PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN DECAY GAMMA REAKTOR HTGR 10 MWth PADA BERBAGAI TINGKAT DAYA

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN FAKTOR KOREKSI DOSIS RADIASI ELEMEN BAKAR BEKAS RSG-GAS Ardani *)

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

ANALISIS PERUBAHAN MASSA BAHAN FISIL DAN NON FISIL DALAM TERAS PWR

KOMPARASI HASIL PERHITUNGAN INVENTORI HASIL FISI TERAS PLTN PWR 1000 MWE ANTARA ORIGEN2.1 DENGAN ORIGEN-ARP ABSTRAK

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

ANALISIS AKTIVITAS ISOTOP MO-99 DI REAKTOR RSG-GAS. Sri Kuntjoro Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir BATAN

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

ANALISIS LAJU DOSIS GAMMA DI PERMUKAAN KOLAM REAKTOR TRIGA 2000 SEBAGAI FUNGSI TINGGI AIR PENDINGIN PRIMER

DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK

VERIFIKASI DISTRIBUSI FAKTOR PUNCAK DAYA RADIAL TERAS 60 BOC REAKTOR RSG-GAS

[ PTRKN BATAN ] 2012 BATAN [ B.20] [DESAIN PERISAI DAN DOSIMETRI REAKTOR RISET INOVATIF. [ Amir Hamzah, Pudjijanto, Ardani, Rokhmadi, Sriawan ]

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

ANALISIS KUANTITATIF SOURCE-TERM RSG-GAS PADA OPERASI DAYA 15 MW. Jaja Sukmana, Jonnie Albert Korua, Sinisius Suwarto

DESAIN KONSEPTUAL PERISAI RADIASI REAKTOR RRI-50

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

PENGARUH DENSITAS URANIUM TERHADAP UMUR DAN BURN UP BAHAN BAKAR NUKLIR DI DALAM REAKTOR RSG-GAS DITINJAU DARI ASPEK NEUTRONIK

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

Diterima editor 11 November 2013 Disetujui untuk publikasi 10 Januari 2014

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

PEMODELAN DOSIS NEUTRON DAN GAMMA DI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

ANALISIS LAJU DOSIS IRADIATOR GAMMA MENGGUNAKAN ELEMEN BAKAR BEKAS DENGAN MODEL KONFIGURASI SEJAJAR. Setiyanto, Pudjijanto MS dan Ardani *)

EV ALUASI KOMPOSISI LIMBAH TRU DALAM BAHAN BAKAR BEKAS REAKTOR NUKLIR

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

STUDI KOMPARASI PERHITUNGAN LAJU DOSIS PADA KASUS SUMBER TITIK ISOTROPIK. Anis Rohanda

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PELURUHAN RADIOAKTIF

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

EFEK PENGGUNAAN ELEMEN BAKAR SILISIDA KE- RAPATAN 4,8 gu/cc TERHADAP SIFAT KINETIKA REAKTOR RSG-GAS

ASPEK KESELAMATAN RADIASI TEMPAT PENYIMPAN BAHAN BAKAR TERIRRADIASI DI BULKSHIELDING

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

KARAKTERISTIKA TERAS RSG-GAS DENGAN BAKAR BAKAR SILISIDA. Purwadi Pusat Reaktor Serba Guna - BATAN

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

BAB II RADIASI PENGION

ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

PENENTUAN RASIO O/U SERBUK SIMULASI BAHAN BAKAR DUPIC SECARA GRAVIMETRI

IDENTIFIKASI SOURCE-TERM REAKTOR SERBA GUNA-G.A. SIWABESSY UNTUK KESELAMATAN OPERASIONAL

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

FISIKA ATOM & RADIASI

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

Transkripsi:

PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM Anis Rohanda, Ardani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK PENENTUAN INTENSITAS SUMBER GAMMA DI TERAS REAKTOR RISET BERBAHAN BAKAR URANIUM MOLIBDENUM. Sumber radiasi gamma saat reaktor beroperasi adalah gamma tangkapan radiatif, gamma hasil fisi spontan dan gamma hasil peluruhan radionuklida dalam bentuk produk aktivasi, aktinida & anak luruhnya dan produk fisi. Salah satu karakteristik penting dari radiasi gamma yang berguna untuk desain perisai radiasi di sekitar teras reaktor sehingga menunjang keselamatan radiasi adalah intensitas sumber gamma (foton/s). Intensitas sumber gamma dalam bentuk tangkapan radiatif dan pembelahan spontan ditentukan secara analitik sedangkan intensitas sumber gamma peluruhan ditentukan dengan menggunakan ORIGEN2.1. Salah satu bentuk persiapan awal dari kajian desain perisai radiasi untuk reaktor riset baru berbahan bakar uranium molibdenum (UMo) yang dicanangkan dalam renstra BATAN 2010 2014 adalah dengan menyiapkan data intensitas atau kuat sumber gamma. Penelitian dilakukan dengan memvariasi densitas bahan bakar UMo untuk mengetahui pengaruh densitas terhadap intensitas sumber gamma. Densitas UMo divariasi mulai dari 5,92 g/cc hingga 9,47 g/cc. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada daya tetap, intensitas gamma dari jalur hasil peluruhan radionuklida memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan jenis gamma lainnya dan semakin tinggi densitas bahan bakar UMo maka intensitas sumber gammanya semakin kecil dengan intensitas gamma terkecil 1,01 10 19 foton/detik pada densitas 9,47 g/cc. Kata kunci : gamma, intensitas, kuat sumber, reaktor riset, uranium molibdenum ABSTRACT DETERMINATION OF GAMMA SOURCE INTENSITY IN URANIUM MOLYBDENUM RESEARCH REACTOR CORE. Sources of gamma radiation at the reactor operation is radiative capture gamma, spontaneous fission gamma and decay gamma in the form of activation products, actinides & daughters and fission products. One of the important characteristics of the gamma radiation that are useful for the design of radiation shielding around the reactor core that supports the safety of radiation is a gamma intensity (photons/s). The intensity of the gamma source in the form of radiative capture and spontaneous fission was determined analytically and the decay gamma source intensity was determined using ORIGEN2.1. One form of the initial preparation of the radiation shielding design studies for new research reactor with uranium molybdenum (UMo) fuel, announced in the strategic plan BATAN 2010 to 2014 is to prepare the gamma intensity data or source strength. The study was conducted by varying the density of the fuel UMo to determine the effect of density on the gamma intensity. UMo density varied from 5.92 g/cc to 9.47 g/cc. The analysis showed that at the power remains, the intensity of decay gamma contributed more than other types of gamma and higher density of UMo fuel gives smaller intensity of gamma sources with smallest intensity gamma is 1.01 10 19 photons/s at 9.47 g/cc. Key words : gamma, intensity, source strength, research reactor, uranium molybdenum PENDAHULUAN Reaksi fisi yang terjadi di dalam reaktor menghasilkan produk hasil fisi dan sejumlah energi. Salah satu bentuk energi yang dipancarkan adalah berbentuk radiasi gamma. Sumber radiasi gamma saat reaktor beroperasi dihasilkan dari tiga proses, yaitu penangkapan neutron, reaksi pembelahan atau fisi dan peluruhan [1, 2]. Sumber radiasi gamma hasil dari penangkapan neutron oleh bahan fisil disebut sebagai gamma tangkapan radiatif (radiative capture gamma). Sumber radiasi gamma hasil 107

