ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH PADAT KOTA BERDASARKAN KAJIAN ANALISIS PENGGUNAAN BIAYA ENERGI (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT)

dokumen-dokumen yang mirip
A. TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III STUDI LITERATUR

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

SKRIPSI ANALISIS KOMPOSISI SAMPAH KOTA DAN POTENSI PEMANFAATANNYA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

VI. PENGELOLAAN, PENCEMARAN DAN UPAYA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH PASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 organik dan anorganik

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

KONSEP PENANGANAN SAMPAH TL 3104

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

KAJIAN VOLUME SAMPAH DI KOTA KEDIRI ( Lokasi TPA Klotok )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

EVALUASI METODE PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK UMUR LAYAN DI TPA PUTRI CEMPO

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN I.1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

TENTANG LIMBAH PADAT

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PENGELOLAAN KOMPOS DI TPA BOJONEGORO

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

Transkripsi:

ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH PADAT KOTA BERDASARKAN KAJIAN ANALISIS PENGGUNAAN BIAYA ENERGI (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT) Oleh: NI MA KURNIAH F14149 29 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH PADAT KOTA BERDASARKAN KAJIAN ANALISIS PENGGUNAAN BIAYA ENERGI (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Oleh : NI MA KURNIAH F14149 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH PADAT KOTA BERDASARKAN KAJIAN ANALISIS PENGGUNAAN BIAYA ENERGI (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : NI MA KURNIAH F14149 Dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1985 di Nganjuk Tanggal Lulus: April 29 Disetujui Oleh Pembimbing Dr. Ir. Y Aris Purwanto, M.Sc NIP. 131 841 746 Mengetahui Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian

RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, putri pasangan dari Bapak Suryani dan Ibu Saniati. Dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1985 di Nganjuk, Jawa Timur. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Kramat I Nganjuk pada tahun 1998, dan pada tahun tersebut penulis masuk ke Sekolah Menengah Pertama di SLTPN 2 Nganjuk dan lulus pada tahun 21. Kemudian penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di SMUN 1 Nganjuk dan lulus di tahun 24. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Teknik Pertanian melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah, penulis aktif sebagai pengurus dan anggota beberapa lembaga kemahasiswaan kampus, yaitu Bimbingan Remaja dan Anak-anak (BIRENA) Al-Hurriyah IPB pada tahun 24, penulis juga pernah aktif pada lembaga kemahasiswaan kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai staff Usaha Mandiri Divisi Ekonomi periode 27-28. Penulis melaksanakan Praktek Lapang pada tahun 28 di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dengan judul Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian Pada Penanganan Sampah Kota Bogor. Kemudian, untuk menyelesaikan studinya, penulis menyusun skripsi dengan judul Alternatif Pengelolaan Sampah Padat Kota Berdasarkan Kajian Analisis Penggunaan Biaya Energi (Studi Kasus Di Kota Bogor, Jawa Barat) dengan bimbingan dari Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc.

Ni ma Kurniah. F14149. Alternatif Pengelolaan Sampah Padat Kota Berdasarkan Kajian Analisis Penggunaan Biaya Energi (Studi Kasus Di Kota Bogor, Jawa Barat). Dibawah bimbingan : Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc RINGKASAN Sampah sering dianggap sebagai masalah dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Di satu sisi sampah merupakan bahan-bahan yang tidak bernilai ekonomis sehingga dibuang, namun disisi lain ada pihak yang menganggap bahwa sampah sebagai barang berguna. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola perkotaan adalah penanganan masalah persampahan. Dewasa ini, sistem pengelolaan sampah di daerah perkotaan dilakukan dengan mengandalkan armada pengangkut sampah yang mengangkut sampah domestik dan industri. Sampah tersebut kemudian dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS), dan akhirnya ke tempat pembuangan akhir (TPA). Energi berperan penting dalam kelangsungan kegiatan pengelolaan sampah. Energi yang dibutuhkan adalah energi manusia dan energi bahan bakar minyak. Konsumsi energi yang besar dapat mengakibatkan pemborosan biaya jika tidak diimbangi dengan hasil pengelolaan sampah yang baik. Secara umum tujuan dari penelitian adalah untuk mengkaji sistem pengelolaan sampah padat di Kota Bogor. Sedangkan secara khusus tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi sistem pengelolaan sampah padat di Kota Bogor, melakukan analisis berdasarkan kebutuhan energi yang digunakan pada sistem pengelolaan sampah padat di Kota Bogor dan mengkaji beberapa alternatif sistem pengelolaan sampah padat berdasarkan perhitungan biaya energi yang dikeluarkan. Penelitian dilaksanakan di TPS pasar di Kota Bogor, yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi Sartika, pasar Bogor dan pasar Jambu Dua. Pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober 28 sampai Desember 28. Prosedur penentuan alternatif pengelolaan sampah di setiap TPS pasar terdiri dari tiga tahap. Yaitu tahap identifikasi sistem pengelolaan sampah, tahap analisis biaya energi dan tahap penentuan alternatif. Batasan sistem yang dilakukan analisis energi pada penelitian ini meliputi kegiatan pengumpulan sampah dari sumber ke TPS dan kegiatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Secara umum sistem pengelolaan sampah di Kota Bogor masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang tanpa ada penanganan di lokasi sumber sampah. Hasil analisis biaya energi pengelolaan sampah kota untuk sistem pengelolaan sampah pasar secara konvensional (kumpul-angkut-buang) biaya operasional yang dikeluarkan untuk pasar Merdeka per hari adalah Rp 569,47 atau jika dibandingkan dengan volume sampah yaitu sebesar Rp 47,456 per m 3 sampah pasar, sedangkan untuk pasar Jl. Dewi Sartika per hari adalah Rp 867,274 atau sebesar Rp 36,136 per m 3 sampah pasar, untuk pasar Bogor per hari adalah Rp 2,645,142 atau sebesar Rp 55,17 per m 3 sampah pasar dan untuk pasar Jambu Dua per hari adalah Rp 57,857 atau sebesar Rp 56,429 per m 3 sampah pasar. Persen rata-rata komposisi sampah kota yang terbanyak adalah sampah organik, untuk pasar Merdeka sebesar 76 %, pasar Jl. Dewi Sartika sebesar 99 %,

pasar Bogor sebesar 67 % dan untuk pasar Jambu Dua sebesar 83 %. Tingginya komposisi sampah organik di masing-masing tempat penelitian, maka alternatif pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah dengan pengomposan. Dengan pengomposan akan mengurangi biaya pengangkutan sampah ke TPA, karena sebagian sampah yang berupa sampah organik telah dilakukan pengolahan di lokasi sumber sampah (TPS). Dengan sistem pengelolaan sampah seperti ini biaya operasional yang dikeluarkan yaitu untuk pasar Merdeka per hari sebesar Rp 59,673 atau sebesar Rp 42,473 per m 3 sampah pasar, pasar Jl. Dewi Sartika per hari adalah Rp 728,673 atau sebesar Rp 3,361 per m 3 sampah pasar, sedangkan untuk pasar Bogor per hari adalah Rp 2,3,895 atau sebesar Rp 41,748 per m 3 sampah pasar dan pasar Jambu Dua per hari adalah Rp 43,586 atau sebesar Rp 47,843 per m 3 sampah pasar. Dari hasil pengolahan sampah organik menjadi pupuk kompos di masingmasing tempat penelitian dapat dihitung potensi pupuk kompos berdasarkan harga jual pupuk ke masyarakat. Hasil perhitungan potensi pupuk kompos di pasar Merdeka sebesar Rp 393,4 per hari, pasar Jl. Dewi Sartika sebesar Rp 994,7 per hari, pasar Bogor sebesar Rp 1,414, per hari dan pasar Jambu Dua sebesar Rp 347,2 per hari. Selain dapat mengendalikan bahaya pencemaran, pengomposan juga dapat menghasilkan produk yang menguntungkan secara ekonomis dan kemudahan dalam teknologi produksi kompos.

