BAB I PENDAHULUAN. Balita masih tinggi. Angka Kematian Bayi dan Balita yang tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

Oleh : Wawan Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan menurun. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Menurunkan Angka Kematian Anak dan meningkatkan Kesehatan Ibu. adalah dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. AKI yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi, gangguan sistem peredaran darah,

SISTEM STUDI TENTANG. Disusun Oleh SRI III GIZI FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi. Hasil Survey

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. pula 1 lahir mati. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia, trauma kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua dari delapan tujuan Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEKAMBUHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PEKALONGAN SELATAN SKRIPSI

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Eka Fitriani, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT ISPA PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Tingginya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT ISPA PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, tentunya banyak menghadapi masalah kesehatan masyarakat (Rihardi, 2006).

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. karena berbagai penyebab baik langsung maupun tidak langsung. Kematian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang. mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: DELIFIANI HIDAYATI J

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan tempat bidan bekerja (Soepardan & Hadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita masih tinggi. Angka Kematian Bayi dan Balita yang tinggi menunjukkan bahwa kesejahteraan individu dan masyarakat di Indonesia masih rendah. Anak balita merupakan golongan yang rentan terhadap masalah kesehatan (Raksanagara, 2007). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan target pembangunan Millenium Development Goals (MDG s). Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mencapai 35 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKBA) mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005). Gangguan kesehatan yang terjadi pada balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan baik pada masa balita maupun masa berikutnya, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita dapat dilihat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat badannya. Untuk mengetahui keadaan balita sehat, maka perlu ditimbang setiap bulannya di 1

2 Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. Setiap posyandu memiliki buku laporan dan setiap penimbangan balita dicatat dalam register penimbangan (Depkes RI, 2005). Posyandu sebenarnya merupakan program pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup ibu dan bayi, namun kenyataannya pemanfaatan posyandu oleh masyarakat belum maksimal. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur tahun 2009 jumlah balita di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2009 sebesar 1.950.972 dengan cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 78,09% dan jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan (N/D) mencapai 70,10% (Dinkes Jawa Timur, 2009). Sementara itu cakupan penimbangan balita (D/S) di Kabupaten Ngawi pada dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 mengalami kenaikan dengan rata-rata kehadiran 59%, tetapi belum memenuhi target cakupan (65%). Sedangkan puskesmas dengan cakupan paling rendah di Kabupaten Ngawi pada tahun 2011 adalah Puskesmas Widodaren (42%). Wilayah kerja Puskesmas Widodaren terdiri dari 13 desa dan terdapat 65 posyandu. Jumlah balita di Puskesmas Widodaren pada tahun 2011 sebanyak 14.295 balita dengan balita yang dibawa ke posyandu untuk ditimbang sebesar 4.725 balita (38%), sedangkan target yang dicanangkan adalah 65% atau 9.294 balita. Berdasarkan data-data di atas menunjukan bahwa pemanfaatan posyandu oleh masyarakat belum maksimal. Soetejo (2006) menuturkan bahwa kegiatan penimbangan balita di posyandu merupakan perilaku penting yang harus dipahami oleh orang tua, sedangkan perilaku tersebut timbul dari keberhasilan pendidikan masyarakat

3 sehingga menghasilkan perilaku kesehatan yang positif. Sadiman (2002) menuturkan bahwa pendidikan kesehatan memiliki peranan utama dalam mengubah dan menguatkan faktor-faktor perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program kesehatan. Notoatmodjo (2003) mengemukakan faktor-faktor perilaku ada tiga yaitu; (1) faktor predisposisi, seperti pengetahuan, individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat; (2) faktor pendukung, seperti tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya; dan (3) faktor-faktor pendorong, seperti sikap dan perilaku petugas kesehatan. Notoadmodjo (2003) membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive) untuk mengukur pengetahuan, b) afektif (affective) untuk mengukur sikap, c) psikomotor (psychomotor) untuk mengukur keterampilan. Smith (Notoatmodjo, 2003) menguraikan bahwa ranah kognitif berkembang melalui suatu proses yaitu mengingat, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Yamin (2008) menuturkan dalam bukunya apabila semua tingkat pada ranah kognitif sudah dapat diterapkan secara merata dan terus menerus digunakan maka akan menghasilkan ranah afektif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Juni 2012 dengan melihat data dokumentasi kunjungan balita ke Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kabupaten Ngawi, menunjukkan 30% balita tidak datang ke posyandu untuk melakukan penimbangan. Rendahnya kedatangan balita ke

