psikososial yaitu tingkat pendapatan, variabel struktural yaitu pengetahuan masyarakat tentang Program Warga Peduli AIDS, persepsi individu yaitu 928

perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit, dan perceived barrier. b. Variabel terikat (Dependent variable) variabel terikat HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Uji Hubungan Variabel p-value Keterangan Bebas Umur Responden p=0,001 Ada Tingkat P=0,052 Tidak ada Pendapatan Responden Tingkat Pendidikan p=0,000 Ada Responden Pengetahuan Responden p=0,000 Ada Perceived Susceptibilty p=0,002 Ada Perceived Severity P=0,012 Ada Perceived p=0,001 Ada Benefit Perceived Barrier p=0,370 Tidak ada Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwaresponden yang memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 57,1% sedangkan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik sebesar 42,9%.Pada penelitian ini responden pada kategori umur dewasa tengah ( 43 tahun ) sebesar 51,4%, dan responden pada kategori umur dewasa awal ( < 43 tahun ) sebesar 48,6%.Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ( SMP) sebanyak 60% sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (<SMP) sebanyak 40 %.Mayoritas dalam penelitian ini adalah perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kelurahan Peterongan, Kota Semarang. responden (53,3%) merupakan ibu rumah tangga, 20 % responden bekerja wiraswasta, 14,3% responden bekerja sebagai pedagang, 10,5% bekerja di swasta, dan sisanya bekerja sebagai buruh, WPS, dan PNS.Responden berpendapatan rendah (<UMR) sebesar 72,4% sedangkan 27,6% berpendapatan tinggi ( UMR). Perilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 57,1% sedangkan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang kurang baik sebesar 42,9%. Penelitian ini menggunakan teori Health Belief Model (HBM) untuk mengetahui antara persepsi masyarakat terhadap program Warga Peduli AIDS dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di Kelurahan Peterongan, Kota Semarang. Teori HBM ini didasarkan pada empat elemen persepsi individu, yaitu kerentanan yang dirasa (perceived susceptibility), keseriusan yang dirasa (perceived severity), manfaat yang didapat (perceived benefit) dan hambatan yang didapat (perceived barrier). Empat elemen tersebut secara langsung juga dipengaruhi oleh variabel demografi (umur dan tingkat pendidikan), psikososial 929

(tingkat pendapatan) dan struktural (pengetahuan). 7 Hasil penelitian pada masyarakat Kelurahan Peterongan ini menunjukkan beberapa faktor yang ber dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS masyarakat antara lain umur responden (p=0,000), tingkat pendidikan responden (p=0,000), pengetahuan mengenai program Warga Peduli AIDS (p=0,000), keyakinan terhadap kerentanan penularan HIV/AIDS (perceived susceptibilty) (p=0,002), keyakinan terhadap keseriusan akibat penyakit AIDS (perceived severity) (p=0,012), dan keyakinan terhadap manfaat program Warga Peduli AIDS (perceivedbenefit) (p=0,001). Sedangkan faktor yang tidak ber dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada masyarakat yaitu tingkat pendapatan repsonden (p=0,052) dan keyakinan terhadap hambatan ketika mengikuti program Warga Peduli AIDS (P=0,370). Berdasarkan hasil penelitian ini, secara umum perilaku baik responden dalam pencegahan HIV/AIDS kemungkinan disebabkan oleh umur responden dewasa awal, tingkat pendidikan yang tinggi, pengetahuan yang baik tentang Warga Peduli AIDS, dan tingginya persepsi individu (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefit). Variabel Demografi Karakteristik responden yang diteliti pada penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Umur merupakan jumlah tahun yang terhitung sejak subjek penelitian dilahirkan sampai saat pengambilan data dihitung. Responden dalam penelitian ini sebagian berada pada kelompok umur dewasa tengah ( 43 tahun) yaitu sebanyak 51,4%, sedangkan responden pada kelompok umur dewasa awal (<43 tahun) sebanyak 48,6%. Responden kelompok umur dewasa awal maupun tengah sama-sama memiliki risiko tertular HIV/AIDS.Berdasarkan hasil uji Chi Square Test diketahui bahwa terdapat yang signifikan antara umur responden dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p= 0,001). Namun, analisis tabel silang menunjukkan bahwa responden dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang baik dan berumur dewasa awal (<43 tahun) sebanyak 74,5 % lebih besar daripada responden yang perilaku pencegahan HIV/AIDS baik dan umurnya dewasa tengah ( 43 tahun) yaitu sebanyak 40,7 %. Hal ini disebabkan karena umur dewasa awal merupakan masa peningkatan mobilitas sosial. Salah satu kondisi yang memudahkan peningkatan mobilitas sosial yaitu peran aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal responden. Terdapat 2 (dua) kategori tingkat pendidikan, yaitu tingkat pendidikan rendah (<SMP) dan tingkat pendidikan tinggi ( SMP). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di masyarakat Kelurahan Peterongan di Kota 930