KATA PENGATAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Alternatif Pengelolaan Sampah Padat Kota Berdasarkan Kajian Analisis Penggunaan Biaya Energi (Studi Kasus Di Kota Bogor, Jawa Barat). Salawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan mulia Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa risalah dan tuntunan kepada umat manusia. Skripsi hasil penelitian ini berisi kajian analisis penggunaan biaya energi di beberapa pasar yang ada di Kota Bogor, Jawa Barat yang meliputi penggunaan energi BBM dan energi manusia. Dari hasil penelitian ini diperoleh besarnya penggunaan biaya energi pada pengelolaan sampah padat kota dan alternatif pengelolaan sampah yang dapat diterapkan pada masing-masing tempat penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, diantaranya adalah : 1. Dr. Ir. Y Aris Purwanto, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan masukan-masukan untuk kelancaran penelitian ini 2. Dr. Ir. Dyah Wulandani, MSi dan Ir. Mad Yamin, MT sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini 3. Ibu Anne, Bapak Deni, Bapak Hendra dan semua Staf Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor yang telah banyak membantu demi kelancaran penyusunan skripsi ini 4. Dr. Ir. Desrial, MEng selaku Ketua Departemen Teknik Pertanian yang telah banyak membantu selama penulis menjadi mahasiswa Teknik Pertanian 5. Semua Staf dan Karyawan Teknik Pertanian yang selama ini banyak membantu penulis 6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah berjasa mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang

7. Kakak tercinta Mbak Nur dan Dek Ririd yang telah banyak memberi semangat dan keceriaan 8. Yandi Jaenudin yang telah banyak memberikan bantuan dan semangat 9. Teman-teman Tep 41 dan Tep 42 dan warga Wisma Edelweiss. Bogor, April 29 Penulis

DAFTAR ISI Hal KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN PENELITIAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR... 4 B. SAMPAH PADAT KOTA DAN PENGGOLONGANNYA... 6 C. MODEL PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA... 1 D. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH... 13 E. PEMANFAATAN SAMPAH... 15 F. ANALISIS ENERGI... 18 III. METODOLOGI PENELITIAN... 2 A. WAKTU DAN LOKASI... 2 B. ALAT DAN BAHAN... 2 C. PROSEDUR PENELITIAN... 2 1. Identifikasi Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Bogor... 2 2. Metode Analisis... 22 2.1. Analisis Komposisi Sampah... 22 2.2. Analisis Biaya Energi... 23 2.2.1. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Konvensional (kumpul-angkut-buang)... 23 2.2.2. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Modern (pengolahan sebagian sampah di sumber sampah (TPS)). 24 2.3. Analisis Potensi Sampah... 24 3. Alternatif Sistem Pengelolaan Sampah... 25 D. METODE PENGUMPULAN DATA.. 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27 A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR... 27 1. Sifat Fisik Sampah... 27 2. Sifat Kimia Sampah... 29 B. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA... 29 C. ANALISIS BIAYA ENERGI PENGELOLAAN SAMPAH KOTA... 35 D. ALTERNATIF PENGELOLAAN SAMPAH KOTA... 38 E. POTENSI PUPUK KOMPOS... 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 43 A. KESIMPULAN... 43 B. SARAN... 44 DAFTAR PUSTAKA... 45 LAMPIRAN... 47

DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Degradibilitas dari komponen sampah kota... 1 Tabel 2. Timbulan sampah dan pengomposan di kota metropolitan dan kota lainnya.... 17 Tabel 3. Persentase sampah dan sumbernya di Kota Bogor... 27 Tabel 4. Komposisi sampah di Kota Bogor... 28 Tabel 5. Sifat kimia sampah Kota Bogor... 29 Tabel 6. Petugas kebersihan DLHK Kota Bogor... 32 Tabel 7. Sarana operasional yang dimiliki DLHK Kota Bogor... 33 Tabel 8. Biaya Pengumpulan Sampah dari Sumber ke TPS dan Pengangkutan dari TPS ke TPA... 35 Tabel 9. Biaya Pembuatan Pupuk Kompos di Tiap Tempat... 36 Tabel 1. Biaya Pengangkutan Sampah Anorganik Ke TPA... 37 Tabel 11. Potensi Pupuk Kompos di TPS Psr. Merdeka, TPS Psr. Jl. Dewi Sartika, TPS Psr. Bogor, TPS Psr. Jambu Dua... 42

DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Timbulan Sampah di TPS Pasar... 1 Gambar 2. Sampah padat kota... 6 Gambar 3. Diagram alir pengolahan sampah di TPS... 14 Gambar 4. Pemisahan sampah berdasarkan jenisnya di TPS pasar... 23 Gambar 5. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian... 26 Gambar 6. TPA Galuga (Kecamatan Cibungbulang)... 31 Gambar 7. Bagan Pola Operasional Pengelolaan Sampah Pasar di Kota Bogor... 34 Gambar 8. Pola Pengelolaan Sampah Di Kota Bogor... 34 Gambar 9. Diagram Perbandingan Biaya Energi Sistem Pengelolaan Sampah Secara Konvensional dan Secara Modern... 38 Gambar 1. Proses Pengolahan Kompos... 4 Gambar 11. Alternatif Pengelolaan Sampah Kota (Sampah Pasar)... 41

DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Komposisi sampah di pasar Merdeka... 48 Lampiran 2. Komposisi sampah di pasar Jl. Dewi Sartika... 49 Lampiran 3. Komposisi sampah di pasar Bogor... 5 Lampiran 4. Komposisi sampah di pasar Jambu Dua... 51 Lampiran 5. Volume sampah terangkut dari TPS ke TPA dan biaya energi pengangkutan... 52 Lampiran 6. Perkiraan biaya energi pengolahan sampah kota menjadi kompos..... 55 Lampiran 7. Biaya energi pengolahan sampah organik di TPS pasar Merdeka jika diolah menjadi kompos... 56 Lampiran 8. Biaya energi pengolahan sampah organik di TPS pasar Jl. Dewi Sartika jika diolah menjadi kompos... 58 Lampiran 9. Biaya energi pengolahan sampah organik di TPS pasar Bogor jika diolah menjadi kompos... 6 Lampiran 1. Biaya energi pengolahan sampah organik di TPS pasar Jambu Dua jika diolah menjadi kompos... 62 Lampiran 11. Perhitungan potensi sampah organik untuk pupuk kompos di tiap tempat... 64 Lampiran 12. Perhitungan biaya energi pengangkutan sampah anorganik ke TPA... 66

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sampah sering dianggap sebagai masalah dalam kehidupan manusia. Setiap aktivitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Di satu sisi sampah merupakan bahan-bahan yang tidak bernilai ekonomis sehingga dibuang, namun disisi lain ada pihak yang menganggap bahwa sampah sebagai barang berguna. Volume sampah yang dihasilkan oleh suatu komunitas sebanding dengan tingkat konsumsi komunitas tersebut terhadap barang atau material yang digunakan sehari-hari. Sama halnya dengan jenis sampah pun sangat bergantung dengan jenis material yang dikonsumsi suatu masyarakat. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh pengelola perkotaan adalah penanganan masalah persampahan. Dewasa ini, sistem pengelolaan sampah di daerah perkotaan dilakukan dengan mengandalkan armada pengangkut sampah yang mengangkut sampah domestik dan industri. Sampah tersebut berasal dari sampah rumah tangga, pasar, pabrik, rumah sakit, hotel yang kemudian dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS), dan akhirnya ke tempat pembuangan akhir (TPA). Sampah-sampah tersebut terdiri atas bahan organik (sayuran, sisa-sisa makanan, dsb) dan bahan anorganik (kertas, kaca, barang pecah belah, plastik, mika, kaleng, kain, besi, logam, dsb). Gambar 1. Timbulan Sampah di TPS Pasar

