BAB IV PEMBAHASAN. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan keleluasaan kepada daerah, dalam menggali potensi pendanaan dalam

LAPORAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TAHUN ANGGARAN 2014 PER SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (dalam rupiah)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

BAB IV. Pembahasan. IV.1. Analisa Tingkat Efektifitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap. Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bekasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Timur

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERDA KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA 23 HLM, LD No 5

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kinerja Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lampung Tengah

REALISASI PAD KOTA DENPASAR TAHUN 2007

WALIKOTA TEGAL KEPUTUSAN WALIKOTA TEGAL NOMOR / 164 / 2011 TENTANG PENETAPAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memecahkan permasalahan yang diangkat. Namun tidak semudah dibayangkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 7 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014 BUPATI BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

PENGANTAR. Djoko Sartono, SH, M.Si Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR.%. TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Secara keseluruhan penerapan retribusi daerah DKI Jakarta pada tahun 2008-

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

INSTRUKSI WALIKOTA PEKALONGAN TAHUN 2000 S/D TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 385.TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kabupaten Bolaang Mongondow Utara

RETRIBUSI JASA USAHA 2011 PERDA KOTA PONTIANAK NO.1,LD.2011/NO

PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAPATAN PER-SKPD SEBELUM DAN SESUDAH P-APBD TA 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN /PENUNJUKAN SKPD PEMUNGUT RETRIBUSI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 09 Tahun 2012 Seri A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAD KOTA MALANG TAHUN 2007 s/d 2009

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

T A R G E T % LEBIH ( KURANG ) BULAN INI S.D BULAN LALU S.D BULAN INI

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

KODE REKENING PENDAPATAN PROVINSI

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

KATALOG PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TAHUN 1999 S.D 2007 DENGAN STATUS/APEK LEGALITASNYA NO NOMOR/TGL TENTANG SUMBER STATUS PERATURAN

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pembahasan Pendapatan Asli Daerah Secara umum pendapatan asli daerah Kota Tangerang terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah. Dibawah ini akan dijelaskan tentang bagaimana pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah selama tahun 2007 2009, dan bagaimana kontribusi sumber-sumbernya terhadap total pendapatan asli daerah. IV.1.1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Pertumbuhan dari masing-masing sumber pendapatan asli daerah Kota Tangerang selama tahun 2007 2009 cenderung bersifat fluktuatif. Selama tahun 2007 hingga 2009 ada sumber Pendapatan Asli Daerah yang mengalami pertumbuhan positif, negatif, ataupun mengalami keduanya. Pada Tabel IV.1 dibawah ini akan ditampilkan tingkat pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2007 2009: 43 43

44

Secara keseluruhan pendapatan asli daerah mengalami pertumbuhan yang cukup stabil pada tahun 2007 hingga 2009 sebesar 16,18% dan 6,45%. Jika dirata-ratakan pendapatan asli daerah Kota Tangerang mengalami pertumbuhan sebesar 7,54%. Pada tahun 2007 hingga tahun 2009, sumber pendapatan asli daerah yang mengalami pertumbuhan rata-rata paling tinggi hingga yang paling rendah yaitu lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, pajak daerah sebesar, retribusi daerah, dan penerimaan badan usaha milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pertumbuhan pendapatan pajak daerah cenderung mengalami pertumbuhan yang stabil dari tahun 2007 hingga 2009, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 5,09%. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2008, dimana pajak daerah mengalami peningkatan mencapai 10,65%. Peningkatan tersebut dipengaruhi pendapatan pajak hotel dan restoran dan pajak reklame yang mengalami peningkatan yang terbesar pada tahun tersebut. Walaupun pada tahun 2008 pendapatan pajak penerangan jalan umum mengalami penurunan sebesar -4,55%, namun hal itu tetap membuat pendapatan pajak daerah mengalami peningkatan. Retribusi Daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah yang mengalami pertumbuhan rata-rata kedua paling rendah setelah penerimaan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, yaitu sebesar 2,24%. Pada tahun 2008 Retribusi Daerah mengalami peningkatan sebesar -25,51% dan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -18,80%. Rendahnya pertumbuhan retribusi daerah pada tahun 2009 disebabkan oleh penurunan yang dialami hampir seluruh jenis retribusi daerah. Penurunan yang sangat besar dialami retribusi gudang, retribusi pemakaian kekayaan daerah, dan retribusi penggantian cetak KTP dan akte CASIP. Walaupun pada tahun 2009 ada 1 (satu) jenis retribusi yang baru diberlakukan yaitu retribusi pemakaian 45

kekayaan daerah (sewa lahan untuk reklame), namun jenis retribusi tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan retribusi daerah pada tahun 2009. Pendapatan hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengalami tingkat rata-rata pertumbuhan yang paling rendah, yaitu sebesar - 7,09%. Rendahnya penurunan rata-rata tersebut ditandai dengan penurunan yang cukup besar pada tahun 2008 yaitu sebesar -22,71%. Penurunan tersebut disebabkan menurunnya laba atas penyertaan modal /investasi kepada pihak ketiga. Laba atas penyertaan modal/investasi kepada pihak ketiga meningkat sehubungan dengan adanya penurunan pendapatan dividen PDAM yang cukup besar, meskipun pada tahun yang sama pendapatan dividen Bank Jabar dan pendapatan dividen PD Pasar mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan terbesar diberikan oleh lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yaitu sebesar 69,45%. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 139,21%. Hal tersebut dikarenakan penerimaan lain-lain pada lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mengalami peningkatan yang pesat pada tahun 2008, sehingga peningkatan penerimaan lain-lain tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Selain itu, pertumbuhan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah juga terjadi karena adanya penerimaan yang tidak diperoleh pada tahun sebelumnya, diantaranya penerimaan hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan pada tahun 2008 yang terdiri dari penjualan bahan-bahan bekas bangunan/lelang bangunan dan hasil penjualan kompos, denda atas keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, pendapatan dari hasil eksekusi atas jaminan, serta pendapatan dari pengembalian taspen. 46

Dengan tingginya pertumbuhan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan rendahnya pertumbuhan pajak daerah, retribusi daerah dan hasil perusahaan milik daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan, maka secara langsung akan mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah pada tahun-tahun berikutnya. IV.I.2. Kontribusi Jenis-Jenis Pendapatan Asli Daerah Terhadap Total Pendapatan Asli Daerah. Tingkat kontribusi sumber-sumber pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan asli daerah dapat diperoleh dengan cara membandingkan sumber-sumber pendapatan asli daerah dengan total pendapatan asli daerah. Setelah dibandingkan, maka akan diketahui sumber pendapatan asli daerah apa saja yang memberikan kontribusi terbesar dan terkecil terhadap total keseluruhan pendapatan asli daerah. Tinggirendahnya penerimaan masing-masing bagian dari sumber pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap tingkat kontribusi masing-masing sumber penerimaan pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan asli daerah. Dibawah ini akan ditampilkan tingkat kontribusi sumber-sumber pendapatan asli daerah terhadap total pendapatan asli daerah Kota Tangerang tahun 2007 2009: 47

