BAB 1 PENDAHULUAN. yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. edukatif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui proses pengajaran siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan globalisasi sekarang ini sangat sekali diperlukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa mendatang akan semakin komplek. Menurut Undang-Undang Guru dan. yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana dan secara sistematis ) diberikan kepada peserta didik oleh pendidik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Deana Zefania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam meningkatkan potensi diri setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting yang menentukan

I. PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan fungsi tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia, dan setiap

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya alam manusia merupakan inti dan titik berat dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Keberhasilan pencapaian pembangunan dimasa yang akan datang sangat tergantung pada kualitas manusia yang dikembangkan pada masa sekarang. Oleh karena itu upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan dan dikembangkan secara efektif. Pembangunan akan berhasil jika didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Hal tersebut adalah salah satu kekuatan utama yang harus dimiliki oleh setiap negara, terutama indonesia sebagai negara berkembang. Sumber daya manusia yang berkualitas dipersiapkan dalam proses dan sistem pendidikan yang integral ( terpadu ) serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan harus direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas, berkehidupan damai, terbuka, demokratis, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia ( Balitbang Depdiknas, 2002 : 1 ) Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat kemajuan pendidikan bangsa yang bersangkutan. Pendidikan membantu dan membimbing peserta didik dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menjadi manusia yang sanggup menghadapi masalah dalam hidupnya. Manusia dapat menciptakan karya- karya besar untuk kemakmuran

manusia karena pendidikan merupakan proses budaya yang dapat ditingkatkan harkat dan martabatnya. Pendidikan nasional tidak lepas dari pembelajaran lembaga pendidikan sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pemberdayaan nilai, sikap, kemampuan. Proses ini harus didukung oleh partisipasi keluarga, masyarakat, sarana dan prasarana yang memadai. Undang undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini menegaskan bahwa pendidikan disekolah adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang ( D. Sudjana, 200 : 5 ). Satuan pendidikan sekolah berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Makna yang terkandung dalam undang undang tersebut menunjukkan bahwa pendidikan mampunyai fungsi utama untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di lingkungan masyarakat dan keluarga yaitu sebagai suplemen ( penambah ) dan komplemen ( pelengkap ) dari pendidikan persekolahan. Secara Umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang studi yang diajarkan di Sekolah Dasar untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global dan teknologi informasi di masa mendatang adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Materi pembelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikan,

penyusunan, pengujian gagasan. Melalui mata pelajaran IPA, kerja ilmiah seperti melakukan pengamatan, memprediksi dan keterampilan berfikir dapat dilatihkan kepada siswa dalam usaha memberi bekal ilmu pengetahuan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), konsep pembelajaran IPA mengandung seluruh aspek tentang yang berhubungan dengan pengetahuan untuk dapat menanggapi isu local, nasional, kawasan dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika serta menilai secara krisis perkembangan dalam bidang IPA di SD hendaknya dapat dirancang dan dipersiapkan untuk memotivasi dan dapat menimbulkan suatu pertanyaan. Ciri utama pembelajaran IPA adalah menimbulkan suatu pertanyaan atau masalah dilanjutkan dengan arahan guru menggali informasi, mengkonfirmasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan mengarahkan pada tujuan apa yang belum dan harus diketahui. Dalam Teori Pembelajaran IPA Untuk Sekolah Dasar (Tim Dosen Pendidikan IPA PGSD,2002:1) dinyatakan bahwa pendidikan IPA hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung serta bertanya dan bekerja sama untuk memahami proses pembentukan ilmu. Kekurangan alat bantu belajar dalam pembelajaran IPA selalu menjadi alasan utama terhadap kurang berhasilnya pembelajaran IPA di SD, hal ini disebabkan mata pelajaran IPA merupakan cabang disiplin ilmu yang mempelajari tentang suatu kejadian audio atau visual yang membutuhkan alat bantu untuk menyampaikan suatu konsep. Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat mengakibatkan rendahnya motivasi siswa untuk belajar. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar merupakan salah satu faktor dari penyebab kurang berhasilnya proses belajar pada anak didik. Motivasi dan minat belajar siswa merupakan komponen yang berperan sangat penting untuk menentukan keberhasilan belajar anak didik. Rendahnya motivasi dan minat siswa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : (1) kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu konsep, (2) kurangnya sikap