Kota Bogor adalah salah satu kota di Indonesia dengan jumlah penduduk padat dan mengalami pertambahan penduduk dari tahun ke tahun. Seperti kota-kota besar di Indonesia, sampah menjadi salah satu masalah di Bogor. Timbulan sampah padat kota (municipal solid waste) khususnya Kota Bogor dari tahun 25 sampai dengan tahun 28 terus meningkat, padahal secara umum sistem pengelolaan sampah di Kota Bogor masih tetap menggunakan sistem kumpul-angkut-buang (dikelola melalui system controlled landfill). Akibatnya lahan yang diperlukan untuk TPA ini sangat luas, padahal untuk mencari lahan TPA yang luas itu sangat sulit, karena terkait dengan penerimaan masyarakat di sekitar TPA yang akan dibangun. Dari sini terlihat, perlunya pengelolaan sampah sebelum dibuang ke TPA. Total timbulan sampah se-kota Bogor tahun 28 per harinya sebanyak 2,224 meter kubik dengan sampah terangkut sebanyak 69 persen atau sekitar 1,525 meter kubik (Radar Bogor 2 Agustus 28, diakses 6 Desember 28). Bahkan sampah yang hampir seminggu tidak diangkut akibat diblokirnya TPA Galuga, menyebabkan tumpukan sampah Pasar Bogor menumpuk hingga mencapai 336 ton (Radar Bogor 5 Agustus 28, diakses 6 Desember 28). Padahal sampah pasar itu sangat berpotensi untuk diolah menjadi kompos, jika diolah di sumbernya tidak hanya mengurangi beban TPA tetapi juga akan mendatangkan keuntungan tersendiri. Tingginya jumlah timbulan sampah menuntut perhatian yang serius dalam penanganannya, baik dari aspek ketersediaan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, finansial atau anggaran, manajemen dan teknologi. Energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan kegiatan pengelolaan sampah. Pada sistem pengelolaan sampah, energi yang dibutuhkan adalah energi manusia dan energi bahan bakar minyak. Energi yang paling sering digunakan adalah energi manusia, seperti pengemudi truk sampah, crew angkutan dan petugas kebersihan sampah di TPS. Untuk energi bahan bakar dimanfaatkan untuk transportasi sampah dari TPS ke TPA. Konsumsi energi yang besar dapat mengakibatkan pemborosan biaya jika tidak diimbangi dengan hasil pengelolaan sampah yang baik, oleh karena itu diperlukan upaya alternatif pengelolaan sampah mendekati sumbernya

misalnya di TPS dengan pengolahan kompos sebelum sampah dibuang ke TPA. B. TUJUAN PENELITIAN Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji sistem pengelolaan sampah padat di Kota Bogor. Secara khusus tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sistem pengelolaan sampah padat di Kota Bogor. 2. Melakukan analisis berdasarkan kebutuhan energi yang digunakan pada sistem pengelolaan sampah padat di Kota Bogor. 3. Mengkaji beberapa alternatif sistem pengelolaan sampah padat berdasarkan perhitungan biaya energi yang dikeluarkan.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR Letak geografis Kota Bogor berada pada 16º 43' 3" Bujur Timur (BT) sampai dengan 16º 51' " BT dan 6º 3' 3" Lintang Selatan (LS) sampai dengan 6º 41' LS dengan jarak ± 56 km dari Kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia. Kota Bogor terletak di bagian tengah Propinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk kota secara administratif sebanyak 855,85 jiwa dengan wilayah kota sebesar 11,85 ha. Adapun batas batas administratif Kota Bogor adalah sebagai berikut : 1) Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor. 2) Di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 3) Di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. 4) Di sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Kota Bogor terdiri atas 6 kecamatan dan terbagi dalam 68 kelurahan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Selatan, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor Tengah dan Kecamatan Tanah Sareal. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Bogor Barat dan tersempit adalah Kecamatan Bogor Tengah. Kota Bogor dibatasi di sebelah utara oleh Sungai Cipakancilan, sebelah timur oleh Sungai Ciater, sebelah selatan oleh Sungai Cipaku dan Sungai Cisadane dan sebelah barat oleh Sungai Cisadane. Kondisi iklim di Kota Bogor termasuk tipe iklim Af (Tropika Basah) menurut klasifikasi Koppen. Suhu rata rata tahunan sebesar 25 ºC dengan suhu udara maksimum sebesar 33.1 ºC dan suhu minimum 21.4 ºC. Suhu udara secara umum tinggi pada musim kemarau dan rendah pada musim hujan. Pada wilayah ini terjadi perubahan bentuk permukaan dari lahan bervegetasi menjadi lahan terbuka yang tidak bervegetasi yang menyebabkan

terjadinya peningkatan suhu udara. Setiap tahunnya curah hujan cukup besar berkisar antara 35-4 mm dengan menyebabkan kelembaban udara mencapai 7 persen. Jenis tanah hampir diseluruh wilayah adalah latosol coklat kemerahan, dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 9 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kegiatan atau bidang usaha penduduk Kota Bogor dapat digolongkan menjadi beberapa sektor yaitu sektor pertanian (pertanian, peternakan, perikanan dan perkebunan), sektor industri, sektor perdagangan, jasa dan sektor lainnya. Data yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Kota Bogor bekerja di sektor perdagangan dan jasa yaitu sebesar 86.3 persen (Anonim, 1988 di dalam Subono, 1988). Kegiatan masyarakat Kota Bogor dalam sektor pertanian kecil sekali yaitu hanya satu persen sehingga relatif sama dengan sektor industri yang memberi andil sebesar 1.5 persen. Kegiatan industri ini terdiri dari 98 unit industri dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 8344 jiwa. Menurut daerahnya, industri sedang (menengah) terkonsentrasi di Bogor Selatan, sedangkan industri ringan dan kecil ada di Bogor Timur (Subono, 1988). Pembangunan perumahan di Kota Bogor tergolong pesat, hampir di setiap kecamatan terdapat komplek perumahan formal. Hingga tahun 25 tercatat 11 komplek perumahan yang tersebar di Kota Bogor, baik yang berskala kecil maupun besar. Di Kecamatan Tanah Sareal pada tahun 24 terdapat 32 komplek perumahan yang telah dibangun (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, 26). Jumlah sampah yang dihasilkan oleh Kota Bogor tahun 28 perharinya sebanyak 2,224 meter kubik. Sampah tersebut bersumber dari pemukiman (sampah rumah tangga), pasar, sapuan jalan, pertokoan atau restoran, fasilitas umum dan industri. B. SAMPAH PADAT KOTA DAN PENGGOLONGANNYA Menurut Hadiwiyoto (1983) Sampah adalah sisa-sisa bahan yang ditinjau dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya lagi. Sedangkan menurut Kastaman dan Kramadibrata (27) sampah merupakan limbah yang bersifat

padat, terdiri atas zat atau bahan organik dan anorganik yang dianggap sudah tidak memiliki manfaat lagi dan harus dikelola dengan baik sehingga tidak membahayakan lingkungan. Limbah padat atau sampah adalah bahan-bahan yang dibuang ke alam karena sudah tidak dikehendaki oleh pemiliknya atau sudah tidak dapat difungsikan lagi (Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) Kota Bogor, 26). Gambar 2. Sampah padat kota Jenis sampah dapat digolongkan atas dasar beberapa kriteria yaitu didasarkan atas asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya dan sifatnya. Penggolongan jenis sampah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penggolongan sampah berdasarkan asalnya Sampah dapat dijumpai di segala tempat dan hampir di semua kegiatan. Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional (Sudradjat, 27). Menurut Syahrul dan Ollich (1984) berdasarkan asalnya, maka dapat digolongkan sampah-sampah sebagai berikut: a. Sampah dari hasil kegiatan rumah tangga. Termasuk dalam hal ini adalah sampah dari asrama, rumah sakit, hotel-hotel dan kantor. b. Sampah dari hasil kegiatan industri/pabrik. c. Sampah dari hasil kegiatan pertanian. Kegiatan pertanian meliputi perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Sampah dari kegiatan pertanian sering disebut limbah hasil-hasil pertanian.