48

Secara umum, setiap jenis pendapatan asli daerah memberikan kontribusi yang tidak merata terhadap total pendapatan asli daerah, dengan penerimaan pajak daerah memberikan kontribusi terbesar, jauh mengungguli ketiga sumber Pendapatan Asli Daerah lainnya. Dari sisi kontribusinya terhadap total pendapatan asli daerahnya, pada tahun 2007 hingga 2009 sumber penerimaan yang memberikan kontribusi rata-rata terbesar hingga terkecil terhadap total pendapatan asli daerah adalah pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dan hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kontribusi terbesar diberikan oleh sumber penerimaan pajak daerah, yaitu ratarata sebesar 67,42% terhadap total pendapatan asli daerah tahun 2007 hingga 2009. Nilai kontribusi tersebut menjadikan sumber penerimaan pajak daerah sebagai sumber pendapatan asli daerah yang memiliki kontribusi terbesar dalam periode 2007 hingga 2009. Walaupun selama periode tersebut penerimaan pajak daerah selalu mengalami penurunan, namun kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah tetap jauh lebih tinggi daripada sumber-sumber pendapatan asli daerah lainnya. Penerimaan retribusi daerah memberikan kontribusi yang tidak terlalu besar terhadap pendapatan asli daerah pada tahun 2007 hingga 2009. Hal tersebut dipengaruhi oleh dihapuskannya 10(sepuluh) jenis retribusi kota Tangerang pada tahun 2007, yaitu retribusi parkir tepi jalan umum, retribusi pasar, retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan, retribusi izin dispensasi jalan, retribusi penggantian biaya SIUP dan TDP, retribusi izin pengambilan air bawah tanah, retribusi ketenagakerjaan, retribusi izin tenaga kerja asing/dpkk, dan retribusi izin pembuangan limbah cair. 49

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah juga memberikan kontribusi yang kecil terhadap pendapatan asli daerah, yaitu dengan rata-rata sebesar 9,85%, diatas penerimaan hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pada tahun 2007 lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memberikan kontribusi sebesar 4,67%, namun pada tahun 2008 dan tahun 2009, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah memberikan kontribusi yang lebih baik sebesar 9,61% dan 15,27% dari total pendapatan asli daerah, sehingga lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dapat memberikan kontribusi rata-rata yang lebih tinggi. Penerimaan hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan memberikan kontribusi rata-rata paling rendah terhadap pendapatan asli daerah. Hal tersebut dipengaruhi oleh menurunnya kontribusi penerimaan hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan setiap tahunnya dari tahun 2007 hingga 2009 sebesar 8,77%, 5,83%, dan 5,56%. Rendahnya kontribusi tersebut juga ditunjukkan dengan sangat kecilnya kontribusi rata-rata yang diberikan oleh pendapatan dividen PD Pasar terhadap pendapatan asli daerah, yang kontribusinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan kedua sumber lainnya, yaitu pendapatan dividen dari Bank Jabar dan pendapatan dividen dari PDAM. IV.2. Pembahasan Retribusi Jasa Usaha Kota Tangerang Pemerintah Kota Tangerang mempunyai 6 (enam) jenis retribusi yang termasuk dalam retribusi jasa usaha, yaitu retribusi pasar grosir dan atau pertokoan, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi terminal, retribusi parkir khusus, retribusi penyedotan kakus, dan retribusi rumah potong hewan. Berikut ini akan dibahas tingkat pencapaian target dan pertumbuhan retribusi jasa usaha Kota Tangerang tahun 2007-2009, serta kontribusinya terhadap total retribusi daerah dan Pendapatan Asli Daerah. 50

IV.2.1. Tingkat Efektivitas Efektif sebagaimana dimaksud pada Permendagri nomor 13 tahun 2006 pasal 4(4) merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil. Sehingga, dari hasil perbandingan tersebut dapat ditentukan tingkat efektivitasnya. Untuk mengetahui tingkat efektivitas retribusi daerah jasa usaha, dapat diketahui dengan cara membandingkan antara target dan realisasi retribusi jasa usaha yang telah ditetapkan pemerintah. Semakin tinggi tingkat efektivitasnya, maka semakin baik pula kinerja pemungutan retribusinya. Target yang telah ditentukan pemerintah didasarkan oleh beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan agar realisasi yang dihasilkan tidak meleset terlalu jauh dari target. Pemerintah Daerah Kota Tangerang dalam hal ini Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Tangerang selalu menetapkan target untuk Pendapatan Asli Daerah khususnya retribusi daerah dengan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut: 1. Potensi penerimaan yang akan dihasilkan Potensi merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan. Potensi retribusi jasa usaha dapat diketahui dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada, seperti jumlah penduduk yang akan menjadi wajib retribusi, atau jumlah dan kualitas fasilitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk dikembangkan menjadi obyek retribusi. 2. Faktor Ekonomi Faktor Ekonomi sangat menentukan seberapa besar target yang akan ditetapkan. Faktor Ekonomi yang dimaksud adalah faktor ekonomi yang saat ini sedang 51

berkembang ataupun yang akan terjadi di masa yang akan datang yang akan mempengaruhi nilai realisasi. 3. Realisasi penerimaan pada tahun-tahun sebelumnya. Melihat realisasi penerimaan pada tahun sebelumnya merupakan langkah yang paling sederhana dibandingkan dengan kedua pertimbangan diatas. Jika pada tahun sebelumnya realisasi penerimaan mengalami penurunan, maka pada tahun setelah realisasi tersebut target dapat diturunkan, untuk menghindari rendahnya tingkat pencapaian targetnya. Ketiga hal tersebut diatas tentunya merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan dalam menetapkan target penerimaan retribusi jasa usaha demi mencapai realisasi yang selalu mencapai target dan mencapai tingkat efektivitas yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tiap tahunnya. Pada penelitian ini tingkat efektivitas yang dimaksud hanya berdasarkan pertimbangan dalam tingkat pencapaian targetnya. Untuk mengukur tingkat efektivitas retribusi jasa usaha Kota Tangerang, dapat digunakan rumus sebagai berikut: Efektivitas Realisasi Retribusi asa Usaha Target Retribusi asa Usaha x Setelah diketahui hasil perhitungan dari rumus diatas, maka dapat diklasifikasikan tingkat efektivitasnya sesuai dengan kriteria efektivitas menurut Gozzali Ar Rozaq (2010) sebagai berikut: a. Lebih dari 100% = sangat efektif. b. 90% - 100% = efektif. c. 80% - 90% = cukup efektif. 52

