BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang bersifat vokasional, salah satunya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nova Kristiana,2014

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan aktifitas atau peran, bahkan profesi tertentu. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Agies Yuliani, 2013

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan dan sikap untuk menghasilkan lulusan yang kompeten.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi sebagian orang adalah suatu kelebihan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk semua (Education For All) yang berarti pendidikan tanpa memandang batas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Permatasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

BAB I PENDAHULUAN. Atas studi pendahuluan yang dilaksanakan bersamaan Program Latihan

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB B Karnnamanohara Yogyakarta ) T E S I S

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2016 MANFAAT HASIL KURSUS TATA RIAS WAJAH PENGANTIN MODEREN SEBAGAI KESIAPAN MENJADI PENATA RIAS PENGANTIN

BAB IV PEMBERDAYAAN REMAJA DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

untuk memperbaiki penampilan dari kekurangan kekurangan yang ada ke arah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dimensi kemanusiaan paling elementer dapat berkembang secara optimal ( Haris,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecantikan merupakan bagian terpenting dari gaya hidup wanita. Setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan cenderung menutup diri dari lingkungannya. Pandangan masyarakat yang

BAB V PEMBAHASAN. berkebutuhan khusus di SMK Negeri 8 Surabaya. Surabaya semakin di percaya oleh mayarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Cantik identik dengan wanita karena semua wanita ingin cantik, Manusia

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU

BAB I PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Managamen Pendidikan Dasar dan Menengah, yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan. pembangunan nasional, karena pada hakekatnya pendidikan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN VAKASIONAL TEPAT GUNA BAGI ABK H.M.UMAR DJANI MARTASUTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

A. PENDAHULUAN B. Pengetahuan dan Teknik Corective Make Up 1. Pengertian rias wajah korektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang harus dialami oleh setiap manusia, mulai dari Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Dienda Nurmaisitha *1 Sudarsini *2

BAB I PENDAHULUAN. Riska Nur Azizah, 2014 PENERAPAN METODE DRILLDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERAWATAN TANAMAN HIAS

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal yang memiliki tugas,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap individu telah diatur di dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kecantikan identik dengan penampilan diri dan merupakan aset berharga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakekat pendidikan adalah suatu usaha untuk mendewasakan anak didik dan memberi bekal pengetahuan agar mampu dan cakap dalam melakukan tugas hidupnya, hal tersebut berlaku bagi setiap anak tanpa terkecuali anak tunarungu. Hak anak tunarungu untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semua warga negara tidak terkecuali warga negara yang tunarungu, berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang termasuk didalamnya adalah pembelajaran keterampilan. Berdasarkan hasil observasi yang telah penulis lakukan, peserta didik keterampilan tata rias adalah mereka yang duduk di tingkat SMALB yang jumlahnya ada empat orang. Keterampilan tata rias ini diberikan bagi peserta didik di kelas besar saja. Sementara untuk keterampilan bagi kelas kecil, disediakan keterampilan modeling. Kenyataannya di lapangan, pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo telah berjalan cukup lama namun sayangnya program pembelajarannya belum berjalan dengan baik. Pembelajaran keterampilan tata rias di SLB Negeri Cicendo pelaksanaan pembelajarannya belum optimal, dimana terdapat berbagai kekurangan, seperti perencanaan pembelajaran yang belum terprogram dengan baik, belum tersedianya ruangan khusus untuk tata rias, dan tenaga pengajar keterampilan tata rias pun bukan tenaga ahli di bidang tata rias melainkan guru kelas yang merangkap sebagai guru keterampilan. Oleh karena itu penulis merasa tertarik dan sangat penting untuk diteliti lebih lanjut. 1

2 Pembelajaran keterampilan bagi peserta didik tunarungu perlu diselenggarakan melalui suatu kegiatan yang berencana, bertahap dan bekelanjutan sebagai bekal untuk menjadi warga negara yang terampil, madiri, dan bertanggung jawab dalam kehidupannya. Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga kondisi ini berdampak terhadap kehidupannya, baik sebagai individu maupun insan sosial sehingga dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus untuk menanggulangi keterbatasannya yang disesuaikan dengan karakteristik ketunaannya. Pada hakikatnya, anak tunarungu adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki fisik yang sama dengan anak normal, mereka memiliki tingkat kecerdasan sama dengan anak normal dan memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan anak normal seperti memasak, bermain musik, menari, berdagang, olah raga, dan lain-lain. Borthroyd dalam Sadja ah (2005:1) menyatakan bahwa, ketunarunguan memunculkan dampak luas yang akan menjadi gangguan pada kehidupan diri yang bersangkutan. Berbagai dampak yang ditimbulkan sebagai akibat dari ketunarunguannya berpengaruh dalam hal: masalah bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan, masalah sosial ekonomi bahkan masalah vokasional. Tujuan penyelenggaraan layanan pendidikan bagi anak tunarungu adalah agar dapat mewujudkan penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya bagi anak tunarungu seoptimal mungkin dan dapat melayani pendidikan bagi anak didik dengan segala kekurangan ataupun kelainan yang disandangnya sehingga anak-anak tersebut dapat menerima keadaan dirinya dan menyadari bahwa ketunaannya tidak menjadi hambatan untuk belajar dan bekerja, memiliki sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlakukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja di masyarakat serta dapat menolong diri sendiri dan mengembangan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.