positif terhadap mata pelajaran yang dipelajari, (3) kurangnya interpretasi terhadap tugastugas mata pelajaran. Beberapa kemungkinan kurangnya minat anak didik untuk belajar adalah kurangnya kreatifitas guru dalam proses pembelajaran. Hampir dalam setiap pembelajaran IPA, siswa terlihat merasa bosan dan kehilangan minat untuk belajar. Salah satunya adalah pada topik penggolongan makhluk hidup. Siswa merasa sudah faham dan terkesan menyepelekan karena penggolongan makhluk hidup merupakan salah satu penggolongan yang sering mereka temui dan sudah tidak asing lagi dalam kehidupan seharihari. Dari hasil observasi di SD Negeri Cileungsi 06 ditemukan antara lain pengajaran mata pelajaran IPA yang belum secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan metoda belajar yang digunakan, guru hanya menjelaskan saja atau hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa memberikan contoh nyata. Selain itu kurangnya media belajar alat peraga yang diperlukan dalam proses pemberian materi IPA. Masih adanya Guru bersikap malas untuk kreatif membuat alat peraga sederhana yang menunjang proses pembelajaran. Alat peraga yang sudah tersedia (KIT) tidak dipergunakan. Hal itu menyebabkan rendahnya pemahaman konsep siswa, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pemahaman siswa hilang dan terlupakan dari ingatanya. Dapat dilihat dari hasil ulangan yang dilakukan masih 50% siswa belum mencapai KKM. Kemudian dilakukan remedial (pengulangan) bagi siswa yang masih belum mencapai KKM. Kemudian setelah di analisis siswa kurang memiliki ketertarikan terhadap mata pelajaran ini di karenakan metode yang di gunakan guru masih kurang menarik, kurangnya media pembelajaran yang digunakan yang kurang maximal dan kurang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi yang di sampaikan kurang dapat dimengerti siswa. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba menggunakan metode demonstrasi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tempat penulis bertugas. Upaya tersebut direalisasikan melalui karya ilmiah

dengan judul Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Demonstrasi Pada Pembelajaran IPA Tentang Penggolongan Makhluk Hidup Berdasarkan Tempat Hidupnya Di Kelas III SDNegeri Cileungsi 06 Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor. B. Rumusan Masalah dan pembatasan masalah Rumusan masalah dari latar belakang di atas yang menjadi fokus permasalahan adalah Upaya meningkatkan minat belajar siswa melalui penggunaan model Demonstrasi tentang penggolongan hewan berdasarkan tempat hidupnya Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi. Agar dalam proses pembelajaran lebih terarah maka rumusan masalah dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan pembelajaran tentang penggolongan makhluk hidup dengan metode demonstrasi b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA tentang penggolongan makhluk hidup di kelas 3 c. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran siswa tentang penggolongan makhluk hidup C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode Demonstrasi yang tepat di kelas III SDNegeri Cileungsi 06. Lebih spesifik tujuan tersebut dirinci sabagai berikut : 1). Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran tentang penggolongan makhluk hidup dengan metode demonstrasi

2). Untuk mengetahui pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran IPA tentang penggolongan makhluk hidup di kelas 3 3). Upaya mengetahui penerapan minat siswa terhadap pembelajaran siswa tentang penggolongan makhluk hidup D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dan informasi dan sebagai salah satu syarat kelulusan bagi penulis. a). Bagi Guru 1). Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam proses pembelajaran IPA, dengan menggunakan metode demonstrasi yang berdaya guna meningkatkan minat siswa. 2). Secara bertahap memperoleh peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. 3). Mampu memperbaiki pembelajaran menuju arah yang lebih baik. b). Bagi Siswa Memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam hal pengembangan potensi sains dan potensi kreatif melalui pembelajaran IPA yang menyenangkan. 1). Meningkatkan motivasi belajar dan minat siswa terhadap mata pelajaran IPA 2). Memudahkan siswa untuk lebih memahami konsep dasar IPA dengan menggunakan model Demonstrasi c). Bagi Sekolah Sebagai sumber inspirasi bagi upaya upaya perbaikan kualitas pembelajaran IPA, khususnya di SD Negeri Cileungsi 06. Mengembangkan fungsi Sumber Daya Alam untuk kegiatan penelitian sehingga diperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan

metode demonstrasi khususnya pada pembelajaran IPA untuk meningkatkan minat belajar siswa. d). Bagi Lembaga Sebagai masukan yang berharga dan bahan kajian pendidikan akademis untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan kurikulum di lembaga pendidikan tinggi yang menangani kependidikan (LPTK ) khususnya PGSD UPI Bumi Siliwangi. E. Definisi Operasional 1. Pemahaman Konsep Variabel agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu di definisikan hal-hal sebagai berikut : Hakikat pembelajaran IPA adalah proses terwujudnya pelaksanaan pembelajaran yang melatih ketrampilan bagaimana cara produk sains ditemukan. Metode pembelajaran demonstrasi adalah berdasarkan pemahaman konsep menurut Bloom ( Ernawati 2005 : 8 ) adalah kemampuan mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Penguasaan konsep adalah kemampuan mengungkapkan suatu materi kedalam bentuk yang dapat dipahami, mampu memberikan interprestasi dan mampu mengaplikasikan suatu rancangan materi atau pengertian yang menjadi dasar suatu materi. 2. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang di sajikan. Sanjaya ( 200:150 ) mengatakan : metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakandan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Pendapat lain tentang demonstrasi dikemukakan oleh Yamin ( 2005:65 ) yaitu penggunaan metode demonstrasi dapat diterapkan dengan syarat memiliki keahlian untuk mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. 3. Pengertian Minat Minat merupakan suatu kecenderungan yang terdapat dalam diri seseorang untuk selalu memperhatikandan mengingat sesuatu secara terus menerus, sehingga menyebabkan seseorang itu tertarik untuk melakukan aktivitas atau senang terhadap sesuatu (H.M.Alisuf Sabri, 1996;84). Siswa yang mengikuti aktivitas erat hubunganya dengan kegiatan belajar. Perasaan senang itu dapat terlihat dalam sikap, partisipasi, perhatian. Minat merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang perlu dikembangkan karena minat berhubungan dengan kesiapan mental individu dan mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan. Minat akan nampak pada individu yang memusatkan perhatiannya dan meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu objek atau kejadian tertentu. Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan memusatkan perhatiannya terhadap proses belajar mengajar dan akan merasa senang untuk melakukan kegiatan yang erat hubungannya dengan kegiatan belajar. Perasaan senang itu dapat terlihat dalam sikap, partisipasi, perhatian, serta terjawab dalam proses belajar mengajar. Minat dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pengertian terhadap sesuatu yang akan dihadapi. Misalnya proses meningkatkan minat belajar siswa maka guru harus memberikan pengertian tentang pentingnya peranan belajar dalam meningkatkan prestasi. Sehingga minat dapat menjadi pendorong untuk melaksanakan hal yang telah dipahami dan dapat dimanifestasikan dengan perbuatan yang nyata. Guru juga harus mengusahakan agar hal yang disajikan itu sebagai hal pengalaman belajar yang menarik.

Minat terdapat beberapa aspek yaitu 1.kognitif Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang di tampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang di minatinya. Sikap ini dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung aktivitas yang di minatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah di dapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang di minatinya dan akan memiliki waktu khusus untuk memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas yang di minatinya tersebut. 2.afektif Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang menampakkan aspek kognitif dari minat yang di tampilkan dalam sikap terhadap aktivitas yang di minatinya. Sikap ini dikembangkan dari pengalaman pribadi, sikap orang tua, guru dan kelompok yang mendukung aktivitas yang di minatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah di dapatkannya, serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok dan lingkungannya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang di minatinya dan akan memiliki waktu khusus untuk memiliki frekuensi yang tinggi untuk melakukan suatu aktivitas yang di minatinya tersebut. 3.psikomotor. Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan sebagai tindak lanjut dari nilai yang di dapat melalui aspek kognitif dan di internalisasikan