d. 60% - 80% = kurang efektif. e. Kurang dari 60% = tidak efektif. Tabel IV.3 Tingkat Efektivitas Retribusi Jasa Usaha Kota Tangerang Tahun 2007 No Jenis Efektivitas Target (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi (%) Kriteria Pemakaian 750.000.000,00 882.946.456,00 117,73 Sangat 1 Kekayaan Efektif Daerah 2 Terminal 1.600.000.000,00 1.635.453.600,00 102,22 Sangat Efektif 3 Parkir Khusus 902.000.000,00 942.902.000,00 104,53 Sangat Efektif 4 Penyedotan 112.500.000,00 133.215.000,00 118,41 Sangat Kakus Efektif 5 Rumah Potong 104.302.000,00 131.037.000,00 125,63 Sangat Hewan Efektif Total 3.468.802.000,00 3.725.554.056,00 107,40 Sangat Efektif Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Tabel IV.4 Tingkat Efektivitas Retribusi Jasa Usaha Kota Tangerang Tahun 2008 No Jenis Efektivitas Target (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi (%) Kriteria Pemakaian 1.164.357.350,00 1.081.683.716,00 92,90 Efektif 1 Kekayaan Daerah 2 Terminal 1.600.000.000,00 1.661.158.700,00 103,82 Sangat Efektif 3 Parkir Khusus 1.000.000.000,00 1.128.327.000,00 112,83 Sangat Efektif 4 Penyedotan 200.000.000,00 213.280.000,00 106,64 Sangat Kakus Efektif 5 Rumah Potong 104.302.000,00 143.395.000,00 137,48 Sangat Hewan Efektif Total 4.068.659.350,00 4.227.844.416,00 103,91 Sangat Efektif Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah 53

Tabel IV.5 Tingkat Efektivitas Retribusi Jasa Usaha Kota Tangerang Tahun 2009 No Jenis Efektivitas Target (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi (%) Kriteria Pemakaian 619.743.304,58 571.890.000,00 92,28 Efektif 1 Kekayaan Daerah 2 Terminal 1.810.662.983,00 1.373.496.200,00 75,86 Kurang Efektif 3 Parkir Khusus 1.229.876.430,00 800.026.700,00 65,05 Kurang Efektif 4 Penyedotan 232.475.200,00 232.025.000,00 99,81 Efektif Kakus 5 Rumah Potong 156.315.000,00 163.336.000,00 104,49 Sangat Hewan Efektif Total 4.049.072.917,58 3.140.773.900,00 77,57 Kurang Efektif Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Tabel IV.6 Tingkat Efektivitas Rata-Rata Retribusi Jasa Usaha Kota Tangerang Tahun 2007-2009 No Jenis Efektivitas Target (Rp) Realisasi (Rp) Retribusi (%) Kriteria Pemakaian 844.700.218,19 845.506.724,00 100,10 Sangat 1 Kekayaan Efektif Daerah 2 Terminal 1.670.220.994,33 1.556.702.833,33 93,20 Efektif 3 Parkir Khusus 1.043.958.810,00 957.085.233,33 91,68 Efektif 4 Penyedotan 181.658.400,00 192.840.000,00 106,16 Sangat Kakus Efektif Rumah Potong 121.639.667,67 145.922.666,67 119,96 Sangat 5 Hewan Efektif Total 3.862.178.089,19 3.698.057.457,33 95,75 Efektif Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Dari tabel IV.3, IV.4, IV.5 dan IV.6 diatas, secara keseluruhan tingkat efektivitas masing-masing jenis retribusi jasa usaha sudah efektif, dan hanya pada tahun 2009 saja 54

beberapa jenis retribusi jasa usaha mengalami tingkat efektivitas yang kurang efektif, yaitu retribusi terminal dan retribusi parkir khusus. Pada tahun 2007 semua jenis retribusi jasa usaha mencapai tingkat efektivitas yang tertinggi, dimana semua jenis retribusi daerah sudah sangat efektif. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2007, pemungutan dan pengelolaan retribusi jasa usaha Kota Tangerang sudah dilakukan secara optimal dan efektif, sehingga kelima sumber penerimaan retribusi jasa usaha selalu mencapai dan melebihi target. Pada tahun 2008, keseluruhan penerimaan retribusi jasa usaha masih sangat efektif, walaupun tidak semua penerimaan retribusi jasa usaha mencapai target. Penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah hanya mencapai realisasi 92,9% dari target, namun hal tersebut tidak mempengaruhi kriteria retribusi jasa usaha pada tahun 2008 yang sangat efektif. Pada tahun 2009 secara keseluruhan retribusi jasa usaha kurang efektif dibandingkan dua tahun sebelumnya, dimana hanya retribusi rumah potong hewan yang sangat efektif dan mencapai target. Penerimaan retribusi terminal dan retribusi parkir khusus merupakan retribusi yang kurang efektif. Kedua jenis retribusi jasa usaha tersebut hanya mencapai realisasi sebesar 75,86% dan 65,05% dari target. Sedangkan, jenis retribusi pemakaian kekayaan daerah dan retribusi penyedotan kakus berkriteria efektif. Jika dirata-ratakan dari masing-masing penerimaan retribusi jasa usaha dari tahun 2007 hingga tahun 2009, penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi penyedotan kakus, dan retribusi rumah potong hewan adalah penerimaan retribusi yang sangat efektif, sedangkan 2 (dua) jenis retribusi lainnya efektif. Berdasarkan perhitungan 55

diatas juga dapat diketahui bahwa hanya penerimaan retribusi rumah potong hewan yang merupakan retribusi yang sangat efektif di setiap tahunnya. IV.2.2. Tingkat Pertumbuhan Retribusi jasa usaha merupakan salah satu golongan retribusi yang selalu mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Fluktuasi yang terjadi pada retribusi jasa usaha setiap tahunnya dapat mencerminkan berbagai kondisi yang dialami oleh masing-masing jenis retribusi golongan jasa usaha itu sendiri. Untuk mengukur tingkat pertumbuhan retribusi jasa usaha dapat menggunakan rumus berikut ini: n (n ) n ) x Keterangan: P Xn X(n - 1) = Pertumbuhan = Realisasi Tahun Saat ini = Realisasi Tahun Sebelumnya Hasil Perhitungan dari rumus tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: 56