dari pembelahan bahan fisil disebut sebagai gamma fisi spontan (prompt fission gamma) sedangkan sumber radiasi gamma peluruhan dihasilkan dari jumlahan peluruhan produk aktivasi (activation products), aktinida & anak luruhnya (actinides & daughters) dan produk fisi (fission products). Salah satu karakteristik radiasi gamma yang cukup penting adalah intensitas. Intensitas radiasi gamma didefinisikan sebagai banyaknya foton gamma yang dipancarkan tiap satuan waktu. Intensitas sumber gamma, atau terkadang disebut dengan kuat sumber, dapat dinyatakan dalam satuan foton/detik atau foton/ s. Informasi intensitas sumber gamma sangat berguna sebagai masukan (input) pada perhitungan tebal perisai biologi di sekitar teras reaktor dan pada penentuan dosis radiasi di sekitar teras saat reaktor beroperasi sehingga menunjang keselamatan radiasi [3]. Intensitas sumber gamma tangkapan radiatif dan fisi spontan ditentukan secara analitik sedangkan intensitas sumber gamma peluruhan ditentukan dengan menggunakan paket program ORIGEN2.1. Kajian mengenai reaktor riset baru berbahan bakar pelat terus dilakukan untuk mendukung RENSTRA BATAN tahun 2010 2014 mengingat umur ketiga reaktor riset yang yang dikelola oleh BATAN sudah cukup tua [4]. Reaktor riset baru ini didesain menggunakan bahan bakar uranium molibdenum (UMo) yang dioperasikan selama 25 hari dengan daya termal 20 MW sesuai dokumen teknis tahun 2012 tentang desain konseptual teras reaktor riset inovatif [5]. Konfigurasi teras reaktor riset baru ini secara umum didasarkan pada desain teras RSG-GAS di Serpong. Kerapatan atau densitas bahan bakar masih belum ditentukan secara pasti dan terus dipelajari dengan didasarkan pada jumlah massa U-235 tiap perangkatnya (assembly). Jumlah massa U-235 yang sering dikaji adalah berjumlah antara 500 gram hingga 800 gram tiap perangkat atau densitas 5,92 g/cc hingga 9,47 g/cc. Dengan demikian dipandang perlu untuk melakukan kajian pengaruh variasi densitas bahan bakar, mulai dari 5,92 g/cc hingga 9,47 g/cc, terhadap intensitas sumber gamma atau kuat sumber gamma pada reaktor riset baru ini sebagai tahapan awal dari kajian besar desain perisai radiasi di reaktor tersebut. TEORI Desain Reaktor Riset Baru Reaktor riset yang baru didesain menggunakan bahan bakar UMo tipe pelat dengan ukuran identik dengan elemen bakar RSG -GAS. Tiap elemen bakar tersusun dari 21 pelat UMo dan tiap elemen kendali tersusun dari 15 pelat UMo. Teras reaktor terdiri dari 17 elemen bahan bakar (fuel element) dan 4 elemen kendali (control element) yang tersusun dalam matriks 5 5. Konfigurasi teras reaktor riset yang baru ini ditunjukkan pada Gambar 1. 108

EB=elemen bakar, EK=elemen kendali, ER=elemen reflektor, Air=air pendingin Gambar 1. Desain konfigurasi teras reaktor riset baru [5] Reaktor didesain beroperasi dengan daya nominal 20 MWt selama 25 hari untuk 1 siklus pembakaran dengan waktu pemadaman (maintenance, refueling, dll) selama 14 hari. Sumber Gamma di Reaktor Sumber gamma tangkapan radiatif Inti atom yang berinteraksi dengan neutron akan mengalami beberapa kemungkinan antara lain : reaksi penangkapan radiatif (radiative capture), reaksi partikel bermuatan, misalnya reaksi (n, p) atau reaksi pembelahan (untuk atom bahan fisil). Reaksi penangkapan radiatif adalah serapan neutron oleh inti atom diikuti dengan pancaran radiasi gamma disebut juga reaksi (n, γ). Radiasi gammanya disebut gamma tangkapan radiatif (radiative capture gamma). Pada umumnya reaksi tangkapan radiatif terjadi antara nuklida dengan neutron termal [6]. Laju reaksi tangkapan radiatif dalam volume nuklida penyerap V p dirumuskan dengan [7] : dengan P f dimana Q (1) : daya reaktor (watt) : tampang lintang makroskopik fisi (cm -1 ) V : volume teras aktif (cm 3 ) Q i = i w i i ( 3) t V p 109

