BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menulis, yaitu menulis teks laporan hasil observasi, menulis teks prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) universitas juga diberikan mata pelajaran bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah FERI YANTO, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Fisika berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa dipergunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antarpenutur untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia tidak akan pernah terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Oleh karena itu, kemampuan menguasai bahasa Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar memiliki beberapa bagian

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang harus diajarkan kepada siswa selain keterampilan berbahasa lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan ialah membaca di dalam sebuah puisi. Mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbahasa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memerlukan guru dan siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ini sangat memerlukan adanya peningkatan kemampuan siswanya dalam membaca permulaan.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi siswa dalam bidang-bidang tertentu. Penguasaan keterampilan dalam

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain, demikian sebaliknya. Agar dapat berkomunikasi dengan baik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru lebih terpusat pada transformasi nilai-nilai yang terpuji dan

BAB I PENDAHULUAN. pun sudah didapat para siswa sejak duduk di sekolah dasar yang dikemas. bahwa Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah, namun

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PGSD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan guru mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan terus mengikuti perkembangan teknologi. Peserta didik saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran sastra tidak akan ada gunanya lagi untuk diadakan (Rahmanto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SISWA KELAS V SD NEGERI I GEBANG NGUNTORONADI WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Salah satu jenis pedidikan di Indonesia adalah pedidikan formal

BAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan yang tidak mungkin dicapai jika tidak ada kebiasaan dan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, salah satunya keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengungkapkan pikiran dan mengekspresikan idenya kepada orang lain secara lisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, tujuan keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti menceritakan pengalaman, bercerita, mendiskusikan masalah, mewawancarai tokoh dan masih banyak lainnya. sehingga kemampuan berbicara peserta didik dapat ditingkatkan dengan membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan. Kenyataan dilapangan tidak sesuai dengan harapan, dikarenakan hasil belajar siswa dalam kegiatan bercerita tergolong rendah. Pengakuan dari siswa sendiri menyatakan bahwa kegiatan berbicara secara lisan di depan kelas merupakan kegiatan yang menakutkan. Hal ini dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (dalam Jurnal Dinamika 03 Nomor 03 Tahun 2013) dengan judul Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Metode Inkuiri Berbantu Media Kartu Kata Kunci (K3) Pada SMP Muhammadiyah Slawi Kabupaten Tegal mengatakan bahwa kemampuan bercerita peserta didik kurang. Hal ini diketahui dari hasil siklus I dengan nilai rata-rata yaitu 57,28% dan siklus II dengan nilai rata-rata yaitu 75,92. Salah satu wujud dari pembelajaran berbicara yang dimuat

2 dalam sistem kurikulum KTSP 2006 ialah mengembangkan kemampuan bercerita siswa sesuai dengan tuntutan kompetisi dalam pembelajaran bercerita. Bercerita merupakan aktivitas menyampaikan peristiwa atau kejadian secara lisan dengan pilihan kata dan ekspresi yang sering digunakan oleh pencerita. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mampu mengolah interaksi belajar mengajar yang memberikan ransangan kepada siswa, karena guru memegang peranan penting dalam mencapai kompetensi siswanya. Adapun kegiatan pembelajaran bercerita yang diupayakan guru belum sepenuhnya menuju kearah proses pengembangan kreativitas dan keaktifan siswa. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Nurisma (dalam skripsi pendidikan PGSD 2014 dengan judul Pengaruh Media Audio Visual Terhadap kemampuan Menceritakan Kembali Cerita Anak yang di dengar Siswa Kelas II SDN Mranggen Kecamatan Porwoasri Kabupaten Kediri Tahun Pembelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu mencapai nilai rata-rata KKM yang ditetapkan yakni 70. Salah satu bentuk upaya untuk mengembangkan keterampilan bercerita yaitu melalui demostrasi yang dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan urutan cerita yang baik, kenyaringan suara, lafal, intonasi, gerak-gerik/mimik yang tepat, sehingga siswa mampu memahami dan mampu bercerita dengan baik tanpa ada suatu hambatan kedepannya. Menurut hasil observasi, nilai rata-rata kemampuan bercerita siswa SMP Negeri 2 Sunggal masih tergolong rendah yaitu 65. Tuntutan kompetensi 6.1 tidak seutuhnya dapat dicapai, Sehingga nilai rata-rata siswa tidak mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini diperkuat dengan wawancara peneliti

