BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran media saat ini sangat penting. Media menyajikan beragam informasi

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh. Nunung Susilowaty. Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum., Ph.D. ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran tentang membedakan fakta dan opini pada teks editorial/ tajuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk menghadapi perkembangan zaman dan informasi diperlukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tertentu sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

I. PENDAHULUAN. selain keterampilan menulis, berbicara, dan mendengar yang perlu dikuasai

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah SMP N 3 Bayat memiliki permasalahan dalam pembelajaran membaca

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis.

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia meliputi empat keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dan saling mengisi (Tarigan, 2013:1). Setiap keterampilan, erat. semakin cerah dan jelas pula jalan pemikiranya.

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut erat kaitannya satu sama lain. Keterampilan berbahasa diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. (sekolah) dewasa ini adalah rendahnya daya serap peserta didik (AR Ngalih,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangatlah penting, sebab pendidikan dapat diartikan sebagai proses. budi pekerti yang luhur serta moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN. grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu. dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. baru tersebut, maka badan bahasa bertindak menjadi agen perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diperoleh siswa secara rata-rata masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus dimiliki seseorang, karena menyimak dapat membantu seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan menulis seseorang akan mampu mengungkapkan segala pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu standar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

MEMBACA DAN PEMBELAJARANNYA 5. MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DNGAN

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses interaksi mengajar yang melibatkan

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis teks pidato pada hakikatnya menuangkan gagasan kedalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada masa lampau, sekarang, bahkan yang akan datang. Banyak. manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

L PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran media saat ini sangat penting. Media menyajikan beragam informasi yang dibutuhkan masyarakat. Melalui media cetak kita dapat menyerap berbagai informasi yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni dengan membaca surat kabar atau berlangganan surat kabar. Harjasujana Ahmad, dkk (1988:1.1) mengatakan bahwa membaca juga merupakan interaksi antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca memiliki kemampuan yang lebih baik. Membaca menjadi suatu kebutuhan karena kita dapat memperoleh pengetahuan. Sejalan dengan itu, Harjasujana Ahmad, dkk (1988:1.1) menegaskan kembali di dalam membaca terdapat istilah Proses Membaca untuk melukiskan hal yang terjadi pada waktu seseorang membaca. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam satu hal, istilah tersebut keliru, sebab sesungguhnya membaca itu bukanlah suatu proses tunggal. Membaca merupakan sintesis yang berkumpul pada suatu kegiatan tertentu. Oleh karena itu, membaca harus dipandang sebagai pengalaman yang aktif bukanlah yang pasif. Membaca termasuk salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia baik secara aktif maupun pasif. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang studi Bahasa Indonesia, pelajaran membaca harus dikuasai siswa kelas VIII SMP yang

tertera pada nomor 11. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif, membaca intensif,dan membaca nyaring. Kompetensi dasar yang harus dikuasai terdapat pada nomor 11.2 yaitu menemukan informasi untuk bahan disksi melalui membaca intensif. Keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran membaca juga ditujukan untuk standar kompetensi tingkat pendidikannya. Ada faktor yang menyebabkan minat membaca siswa masih rendah diantaranya, (1) pada umumnya mereka atau orang tua tidak berlangganan koran, (2) model pembelajaran yang diterapkan khususnya materi pembelajaran tidak bervariasi, (3) tidak memanfaatkan media cetak, (4) guru tidak menerapkan bermacam latihan membaca, dan beberapa faktor eksternal lainnya. Untuk menumbuhkan keterampilan membaca pada siswa dapat ditempuh dengan memberikan tugas atau soal yang penyelesaiannya dapat dicari di bukubuku bacaan. Dengan demikian, diharapkan siswa akan terdorong untuk melakukan perbuatan membaca dan dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, sehingga akan menyebabkan mereka aktif untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Kegiatan menemukan informasi untuk bahan diskusi dapat meningkatkan kemampuan membaca. Namun, berdasarkan observasi ketika peneliti melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP N 1 Lima Puluh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi membaca intensif masih rendah dengan dilihat dari nilai hasil belajar siswa yang masih banyak belum mencapai nilai KKM yaitu 72. Dilihat dari salah satu kelas yang peneliti jadikan contoh yaitu kelas IX-F menunjukkan bahwa hanya 11 siswa yang menunjukkan 32,35% dari