Dalam reaksi tangkapan radioatif, satu nuklida memancarkan sejumlah p j foton pada kelompok energi ke-j [9]. Intensitas sumber foton gamma dalam volume penyerap V p dari nuklida dapat ditunjukkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Intensitas sumber foton gamma dari nuklida yang mengalami reaksi tangkapan radiatif Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 Rentang energi 0-1 Intensitas sumber foton p 1 1-2 p 2 2-3 p 3 3-4 p 4 4-6 p 5 6-8 Sehingga intensitas sumber gamma tangkapan radiatifnya (K TR ) dirumuskan : p 6 8-11 p 7 dengan, Sumber gamma fisi spontan (4) p im : kebolehjadian terpancarnya radiasi gamma tangkapan radiatif oleh nuklida i pada kelas energi ke-m pada setiap satu tangkapan radiatif. Besaran p im unik tiap nuklida m : jumlah strata kelas energi (7 strata) n : jumlah nuklida yang mengalami reaksi tangkapan radiatif Pada saat terjadinya reaksi pembelahan (fisi), inti atom bahan fisil membelah menjadi 2 unsur hasil fisi dan memancarkan radiasi gamma secara spontan yang disebut gamma fisi spontan (prompt fission gamma). Gamma fisi spontan didefinisikan sebagai radiasi gamma yang dipancarkan dalam kurun waktu lebih kecil dari 5 10-8 detik sesudah terjadinya reaksi pembelahan. Radiasi gamma yang dipancarkan sesudah waktu tersebut dikategorikan sebagai radiasi gamma peluruhan nuklida hasil pembelahan. Besar energi foton hasil pembelahan spontan tersebar dalam rentang energi antara 0,3 sampai dengan 8 [3, 8]. Karena dalam reaktor terjadi sejumlah besar reaksi pembelahan, maka foton hasil pembelahan spontan yang dihasilkan tampak seperti spektrum energi yang kontinu. Spektrum ini kurvanya mengikuti persamaan sebagai berikut [7, 8] : κ n = dengan, E 1 n 1 ( E n E n 1 ) / 2 E n E η(e) de (5) κ n : cacah gamma per pembelahan pada energi n sampai dengan E : energi gamma () η (E) η(e) η(e) : spektrum gamma sebagai fungsi distribusi energi yang besarnya yaitu: = 26,0 e -2.3E foton/pembelahan/, 0,3 < E 1 = 8,0 e -1.1E foton/pembelahan/, 1 < E 8 (6) 110

Penyelesaian persamaan (5) dan (6) memberikan distribusi cacah foton gamma rerata pada setiap kelompok energi untuk setiap pembelahan ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Distribusi cacah foton gamma rerata pada setiap kelompok energi untuk setiap pembelahan [6] Rentang energi 0 1 1 2 2-3 3-4 4-6 6-8 Cacah foton per pembelahan 3,91 1,52 0,520 0,170 0,0775 0,00868 Laju pembelahan bahan fisil dalam reaktor adalah [10] : f r = dengan, 3,125 10 16 P pembelahan/detik P : daya reaktor (MWt) P : daya reaktor (MWt) (7) TATA KERJA Penelitian ini dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu : perhitungan komposisi bahan bakar UMo, penentuan fluks neutron teras reaktor dan penentuan intensitas atau kuat sumber gamma tangkapan radiatif, gamma fisi spontan dan gamma peluruhan. Sehingga intensitas gamma fisi spontan (K f ) adalah : K f = K n f r foton/detik (8) Sumber gamma peluruhan Sumber radiasi gamma peluruhan dihasilkan dari peluruhan produk aktivasi, aktinida & anak luruhnya dan produk fisi. Sama seperti aktinida dan nuklida produk fisi, hasil aktivasi neutron atau gamma terhadap material di dalam teras, reflektor ataupun air pendingin merupakan nuklida yang tidak stabil dan akan meluruh dengan memancarkan radiasi gamma yang disebut sebagai gamma peluruhan. Dengan menggunakan kode komputer ORIGEN -2.1, spektrum foton yang memuat informasi intensitas gamma peluruhan dari produk aktivasi, aktinida & anak luruhnya dan produk fisi dapat ditentukan [11]. 111

Perhitungan komposisi bahan bakar UMo Perhitungan komposisi bahan bakar UMo untuk teras reaktor riset baru mengikuti pola seberapa banyak jumlah massa U-235 pada tiap perangkat bahan bakar. Jumlah massa U-235 yang digunakan adalah 500, 590, 700 dan 800 gram tiap perangkat bahan bakarnya. Distribusi massa unsur-unsur penyusun teras reaktor riset baru ditabulasikan pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi massa unsur-unsur penyusun teras reaktor riset baru DISTRIBUSI MASSA (gram) Kerapatan (g/cc) 5,92 7,00 8,30 9,47 Massa U-235/ perangkat (g) 500 590 700 800 Unsur Massa (gram) U-235 9928,57 11715,71 13900,00 15885,71 U-238 40342,68 47604,36 56479,75 64548,28 Mo 4971,88 5866,82 6960,63 7955,01 Al 11827,70 10248,39 8318,13 6563,35 H 7450 7450 7450 7450 O 59600 59600 59600 59600 Mg 833 833 833 833 Ag 8537 8537 8537 8537 In 1601 1601 1601 1601 Cd 534 534 534 534 Penentuan kuat fluks neutron teras reaktor Penentuan fluks neutron untuk perhitungan gamma tangkapan radiatif menggunakan persamaan (2) dengan nilai tampang lintang maksroskopik fisi adalah fungsi dari dari tampang lintang mikroskopik fisi, volume teras kompak dan massa U-235 dalam teras. Dari perhitungan diperoleh fluks neutron tiap densitas bahan bakar yang ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Fluks neutron tiap densitas bahan bakar UMo Densitas UMo (g/cc) 5,92 7,00 8,30 9,47 Fluks (n/cm 2.detik) 3,24E+13 2,75E+13 2,32E+13 2,03E+13 112