57

Dari tabel IV.4 diatas, secara keseluruhan retribusi jasa usaha mengalami pertumbuhan yang cenderung fluktuatif dan kurang stabil. Pada tahun 2008 retribusi jasa usaha mengalami peningkatan sebesar 13,48%, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -25,71%. Hal ini ditandai dengan penurunan tajam dari retribusi pemakaian kekayaan daerah. Jenis retribusi jasa usaha yang mengalami pertumbuhan rata-rata terbesar hingga yang paling rendah adalah retribusi penyedotan kakus sebesar 22,96%, retribusi rumah potong hewan sebesar 7,78%, retribusi parkir khusus sebesar -3,14%, retribusi terminal sebesar -5,25% dan retribusi pemakaian kekayaan daerah sebesar -8,21%. Secara keseluruhan retribusi jasa usaha mengalami perkembangan yang beragam. Selama tahun 2007 hingga tahun 2009, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi terminal, dan retribusi parkir khusus mengalami peningkatan dan penurunan, sedangkan penerimaan retribusi penyedotan kakus dan retribusi rumah potong hewan yang selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, kelima jenis retribusi jasa usaha mengalami pertumbuhan positif, yang artinya tidak ada jenis retribusi jasa usaha yang mengalami penurunan pada tahun 2008. Pertumbuhan yang sangat besar dialami retribusi penyedotan kakus sebesar 60,10 diikuti retribusi pemakaian kekayaan daerah sebesar 22,51%, retribusi parkir khusus sebesar 19,67%, retribusi rumah potong hewan sebesar 9,43% dan retribusi terminal sebesar 1,57%. Pada tahun 2009, beberapa jenis retribusi jasa usaha mengalami pertumbuhan yang negatif, yaitu retribusi pemakaian kekayaan daerah sebesar -47,13%, retribusi parkir khusus sebesar -29,10%, dan retribusi terminal sebesar -17,32%. Sedangkan hanya dua jenis retribusi jasa usaha yang mengalami pertumbuhan positif, yaitu retribusi 58

rumah potong hewan sebesar 13,91% dan retribusi penyedotan kakus sebesar 8,79%. Hal ini menunjukkan bahwa retribusi jasa usaha Kota Tangerang mengalami kondisi yang berbanding terbalik dengan pertumbuhan di tahun 2008 yang selalu mengalami pertumbuhan positif. IV.2.3. Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Total Retribusi dan Pendapatan Asli Daerah Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi retribusi jasa usaha terhadap total retribusi daerah, dapat menggunakan rumus sebagai berikut: ontribusi enerimaan Retribusi asa Usaha x Total Retribusi Hasil persentase dari rumus tersebut dapat menentukan seberapa besar tingkat kontribusi yang diberikan masing-masing penerimaan retribusi daerah terhadap total retribusi. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel IV.8 Tingkat Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Retribusi Daerah Kota Tangerang Tahun 2007 No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Total Retribusi Daerah (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 882.946.456,00 3,41 2 Terminal 1.635.453.600,00 6,32 3 Parkir Khusus 942.902.000,00 3,64 25.883.814.246,00 4 Penyedotan Kakus 133.215.000,00 0,52 5 Rumah Potong Hewan 131.037.000,00 0,50 Total 3.725.554.056,00 14,39 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 59

Tabel IV.9 Tingkat Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Retribusi Daerah Kota Tangerang No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Tahun 2008 Total Retribusi Daerah (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 1.081.683.716,00 3,33 2 Terminal 1.661.158.700,00 5,11 3 Parkir Khusus 1.128.327.000,00 3,47 32.487.536.469,00 4 Penyedotan Kakus 213.280.000,00 0,66 5 Rumah Potong Hewan 143.395.000,00 0,44 Total 4.227.844.416,00 13,01 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 Tabel IV.10 Tingkat Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Retribusi Daerah Kota Tangerang No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Tahun 2009 Total Retribusi Daerah (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 571.890.000,00 2,17 2 Terminal 1.373.496.200,00 5,21 3 Parkir Khusus 800.026.700,00 3,03 26.381.132.771,00 4 Penyedotan Kakus 232.025.000,00 0,88 5 Rumah Potong Hewan 163.336.000,00 0,62 Total 3.140.773.900,00 11,91 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 60

Tabel IV.11 Tingkat Kontribusi Rata-Rata Retribusi Jasa Usaha Terhadap Rata-Rata Retribusi No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Daerah Kota Tangerang Tahun 2007 2009 Total Retribusi Daerah (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 845.506.724,00 2,99 2 Terminal 1.556.702.833,33 5,51 3 Parkir Khusus 957.085.233,33 3,39 28.250.827.828,67 4 Penyedotan Kakus 192.840.000,00 0,68 5 Rumah Potong Hewan 145.922.666,67 0,52 Total 3.698.057.457,33 13,09 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 Dari tabel IV.8, IV.9, IV.10, IV.11 diatas, secara keseluruhan retribusi jasa usaha cenderung memberikan kontribusi yang sangat rendah terhadap pendapatan asli daerah selama tahun 2007 2009. Rata-rata kontribusi retribusi jasa usaha terhadap retribusi daerah mulai dari yang terbesar hingga terkecil antara lain retribusi terminal, retribusi parkir khusus, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi penyedotan kakus dan retribusi rumah potong hewan. Secara umum tidak ada perbedaan mencolok pada kontribusi retribusi jasa usaha secara keseluruhan dan kontribusi masing-masing kontributor dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Sehubungan dengan pembahasan kontribusi retribusi jasa usaha terhadap total retribusi daerah, maka akan berpengaruh pula terhadap pendapatan asli daerah kota Tangerang. Untuk menghitung kontribusi retribusi jasa usaha terhadap pendapatan asli daerah, dapat menggunakan rumus sebagai berikut: ontribusi enerimaan Retribusi asa Usaha endapatan Asli aerah x 61

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, maka akan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel IV.12 Tingkat Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2007 No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Total PAD (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 882.946.456,00 0,56 2 Terminal 1.635.453.600,00 1,04 3 Parkir Khusus 942.902.000,00 0,60 156.523.829.302,02 4 Penyedotan Kakus 133.215.000,00 0,09 5 Rumah Potong Hewan 131.037.000,00 0,08 Total 3.725.554.056,00 2,38 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 Tabel IV.13 Tingkat Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2008 No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Total PAD (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 1.081.683.716,00 0,59 2 Terminal 1.661.158.700,00 0,91 3 Parkir Khusus 1.128.327.000,00 0,62 181.850.256.965,61 4 Penyedotan Kakus 213.280.000,00 0,12 5 Rumah Potong Hewan 143.395.000,00 0,08 Total 4.227.844.416,00 2,32 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 62

Tabel IV.14 Tingkat Kontribusi Retribusi Jasa Usaha Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2009 No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Total PAD (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 571.890.000,00 0,30 2 Terminal 1.373.496.200,00 0,71 3 Parkir Khusus 800.026.700,00 0,41 193.575.745.112,00 4 Penyedotan Kakus 232.025.000,00 0,12 5 Rumah Potong Hewan 163.336.000,00 0,08 Total 3.140.773.900,00 1,62 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 Tabel IV.15 Kontribusi Rata-Rata Retribusi Jasa Usaha Terhadap Rata-Rata Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Tahun 2007 2009 No Jenis Retribusi Realisasi (Rp) Total PAD (Rp) Kontribusi (%) 1 Pemakaian Kekayaan Daerah 845.506.724,00 0,48 2 Terminal 1.556.702.833,33 0,88 3 Parkir Khusus 957.085.233,33 0,54 177.316.610.459,88 4 Penyedotan Kakus 192.840.000,00 0,11 5 Rumah Potong Hewan 145.922.666,67 0,08 Total 3.698.057.457,33 2,09 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 Dari tabel IV.12, IV.13, IV.14, IV.15 diatas, secara keseluruhan kontribusi retribusi jasa usaha terhadap pendapatan asli daerah selalu mengalami penurunan selama tahun 2007 2009. Retribusi jasa usaha cenderung memberikan kontribusi yang sangat rendah terhadap pendapatan asli daerah, hanya berkisar dibawah 2% selama tahun 2007 63