d. Sampah dari hasil kegiatan perdagangan, misalnya sampah pasar, sampah toko. e. Sampah dari hasil kegiatan pembangunan. f. Sampah jalan raya. Menurut WHO (1971) di dalam Syahrul dan Ollich (1984) yang menjadi sumber sampah secara umum adalah: 1. Sampah rumah tangga (Domestic Waste) 2. Sampah pasar (Commercial Waste) 3. Sampah jalan (Street-Cleaning Waste) 4. Sampah industri (Industrial Waste) 5. Sampah binatang dan pertanian (Agricultural and Animal Waste) 6. Sampah pertambangan (Mining Waste). Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor sumber sampah di Kota Bogor (25) di dalam Kurniah (28) meliputi: sampah rumah tangga atau pemukiman, sampah pasar, sampah sapuan jalan, sampah pertokoan atau restoran, sampah fasilitas umum dan sampah industri. 2. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya Pada suatu kegiatan mungkin akan menghasilkan jenis sampah yang sama, sehingga komponen-komponen penyusunnya juga akan sama. Misalnya sampah yang hanya terdiri atas kertas, logam atau daun-daunan saja. Setidaknya apabila tercampur dengan bahan-bahan lain, maka sebagian besar komponennya adalah seragam. Karena itu berdasarkan komposisinya, sampah dibedakan menjadi dua macam: a. Sampah yang seragam. Sampah dari kegiatan industri pada umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon dan masih dapat digolongkan dalam golongan sampah yang seragam. b. Sampah yang tidak seragam (campuran), misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum (Syahrul dan Ollich, 1984).

Hasil survai di Jakarta, Bogor, Bandung dan Surabaya pada tahun 1987 menunjukkan komposisi sampah rata-rata sebagai berikut. Volume sampah : 2 2.5 lt/kapita/hari Berat sampah :.5 kg/kapita/hari Kerapatan : 2-3 kg/m 3 Kadar air : 65-75% Sampah organik : 75-95% Komponen lain: a. Kertas : 6% b. Kayu : 3% c. Plastik : 2% d. Gelas : 1% e. Lain-lain : 4% (Sudradjat, 27). Limbah padat organik di Kota Bogor memiliki persentase yang paling tinggi sebesar 72.88 %. Secara keseluruhan komposisi komponen sampah di Kota Bogor meliputi: sampah organik 72.88 %, kertas 5.98 %, plastik 11.11 %, logam 1.74 %, kaca atau gelas 2.7 %, karet 1.65 %, kain/tekstil 1.88 %, kayu 1.18 % dan lain-lainnya 1.51 % (DLHK Kota Bogor, 25 di dalam Kurniah, 28). 3. Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya Sampah dari rumah-rumah makan pada umumnya merupakan sisasisa air pencuci, sisa-sisa makanan yang bentuknya berupa cairan atau seperti bubur. Sedangkan beberapa pabrik menghasilkan sampah berupa gas, uap air, debu, atau sampah-sampah berbentuk padatan. Dengan demikian berdasarkan bentuknya ada tiga macam sampah, yaitu: a. Sampah berbentuk padatan (solid), misalnya daun, kertas, karton, kaleng dan plastik. b. Sampah berbentuk cairan (termasuk bubur), misalnya bekas air pencuci, bahan cairan yang tumpah. Limbah industri banyak juga yang berbentuk cair atau bubur, misalnya blotong (tetes) yaitu sampah dari pabrik gula tebu.

c. Sampah berbentuk gas, misalnya karbon dioksida, ammonia dan gasgas lainnya (Syahrul dan Ollich, 1984). 4. Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya Baik di kota atau di luar kota, banyak dijumpai sampah bertumpuktumpuk. Berdasarkan lokasi terdapatnya sampah, dapat dibedakan: a. Sampah kota (urban), yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota besar. b. Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah di luar perkotaan, misalnya di desa, di daerah pemukiman dan di pantai (Syahrul dan Ollich, 1984). 5. Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya Berdasarkan atas proses terjadinya, dibedakan antara: a. Sampah alami, ialah sampah yang terjadinya karena proses alami, misalnya rontoknya daun-daunan di pekarangan rumah. b. Sampah non-alami, ialah sampah yang terjadi karena kegiatan-kegiatan manusia (Syahrul dan Ollich, 1984). 6. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya Terdapat dua macam sampah yang sifat-sifatnya berlainan yaitu: a. Sampah organik, yang terdiri atas daun-daunan, kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan ternak, sayur, buah. Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, dan oleh karenanya tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Bahan-bahan ini mudah didegradasi oleh mikrobia dan dapat dibakar. b. Sampah anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi dan logamlogam lainnya, gelas, mika atau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh senyawa-senyawa organik. Sampah ini tidak dapat didegradasi oleh mikrobia dan tidak dapat dibakar (Syahrul dan Ollich, 1984). Menurut Sudradjat (27) sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik.

Meskipun hanya bahan organik yang bisa terurai oleh mikroba, tetapi setiap jenis bahan berbeda tingkat kemudahan dalam penguraiannya (degradibilitas). Pada Tabel 1 terlihat bahwa kertas koran, hemiselulosa, dan karbohidrat mudah terdegradasi. Kertas bungkus, bambu, lemak dan protein agak sulit terdegradasi, sedangkan kayu, lignin dan plastik hampir sama sekali tidak terdegradasi. Tabel 1. Degradibilitas dari komponen sampah kota No Komponen sampah kota Degradibilitas (%) 1 Selulosa dari kertas koran 9 2 Selulosa dari kertas bungkus 5 3 Kayu/ranting berkulit 5 4 Bambu 5 5 Hemiselulosa 7 6 Karbohidrat 7 7 Lignin 8 Lemak 5 9 Protein 5 1 Plastik Sumber: Sudradjat dkk, 1987 di dalam Sudradjat, 27 C. MODEL PENGELOLAAN SAMPAH DI INDONESIA Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu urugan dan tumpukan. Model pertama merupakan cara yang paling sederhana, yaitu sampah dibuang di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan. Urugan atau model buang dan pergi ini bisa saja dilakukan pada lokasi yang tepat, yaitu bila tidak ada pemukiman di bawahnya, tidak menimbulkan polusi udara, polusi pada air sungai, longsor, atau estetika. Model ini umum dilakukan untuk suatu kota yang volume sampahnya tidak begitu besar. Pengelolaan sampah yang kedua lebih maju dari cara urugan, yaitu tumpukan. Model ini bila dilaksanakan secara lengkap sebenarnya sama dengan teknologi aerobik. Hanya saja tumpukan perlu dilengkapi dengan unit saluran air buangan, pengolahan air buangan (leachate) dan pembakaran ekses gas metan (flare). Model yang lengkap ini telah memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan. Model seperti ini banyak diterapkan di kota-kota besar. Namun, sayangnya model tumpukan ini umumnya tidak lengkap, tergantung

dari kondisi keuangan dan kepedulian pejabat daerah setempat akan kesehatan lingkungan dan masyarakat. Aplikasinya ada yang terbatas pada tumpukan saja atau tumpukan yang dilengkapi saluran air buangan, jarang yang membangun unit pengolah air buangan. Meskipun demikian, ada suatu daerah yang mengelolanya dengan kreatif (Sudradjat, 27). Menurut Prajudi, 198 di dalam Mustika, 26 Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan suatu faktor dan sumber daya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu. Dari limbah yang dihasilkan di beberapa daerah dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi (kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya), diolah menjadi kompos (umumnya dari jenis sampah organik), ditumpuk di tempat pembuangan akhir sampah. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukan/pembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis. Menurut Hadiwiyoto (1983), penanganan sampah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: 1. Pengumpulan Sampah Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan sampah dari bak sampah milik masyarakat, kemudian dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut sampah dipindahkan ke lokasi pembuangan akhir. 2. Pemisahan Pemisahan ialah memisahkan jenis-jenis sampah baik berdasarkan sifatnya, maupun berdasarkan jenis dan keperluannya. 3. Pembakaran (insinerasi) Pembakaran yang paling baik dikerjakan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar. 4. Pembuangan (penimbunan) sampah