Penentuan intensitas sumber gamma Penentuan intensitas atau kuat sumber gamma total yang mencakup gamma tangkapan radiatif, gamma fisi spontan dan gamma peluruhan dilakukan sesuai diagram langkah kerja yang ditunjukkan pada Gambar 2. Persamaan (4) Persamaan (8) Output ORIGEN2.1 : GAMMA TANGKAP GAMMA FISI GAMMA PELURUH SUMBER Gambar 2. Langkah kerja penentuan intensitas sumber gamma Intensitas sumber gamma tentukan selama 1 siklus operasi (pembakaran), yaitu 25 hari dengan daya termal 20 MWt. Analisis sumber gamma mencakup informasi gamma tangkapan radiatif, gamma fisi spontan dan gamma peluruhan pada akhir siklus operasi sebagai fungsi 7 kelompok energi foton gamma pada densitas 8,30 g/cc dan hasilnya dikomparasikan dengan perhitungan Ardani (2012) [12]. Analisis kemudian dilanjutkan dengan menentukan intensitas sumber gamma total pada akhir siklus operasi dengan variasi densitas bahan bakar UMo. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas gamma tangkapan radiatif (GTR) dihitung dengan menggunakan persamaan (4) dengan mengelompokkan energi foton gamma menjadi 7 kelompok energi dengan nilai tengah energi (median) adalah 0.5, 1.5, 2.5, 4, 6, 8 dan 9. Hasil perhitungan intensitas GTR sebagai fungsi energi foton gamma pada densitas bahan bakar UMo 8,30 g/ cc dan perbandingannya dengan hasil analisis Ardani (2012) ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Intensitas gamma tangkapan radiatif pada densitas UMo 8,30 g/cc 113

Dari Gambar 3 terlihat bahwa intensitas GTR bernilai lebih besar pada kelompok energi yang rendah dengan besar fluks di atas 10 16 foton/detik atau berbanding terbalik dengan semakin besarnya kelompok energi foton gamma. Hal ini kemungkinan disebabkan karena faktor nilai kebolehjadian terpancarnya radiasi GTR oleh nuklida i pada kelas energi ke-m pada setiap satu tangkapan radiatif (p im ) cenderung besar pada kelompok energi yang rendah. Dari persamaan (4) disebutkan bahwa nilai intensitas GTR berbanding lurus dengan p im. Dari Gambar 3 nampak adanya perbedaan nilai dengan hasil analisis Ardani (2012) meskipun polanya sama. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan perbedaan nilai parameter tampang lintang makroskopik total ( γ ). Pada analisis ini, nilai γ pada beberapa nuklida direvisi menggunakan data yang lebih baru [13] dan secara umum nilainya lebih besar dari γ dari referensi yang digunakan pada analisis Ardani (2012) [10]. Perbedaan tampang lintang makroskopik total mengakibatkan perbedaan jumlah aktivitas dan massa radionuklida di akhir operasi reaktor. Sesuai persamaan (4), massa nuklida hasil fisi, baik itu berupa produk aktivasi, aktinida & anak luruhnya maupun produk fisi mempengaruhi hasil penentuan GTR. Intensitas gamma fisi spontan (GFS) ditentukan dengan persamaan (8) dan hasilnya ditunjukkan pada Gambar 4. Intensitas GFS dihitung dengan mengasumsikan reaktor dioperasikan pada daya yang tetap (20 MWt) mulai awal operasi hingga akhir operasi. Dengan demikian, intensitas GFS bernilai tetap sepanjang waktu operasi tiap siklusnya dan tergantung dari daya operasi reaktor. Intensitas GFS diperoleh dengan mengalikan cacah gamma tiap pembelahan (K n ) (Tabel 2) dengan laju pembelahan bahan fisilnya (f r ). Gambar 4. Intensitas gamma fisi spontan pada densitas UMo 8,30 g/cc Sebagai komparasi, hasil analisis dibandingkan dengan hasil analisis Ardani (2012) dengan densitas yang sama, yaitu 8,30 g/ cc. Hasil penentuan GFS memiliki pola yang sama, yaitu tidak tergantung waktu operasi dan semakin menurun dengan semakin besarnya kelompok energi gamma. Perbedaan hasil disebabkan karena pada analisis Ardani (2012) reaktor dioperasikan pada daya 30 MWt, sedangkan analisis ini diperoleh pada daya reaktor 20 MWt dan sama-sama dioperasikan selama 25 hari. Berdasarkan persamaan (8), intensitas GFS sebanding dengan besarnya daya 114

