BAB I PENDAHULUAN. industri dan pengobatan (Moon dan Parulekar, 1993). merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB I PANDAHULUAN. Adanya cahaya, akan mempengaruhi suhu di bumi. Suhu banyak diaplikasikan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair tahu adalah air buangan dari proses produksi tahu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai biokatalisator pada reaksireaksi

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENGANTAR. dapat menghemat energi dan aman untuk lingkungan. Enzim merupakan produk. maupun non pangan (Darwis dan Sukara, 1990).

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH MEDIUM LIMBAH ORGANIK TERHADAP AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DARI ISOLAT KAPANG TANAH WONOREJO

POTENSI ISOLAT KAPANG KOLEKSI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN BIOTEKNOLOGI BIOLOGI ITS DALAM MENDEGRADASI PEWARNA AZO ORANGE II

BAB I PENDAHULUAN. terdapat beragam mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kondisi ekstrim, seperti

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan salah satu bagian dari makhluk hidup yang dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Enzim adalah senyawa protein yang dihasilkan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pesatnya perkembangan industri di berbagai daerah di tanah air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

BAB I PENGANTAR. Lipase merupakan enzim yang berperan sebagai katalis dalam proses

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 10 15% per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris tidak hanya terfokus pada masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dari ekor pada tahun

Media Kultur. Pendahuluan

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang harus segera ditanggulangi. Eksploitasi secara terus-menerus terhadap bahan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

Mikroorganisme dalam Industri Fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Advisory (FAR), mengungkapkan bahwa Indonesia adalah penyumbang

BAB I PENDAHULUAN. senyawa yang lebih sederhana seperti peptida dan asam amino. Enzim protease

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, mikroorganisme berperan dalam industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sebagai obat. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. merupakan limbah yang berbahaya, salah satunya adalah limbah oil sludge yang

Anna Rakhmawati 2014

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

`BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dijumpai didaerah Indonesia terutama di daerah Sumatera Barat. Produksi kakao

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I. PENDAHULUAN. tanpa ikut berubah di akhir reaksi (Agustrina dan Handayani, 2006). Molekul

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

KUALITAS BIOETANOL LIMBAH PADAT BASAH TAPIOKA DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA. Skripsi

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

LOGO. Dosen Pembimbing: Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si, M.Si Dr.rer.nat.Ir. Maya Shovitri, M.Si

Media Kultur. Pendahuluan. Komposisi Media 3/9/2016. Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Minggu ke 3 Nur Hidayat

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

I. PENDAHULUAN. keseimbangan populasi mikroba usus (Anonim 1, 2008). Kata probiotik

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak pencemaran dan pemborosan energi dapat dikurangi dengan penerapan di bidang bioteknologi, misalnya dengan aplikasi enzim (Aunstrup, 1993). Hal ini disebabkan, sifat enzim sebagai biokatalisator yang efisien, selektif, ekonomis, tidak beracun, mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan. Enzim juga digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya bidang industri dan pengobatan (Moon dan Parulekar, 1993). Salah satu jenis enzim yang aplikasinya sangat luas adalah enzim protease karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam bidang industri, antara lain industri deterjen, kulit, tekstil, makanan, pengolahan susu, farmasi, dan pada proses pengolahan limbah industri (Nascimento dan Martin, 2006). Protease merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan diperkirakan sebesar 60% dari total enzim yang diperjualbelikan di seluruh dunia (Singh et al., 2001; Gupta et al., 2005; Gaur dan Wadhwa, 2008). Menurut Yusriah dan Nengah (2013) enzim yang diperjualbelikan di dunia sebesar 65 %. Kemajuan dalam bidang bioteknologi memungkinkan semakin meluasnya penggunaan enzim protease dalam berbagai produk komersial. Di Indonesia kebutuhan akan enzim protease juga semakin meningkat, namun kebutuhan ini masih bergantung pada produksi impor (Suhartono, 1989). Konsumsi enzim industri di Indonesia hampir 99% dipenuhi dari produk impor dan diperkirakan 1