Pembuangan (penimbunan) sampah adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. Menurut Ismawati (21) di dalam Mustika (26) penanganan sampah dengan cara pembakaran mengakibatkan kerugian-kerugian antara lain membangkitkan pencemaran, mengancam kesehatan masyarakat, memberi beban finansial yang cukup berat bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi insinerator, menguras sumber daya finansial masyarakat setempat, memboroskan energi dan sumber daya material, mengganggu dinamika pembangunan ekonomi setempat, meremehkan upaya minimisasi sampah dan pendekatan-pendekatan rasional dalam pengelolaan sampah, memiliki pengalaman operasional bermasalah di negara-negara industri, sering kali melepaskan polusi ke udara yang melebihi standar/baku mutu, menghasilkan abu yang beracun dan berbahaya dan dapat terancam bangkrut apabila jumlah tonase sampah yang disetorkan kurang dari perkiraan awal. Menurut Apriadji (24) di dalam Kurniawan (26) bahwa untuk melakukan penanganan masalah sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaraanya penimbunan tanah (landfill), penimbunan tanah secara cepat (sanitary landfill), pembakaran (incineration), penghancuran (pulverization), pengomposan (composting), untuk makanan ternak (hogfeeding), pemanfaatan ulang (recycling) dan pembuatan briket arang sampah. D. SISTEM PENGOLAHAN SAMPAH Ada tiga konsep pengolahan sampah yang ideal yaitu pengolahan sampah di sumber sampah, pengolahan sampah di TPS dan pengolahan sampah di TPA. Sistem sentralisasi adalah pemusatan pembuangan sampah kota di satu lokasi atau TPA. Sementara sistem desentralisasi adalah membagi tempat pembuangan sampah kota di beberapa TPS. Adapun sistem sentradesentralisasi atau disingkat se-desentralisasi adalah menggabungkan kedua sistem tersebut dengan keberadaan TPA dan TPS.

1. Pengolahan sampah di sumber sampah Dua hal yang perlu dilakukan oleh produsen sampah. Pertama, memisahkan sampah organik dan anorganik dengan menempatkan di bak sampah yang berbeda. Hal yang kedua yaitu membakar sampah organik setiap hari minimal sekitar 1 persen dari total volume sampah yang ada hari itu. Untuk sampah anorganik sebaiknya dijual ke pemulung. Namun, jika tidak bisa dijual maka perlu dibakar atau dipisahkan dengan karung untuk dibawa oleh truk sampah. Pengolahan sampah organik menjadi kompos secara teoritis bisa dilakukan di sumber sampah. Namun, dalam praktiknya akan memerlukan banyak waktu, tempat, serta menghasilkan bau yang tidak sedap di lingkungan sekitarnya. 2. Pengolahan sampah di TPS Lokasi TPS bila mungkin berada di dalam lingkungan lokasi sumber sampah. Namun, bila tidak mungkin maka harus diupayakan lokasinya berada di kecamatan. Adapun manfaat dari PS-TPS ini adalah sebagai berikut: a. Mengurangi arus sampah kota menuju TPA b. Menjadikan model pengolahan sampah untuk setiap pasar tradisional c. Mewujudkan lingkungan pasar yang bersih d. Memberikan lapangan kerja tambahan bagi masyarakat ekonomi lemah di sekitar lokasi pasar e. Memacu semangat berkarya mengolah limbah dan mengubahnya menjadi bahan yang laku dijual f. Merupakan show window bagi para calon produsen kompos untuk dapat ditiru karena lokasi pasar yang srategis g. Memberikan kontribusi positif pada penyediaan pupuk organik sebagai alternatif lain yang kualitasnya lebih baik, harganya lebih murah, dapat dibuat sendiri dan pasokan terjamin dibandingkan pupuk kimia h. Secara tidak langsung ikut berperan dalam mewujudkan pertanian organik.

Produksi sampah (Sampah rumah tinggal, non-rumah tinggal, sampah pasar) Diangkut oleh dinas kebersihan atau lainnya Proses pemilihan oleh pemulung atau lainnya Proses pemilihan - Sampah taman/rumput - Sampah buah/sayuran - Sampah makan sisa dan lain-lain Sampah daur ulang - karet/plastik/kulit - kayu - Botol plastik - Kaleng, kaca - Sampah non-daur ulang - batuan - tanah - keranjang bambu dan lain-lain komposting Recycling/daur ulang Bakar/buang Gambar 3. Diagram alir pengolahan sampah di TPS 3. Pengolahan sampah di TPA Permasalahan yang umumnya terjadi pada pengelolaan sampah kota di TPA, khususnya di kota-kota besar adalah adanya keterbatasan lahan, polusi, masalah sosial dan lain-lain. Oleh karena itu, pengolahan sampah di TPA harus memenuhi prasyarat sebagai berikut : a. Memanfaatkan lahan TPA yang terbatas dengan efektif b. Memilih teknologi yang mudah, murah dan aman terhadap lingkungan c. Memilih teknologi yang memberikan produk yang bisa dijual dan memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat d. Produk harus dapat terjual habis (Sudradjat, 27). E. PEMANFAATAN SAMPAH Menurut Hadiwiyoto (1983) sampah memang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna, tergantung teknologi yang

digunakan. Antara lain sampah dapat dibuat untuk pupuk, gas metana, alkohol dan lain sebagainya. Berikut ini beberapa pemanfaatan sampah. a. Sampah untuk biogas Biogas banyak dibuat dari sampah hasil peternakan, yaitu dari sisasisa makanan ternak dan kotoran hewan. Tetapi pada prinsipnya biogas dapat dibuat dari segala jenis sampah organik. Yang disebut biogas sebenarnya adalah senyawa metana (CH 4 ). Sering pula disebut dengan nama sewerage gas, bioenergi, RDF (refuse-derived fuel = bahan bakar dari sampah) dan merupakan bahan bakar masa datang. Penggunaan biogas untuk keperluan rumah tangga sebagai sumber energi sangat menguntungkan. Apabila dibandingkan dengan bahan bakar tradisional (misalnya kayu). Sadar akan keuntungan yang dapat diperoleh dari biogas disamping dapat memanfaatkan sampah yang seharusnya dibuang, maka sekarang banyak negara yang memproduksi biogas termasuk Indonesia. b. Sampah untuk alkohol Metanol dan etanol pada dasarnya adalah senyawa yang tergolong alkohol, yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Metanol dapat dibuat dengan cara sintesa, sedangkan etanol umumnya dengan cara fermentasi. Dengan cara sintesa, metanol dibuat dengan mereaksikan metana dan uap air sehingga terjadi gas karbon monoksida dan gas hidrogen. Dari prinsip dasar ini, metanol dapat pula dibuat dari bahan-bahan berkarbohidrat termasuk sampah. Sampah banyak mengandung selulosa yang berarti merupakan sumber karbon, hidrogen dan oksigen. c. Pengomposan sampah Kompos adalah hasil proses pengomposan, yaitu suatu cara untuk mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang telah dirombak lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba, semacam perombakan yang terjadi pada bahan organik dalam tanah oleh bakteria tanah. Kompos dapat dibuat dari sampah padatan maupun sampah cairan.