reaktor (P). Penentuan intensitas gamma peluruhan (GPl) ditentukan dengan menggunakan ORIGEN2.1 yang merupakan kode komputer penghitung inventory produk fisi. Intensitas GPl merupakan jumlahan dari intensitas gamma peluruhan produk aktivasi, aktinida & anak luruhnya dan juga produk aktivasi. Informasi intensitas gamma ini diperoleh dari keluaran (output) ORIGEN2.1 pada bagian PHOTON SPECTRUM FOR ACTIVATION PRODUCTS, ACTINIDES & DAUGHTERS dan FISSION PRODUCTS. Hasil penentuan GPl berikut komparasinya dengan hasil analisis lain pada densitas bahan bakar UMo 8,30 g/cc ditampilkan pada Gambar 5. nuklida bernomor atom menengah, mulai dari Cobalt (Co) hingga Ytterbium (Yb) memberikan kontribusi pada gamma peluruhan produk fisi. Secara umum, hasil yang diperoleh sudah sama dengan hasil Ardani (2012) dengan intensitas gamma secara umum bernilai antara 10 14-10 18 foton/detik, kecuali pada kelompok energi di atas 9 yang memiliki intensitas gamma yang lebih rendah (10 10 foton/detik). Hal ini disebabkan tidak ada kontribusi intensitas gamma peluruhan dari nuklida produk fisi pada kelompok > 9, karena energi maksimum sinar gamma hasil pembelahan spontan hanya sampai 8. Meskipun demikian, adanya perbedaan jumlah dan jenis produk aktivasi, aktinida & anak luruhnya, dan produk fisi menyebabkan hasil perhitungan sedikit berbeda dengan hasil Ardani (2012). Gambar 5. Intensitas gamma peluruhan pada densitas UMo 8,30 g/cc Gamma peluruhan dari produk aktivasi didonasi dari nuklida beromor atom (Z) kecil hingga menengah, yaitu mulai dari Hidrogen (H) hingga Polonium (Po). Intensitas gamma peluruhan dari aktinida & anak luruhnya diperoleh dari kontribusi nuklida bernomor atom besar, mulai dari 82 yaitu Thallium (Tl) hingga 91 yaitu Einstenium (Es) sedangkan 115