2009. Rata-rata retribusi jasa usaha yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah dari yang terbesar hingga terkecil antara lain retribusi terminal, retribusi parkir khusus, retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi penyedotan kakus, dan retribusi rumah potong hewan. Rendahnya kontribusi retribusi jasa usaha ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu lebih giat dan kreatif dalam pengelolaannya untuk meningkatkan penerimaan setiap jenis retribusi jasa usaha, agar dapat lebih berkontribusi terhadap pendapatan asli daerah. Pada penelitian ini kontribusi retribusi jasa usaha terhadap retribusi daerah dan pendapatan asli daerah tidak dijelaskan berdasarkan jenis-jenisnya disebabkan secara umum tidak ada perbedaan mencolok pada kontribusi masing-masing retribusi jasa usaha dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Rendahnya tingkat kontribusi jasa usaha terhadap retribusi daerah dan pendapatan asli daerah dipengaruhi oleh masalah-masalah antara lain: 1. Terbatasnya jumlah petugas retribusi daerah yang memungut retribusi jasa usaha. 2. Sosialisasi kebijakan pemerintah mengenai retribusi jasa usaha masih kurang. 3. Fasilitas dan infrastruktur yang mendukung pemungutan retribusi masih sangat terbatas. 4. Kurangnya perencanaan yang matang dalam menentukan lokasi pemungutan retribusi jasa usaha. 5. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan jasa yang diberikan pemerintah. 6. Kurangnya pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan retribusi jasa usaha. 64

IV.3. Pembahasan Efektivitas dan Pertumbuhan Retribusi Jasa Usaha Berdasarkan Jenis-Jenis Retribusinya IV.3.1. Tingkat Efektivitas Efektivitas suatu jenis retribusi sebagaimana definisi efektif menurut Permendagri nomor 13 tahun 2006 pasal 4(4), dapat ditentukan dengan cara membandingkan antara target dan realisasinya. Dari tingkat pencapaian realisasi terhadap target retribusi jasa usaha tersebut dapat ditentukan tingkat efektivitasnya. Pada bagian dibawah ini akan dijelaskan tentang pembahasan tingkat efektivitas setiap jenis retribusi jasa usaha Kota Tangerang tahun 2007 2009 yang analisis datanya telah dihitung dan diuraikan pada bagian sebelumnya. IV.3.1.1. Tingkat Efektivitas Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Selama tahun 2007 hingga 2009 target yang ditetapkan pemerintah daerah untuk retribusi pemakaian kekayaan daerah merupakan target yang tertinggi ketiga setelah retribusi terminal dan parkir khusus. Terbatasnya fasilitas yang dimiliki pemerintah yang dapat digunakan oleh masyarakat menjadi salah satu hal yang mempengaruhi besarkecilnya target yang ditetapkan. Pada grafik dibawah ini akan ditampilkan perbandingan antara target dan realisasi retribusi pemakaian kekayaan daerah: 65

Grafik IV.1 Target dan Realisasi Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Kota Tangerang Tahun 2007-2009 1.164.357.350,00 1.081.683.716,00 882.946.456,00 750.000.000,00 619.743.304,58 571.890.000,00 2007 2008 2009 Target Realisasi Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Dari besarnya target dan realisasi diatas, dapat dibandingkan antara keduanya sehingga dapat ditentukan tingkat efektivitasnya. Perkembangan tingkat efektivitas retribusi pemakaian kekayaan daerah dapat dilihat pada grafik IV.2 berikut ini: Grafik IV.2 Tingkat Efektivitas Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Kota Tangerang Tahun 2007-2009 140,00% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 117,73% 92,90% 92,28% Rata-rata = 100,97% 2007 2008 2009 Sumber : DPKAD Kota Tangerang, data diolah 66

Selama tahun 2007 hingga tahun 2009, penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah dapat dikatakan sangat efektif. Pada tahun 2007 retribusi pemakaian kekayaan daerah mencapai tingkat efektivitas sebesar 117,73%, kemudian dua tahun berikutnya penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah tidak mencapai target yaitu sebesar 92,90% dan 92,28%. Walaupun pada tahun 2008 dan tahun 2009 penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah tidak mencapai target 100%, namun jika dirataratakan tingkat pencapaian target dari tahun 2007 hingga tahun 2009, maka akan mencapai tingkat efektivitas rata-rata sebesar 100,97%, atau tergolong sangat efektif. Selama tiga tahun retribusi pemakaian kekayaan daerah terbilang sangat efektif dikarenakan adanya kesadaran yang cukup tinggi bagi wajib retribusi untuk membayar retribusinya saat akan menggunakan atau memanfaatkan kekayaan daerah selama tahun 2007 hingga 2009, khususnya pada tahun 2007. Pada tahun 2009 sebenarnya terjadi penurunan realisasi pada penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah, namun sebelum tahun 2009 pemerintah daerah telah mengetahui potensi penerimaan retribusinya akan semakin berkurang, sehingga pada penetapan targetnya, pemerintah daerah menetapkan target yang lebih rendah daripada target di tahun sebelumnya. IV.3.1.2. Tingkat Efektivitas Retribusi Terminal Selama tahun 2007 hingga 2009 target yang ditetapkan pemerintah daerah untuk retribusi terminal merupakan target yang tertinggi dibandingkan dengan keempat jenis retribusi jasa usaha lainnya. Banyaknya perusahaan jasa transportasi bus dan angkutan umum di Kota Tangerang adalah salah satu hal yang mempengaruhi tingginya target yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pada grafik dibawah ini akan ditampilkan perbandingan antara target dan realisasi retribusi terminal: 67

Grafik IV.3 Target dan Realisasi Retribusi Terminal Kota Tangerang Tahun 2007 2009 1.635.453.600,00 1.661.158.700,00 1.600.000.000,00 1.600.000.000,00 1.810.662.983,00 1.373.496.200,00 2007 2008 2009 Target Realisasi Sumber: DPKAD Kota Tangerang Dari besarnya target dan realisasi diatas, dapat dibandingkan antara keduanya sehingga dapat ditentukan tingkat efektivitasnya. Perkembangan tingkat efektivitas retribusi terminal selama tahun 2007 hingga 2009 dapat dilihat pada grafik IV.4 berikut ini: Grafik IV.4 Tingkat Efektivitas Retribusi Terminal Kota Tangerang Tahun 2007 2009 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 102,22% 103,82% 75,86% Rata-rata = 93,96% 0,00% 2007 2008 2009 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah 68