3 Dari tujuan pendidikan bagi anak tunarungu yang dipaparkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan proses pendidikan menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses pendidikan. Sekolah bertugas untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai tempat berkembangnya peserta didik. Setelah lulus dari sekolah luar biasa, tidak semua peserta didik tunarungu dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Dengan demikian mereka harus memiliki ketrampilan untuk memasuki dunia kerja sebagai bekal untuk hidup mandiri dan mampu berperan dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan pembelajaran vokasional di sekolah luar biasa untuk jenjang SMALB mencakup 60% dari keseluruhan jam mata pelajaran dan 40% untuk pembelajaran akademik. Pemebelajaran vokasional yang ada di sekolah luar biasa khususnya SLB-B sudah cukup beragam, seperti: keterampilan tata boga, komputer, otomotif, menjahit dan tata rias. Dari berbagai macam keterampilan yang biasa diselenggarakan di SLB-B yang telah disebutkan diatas, keterampilan tata rias sangat penting untuk diajarkan sama halnya dengan pembelajaran keterampilan-keterampilan lain. Sejajar dengan keterampilan lain, keterampilan tata rias merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang dapat dilakukan oleh diri sendiri dan orang lain. Keterampilan tata rias dapat memberikan pembelajaran kepada peserta didik untuk dapat merawat diri terutama bagi wanita dalam mempercantik diri serta penampilan. Dalam bukunya Wahyu (1993: 10) mengatakan bahwa tata rias wajah adalah teknik merias wajah yang dapat mengubah bagian muka yang kurang cantik menjadi cantik. Cara yang dilakukan adalah dengan mengadakan penyempurnaan, perbaikan bentuk muka, seperti menonjolkan bagian muka tertentu serta menyamarkan dan menutupi bagian muka yang kurang menarik dengan bantuan kosmetik serta cara merias yang baik. Selain untuk diri sendiri, keterampilan tata rias wajah juga dapat dimanfaatkan sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja setelah lulus sekolah nanti. Kedepannya peserta didik yang telah lulus dari jenjang pendidikan SMALB baik yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi maupun yang tidak,

4 diharapkan memiliki bekal keterampilan tata rias yang cukup sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal keterampilan kerja di bidang tata rias, seperti bekerja di salon, sanggar seni, maupun menjadi make-up artist sehingga dapat dijadikan sebagai profesi yang cukup menjanjikan untuk memperoleh penghasilan. Dalam situasi dunia kerja seperti sekarang, dimana jumlah pencari kerja yang sangat besar berbanding terbalik dengan lapangan pekerjaan yang terbatas serta masih rendahnya mutu keterampilan yang dimiliki oleh para lulusan pendidikan formal maupun non formal. Ini menyulitkan para lulusan sekolah luar biasa untuk memperolah pekerjaan. Akibatnya, sebagian besar anak berkebutuhan khusus akan menjadi pengangguran dan hidup mereka akan bergantung pada orang lain. Jika keadaan tersebut terus dibiarkan sementara laju pertumbuhan penduduk tetap tinggi, maka akan berakibat jumlah pengangguran bertambah banyak. Sehingga akan berakibat timbulnya berbagai masalah sosial seperti kemiskinan dan kriminalitas. Untuk itu harus ada suatu upaya agar permasalahan di atas dapat ditanggulangi, salah satunya dengan pengayaan pembelajaran keterampilan tata rias di sekolah luar biasa. Anak berkebutuhan khusus harus diberikan pendidikan atau latihan agar menjadi tenaga kerja yang mandiri dan berdaya saing, terlebih mengingat kondisi mereka dalam meraih kesempatan kerja selalu mendapat tantangan yang lebih besar seperti persaingan yang tidak seimbang, asumsi masyarakat yang negatif bahwa anak berkebutuhan khusus kurang potensial dan efektif dalam bekerja sehingga perusahaan pun enggan memperkerjakan mereka. Kalaupun ada, hanya sebagian kecil perusahaan yang mau atau bersedia menerima mereka untuk bekerja. Dalam Pembukaan Undang-Undang 1945 pasal 27 ayat 2 bahwa Tiaptiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan layak bagi kemanusiaan. Dari pasal tersebut saja dapat disimpulkan bahwa semua warga negara termasuk anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh proporsi atau kesempatan kerja yang sama dengan orang normal.

5 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pembelajaran Keterampilan Tata Rias Wajah Pengantin Sunda pada Peserta Didik Tunarungu Jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung. B. Fokus Masalah Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan permasalahannya dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terfokus. Adapun yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini adalah tertuju pada Bagaimana pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung?, dengan subfokus sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 3. Bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 4. Apa saja sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 5. Hambatan apa saja yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? 6. Solusi apakah yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah

6 pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tujuan dan kegunaan, sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: a. Mendapatkan gambaran bagaimana perencanaan program pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. b. Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. c. Mengetahui bagaimana evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. d. Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. e. Mengetahui apa saja hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung.

7 f. Mendapatkan solusi untuk menanggulangi hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu jenjang SMALB di SLB Negeri Cicendo kota Bandung. 2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teorotis maupun secara praktis. Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu: a. Secara teoritis Hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam ilmu pendidikan luar biasa, khususnya tentang pembelajaran keterampilan tata rias wajah pengantin Sunda pada peserta didik tunarungu. b. Secara praktis Bagi SLB B, khususnya SLB Negeri Cicendo kota Bandung hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan pembelajaran keterampilan tata rias wajah.