Semarang dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebesar 60% lebih besar daripada responden dengan tingkat pendidikan rendah yaitu 40%. Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan responden untuk menghasilkan pendapatan dan dapat mencukupi kebutuhan seharihari.pada penelitian ini diketahui,mayoritas responden (53,3%) merupakan ibu rumah tangga, 20% responden bekerja wiraswasta, 14,3% responden bekerja sebagai pedagang, 10,5% bekerja di swasta, dan sisanya bekerja sebagai buruh, WPS, dan PNS. Pendapatan ialah jumlah nominal yanng diperoleh rata-rata dalam mencukupi kebutuhan seharihari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan keluarga kurang dari UMR sebesar 72,4 % lebih besar daripada responden yang memiliki pendapatan sama atau lebih dari UMR yaitu 27,6%. Variabel Struktural Pada penelitian ini responden yang memiliki pengetahuan tentang WPA baik sebanyak 48,6%, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tentang WPA kurang sebanyak 51,4%. Pengetahuan merupakan salah satu faktor pada diri seseorang yang dapat mempengaruhi suatu tindakan atau perilaku. Seperti pendapatrosenstock dalam teori HBM, kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung dari penilaian ancaman serta pertimbangan keuntungan dan kerugiannya yang sangat dipengaruhi oleh variabel struktural yaitu pengetahuan tentang permasalahan kesehatan. 8 Pengetahuan dibidang kesehatan merupakan satu hal yang penting sebelum timbulnya perilaku kesehatan, akan tetapi perilaku kesehatan tidak akan muncul kecuali adanya dorongan yang kuat sehingga mampu menggerakkan seseorang untuk berperilaku. 9 Berdasarkan uji Chi Square Test diketahui bahwa terdapat antara pengetahuan responden tentang Warga Peduli AIDS dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=0,000). Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki pengetahuan kesehatan yang baik maka dia akan memiliki dasar atau acuan yang digunakan untuk melakukan suatu perilaku kesehatan. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan kesehatan yang kurang, akan cenderung kurang mempertimbangkan perilakunya sehingga perilaku kesehatannya kurang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan tentang WPA maka perilaku pencegahan HIV/AIDS semakin baik, hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki pengetahuan WPA yang baik maka dia memiliki dasar atau acuan yang digunakan untuk melakukan suatu perilaku pencegahan HIV/AIDS. Variabel Psikososial 931