Selama tahun 2007 hingga tahun 2009, penerimaan retribusi terminal dapat dikatakan relatif efektif. Pada tahun 2007 dan 2008 retribusi terminal tergolong sangat efektif dengan tingkat efektivitas sebesar 102,22%, dan 103,82%. Namun pada tahun 2009 penerimaan retribusi terminal merosot cukup tajam dalam hal tingkat efektivitasnya sebesar 75,86%, atau tergolong kurang efektif. Dengan rendahnya tingkat efektivitas pada tahun 2009 mengakibatkan tingkat efektivitas rata-rata penerimaan retribusi terminal menjadi 93,96% atau tergolong efektif, tidak seefektif penerimaan retribusi pemakaian kekayaan daerah. Selama tiga tahun retribusi terminal hanya tergolong efektif, yang dipengaruhi rendahnya pencapaian target pada tahun 2009 sebesar 75,86% atau tergolong kurang efektif. Rendahnya tingkat efektivitas tersebut disebabkan pada tahun 2009 Terminal Ciledug sudah tidak difungsikan lagi karena sudah dijadikan lahan pasar, sehingga berpengaruh besar terhadap tingkat efektivitas retribusi terminal pada tahun 2009. Selain itu, kondisi dan kinerja masing-masing terminal yang beroperasi di kota Tangerang juga berpengaruh terhadap tingkat efektivitas retribusi jasa usaha pada tahun 2009. Tingkat keramaian suatu terminal mempengaruhi pendapatan retribusi yang diperoleh. Saat ini Kota Tangerang memiliki 4 (empat) terminal yang menjadi titik orientasi angkutan umum, yaitu Terminal Poris Plawad, Cimone, Pasar Baru dan Cibodasari. Dari keempat terminal tersebut, Terminal Poris Plawad merupakan terminal yang kurang beroperasi secara maksimal dibandingkan ketiga terminal lainnya. Hal ini terlihat dari suasana terminal yang paling sepi diantara ketiga terminal lainnya. Sepinya Terminal Poris Plawad tersebut dipengaruhi oleh letak Terminal Poris Plawad yang kurang strategis dan jauh dari keramaian kota. Dengan sepinya Terminal Poris Plawad tersebut, maka dapat menyebabkan potensi pendapatan retribusi terminal menjadi kurang maksimal, dan 69

mengakibatkan realisasi pendapatan retribusi terminal menjadi jauh dibawah target yang telah ditetapkan Pemerintah Kota Tangerang, dan tergolong kurang efektif dari sisi efektivitasnya. IV.3.1.3. Tingkat Efektivitas Retribusi Parkir Khusus Selama tahun 2007 hingga 2009 target yang ditetapkan pemerintah daerah untuk retribusi parkir khusus merupakan target yang tertinggi kedua setelah retribusi terminal. Banyaknya lahan parkir yang dikelola oleh pemerintah daerah dan banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang tercatat di pemerintah daerah adalah salah satu hal yang mempengaruhi tingginya target yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pada grafik dibawah ini akan ditampilkan perbandingan antara target dan realisasi retribusi parkir khusus: Grafik IV.5 Target dan Realisasi Retribusi Parkir Khusus Kota Tangerang Tahun 2007-2009 942.902.000,00 902.000.000,00 1.128.327.000,00 1.000.000.000,00 1.229.876.430,00 800.026.700,00 2007 2008 2009 Target Realisasi Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Dari besarnya target dan realisasi diatas, dapat dibandingkan antara keduanya sehingga dapat ditentukan tingkat efektivitasnya. Perkembangan tingkat efektivitas 70

retribusi parkir khusus dari tahun 2007 hingga 2009 dapat dilihat pada grafik IV.6 berikut ini: Grafik IV.6 Tingkat Efektivitas Retribusi Parkir Khusus Kota Tangerang Tahun 2007-2009 120,00% 100,00% 80,00% 104,53% 112,83% Rata-rata = 94,14% 60,00% 65,05% 40,00% 20,00% 0,00% 2007 2008 2009 Sumber : DPKAD Kota Tangerang, data diolah Selama tahun 2007 hingga 2009, penerimaan retribusi parkir khusus dapat dikatakan cukup efektif. Seperti halnya retribusi terminal, pada tahun 2007 dan 2008 retribusi parkir khusus tergolong sangat efektif dengan tingkat efektivitas sebesar 104,53% dan 112,83%. Dengan tercapainya target pada tahun 2007 dan 2008, maka pemerintah daerah mengambil kebijakan untuk menaikkan target yang harus dicapai. Namun ketika target dinaikkan sebesar 23% pada tahun 2009, penerimaan retribusi parkir khusus pada tahun 2009 justru mengalami penurunan yang cukup tajam yang akhirnya tingkat pencapaian target menjadi jauh dari tercapai, sebesar 65,05% atau tergolong kurang efektif. Dengan rendahnya tingkat efektivitas pada tahun 2009 mengakibatkan tingkat efektivitas rata-rata penerimaan retribusi parkir khusus menjadi 94,14% atau hanya tergolong efektif. 71

Selama tiga tahun retribusi parkir khusus hanya tergolong efektif, yang dipengaruhi penurunan tajam pada tahun 2009 menjadi 65,05% dikarenakan ada beberapa kendala yang semakin berpengaruh terhadap rendahnya tingkat efektivitas retribusi parkir khusus, salah satunya adalah jumlah juru parkir liar atau preman parkir yang semakin banyak sehingga semakin sulit menghadapi juru parkir liar tersebut, yang menimbulkan penerimaan retribusi parkir khusus yang masuk ke kas daerah menjadi terhambat. Selain itu, rendahnya tingkat efektivitas retribusi parkir khusus pada tahun 2009 juga disebabkan beberapa lahan parkir yang ada telah dikelola perusahaan pengelolaan parkir swasta, yang pendapatannya merupakan obyek dari pajak atas penyelenggaraan parkir swasta. Pada tahun 2009, tempat khusus parkir yang dikelola pemerintah hanya terdapat di Komplek Pasar Anyar dan Komplek perkantoran Cikokol, sedangkan tempat parkir yang dikelola oleh pengelola parkir swasta semakin banyak sehubungan dengan didirikannya bangunan seperti mall dan pasar swalayan. Pada tahun 2009 realisasi penerimaan pajak atas penyelenggaraan parkir swasta mengalami peningkatan sebesar 11,97%, sehingga menyebabkan penerimaan retribusi parkir khusus berkurang sedangkan pajak atas penyelenggaraan parkir swasta mengalami peningkatan, seperti pada tabel berikut ini: Tabel IV.16 Perbandingan Realisasi Retribusi Parkir dan Pajak Parkir Kota Tangerang Retribusi parkir Pajak atas penyelenggaraan parkir swasta Tahun 2007 2009 Tahun Realisasi (Rp) Selisih (Rp) Selisih (%) 2008 1.128.327.000,00 2009 800.026.700,00-328.300.300,00-29,10% 2008 10.969.889.904,00 2009 12.282.524.075,00 1.312.634.171,00 11,97% Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 72