3 dengan Ibu J.hutapea, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia menyatakan bahwa rendahnya kemampuan siswa dalam bercerita dikarenakan siswa kurang memahami cerita, sehingga jalan ceritanya menjadi kurang runtut, dan rangkaian peristiwa atau kejadian yang dimaksud dalam cerita menjadi sulit dipahami dan dimengerti oleh pendengar. permasalahan berikutnya adalah yang sering dijumpai guru dalam diri siswa yaitu permasalahan yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor internal). Banyak siswa yang merasa takut ketika diminta berbicara di depan kelas. Meskipun dalam keseharian setiap siswa dapat dengan mudah berbicara, namun tidak demikian ketika ia harus berbicara dalam situasi formal. Permasalahan lainnya saat siswa bercerita adalah siswa merasa malu, dan kurang percaya diri saat bercerita. Hal ini dikarenakan tidak ada kesempatan bagi siswa untuk berlatih bercerita terlebih dahulu, sehingga mempengaruhi penampilan siswa saat itu. Masalah lain yang dialami siswa saat bercerita yaitu siswa belum mampu bercerita dengan memperhatikan teknik dalam bercerita seperti urutan cerita yang baik, kenyaringan suara, lafal, intonasi, dan gerakgerik/ mimik yang tepat. Pada saat bercerita suara siswa masih terdengar sayupsayup dan kurang keras, penggunaan intonasi ketika siswa bercerita, masih kurang tepat. Sebagian besar siswa juga masih menggunakan nada dan tekanan yang kurang tepat saat bercerita. Permasalahan lainnya yang terdapat pada guru selama ini ialah, metode yang masih digunakan guru dalam mengajar adalah metode ceramah. Kemudian penggunaan media pembelajaran yang digunakan guru hanya satu sumber saja yaitu buku, sehingga prestasi dan ketertarikan siswa dengan materi pembelajaran bercerita sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.

4 Bercerita yang baik, tidak dapat tercipta tanpa adanya motivasi atau rangsangan dan latihan dari guru kepada siswa. Motivasi dapat berupa pemberian semangat kepada siswa, untuk mau bercerita di depan dan memperhatikan dengan baik proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Rangsangan siswa dalam bercerita dapat dilaksanaakan dengan pemilihan media yang tepat terhadap kegiatan bercerita. Salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara khususnya dalam bercerita adalah menggunakan media pembelajaran audio visual video compact disc. Media pembelajaran audio visual video compact disc dalam proses belajar mengajar mampu meningkatkan kemampuan bercerita siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang telah dilakukan BAVA (British Audio Visual Aids) menunjukkan bahwa informasi yang diserap melalui indra pendengaran hanya 13% saja, sedangkan indera melalui pandang berkisar 87% dan 12% melalui indra yang lainnya. Untuk itu, dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar, disamping guru menyampaikan materi pembelajaran, proses penyampaian harus diikuti dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat, agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan secara optimal. Disamping itu, media pembelajaran audio visual video compact disc mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan, sehingga siswa lebih termotivasi. Media audio visual video compact disc dapat membuat suasana belajar siswa lebih interaktif dan pengemasan pola yang kreatif, akan menimbulkan kesan yang lebih terhadap materi pembelajaran yang dipelajari. Penggunaan media ini sangat penting untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep dan

5 untuk menghilangkan kebosanan. Media ini diharapkan dapat menjadi solusi dari masalah yang dialami guru maupun siswa dalam proses menggali potensi serta mengembangkan kemampuan bercerita. Pernyataan di atas didukung oleh Mukatiatun, ( Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol.2 no. 2 tahun, 2014) dengan judul meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Melalui Media Audio Visual. penelitian itu membuktikan bahwa media pembelajaran audio visual berupa Video Compact Disc dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan kondisi awal 58% hingga menjadi 69% pada siklus I dan 89% pada siklus II. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (dalam program Studi Pendidikan Khusus, Surakarta 2011) dengan judul Pengaruh Media Video Compact Disc Dongeng Anak Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Belajar Kelas 4 SDN Petoran Surakarta Tahun Ajaran 2110/211. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa pengaruh media VCD dalam bercerita, mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Chalimah (dalam skripsi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang) dengan judul Peningkatan Keterampilan Bercerita dengan Pendekatan Kontekstual Teknik Pemodelan melalui Media Video Compact Disc pada Siswa Kelas VIIG SMP N 6 Pekalongan Tahun 2007/2008. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media audio visual video compact disc dapat meningkatkan kemampuan bercerita. Hal ini dibuktikan berdasarkan analisis data penelitian, bahwa melalui pendekatan kontekstual dengan teknik pemodelan melalui Video