Dengan melakukan variasi densitas bahan bakar UMo mulai dari 5,92 g/cc hingga 9,47 g/cc, maka diperoleh intensitas gamma sebagai fungsi dari densitas. Hasilnya ditunjukkan pada Tabel 5. No. Tabel 5. Pengaruh densitas UMo terhadap intensitas sumber gamma Densitas UMo (g/cc) Massa U- 235 /perangkat Intensitas sumber gamma (foton/detik) (g) Tangkapan Fisi Radiatif (GTR) (saat akhir operasi : 25 hari) Peluruh an Spontan (GFS) (GPl) 4,99E+1 8 4,98E+1 8 4,98E+1 1 5,92 500 1,88E+18 3,88E+18 2 7,00 590 1,61E+18 3,88E+18 3 8,30 700 1,38E+18 3,88E+18 4 9,47 800 1,23E+18 3,88E+18 Dari Tabel 5 diperoleh informasi bahwa intensitas gamma peluruhan lebih besar dibandingkan dengan intensitas gamma lainnya (GTR dan GFS) pada semua tingkatan densitas. Selain itu, dari tabel tersebut juga diperoleh informasi bahwa dengan semakin tinggi densitas bahan bakar UMo, maka intensitas gamma total semakin kecil. Kenaikan densitas terutama mengakibatkan gamma tangkapan radiatif turun, sedangkan gamma fisi spontan dan gamma peluruhan relatif tetap. Salah satu faktor utama penentu intensitas GTR adalah fluks teras yang nilainya berbanding terbalik dengan jumlah massa U- 235. Semakin tinggi densitasnya atau massa U- 235 semakin banyak, maka fluksnya semakin kecil yang berakibat intensitas GTR semakin kecil. Sehingga intensitas gamma total secara keseluruhan semakin kecil. Untuk keperluan keselamatan radiasi, terutama di sekitar teras reaktor, diinginkan radiasi gamma dengan 8 4,98E+1 8 TO TAL 1,07E+ 19 1,05E+ 19 1,02E+ 19 1,01E+ 19 φ (n/ cm 2.detik) 3,24E+13 2,75E+13 2,32E+13 2,03E+13 intensitas yang paling kecil. Dengan melihat hasil di atas, maka bahan bakar UMo dengan densitas 9,47 g/cc memiliki kuat sumber atau intensitas yang paling kecil. KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan di atas diperoleh kesimpulan bahwa intensitas gamma dari jalur hasil peluruhan radionuklida (GPl) memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan jenis gamma lainnya (GTR dan GFS). Dalam kondisi daya tetap, semakin tinggi densitas bahan bakar UMo, maka semakin kecil intensitas gammanya. Sehingga untuk keselamatan radiasi pada reaktor riset baru dengan bahan bakar UMo lebih diinginkan untuk memiliki radiasi gamma dengan intensitas atau kuat sumber yang paling kecil, yaitu dengan menaikkan densitas bahan bakarnya. 116

DAFTAR PUSTAKA 1. STERBENTZ, J.W., Calculated Neutron and Gamma Rays Spectra, 13th International Symposium on Reactor Dosimetry, INL/CON-08-13845 (2002). 2. MARTIN A., HARBISON S.A., An Introduction to Radiation Protection, 5th edition., ISBN 10-0340885432 (2006). 3. ARDANI, Analisis Aktivitas Sumber Radiasi dan Intensitas Sinar Gamma di Teras Reaktor PWR 1000 MWe, Jurnal Tek. Reaktor Nuklir TDM Vol. 12 No. 3 Oktober 2010, Hal. 67-74, ISSN 1411 240X, Nomor : 266/AU1/P2MBI/05/2010 (2010). 4. ANONIM, Rencana stratejik BATAN Tahun 2010-2014, Sub Kegiatan Pengembangan Pemanfaatan Reaktor Riset dan Verifikasi Desain Teras Reaktor Daya PWR (2010). 5. HASTUTI, E. P., DKK., User Criteria Document (UCD) Reaktor Riset Inovatif, Dokumen Teknis PTRKN 2012, BATAN- RKN-06-2012 (2012). 6. LAMARSH, J.R., Introduction to Nuclear Reactor Theory, Addison- Wesley Publishing Company, Inc. (1966). 7. LAMARSH, J.R., Introduction to Nuclear Engineering, Addison-Wesley Publishing Company, Inc. (1983). 8. JAEGER, R.G., BLIZARD, A.B., GROTENHUIS, M., Engineering Compendium on Radiation Shielding, Springer-Verlag, New York (1968). 9. TULI, J.K., Thermal Neutron Capture Gamma-rays, National Nuclear Data Center, Brookhaven National Laboratory, Upton, N.Y. 11973, U.S.A., February 2 (1999). 10. LAMARSH, J.R., Introduction to Nuclear Reactor Theory, American Nuclear Sosiety, ASIN/ISBN 0894480405 (2002). 11. GROFF, A.G., A User Manual for the Computer Code ORIGEN-2.1, Isotope Generation and Depletion Code-Matrix Exponential Method, RSIC-ORNL, Oak Ridge, Tennessee 37830, October (1982). 12. ARDANI, Analisis Dosis Gamma di Luar Dinding Perisai Radiasi Reaktor Riset, Prosiding Seminar Nasional ke-18 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir Bandung, 29 September 2012 Hal 293-304, ISSN: 0854 2910 (2012). 13. RINARD, P., Neutron Interactions with Matter (1976). 14. Tersedia pada : http://www.fas.org/sgp/ othergov/doe/lanl/lib-www/lapubs/00326407.pdf 117