IV.3.1.4. Tingkat Efektivitas Retribusi Penyedotan Kakus Selama tahun 2007 hingga 2009 target yang ditetapkan pemerintah daerah untuk retribusi penyedotan kakus merupakan target yang terrendah kedua setelah retribusi rumah potong hewan. Walaupun jumlah perumahan dan gedung di Kota Tangerang terhitung banyak, namun jarangnya tingkat penggunaan jasa penyedotan kakus dari masing-masing perumahan dan gedung di Kota Tangerang mempengaruhi rendahnya target yang ditetapkan pemerintah daerah untuk retribusi penyedotan kakus. Pada grafik dibawah ini akan ditampilkan perbandingan antara target dan realisasi retribusi penyedotan kakus: Grafik IV.7 Target dan Realisasi Retribusi Penyedotan Kakus Kota Tangerang Tahun 2007 2009 232.025.000,00 213.280.000,00 200.000.000,00 232.475.200,00 133.215.000,00 112.500.000,00 2007 2008 2009 Target Realisasi Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Perkembangan tingkat efektivitas retribusi penyedotan kakus selama tahun 2007 hingga 2009 dapat dilihat pada grafik IV.8 berikut ini: 73

Grafik IV.8 Tingkat Efektivitas Retribusi Penyedotan Kakus Kota Tangerang Tahun 2007 2009 120,00% 115,00% 118,41% 110,00% 105,00% 100,00% 95,00% 106,64% Rata-rata: 108,29% 99,81% 90,00% 2007 2008 2009 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Selama tahun 2007 hingga 2009, retribusi penyedotan kakus dapat digolongkan sebagai retribusi yang sangat efektif. Walaupun selalu mengalami penurunan, namun retribusi penyedotan kakus selalu memberikan tingkat efektivitas yang tinggi selama tahun 2007 hingga 2009. Realisasi retribusi jasa usaha melebihi target pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 118,41% dan 106,64%, sedangkan pada tahun 2009 retribusi penyedotan kakus hampir mencapai target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 99,81%. Dengan tingkat pencapaian target atau tingkat efektivitas yang sangat tinggi selama tahun 2007 dan 2009, maka secara rata-rata tingkat efektivitas retribusi penyedotan kakus mencapai 108,29% atau tergolong sangat efektif. Tingginya tingkat efektivitas retribusi penyedotan kakus, banyak dipengaruhi oleh terus bertambahnya wajib retribusi penyedotan kakus sehingga realisasi penerimaannya juga terus bertambah. Penambahan wajib retribusi penyedotan kakus ini ditandai dengan kebijakan pemerintah daerah untuk memberikan pelayanan penyedotan kakus kepada masyarakat Kota Tangerang dan masyarakat diluar Kota Tangerang, 74

sehingga dengan adanya penambahan ini realisasi penerimaan retribusi penyedotan kakus meningkat. IV.3.1.5. Tingkat Efektivitas Retribusi Rumah Potong Hewan Selama tahun 2007 hingga 2009 target yang ditetapkan pemerintah daerah untuk retribusi rumah potong hewan sangat rendah dibandingkan dengan target pada keempat jenis retribusi lainnya. Rendahnya target retribusi rumah potong hewan ditetapkan pemerintah daerah dipengaruhi oleh pertimbangan jumlah fasilitas rumah potong hewan yang dimiliki pemerintah dan jumlah peternak di Kota Tangerang yang membuat potensi yang akan ditimbulkan dari penerimaan retribusi rumah potong hewan. Pada grafik dibawah ini akan ditampilkan perbandingan antara target dan realisasi retribusi rumah potong hewan: Grafik IV.9 Target dan Realisasi Retribusi Rumah Potong Hewan Kota Tangerang Tahun 2007 2009 131.037.000,00 143.395.000,00 163.336.000,00 156.315.000,00 104.302.000,00 104.302.000,00 2007 2008 2009 Target Realisasi Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah 75

Dari target dan realisasi tersebut, dapat dihitung perbandingannya untuk mengetahui tingkat efektivitasnya. Adapun perkembangan tingkat efektivitas retribusi rumah potong hewan selama tahun 2007 hingga 2009 dapat dilihat pada grafik IV.10 berikut ini: Grafik IV.10 Tingkat Efektivitas Retribusi Rumah Potong Hewan Kota Tangerang Tahun 2007 2009 160,00% 140,00% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 137,48% Rata-rata: 122,53% 125,63% 104,49% 2007 2008 2009 Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Retribusi rumah potong hewan merupakan retribusi yang tergolong sangat efektif, dimana jika dilihat pada tingkat efektivitas setiap tahunnya, jenis retribusi ini merupakan yang paling efektif atau yang selalu mencapai target yang telah ditetapkan setiap tahunnya. Besarnya tingkat efektivitas retribusi rumah potong hewan selama tahun 2007 hingga tahun 2009 adalah sebesar 125,63%, 137,48%, dan 104,49%. Dengan selalu tercapainya target retribusi rumah potong hewan maka dapat dihitung tingkat efektivitas rata-ratanya sebesar 122,53% atau tergolong sangat efektif. 76

Selama tiga tahun retribusi retribusi rumah potong hewan tergolong sangat efektif, yang disebabkan selama tahun 2007 hingga 2009 masyarakat Kota Tangerang khususnya dari kalangan pedagang dan peternak lebih memilih untuk menyembelih hewan ternaknya di rumah potong hewan yang disediakan pemerintah, dikarenakan fasilitas yang diberikan pemerintah daerah sudah cukup lengkap, yaitu disediakan tempat pemotongan serta disediakan kandang istirahatnya sebelum dipotong. Selain itu, tingkat kesadaran wajib retribusi untuk membayar retribusi sesuai tarif yang berlaku juga berpengaruh terhadap tingkat efektivitas retribusi rumah potong hewan. IV.3.2. Tingkat Pertumbuhan Selama tahun 2007 hingga 2009, retribusi jasa usaha di Kota Tangerang merupakan golongan retribusi yang mengalami pertumbuhan paling rendah dibandingkan dengan kedua golongan retribusi yang lainnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan dari masing-masing jenis retribusi golongan jasa usaha yang cenderung fluktuatif. Di bawah ini akan diuraikan pembahasan mengenai pertumbuhan retribusi jasa usaha berdasarkan sub-sub retribusinya. IV.3.2.1. Tingkat Pertumbuhan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi pemakaian kekayaan daerah merupakan jenis retribusi jasa usaha yang mengalami pertumbuhan rata-rata -8,21%, paling rendah sebesar diantara keempat jenis retribusi lainnya. Walaupun pada tahun 2007 hingga 2008 retribusi pemakaian kekayaan daerah mengalami pertumbuhan yang cukup besar sebesar 22,51%, namun tahun 2007-2008 mengalami penurunan yang sangat rendah sebesar -47,13. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 77