2 mencapai nilai 121,85 Milyar pada tahun 2013 dengan laju peningkatan rata-rata 6,67% per tahun (Wahyono, 2011). Konsumsi enzim untuk industri diperkirakan mencapai sekitar 2.500 ton pada tahun 2015 dengan nilai impor sebesar Rp 187,5 US$ (BPPT, 2013). Salah satu cara mengantisipasi ketergantungan terhadap produksi impor tersebut perlu adanya usaha untuk memproduksi enzim protease. Sumber enzim adalah organisme hidup, tanaman, hewan dan mikroba (Suhartono, 1989). Sumber enzim protease yang telah diketahui berasal dari hewan, mikroba, dan tumbuhan. Tumbuhan merupakan sumber enzim protease terbesar (43,85%) diikuti oleh bakteri (18,09%), kapang (15,08%), hewan (11.15%), alga (7,42%) dan virus (4,41%) (Mahajan dan Shamkant, 2010). Salah satu sumber protease adalah mikroorganisme (Rao, 1998). Penggunaan mikroorganisme untuk produksi enzim protease mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya mudah diproduksi dalam skala besar, waktu produksi relatif pendek serta dapat diproduksi secara berkesinambungan dengan biaya yang relatif rendah (Thomas, 1989). Suhartono (1989) menambahkan mikroorganisme adalah sumber enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan hewan dan tanaman. Sebagai sumber enzim, mikroorganisme dianggap lebih menguntungkan karena pertumbuhannya cepat dan mudah diatur, tumbuh pada substrat yang murah. produktivitas yang tinggi, sifat yang dapat diubah ke arah yang lebih menguntungkan seperti teknik fermentasi, mutasi, dan rekayasa genetik.

3 Adanya enzim merupakan sebuah fenomena alam yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Dalam surat Adz-Dzariyaat ayat 20, Allah berfirman: Artinya: dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orangorang yang yakin (QS. Adz-Dzariyaat: 20). berbunyi : Allah juga menjelaskan dalam al-quran surat Al-Hijr ayat 20 yang Artinya : Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rizki kepadanya (QS. Al- Hijr: 20). Kedua ayat diatas menjelaskan bahwa dibumi terdapat tanda-tanda keagungan Pencipta dan kekuasaan-nya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti gunung, sungai, tumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme apabila dikelola dengan baik dapat menghasilkan enzim protease yang mempunyai manfaat bagi alam dan kehidupan manusia. Sekitar dua pertiga protease yang digunakan di bidang industri dihasilkan oleh mikroorganisme, terutama bakteri dari genus Bacillus dan kapang dari genus Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, Endhotia dan Mucor (Yusriah dan Nengah, 2013). Stepanov (1981) menambahkan bahwa genus Trichoderma juga dapat menghasilkan enzim protease. Pada tahun 1993 ditemukan pertama kali enzim protease alkali dari Trichoderma atroviridae dan T. viriens.

4 Berdasarkan penelitian Shakeri dan Howard (2006) didapatkan produksi enzim protease Trichoderma harzianum strain 101645 sebesar 8,4 U/ml dan strain 206040 sebesar 11,3 U/ml pada suhu 40 C dengan menggunakan media CD (Czapek Dok) yang ditambahkan dengan kasein. Penelitian Haggag et al. (2006) menyatakan bahwa aktivitas protease yang dihasilkan Trichoderma harzianum adalah sebesar 18 U/mg pada suhu 30 C dan produksi menurun pada suhu 40 C. Yusriah dan Nengah (2013) menjelaskan Penicillium sp. merupakan jenis kapang yang menghasilkan aktivitas protease sebesar 2,416 U/ml dan dicapai pada ph 8 dan suhu 40 C. Pada penelitian Haq et. al (2006) produksi enzim protease tertinggi dari Penicillium chysogenum diperoleh nilai sebesar 12,79 U/ml pada suhu 30 C. Produksi protease tertinggi yaitu pada tmeperatur 27 C sebesar 1,1134 dan 30 C sebesar 1,1304 yang dilihat pada spektrofotometer OD 275 nm (Gupta, 2009). Semua reaksi enzimatis dipengaruhi oleh suhu. Peningkatan suhu pada suatu reaksi berhubungan dengan bertambahnya energi kinetik molekul sehingga kontak antara substrat dan enzim dapat terjadi dengan frekuensi yang lebih banyak (Suhartono, 1989). Namun suhu yang semakin meningkat akan mendenaturasi enzim karena enzim termasuk protein (Martin, 1983). Pada temperatur rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat, kenaikan temperatur akan mempercepat reaksi, hingga suhu optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum. Kenaikan temperatur melewati temperatur optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan kecepatan reaksi enzimatis