34 siswa yang nilai ulangan membacanya lebih dari atau sama dengan batas ketuntasan yang ditentukan sekolah (KKM:72) dan yang belum tuntas mencapai 23 siswa atau 67,24% dari 34 siswa yang ada. Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di sekolah yang akan peneliti untuk melakukan peneitian, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan membaca intensif beberapa bahan bacaan siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli yang dijadikan bahan diskusi masih rendah. Standar kompetensi pada pembelajaran pembaca diharapkan siswa mampu memahami ragam wacana tulis dengan membaca ekstensif,intensif, dan membaca nyaring. Salah satunya adalah membaca intensif. Indikator pencapaian hasil belajar dalam membaca intensif diharapkan siswa dapat membaca intensif sebuah bacaan menemukan informasi bahan diskusi. Akan tetapi, kenyataannya siswa kelas VIII belum mampu membaca intensif dengan baik dan seksama dalam membaca sebuah bacaan untuk menemukan informasi bahan diskusi. Adapun rendahnya keterampilan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam membaca intensif untuk menemukan informasi bahan diskusi antara lain : (1) siswa sulit menemukan wacana, (2) siswa sulit menemukan ide pokok dalam teks wacana, (3) siswa kurang mengetahui isi wacana dengan baik, (4) siswa kurang latihan dalam membaca secara intensif, (5) siswa dalam membaca cenderung ramai, (6) siswa dalam mendiskusikan teks bacaan secara intensif cenderung pasrah mengandalkan teman dan kurang percaya diri, (7) siswa cenderung pasif mengemukakan pendapat untuk menemukan informasi bahan diskusi dalam berdiskusi, (8) dalam menemukan informasi bahan diskusi teks bacaan, siswa cenderung tidak merangkum teks bacaan yang telah

disediakan oleh guru, tetapi ditulis bagian-bagian teks bacaan yang terpenting saja, (9) siswa cenderung bosan dalam membaca, (10) siswa kurang cermat dan teliti dalam membaca. Di samping itu pula, rendahnya keterampilan membaca intensif disebabkan karena siswa cenderung membaca sekilas tidak secara intensif sehingga pemahaman yang didapatkan kurang maksimal. Rendahnya tingkat kemampuan membaca intensif disebabkan katena penggunaan metode ataupun teknik guru yang hanya bersifat satu arah. Artinya hanya guru yang aktif berceramah, sedangkan siswa sebagai peserta didik menjadi pasif. Siswa hanya menstransfer pengetahuan dari guru sehingga siswa cenderung tidak melakukan kegiatan. Disamping itu pula, siswa sulit untuk memecahkan permasalahan bahan bacaan (khususnya bahan bacaan yang mengandung istilah yang sulit dipahami) untuk dijadikan bahan diskusi, akan tetapi siswa tidak mau untk berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut. Bertolak dari fenomena di atas, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran Scaffolded Reading untuk meningkatkan kemampuan siswa menemukan informasi untuk bahan diskusi. Scaffolded Reading memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan bantuan melalui keterampilan baru atau di luar kemampuannya. Sani (2013:21) menjelaskan bahwa Scaffolded Reading berupa bimbingan yang diberikan kepada peserta didik dengan tugas-tugas yang kompleks, sulit, dan realistis untuk kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Sementara itu, Abidin (2012:170) menyatakan bahwa Scaffolded Reading pada dasarnya merupakan model