melalui aspek afektif sehingga mengorganisasi dan di aplikasikan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu hal akan berusaha mewujudkannya sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya. Dan indikator dari minat itu sendiri menurut ( safari, 2003 ) adalah : 1. Perasaan senang, 2. Seorang siswa yang memiliki, 3. Ketertarikan siswa, 4. Perhatian siswa, 5. Keterlibatan siswa. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu keinginan, perhatian seseorang terhadap sesuatu objek yang dinyatakan dengan perasaan suka atau tidak suka untuk mencapai yang diinginkannya. F. Kajian Pustaka Minat merupakan salah satu aspek kepribadian individu yang perlu dikembangkan karena minat berhubungan dengan kesiapan mental individu dan mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan. Minat akan nampakpada individu yang memusatkan perhatiannya dan meningkatkan kegiatan dalam mencapai suatu objek atau kejadian tertentu. Minat erat kaitannya dengan perasaan senang sehingga dapat dikatakan minat terjadi karena sikap senang terhadap sesuatu.apabila individu mempunyai peranan senang terhadap sesuatu maka ia akan melahirkan sikap positif yang akan menumbuhkan minat untuk belajar. Sabaliknya, bila terdapat perasaan tidak senang terhadap sesuatu maka ia akan menimbulkan hambatan dan melahirkan sikap yang negatif sehingga tidak menunjang pada tujuan yang hendak dicapai.

Siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan memusatkan perhatiannya terhadap proses belajar mengajar dan akan merasa senang untuk melakukan kegiatanyang erat hubungannya dengan kegiatan belajar. Perasaan senang itu dapat terlihat dalam sikap, partisipasi, perhatian serta tanggung jawab dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) merupakan pembelajaran yang disajikan sejak pendidikan dasar. Konsep IPA menjadi bagian terpenting dalam pembelajaran IPA adalah materi yang turut menentukan terhadap prestasi belajar siswa. Pengetahuan alam sudah jelas adalah pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu diketahui oleh manusia. Jadi secara singkat Ilmu Pngetahuan Alam adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan sagala isinya ( Darmojo dalam Samatorva, 2006:2 ). Pada hakikatnya IPA dapat dipandang dari segi produk, proses dan segi pengembangan sikap. Artinya, belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil ( produk )dan dimensi pengembangan sikap ilmiah ( Sulistyorini, 2007:9 ). Dalam pembelajaran IPA yang menjadi fokus dalam pembelajaran adalah adanya interaksi antara siswa dengan obyek atau alam secara langsung. Oleh karena itu guru sebagai fasilitator perlu menciptakan kondisi dan menyediakan sarana agar siswa dapat mengamati dan memahami obyek IPA. Dengan demikian siswa dapat menentukan konsep dan membangunnya dalam struktur kognitifnya. G. Hipotesis Tindakan Sejalan dengan prestasi belajar, Maka dapat di artikan bahwa minat merupakan awal seseorang untuk berprestasi sesuai dengan kemampuan yang di miliki dan di senangi.minat merupakan suatu proses seseorang dimana seseorang tersebut memiliki kesukaan atau ketertarikan terhadap suatu hal dan mampu membuat nyaman. Dalam hal ini kami meneliti minat belajar siswa dalam mempelajari

pembelajaran IPA yang pada khususnya tentang penggolongan makhluk hidup di kelas 3 akan menjadi lebih baik. Hipotesis yang akan di uji dalam penelitian mencakup dua permasalahan, yaitu : Hi : ada perbedaan minat belajar siswa yang menggunakan model demonstrasi dengan yang tidak menggunakan model demonstrasi dalam pembelajaran tentang penggolongan makhluk hidup. H0 : tidak adanya perbedaan minat belajar siswa yang menggunakan model demonstrasi dengan yang tidak menggunakan model demonstrasi.