Grafik IV.11 Tingkat Pertumbuhan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Tahun 2007-2009 882.946.456,00 22,51% 1.081.683.716,00-47,13% rata-rata = -8,21% 571.890.000,00 2007 2008 2009 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah, 2011 Retribusi pemakaian kekayaan daerah mengalami penurunan yang cukup tajam pada tahun 2009 dikarenakan pada tahun 2009 ada beberapa pengurangan alat berat yang dapat disewakan kepada masyarakat luas khususnya kepada perusahaan di kota Tangerang. Pengurangan alat berat yang terjadi pada tahun 2009 terdiri dari alat untuk pembangunan jalan seperti mesin gilas, shovel loader, dan alat berat lainnya. Pengurangan tersebut terjadi disebabkan alat-alat berat yang sudah rusak atau tidak layak untuk disewakan. Selain pengurangan alat-alat berat yang dimiliki pemerintah kota Tangerang, rendahnya pertumbuhan retribusi pemakaian kekayaan daerah tahun 2009 juga disebabkan banyaknya pihak swasta yang menyediakan jasa penyewaan alat-alat berat dan gedung pertemuan pada tahun 2009, seperti PT. Centra Trio Mitra dan PT. Kharisma Esa Unggul di Cibodas untuk penyewaan alat berat, Gedung Jiwa Sraya di Cikokol, Gedung Graha Kirana di Cipondoh dan Gedung Heartline di Karawaci untuk penyewaan gedung pertemuan. 78

IV.3.2.2. Tingkat Pertumbuhan Retribusi Terminal Retribusi terminal merupakan jenis retribusi yang mengalami pertumbuhan ratarata sebesar -5,25%, kedua paling rendah setelah retribusi pemakaian kekayaan daerah. Besarnya penurunan retribusi terminal antara tahun 2008 dan 2009 sebesar -17,32% menjadi hal yang cukup mencolok dikarenakan rendahnya peningkatan retribusi terminal antara tahun 2007 dan 2008 sebesar 1,57%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik IV.12 Tingkat Pertumbuhan Retribusi Terminal Tahun 2007-2009 1,57% 1.635.453.600,00 1.661.158.700,00-17,32% rata-rata = -5,25% 1.373.496.200,00 2007 2008 2009 Retribusi Terminal Sumber: DPKAD Kota Tangerang Seperti halnya tingkat efektivitas, penurunan retribusi terminal pada tahun 2009 juga dikarenakan belum optimalnya pendapatan retribusi terminal dari masing-masing terminal yang ada di kota Tangerang. 79

IV.3.2.3. Tingkat Pertumbuhan Retribusi Parkir Khusus Retribusi parkir khusus merupakan jenis retribusi yang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar -3,14% atau ketiga paling rendah setelah retribusi pemakaian kekayaan daerah dan retribusi terminal. Penurunan yang cukup besar pada tahun 2009 sebesar - 29,10% sangat mempengaruhi rendahnya pertumbuhan rata-rata retribusi parkir khusus pada tahun 2009, walaupun pada tahun 2008 retribusi parkir khusus mengalami kenaikan sebesar 19,67%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini: Grafik IV.13 Tingkat Pertumbuhan Retribusi Parkir Khusus Tahun 2007 2009 942.902.000,00 19,67% 1.128.327.000,00-29,10% rata-rata = -3,14% 800.026.700,00 2007 2008 2009 Retribusi Parkir Khusus Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Seperti halnya tingkat efektivitas retribusi parkir, penurunan tajam retribusi parkir khusus pada tahun 2009 juga disebabkan beberapa kendala yang berpengaruh terhadap penurunan realisasi retribusi parkir khusus, antara lain sulitnya menghadapi juru parkir liar atau preman parkir yang semakin banyak beroperasi di Kota Tangerang dan beberapa lahan parkir di Kota Tangerang yang telah dikelola perusahaan 80

pengelolaan parkir swasta dan menjadi obyek dari pajak atas penyelenggaraan parkir swasta. IV.3.2.4. Tingkat Pertumbuhan Retribusi Penyedotan Kakus Retribusi Penyedotan Kakus merupakan jenis retribusi yang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 22,96%, paling tinggi diantara keempat jenis retribusi jasa usaha lainnya. Tingginya pertumbuhan retribusi penyedotan kakus dipengaruhi oleh peningkatan yang selalu dialami retribusi penyedotan kakus selama tahun 2007 hingga 2009, yaitu pada tahun 2008 sebesar 60,10% dan pada tahun 2009 sebesar 8,79%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik IV.14 Tingkat Pertumbuhan Retribusi Penyedotan Kakus Tahun 2007 2009 rata-rata = 22,96% 60,10% 213.280.000,00 8,79% 232.025.000,00 133.215.000,00 2007 2008 2009 Retribusi Penyedotan Kakus Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Peningkatan yang sangat besar pada tahun 2008 disebabkan adanya pengalihan lahan kosong yang sebagian besar berasal dari lahan perkebunan dan lahan pertanian untuk dibangun perkantoran, pusat perbelanjaan, pemukiman dan kawasan industri. 81

Dengan adanya pengalihan dan pembangunan tersebut maka pelayanan penyedotan kakus pun mengalami peningkatan sangat pesat, baik pelayanan yang langsung diberikan oleh pemerintah daerah ataupun pelayanan yang diberikan oleh badan hukum atau pihak swasta yang bergerak di bidang yang sama dan memiliki izin dari pemerintah daerah, yang berimbas pada meningkatnya penerimaan retribusi penyedotan kakus pada tahun 2008. IV.3.2.5. Tingkat Pertumbuhan Retribusi Rumah Potong Hewan Retribusi rumah potong hewan merupakan jenis retribusi yang mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 7,78%, atau paling besar kedua setelah retribusi penyedotan kakus. Sama seperti retribusi penyedotan kakus, retribusi rumah potong hewan merupakan retribusi yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun jika dilihat dari tingkat pertumbuhannya, tidak ada pertumbuhan yang mencolok pada tahun 2008 dan tahun 2009, pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 9,43% dan tahun 2009 sebesar 13,91%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini: 82

Grafik IV.15 Tingkat Pertumbuhan Retribusi Rumah Potong Hewan Tahun 2007 2009 rata-rata = 7,78% 9,43% 13,91% 163.336.000,00 131.037.000,00 143.395.000,00 2007 2008 2009 Retribusi Rumah Potong Hewan Sumber: DPKAD Kota Tangerang, data diolah Peningkatan yang konsisten terus dialami oleh retribusi rumah potong hewan. Seperti halnya penyebab tingkat pencapaian target retribusi rumah potong hewan, halhal yang menyebabkan peningkatan retribusi rumah potong hewan adalah meningkatnya permintaan para pedagang hewan ternak untuk memotong hewan ternaknya selain hewan unggas untuk konsumsi masyarakat luas. Selain itu, jumlah fasilitas rumah potong hewan dan kandang istirahat hewan ternak di Kota Tangerang juga terus ditambah keberadaannya untuk meningkatkan penerimaan retribusi rumah potong hewan. 83