4 posyandu salah satunya disebabkan oleh sikap ibu yang kurang terhadap posyandu. Hal tersebut terlihat dari hasil wawancara dengan petugas Posyandu diperoleh keterangan bahwa alasan yang digunakan orang tua balita kenapa tidak membawa balitanya ke posyandu yaitu mereka menganggap balitanya sehat-sehat saja sehingga tidak perlu dibawa ke Posyandu, bahkan diantaranya memilih langsung memeriksakan anaknya ke Puskesmas, bidan desa atau dokter dengan alasan mereka menganggap bahwa tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan posyandu kurang memadai. Selanjutnya berdasarkan wawancara peneliti dengan 10 orang tua balita di Dusun Wotgaleh desa Walikukun menunjukkan bahwa keengganan mereka membawa balita ke posyandu disebabkan oleh kurang pahamnya orang tua tentang manfaat posyandu. Hasil wawancara menunjukan terdapat 5 orang menganggap bahwa asalkan balita mereka sehat dan tidak sakit, maka tidak perlu diperiksakan ke posyandu dan apabila balita mereka sakit, maka mereka akan membawa ke Puskesmas atau dokter. 5 orang tua lainnya mengemukakan bahwa mereka tidak perlu ke posyandu selama anaknya tidak sakit, karena pengalaman dari keluarga mereka sebelumnya bahwa tidak datang ke posyandu tidak menyebabkan anak mereka sakit. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap keaktifan mengikuti posyandu pada Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012.

5 B. Perumusan Masalah Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap keaktifan mengikuti posyandu Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu terhadap keaktifan mengikuti posyandu pada Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Posyandu pada ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012. b. Untuk mengetahui sikap ibu tentang kegiatan posyandu pada ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012. c. Untuk mengetahui tingkat keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu pada ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012.

6 d. Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap keaktifan mengikuti Posyandu pada ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Dusun Wotgaleh Desa Walikukun wilayah kerja Puskesmas Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi Tahun 2012. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti Mengimplementasikan teori yang dimiliki untuk diterapkan dalam kegiatan nyata tentang pentingnya kegiatan posyandu bagi balita dan ibu. b. Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai bahan pembanding sekaligus untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan menambah referensi yang sudah ada c. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bisa menambah serta meningkatkan pengetahuan tentang kegiatan posyandu. 2. Praktis Bagi petugas kesehatan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada petugas bahwa kegiatan posyandu pada ibu yang memiliki balita merupakan hal yang sangat penting dan banyak manfaatnya

7 sehingga mereka wajib memberi motivasi, membantu dan mengevaluasi dalam kegiatan tersebut. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang mobilisasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu Budi Supriyanto (2006) dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Dengan Keterlibatan Dalam Mobilisasi Dini Pada Pasien stroke di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Blora. Penelitian tersebut menggunakan desain analitik dengan sampel anggota keluarga pasien. Hasil penelitian adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan keterlibatan dalam mobilisasi sebesar 21,1%. Persamaan penelitain ini dengan penelitian yang dilaksanakan adalah samasama meneliti tingkat pengetahuan dan keaktifan ibu. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek pengetahuan dan keaktifan, dimana pada penelitian terdahulu adalah mobilisasi dini pasien stroke sedangkan pada penelitian yang akan diteliti obyeknya adalah kegiatan posyandu balita. Penelitian Dodi Eko Prasetyo Putro (2008) Hubungan antara pengetahuan dan sikap orang tua dengan cara pencegahan kekambuhan ISPA pada anak wilayah kerja Puskesmas Purwantoro 1. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan dengan upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada anak. Persamaan penelitain ini dengan penelitian yang dilaksanakan adalah sama-sama meneliti tingkat pengetahuan dan sikap ibu. Sedangkan perbedaannya terletak pada obyek pengetahuan dan sikap ibu, dimana pada penelitian terdahulu adalah

8 cara pencegahan kekambuhan ISPA pada anak, sedangkan pada penelitian yang akan diteliti obyeknya adalah kegiatan posyandu balita.