Pendapatan ialah jumlah nominal yanng diperoleh rata-rata dalam mencukupi kebutuhan seharihari. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pendapatan keluarga kurang dari UMR sebesar 72,4 % lebih besar daripada responden yang memiliki pendapatan sama atau lebih dari UMR yaitu 27,6%. Menurut Rosenstock dalam teori HBM, menyatakan bahwa kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung dari penilaian ancaman serta pertimbangan keuntungan dan kerugiannya yang sangat dipengaruhi oleh variabel psikososial yaitu tingkat pendapatan. 9 Hasil uji Chi Square Test, diketahui bahwa tidak terdapat yang signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=0,052). Perilaku pencegahan HIV/AIDS dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pengetahuan HIV/AIDS. Di Kelurahan Peterongan, pengetahuan tentang HIV/AIDS bisa didapatkan dari program WPA yang tidak mengeluarkan biaya. Perilaku pencegahan HIV/AIDS pun tidak memerlukan biaya, seperti contoh setia pada pasangan, melakukan tes VCT, memastikan kesterilan jarum suntik, tidak memakain jarum bersama, mencari dan menyebarkan informasi tentang HIV/AIDS. Jadi, perilaku pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan oleh semua orang dari berbagai tingkat ekonomi. Perceived Susceptibilty Perceived Susceptibilty pada penelitian ini adalah keyakinan masyarakat terhadap kerentanan akan kemungkinan terjadinya penularan HIV/AIDS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden (69,5%) memiliki tingkat perceived susceptibilty tinggi atau terkategori merasa rentan terhadap penularan HIV/AIDS. Pada responden yang menunjukkan perceived susceptibilty terkategori tidak merasa rentan sebanyak 30,5% responden. Dalam teori Health Belief Model (HBM) menyatakan bahwa seseorang memiliki perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan) yang berarti persepsi individu tentang kemungkinan terkenanya suatu penyakit akan mempengaruhi perilaku individu tersebut untuk melakukan pencegahan atau mencari pengobatan. Mereka yang merasa dapat terkena penyakit tersebut akan lebih cepat merasa terancam. Seseorang akan bertindak untuk mencegah penyakit bila ia merasa bahwa sangat mungkin terkena penyakit tersebut. Kerentanan dirasakan setiap individu berbeda tergantung persepsi tentang risiko yang dihadapi individu pada suatu keadaan tertentu. 9. Berdasarkan hasil uji Chi Square Test, diketahui bahwa terdapat antara perceived susceptibility atau keyakinan responden terhadap kerentanan akan kemungkinan terjadinya penularan HIV/AIDS dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=0,002). 932

Hal ini disebabkan karena seseorang yang merasa rentan akan kemungkinan tertularnya HIV/AIDS, maka akan melakukan tindakan atau perilaku yang dapat mencegah tertular HIV/AIDS. Perceived Severity Perceived Severity pada penelitian ini adalah keyakinan masyarakat terhadap keseriusan yang diakibatkan oleh penyakit AIDS. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden (66,7%) memiliki tingkat perceived severity tinggi atau terkategori merasa takut akan dampak dari penyakit AIDS. Pada responden yang menunjukkan perceived severity terkategori rendah atau tidak merasa takut sebanyak 33,3% responden. TeoriHealth Belief Model menyatakan bahwa melakukan suatu tindakan dalam mencegah terjadinya suatu penyakit maupun mencari pengobatan dipengaruhi oleh perceived severity yaitu persepsi keparahan/keseriusan yang mungkin dirasakan bila menderita suatu penyakit. Persepsi ini merupakan pandangan individu tentang beratnya penyakit yang akan diderita. Keseriusan ini ditambah dengan akibat dari suatu penyakit misalnya kematian, pengurangan fungsi fisik dan mental, kecacatan dan dampaknya terhadap kehidupan sosial. 9 Berdasarkan hasil uji Chi Square Test, diketahui bahwa terdapat antara perceived severity atau keyakinan responden terhadap keseriusan akibat dari penyakit AIDS dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=0,012).hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki persepsi keparahan/keseriusan yang mungkin dirasakan bila menderita AIDS, maka akan melakukan tindakan atau perilaku yang dapat mencegah tertular HIV/AIDS. Perceived Benefit Perceived benefit merupakan keyakinan terhadap manfaat ketika mengikuti program Warga Peduli AIDS (WPA). Hasil penelitian ini menunjukkan 61,9 % responden memiliki tingkat perceived benefit tinggi atau terkategori merasa yakin akan manfaat program Warga Peduli AIDS sedangkan responden yang memiliki tingkat perceived benefit rendah sebesar 38,1%. Teori Health Belief Model menyatakan bahwa dalam melakukan suatu tindakan pencegahan maupun pengobatan penyakit akan dipengaruhi oleh perceived benefit. Individu akan mempertimbangkan apakah suatu alternatif memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit, persepsi ini juga ber dengan ketersediaan sumberdaya sehingga tindakan ini mungkin dilaksanakan. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari kelompoknya/masyarakat. 9 Berdasarkan hasil uji Chi Square Test, diketahui bahwa terdapat antara perceived benefit atau keyakinan responden terhadap manfaat mengikuti program Warga Peduli AIDS dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS(p=0,001).Hal 933