Kompos adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali lahan pertanian, menggemburkan kembali tanah pertamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, reklamasi pantai pasca penambangan dan sebagai media tanam, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain: a. Menyediakan unsur hara bagi tanah b. Menggemburkan tanah c. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah d. Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah e. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air f. Memudahkan pertumbuhan akar tanaman g. Menyimpan air tanah lebih lama h. Mencegah lapisan kering pada tanah i. Mencegah beberapa penyakit akar j. Menghemat pemakaian pupuk buatan k. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan (Deddy, 25 di dalam Rohendi, 25). Deddy (25) di dalam Rohendi (25) mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara bercorak agraris didominasi kegiatan-kegiatan usaha yang banyak membutuhkan pupuk. Kompos yang bersifat dan berfungsi sebagai pupuk memiliki potensi pasar yang besar. Sementara bahan baku yang tersedia berupa sampah dengan sebagian besar komposisinya adalah bahan organik, cukup melimpah. Gambaran timbulan sampah di Kota Metropolitan dan kota-kota lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Timbulan sampah dan pengomposan di kota metropolitan dan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 kota lainnya. Kota/Kabupaten DKI Jakarta Kota Bogor Kota Depok Kota Tangerang Kota Bekasi Kab. Bekasi Kota Bandung Kab. Bandung Kota Cirebon Kab. Serang Timbulan Ton/hari 6,4 526 675 784 1,63 287 1,625 1,857 15 1,62 komposisi Organik ( % ) 65 75.27 66 8 76 7 6 65 93 8 Non organik ( % ) 35 24.73 34 2 24 3 4 25 7 2 Pengomposan (ton/hari) Bahan 22 8 12 12 18 Hasil 19 76 Jumlah 14,429 73.27 259.73 724 181 55 2 3 3 27 d. Sampah untuk makanan ternak dan macam-macam kegunaan lainnya Semua sampah organik yang berasal dari pasar, restoran/hotel dan rumah tangga dapat dijadikan pakan bagi ternak kambing dan sapi potong. Sampah organik tersebut dapat diberikan langsung atau diproses terlebih dahulu (Djajakirana et al, 25 di dalam Rohendi, 25). Pemanfaatan lainnya dari sampah antara lain dapat pula digunakan untuk makanan ternak (babi) (Sinar Harapan, 27 Nopember 1981 di dalam Hadiwiyoto, 1983) dan beberapa macam bahan bangunan misalnya batu tiruan (brick), papan, atau bahan-bahan pengisi, terutama untuk jenis-jenis sampah tertentu yang biasanya merupakan sampah hasil pertanian atau agroindustri, misalnya sekam, batang jagung, jerami, bagasse dan sebagainya. Tetapi cara pemanfaatan seperti ini baru dalam taraf skala penelitian belum merupakan skala industri. F. ANALISIS ENERGI Analisis energi merupakan analisis yang sifatnya obyektif dengan melalui perhitungan jumlah fisik energi yang terdapat pada suatu proses, sistem dan lain-lainnya (Beardsworth, 1975 di dalam Budianto, 199). Analisis energi bertujuan menghitung nilai energi yang digunakan dalam

setiap tahap di dalam suatu sistem secara keseluruhan. Banyak ahli mengatakan bahwa analisa energi merupakan suatu alat dalam menentukan kebijakan. Akhir-akhir ini analisis energi banyak digunakan untuk memahami dan memperbaiki bagaimana, dimana dan kapan energi digunakan secara efisiensi dan efektif terutama energi yang dalam bentuk bahan bakar yang nantinya dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan. Oleh karena itu informasi yang diperoleh dari analisa dapat membantu proses pengambilan keputusan dengan: a. Pengukuran dampak suatu kebijakan konsumsi energi secara umum, pespesifikasian perubahan konsumsi yang dapat diantisipasi dalam bentuk, tipe, jumlah dan laju pemakaian energi. b. Perbandingan kelayakan sosial ekonomi energi (prioritas investasi, pelestarian lingkungan, tenaga kerja dan lain-lain) yang dikaitkan dengan teknologi produksi energi alternatif. c. Pengidentifikasian perubahan proses yang mungkin akan meningkatkan atau menurunkan konsumsi energi. d. Melengkapi dengan ukuran dampak perubahan proses laju produksi dan konsumsi energi. e. Pengidentifikasian kemungkinan substitusi bahan bakar minyak dan dampaknya terhadap laju produksi dan konsumsi energi (Abdullah dkk, 1998).

III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 28, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi Sartika, pasar Bogor dan pasar Jambu Dua dengan pertimbangan pasar merupakan penghasil sampah organik yang tinggi dan sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan lanjutan. Sejauh ini sistem pengelolaan sampah padat kota terbatas pada proses pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan/pemusnahan di TPA. Dengan kondisi seperti ini masih terdapat hambatan dan kesulitan dalam menangani sampah kota. B. ALAT DAN BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah tiap hari yang ada di TPS pasar diambil secara acak. Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, kalkulator, alat dokumentasi, timbangan, sarung tangan, masker. C. PROSEDUR PENELITIAN Prosedur penentuan alternatif pengelolaan sampah di setiap TPS pasar terdiri dari tiga tahap. Yaitu tahap identifikasi sistem pengelolaan sampah, tahap analisis biaya energi dan tahap penentuan alternatif. Masing-masing tahapan dijelaskan sebagai berikut. 1. Identifikasi Sistem Pengelolaan Sampah di Kota Bogor Penelitian dimulai dengan melakukan identifikasi sistem pengelolaan sampah Kota Bogor. Identifikasi ini diperoleh dari data sekunder dan hasil survai lapangan. Data sekunder diperoleh dari literatur maupun dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (DLHK Kota Bogor). Sedangkan survai lapangan dilakukan di beberapa TPS di Kota Bogor, diantaranya yaitu di pusat perbelanjaan Giant Yasmin dan Plasa Jambu Dua Bogor, Pasar Induk Kemang Bogor, Pasar Merdeka dan Pasar Bogor.

Produksi sampah di Kota Bogor pada tahun 27 per harinya mencapai 2,21 meter kubik. Dari jumlah tersebut yang dapat diangkut oleh DLHK Kota Bogor sebanyak 1,515 meter kubik atau sejumlah kurang lebih 69 persen. Dengan demikian 695 meter kubik (31%) sampah tidak terangkut Ada beberapa faktor yang menyebabkan belum maksimalnya pengangkutan sampah di Kota Bogor, seperti terbatasnya kendaraan operasional, sulitnya sejumlah lokasi pemukiman penduduk dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah, serta kesadaran masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Untuk mengangkut sampah dari bak-bak sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) Galuga, Pemkot Bogor memiliki kendaraan operasional antara lain: 64 dump truck, enam unit mobil pickup, lima unit gerobak motor, 138 unit gerobak dorong, serta 1 unit kontainer penampung sampah yang tersebar di berbagai tempat di Kota Bogor. Kesulitan lain dalam pengangkutan sampah di Kota Bogor adalah tidak semua pemukiman warga Kota Bogor bisa terjangkau oleh kendaraan operasional pengangkut sampah, terutama pemukiman warga yang berada di lereng dan lembah bukit yang prasarana jalannya hanya berupa gang kecil. Selain itu, belum semua warga memiliki kesadaran yang tinggi untuk membuang sampah di bak-bak sampah yang telah disediakan. Ada juga warga yang tinggal di bantaran kali atau di lahan berlereng yang membuang sampah ke kali atau ke tanah kosong. Kondisi ini bisa menimbulkan permasalahan baru, yakni pencemaran lingkungan (www.monitordepok.com 26 Februari 28, diakses 3 Agustus 28). Berdasarkan hasil survai lapangan di beberapa TPS di Kota Bogor, pengelolaan sampah di pusat perbelanjaan umumnya cukup baik, sampah sebelum diangkut ke TPA oleh truk sampah, di TPS tersebut sampah dipisahkan terlebih dahulu antara sampah basah dan sampah kering, sehingga lebih mudah dalam pengelolaan selanjutnya. Sedangkan di pasarpasar tradisional, seperti pasar Merdeka sampah hanya dikumpulkan di