5 (Wuryanti, 2004). Kebanyakan enzim mempunyai aktivitas optimum oada suhu antara 30 C dan 40 C (Volk dan Wheeler, 1988). Menurut Aunstrup (1979) untuk menghasilkan enzim protease media produksi yang digunakan harus memenuhi kebutuhan dasar untuk menghasilkan produk. Unsur utama yang paling dibutuhkan adalah nitrogen dan karbon. Limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai subtrat untuk menumbuhkan mikroba untuk memproduksi berbagai jenis bahan yang bermanfaat bagi industri, seperti enzim dan zat antibiotika. Limbah pertanian yang sering digunakan dalam produksi enzim adalah jerami, onggok, dedak dan limbah cair tahu yang digunakan sebagai medium pertumbuhan mikroba (Yusak, 2004). Limbah cair tahu merupakan salah satu limbah pertanian yang berlimpah yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik tahu. Limbah cair tahu ini penggunaannya masih sangat terbatas dan umumnya dibuang ke sungai, yang dapat mengakibatkan pencemaran sungai. Limbah cair tahu mengandung protein dan glukosa dengan kadar yang relatif tinggi (Pandy, 2010). Dengan kandungan nutrisi tersebut maka limbah cair tahu mempunyai potensi sebagai medium untuk memproduksi spora. Selain itu dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Dedak beras umumnya hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sehingga nilai ekonomis dedak beras masih sangat rendah. Menurut Udiyono (1987) dedak beras mengandung protein dan nitrogen yang relatif tinggi sehingga penanaman media penghasil enzim pada media dedak beras dapat digunakan

6 untuk menghasilkan enzim dan dedak beras dapat digunakan sebagai substrat atau sumber nutrisi untuk produksi enzim secara fermentasi. Pemanfaatan ezim yang berasal dari mikroorganisme telah banyak diteliti oleh para ilmuan, seperti kapang genus Penicillium dan Trichoderma yang berpotensi menghasilkan enzim protease, tetapi penelitian sebelumnya hanya mengetahui produksi enzim pada satu jenis kapang bukan campuran keduanya dan hanya menggunakan media kasein dan czapek dok (CD). Menurut Leng dan Yan (2011) menyatakan bahwa campuran 2 kapang dapat meningkatkan sintesis protease. Gubits dkk. (1997) menambahkan Trichoderma Harzianum dan Penicillium Simplicissimum mampu bekerjasama secara sinergis. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim protease dari Penicillium sp., Trichoderma sp. dan campuran Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dari isolat bagas tebu dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas enzim protease dari Penicillium sp. dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak? 2. Bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas enzim protease dari Trichoderma sp. dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak? 3. Bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas enzim protease campuran dari Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak.

7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas enzim protease dari Penicillium sp. dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak. 2. Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu terhadap aktivitas enzim protease dari Trichoderma sp. dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak. 3. Untuk mengetahui pengaruh perubahan suhu dan aktivitas optimum terhadap aktivitas enzim protease campuran dari Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Penicillium sp. dan Trichoderma sp. yang diisolasi dapat digunakan sebagai mikroorganisme alternatif penghasil enzim protease. 2. Memberikan informasi tentang suhu optimum untuk aktivitas enzim dari Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan campuran dari kedua kapang tersebut yang ditumbuhkan dalam media campuran limbah cair tahu dan dedak. 3. Dapat dijadikan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya, untuk mengembangkan Penicillium sp. dan Trichoderma sp. sebagai agen penghasil enzim protease yang lebih menguntungkan.

8 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Kapang yang digunakan yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. yang diperoleh dari koleksi laboratorium mikrobiologi UIN MALIKI Malang yang telah siisolasi dari bagas tebu. 2. Media yang digunakan adalah media limbah cair tahu dan dedak. 3. Perlakuan yang digunakan adalah variasi suhu yaitu 30 C, 40 C, dan 50 C dan variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan campuran keduanya.