ini dikarenakan seseorang yang meyakini bahwa program WPA bermanfaat dalam mengurangi ancaman HIV/AIDS maka akan melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS melalui kegiatan-kegiatan program WPA. Perceived Barrier Perceived barrier merupakan keyakinan responden terhadap hambatan ketika mengikuti program Warga Peduli AIDS (WPA). Hasil penelitian ini menunjukkan 50,5 % responden memiliki tingkat perceived barrier tinggi atau terkategori merasa yakin akan hambatan mengikuti program Warga Peduli AIDS sedangkan responden yang memiliki tingkat perceived barrier rendah sebesar 49,5 %. Menurut teori Health Belief Model menyatakan bahwa dalam melakukan suatu tindakan pencegahan maupun pengobatan penyakit akan dipengaruhi oleh perceived barrier. Individu akan mempertimbangkan apakah suatu pengorbanan memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit. Suatu perilaku akan lebih mudah dilakukan ketika keyakinan akan hambatan yang dirasa lebih kecil daripada keyakinan akan manfaat yang dirasa. 9 Hasil uji Chi Square Test, diketahui bahwa tidak terdapat antara perceived barrier (keyakinan responden terhadap hambatan mengikuti program Warga Peduli AIDS) dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS (p=0,370). Adanya hambatan atau tidak ketika mengikuti program WPA dalam upaya pencegahan HIV/AIDS tidak akan mempengaruhi seseorang melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS. Kemungkinan seseorang melakukan perilaku pencegahan HIV/AIDS dikarenakan faktor lain, seperti keyakinan akan kerentanan HIV/AIDS, keseriusan dampak AIDS, dan manfaat mengikuti program WPA. Kesimpulan Responden yang memiliki perilaku pencegahan HIV/AIDS baik sebesar 57,1 %. Faktor-faktor yang ber dengan perilaku pencegahan HIV/AIDS yaitu umur responden, tingkat pendidikan responden, pengetahuan responden, perceived susceptibilty, perceived severity, danperceived benefit.berdasarkan karakteristik responden, yaitu responden pada umur dewasa tengah ( 43 tahun) sebesar 51,4 %, 46,7% responden tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, berpendapatan rendah sebesar 72,4 %, dan 60 % responden memiliki tingkat pendidikannya tinggi. 51,4%responden memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai program Warga Peduli AIDS, sebagian besar responden memiliki perceived susceptibiltytinggi,perceived severity tinggi, perceived benefit tinggi, dan perceived barrier tinggi. 934

Kepustakaan 1. Ayu PRR. Efektifitas United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) Menangani HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2009-2012. Jom FISIP. 2014;2(1):1-10. 2. UNAIDS. UNAIDS World AIDS Day Report 2012. Geneva; 2012. 3. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Statistik Kasus HIV/AIDS Di Indonesia Dilapor S/d September 2014.; 2014:794-796. 4. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013. Semarang; 2013. 5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang Penanggulangan HIV Dan AIDS. Indonesia; 2013:1-31. 6. Lapau B. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia; 2012. 7. Karen G. Health Behaviour and Health Education. San Fransisco: Jossey-Publisher; 1990:39-62 8. Becker MH. The Health Belief Model and Personal Health Behavior. (B. C, ed.). New Jersey: Slack Inc.Thorofare; 1974 9. Notoatmodjo S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. 935