TPS pasar kemudian diangkut ke TPA oleh armada pengangkut sampah dari DLHK Kota Bogor. Hasil identifikasi sistem pengelolaan sampah ini akan digunakan untuk menentukan batasan sistem dan metode pengambilan data yang akan dilakukan. Energi yang diperlukan untuk kegiatan pada sistem pengelolaan sampah ini adalah energi manusia dan energi bahan bakar. Energi manusia, dalam hal ini seperti personil angkutan truk sampah dan petugas kebersihan sampah di TPS. Untuk energi bahan bakar dimanfaatkan untuk transportasi sampah dari TPS ke TPA. 2. Metode Analisis Analisis Komposisi Sampah Pengambilan sampel sampah yang diambil secara acak, kemudian dipisahkan komposisi sampah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Adapun sampah organik adalah sisa sayuran, sisa buah-buahan, jerami, daun dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik adalah kertas, kaca, barang pecah belah, mika, plastik, kaleng, kain, besi, logam, kayu, karet (pada dasarnya kertas dan kayu merupakan sampah organik, tetapi sifat dari kedua benda ini sulit terdekomposisi sehingga penanganan untuk kertas dan kayu sama seperti sampah anorganik lainnya). Pengambilan sampel berdasarkan volume yang sama yaitu 3.375 x 1-3 m 3. Gambar 4. Pemisahan sampah berdasarkan jenisnya di TPS pasar

2.2. Analisis Biaya Energi 2.2.1. Sistem Pengelolaan Sampah secara konvensional (Kumpul- Angkut-Buang) Secara umum sistem pengelolaan sampah Kota Bogor adalah pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dan pengolahan sampah di TPA. Sehingga dari sini dibutuhkan biaya energi yang tidak sedikit, baik itu untuk pemeliharaan kendaraan pengangkut sampah maupun untuk para personil angkutan dan petugas kebersihan lainnya. Menurut Sudradjat (27) jumlah kendaraan dan personil angkutan ditentukan berdasarkan volume sampah per hari. Batasan sistem yang dilakukan analisis biaya energi pada penelitian ini meliputi kegiatan pengumpulan sampah dari sumber ke TPS dan kegiatan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA. Dalam penelitian yang dilaksanakan, batasan sistem yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut : a. Kegiatan pengumpulan sampah dari sumber ke TPS dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh para pengelola sampah dalam usaha pengangkutan sampah dari sumber ke TPS dan dari TPS ke TPA. b. Kebutuhan energi manusia yang dihitung hanya meliputi kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses pengumpulan dan pengangkutan sampah, tidak termasuk bagian administrasi. Analisis biaya energi yang dilakukan adalah sebagai berikut: Besarnya energi yang dikeluarkan akan dikonversi dalam bentuk biaya, baik itu pada energi manusia maupun energi BBM. Data yang dibutuhkan yaitu volume sampah yang terbuang per hari, kapasitas truk satu kali angkut sampah, frekuensi angkut, upah personil angkutan, upah petugas kebersihan pasar, jumlah personil

angkutan, jumlah petugas kebersihan pasar, biaya pembelian bahan bakar untuk setiap truk, biaya pemeliharaan truk. 2.2.2. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Modern (pengolahan sebagian sampah di sumber sampah (TPS)) Sistem pengelolaan sampah secara modern ini yaitu dengan melakukan analisis penggunaan biaya energi untuk mengolah sebagian sampah yang berupa sampah organik untuk diolah menjadi pupuk kompos dan sebagian sampah yang anorganik diangkut ke TPA. Biaya energi pembuatan kompos dihitung berdasarkan tahapan-tahapan dalam proses pembuatan kompos. 2.3. Analisis Potensi Sampah Potensi sampah organik untuk pupuk kompos dihitung berdasarkan harga jual pupuk kompos. Untuk kemasan karung (kapasitas 25 kg) mempunyai nilai jual Rp. 4/kg sampai Rp. 6/ kg, sedangkan pupuk kompos dalam kemasan plastik (kapasitas 5 kg) mempunyai nilai jual Rp. 7/kg sampai Rp. 1,/kg. Asumsi perhitungan: Potensi pupuk kompos dengan mengasumsikan harga pupuk kompos sebesar Rp. 7/kg adalah massa pupuk kompos dikalikan dengan harga pupuk kompos. Misalkan dari hasil pengolahan sampah dihasilkan sebanyak 22.5 kg pupuk kompos, maka potensi pupuk kompos tersebut jika dijual sebesar Rp. 141,75,-. 3. Alternatif Sistem Pengelolaan Sampah Penentuan alternatif sistem pengelolaan sampah yaitu dari hasil analisis biaya energi yang dikeluarkan. Sistem pengelolaan sampah yang mampu menghemat biaya energi akan direkomendasikan sebagai alternatif sistem pengelolaan sampah yang dapat diterapkan pada kondisi tersebut. Pengelolaan sampah seharusnya dilakukan bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah citra sampah sebagai barang negatif menjadi barang positif di mata masyarakat. Tingginya sampah organik di Kota Bogor yaitu

sebanyak 72.88 % dari keseluruhan komposisi sampah yang ada, maka alternatif pengelolaan sampah yang dapat dilakukan adalah dengan pengomposan. Selain dapat mengendalikan bahaya pencemaran, pengomposan juga dapat menghasilkan produk yang menguntungkan secara ekonomis dan kemudahan dalam teknologi produksi kompos. D. METODE PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Data sekunder Data sekunder diperoleh dari studi literatur terkait dengan usaha pengelolaan sampah yaitu DLHK Kota Bogor. b. Data Primer Data primer diperoleh dengan cara yaitu: 1. Wawancara, dilakukan kepada petugas kebersihan dan personil angkutan di TPS pasar. 2. Observasi, berupa pengamatan langsung di lapangan dengan mendatangi lokasi.

Identifikasi sistem pengelolaan sampah Pengumpulan sampah dari sumber ke TPS Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA - Energi manusia - Energi manusia - Energi BBM Analisis biaya energi alternatif Gambar 5. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah sampah ini bervariasi menurut waktu dan tempat yang berbeda. Sampah kota dalam jumlah besar dijumpai pada daerah dengan kepadataan penduduk tinggi (Beukens, 1975 di dalam Winarti, 1997). Sedangkan berdasarkan Status Lingkungan Hidup Daerah ( SLHD) Kota Bogor 26, DLHK Kota Bogor, bahwa karakteristik dan kuantitas sampah yang dihasilkan oleh kegiatan perkotaan sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi dan karakteristik kota yang bersangkutan. Jumlah sampah di Kota Bogor terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Dari tahun 25 timbulan sampah sebanyak 793,448 m 3 /tahun atau sekitar 2,24 m 3 /hari menjadi 8,64 m 3 /tahun atau sekitar 2,224 m 3 /hari pada tahun 28. Berdasarkan Tabel 3 sumber sampah terbesar yaitu berasal dari rumah tangga atau pemukiman sebesar 63.1 persen, kemudian disusul sampah yang berasal dari pasar sebesar 13.3 persen. Secara lengkap persentase sampah dan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase sampah dan sumbernya di Kota Bogor No. Sumber Sampah Jumlah (%) 1 Rumah tangga atau pemukiman 63.1 2 Pasar 13.3 3 Sapuan jalan 7.5 4 Pertokoan atau restoran 7 5 Fasilitas umum 4.5 6 Industri 4.7 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (25) Limbah padat organik di Kota Bogor memiliki persentase yang paling tinggi sebesar 72.88 persen. Komposisi sampah di Kota Bogor dapat