6 Compact Disc, keterampilan berbicara siswa pratindakan sebesar 63,7 %. Pada siklus I, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 68,29%, sedangkan pada siklus II, hasil yang dicapai sebesar 73,5 %. Perilaku yang ditunjukkan siswa pun berubah setelah diberi tindakan. Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran, tidak gugup dan semakin percaya diri ketika bercerita di depan kelas. Berdasarkan tinjauan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran audio visual video compact disc sangat berpengaruh terhadap prestasi serta motivasi siswa dalam belajar. Media pembelajaran audio visual video compact disc yang berbasis teknologi, menampilkan tayangan bercerita sebagai langkah awal dalam memotivasi dan menarik perhatian siswa. Tayangan yang disuguhkan oleh guru akan digunakan siswa sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati. Media pembelajaran audio visual video compact disc dalam bercerita, mengarahkan siswa dalam membentuk pengetahuan yang lebih nyata, dengan mengidentifikasi teknik bercerita yang baik dalam tayangan video compact disc. Dalam hal ini, media pembelajaran audio visual video compact disc membantu siswa mengembangkan kemampuan bercerita siswa yang sesuai dengan indikator pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, muncul ketertarikan penulis untuk mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh edia pembelajaran audio visual video compact disc terhadap kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sunggal tahun pembelajaran 2016/2017.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang diidentifikasi yaitu sebagai berikut. 1. Hasil belajar siswa dalam bercerita rendah. 2. Siswa merasa takut ketika diminta berbicara di depan kelas. 3. Siswa masih terlihat malu dan kurang rasa percaya diri saat bercerita. 4. Siswa belum mampu bercerita dengan teknik yang baik. 5. Guru masih menggunakan metode ceramah dengan media seadanya. C. Pembatasan Masalah Penelitian harus terfokus pada satu tujuan. Oleh sebab itu, masalah harus dibatasi. Berdasarkan hal tersebut, pembatas masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sunggal tahun pembelajaran 2016/2017. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat diketahui bahwa fokus masalah ialah pengaruh media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sunggal tahun pembelajaran 2016/2017. Agar penelitian ini lebih terarah, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

8 1. Bagaimanakah kemampuan bercerita sebelum menggunakan media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap siswa SMP Negeri 2 Sunggal Tahun Pembelajaran 2016/2017? 2. Bagaimanakah kemampuan bercerita setelah menggunakan media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap siswa SMP Negeri 2 Sunggal Tahun Pembelajaran 2016/2017? 3. Apakah media pembelajaran audio visual video compact disc berpengaruh terhadap kemampuan bercerita siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sunggal tahun pembelajaran 2016/2017? E. Tujuan Penelitian Perumusan tujuan penelitian harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Tujuan penelitian sangat penting karena sebagai penentu bagi langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui kemampuan bercerita sebelum menggunakan media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap siswa SMP Negeri 2 Sunggal Tahun Pembelajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui kemampuan bercerita setelah menggunakan media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap siswa SMP Negeri 2 Sunggal Tahun Pembelajaran 2016/2017. Uuntuk mengetahui pengaruh media pembelajaran audio visual video compact disc terhadap kemampuan bercerita siswa SMP Negeri 2 Sunggal Tahun Pembelajaran 2016/2017.

9 F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis, yaitu sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahui dalam teori pembelajaran bahasa, khususnya dalam bercerita dengan media pembelajaran audio visual video compact disc. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi bagi beberapa pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut. a. Bagi Siswa Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang konkret kepada siswa dalam proses bercerita dengan menggunakan media pembelajaran audio visual video compact disc, sehingga hasil belajar siswa dalam bercerita dapat meningkat. b. Bagi Guru Penelitian ini memberikan suatu dorongan ataupun motivasi bagi guru untuk melaksanakan pembeljaran yang menarik, inovatif, dan kreatif. c. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan pengalaman yang bermakna kepada penulis karena mampu mengembangkan wawasan serta

10 mengaplikasikan konsep-konsep pembelajaran yang telah diperoleh selama perkuliahan dalam bidang pendidikan.