pembelajaran yang menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan membaca siswa melalui penyusunan aktivitas membaca secara bertahap. Selanjutnya dinyatakan bahwa tujuan utama metode ini adalah mendorong siswa agar mampu memiliki kemampuan membaca yang optimal. Dorongan yang bertujuan untuk membangun kemampuan membaca siswa secara bertahap mulai dari tahap pemahaman, tahap kritis, hingga tahap kreatif. Pendapat di atas agaknya senada dengan hubungan hasil peneliti yang menggunakan model pembelajaran tersebut seperti hasil menujukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami setiap bacaan dengan melalui pemahaman yang diberikan guru secara kompleks sehingga siswa mampu menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Berangkat dari pendapat di atas maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul Pengaruh Model Pembelajaran Scaffolded Reading terhadap Kemampuan Membaca Intensif Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Tahun Pembelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang muncul berkaitan dengan rendahnya kemampuan membaca menemukan informasi di dalam media cetak. Masalah yang diidentifikasikan adalah sebagai berikut. 1. Keterampilan membaca dalam menemukan informasi siswa masih rendah.

2. Minat siswa dalam membaca artikel atau mengakses informasi di media masih rendah. 3. Inovasi guru dalam mengembangkan model pembelajarannya masih belum maksimal. C. Pembatasan Masalah Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa membaca merupakan interaksi atara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung namun bersifat komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik. Melihat luasnya cakupan masalah, maka peneliti membatasi masalah ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran Scaffolded Reading terhadap kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kab. Tapanuli Tengah Tahun Pembelajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana kemampuan siswa membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kab. Tapanuli Tengah Tahun Pembelajaran 2013/2014 sebelum diterapkan model pembelajaran Scaffolded Reading?

2. Bagaimana kemampuan siswa membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kab. Tapanuli Tengah Tahun Pembelajaran 2013/2014 sesudah menggunakan model pembelajaran Scaffolded Reading? 3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Scaffolded Reading terhadap kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kab. Tapanuli Tengah Tahun Pembelajaran 2013/2014? E. Tujuan Penelitian Di dalam melaksanakan penelitian, tujuan penelitian merupakan langkah yang paling mendasar. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui kemampuan siswa membaca intensif dengan menerapkan model pembelajaran Scaffolded Reading. 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa yang dibimbing dengan model pembelajaran Scaffolded Reading terhadap membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kab. Tapanuli tengah tahun ajaran 2013/2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Scaffolded Reading terhadap kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Pandan Nauli Kab. Tapanuli tengah tahun ajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Di dalam penelitian ini manfaat teoritis bertujuan memperkaya konsep dengan memuat teori-teori yang bermanfaat untuk membantu menambah serta mengembangkan ilmu pengetahuan tentang menemukan informasi khususnya bagi siswa SMP Kelas VIII karena secara tidak langsung dalam beberapa hal, antara lain: a. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa khususnya dengan model pembelajaran Scaffolded Reading terhadap membaca intensif. b. Tempat berlatihnya siswa mengasah kemampuan membacanya dengan materi yang diberikan melalui membaca intensif. c. Meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk mengarahkan kemampuan membacanya dalam membaca intensif untuk menemukan informasi. 2. Manfaat Praktis Di dalam penelitian ini, manfaat praktis dapat bermanfaat untuk memberikan masukan yang berarti bagi guru sebagai bahan referensi mengembangkan kemampuan belajar siswa, menciptakan model pembelajaran yang lebih inovatif, bagi pihak sekolah kiranya dapat membantu kinerja guru untuk bisa saling bekerja sama menciptakan pembelajaran yang benar-benar

diinginkan, dan bagi peneliti selanjutnya sebagai contoh jika selanjutnya akan melakukan penelitian dengan model yang sama, sebagai referensi untuk lebih mudah menemukan sumber-sumber yang lebih akurat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam materi khususnya membaca, antara lain: a. Sebagai bahan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa membaca intensif dengan menggunakan model pembelajaran Scaffolded Reading. b. Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memacu belajar siswa agar meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. c. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti topik yang sama dengan penulis.