dilihat pada Tabel 4. Dari hasil pengukuran komposisi sampah di beberapa TPS pasar di Kota Bogor jenis sampah organik memiliki persentase yang tinggi yaitu rata-rata di atas 6 persen. Sampah di TPS pasar berasal dari sisasisa kegiatan pasar berupa sisa sayuran, sisa buah-buahan serta dari kemasan produk pangan (plastik, kertas, kayu dan lain-lain). Penentuan komposisi sampah di TPS pasar dilakukan dengan pengambilan sampel sampah di tiga titik yang berbeda untuk tiap TPS. Untuk di TPS pasar Jl. Dewi Sartika dilakukan pengambilan sampel sampah di enam titik yang berbeda karena terdapat dua TPS. Data hasil pengkomposisian sampah di TPS Pasar dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai Lampiran 4. Tingginya jumlah sampah organik yang dihasilkan di beberapa pasar di Kota Bogor sangat berpotensi untuk dilakukan pengolahan di sumbernya (TPS) untuk diolah menjadi kompos. Sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan sampah ke TPA. Tabel 4. Komposisi sampah di Kota Bogor No. Jenis Sampah Jumlah (%) 1 Organik 72.88 2 Kertas 5.98 3 Plastik 11.11 4 Logam 1.74 5 Kaca atau gelas 2.7 6 Karet 1.65 7 Kain/tekstil 1.88 8 Kayu 1.18 9 Lain lain 1.51 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (25) Tingginya sampah organik di pasar-pasar tradisional di Kota Bogor karena banyaknya sampah yang berasal dari sisa sayur-sayuran, buah-buahan dan sisa makanan yang terbuang. Sampah plastik biasanya berasal dari sisa pembungkus, begitu juga kertas. Sampah kain kebanyakan dari pedagang

tekstil, sedangkan sampah kaca, kayu, logam dan karet berasal dari sisa pedagang pecah belah, buah-buahan, sembako, elektronik dan lain-lain. 2. Sifat Kimia Sampah Untuk sifat kimia sampah Kota Bogor, DLHK Kota Bogor tidak secara langsung melakukan perhitungan sendiri terhadap sifat kimia sampah. Departemen Cipta Karya Jakarta pada Tahun 26 melakukan penelitian terhadap sifat kimia sampah Kota Bogor mengenai Profil Kota Bogor 26. Karakteristik timbulan sampah Kota Bogor berdasarkan sifat kimianya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Sifat kimia sampah Kota Bogor Parameter Nilai Kadar Air 58.82 % Kadar Abu 7.75 % Kadar C- Organik 39.46 % Kadar N.97 % Kadar P 17,52.3 mg/kg C/N 4.68 Nilai Kalor 2,2 2,5 kkal/kg Sumber: Konsultan, Departemen Cipta Karya Jakarta (26) B. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA Dari limbah yang dihasilkan di beberapa daerah dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi (kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya), diolah menjadi kompos (umumnya dari jenis sampah organik), ditumpuk di tempat pembuangan sampah akhir. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukan/pembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis.

Secara umum pengelolaan sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah Kota Bogor tetapi masyarakat bertanggung jawab untuk mengumpulkan atau menempatkan sampah rumah tangga pada tempat sampah sementara (TPS) individu, kemudian pengangkutan dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab pemerintah Kota (DLHK). Secara garis besar tahap pertama di dalam penanganan sampah Kota Bogor ialah mengumpulkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan, kemudian pengangkutan sampah ke TPA, kemudian mulai melakukan pengolahan sampah menjadi kompos di lokasi TPA Galuga, Kecamatan Cibungbulang. Di TPA Galuga yang diolah menjadi kompos pun hanya sampah yang berasal dari sampah pasar. Sampah organik dari sumber lain langsung dibuang di lahan TPA yang disediakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum sistem pengelolaan sampah di Kota Bogor masih menggunakan sistem kumpul-angkut-buang tanpa ada penanganan di lokasi sumber sampah. Menurut Clark (1977) di dalam Kurniawan (26) banyak cara dapat ditempuh dalam pengelolaan sampah diantaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah sistem penimbunan atau pemadatan secara berlapis (Sanitary Landfill), sehingga sampah tidak terbuka lebih dari 24 jam. Di TPA Galuga pengelolaan sampah dengan metode controlled landfill yang sebenarnya hampir sama dengan metode open dumping, namun pada metode controlled landfill terdapat proses penanganan sampah lanjutan, seperti pengolahan menjadi kompos untuk sampah organik dan sampah tidak hanya dibuang ke tempat terbuka tanpa ada perlakuan. Sampah yang dibawa oleh truk sampah ke TPA Galuga memperhatikan lokasi pembuangan, dimana untuk tumpukan sampah dilakukan secara merata tidak hanya ditumpuk pada satu titik yang menyebabkan sampah menumpuk pada satu titik. Selain memperhatikan lokasi penumpukan sampah, metode controlled landfill juga telah dilengkapi dengan unit pengolahan air lindi.

Gambar 6. TPA Galuga (Kecamatan Cibungbulang) Pelayanan penanganan sampah belum sepenuhnya terjangkau oleh petugas kebersihan dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor. Hal ini dapat disebabkan karena kesulitan menjangkau area pelayanan (seperti lingkungan perumahan yang padat, lokasi yang tidak bisa dilalui truk sampah) dan karena keterbatasan jumlah personil tenaga kebersihan. Untuk lokasi yang belum dapat terjangkau pelayanan kebersihan, masyarakat melakukan penanganan sampah sendiri, seperti membakar, membenamkan sampah dalam tanah dan sebagian membuang ke sungai. Untuk melaksanakan tugas, DLHK Kota Bogor memiliki petugas operasional Kebersihan (diluar 1 Kepala Bidang) dengan total jumlahnya sebanyak 563 orang. Secara lengkap petugas kebersihan DLHK Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Petugas kebersihan DLHK Kota Bogor Petugas Kebersihan Jumlah (orang) Kepala Dinas 1 Kepala Seksi 2 Pengawas Angkutan 2 Koord. Wilayah 9 Pengemudi Dump Truk 64 Pengemudi Arm Roll Truk 3 Crew Angkutan 185 Pengawas Penyapu 2 Pengendali 28 Penyapu 24 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (27) Sarana operasional yang dimiliki DLHK Kota Bogor dalam upaya penanganan sampah meliputi alat pengangkut sampah dan prasarana pengelolaan sampah. Secara lengkap jenis dan jumlah secara operasional tersebut disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Sarana operasional yang dimiliki DLHK Kota Bogor No. Sarana Operasional Jumlah(unit) 1 Alat Pengangkut Sampah - motor sampah 1 - dump truck 64 - arm roll 3 - kijang pick up 6 - minibus 2 - truk tangki air 1 - truk tinja 4 - sepeda motor 16 - container 1 - gerobak sampah 68 - bulldozer 3 - whell loader 2 - excavator 1 - track loader 1 - backhoe loader 2 2 Prasarana Pengelolaan Sampah - transfer depo 9 - TPS 967 Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (27) Pola operasional dalam pengelolaan sampah di Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 7. Pola operasional pengelolaan sampah pasar di Kota Bogor masih sangat sederhana, yaitu sampah yang berasal dari sumber sampah di dalam pasar disapu dan dikumpulkan oleh petugas dari dinas pasar atau dinas kebersihan kedalam tempat penampungan sementara (TPS). Kemudian sampah yang telah tertampung tersebut siap untuk diangkut oleh truk, dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) di Kecamatan Cibungbulang. Dari sistem pengelolaan sampah yang ada di pasar-pasar Kota Bogor akan dilakukan analisis biaya pada tahap pengumpulan sampah ke TPS sampai

pengangkutan sampah ke TPA baik itu berupa tenaga manusia maupun dari segi konsumsi BBM. Sumber sampah pasar Penyapuan dan pengumpulan oleh petugas dari dinas kebersihan Tempat pemindahan (TPS) Pengumpulan dan pengangkutan dengan truk Tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Gambar 7. Bagan Pola Operasional Pengelolaan Sampah Pasar di Kota Bogor Gambar 8. Pola Pengelolaan Sampah Di Kota Bogor C. ANALISIS BIAYA ENERGI PENGELOLAAN SAMPAH KOTA Analisis biaya energi diarahkan kepada sistem pengelolaan sampah kota khususnya sampah pasar secara konvensional tanpa adanya pengolahan di