BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB III METODE PERANCANGAN. dan pengumpulan data dari masyarakat dan sumber-sumber dari beberapa artikel.

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. dalam studi Arsitektur, yang dilakukan secara runtun mulai dari munculnya ide

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB 3 METODE PERANCANGAN. yang bersifat ilmiah. Langkah-langkah ini meliputi survei obyek-obyek studi

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Taman Wisata Budaya dan Seni Madura. Hal ini merupakan rincian dari langkahlangkah

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. dibutuhkan salah satu metode yang dapat memudahkan perancangan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. masalah hal selanjutnya yang dilakukan ialah melakukan studi atau mencari data,

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ini sebelumnya dilakukan analisis-analisis terhadap aspek-aspek

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. literatur-literatur yang mendukung teori-teori yang dihadapi. Analisa data dapat

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni dan

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODE PERANCANGAN. Metoda perancangan dalam Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan dan

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. obyek perancangan yang akan dilakukan, yaitu Sekolah Tinggi Teknik

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. Perancangan Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) tentunya membutuhkan beberapa metode guna

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB III METODE PERANCANGAN. diskriptif yang mengenai pada langkah-langkah proses perancangan. Metode

BAB III METODE PERANCANGAN. atas permasalahan dan potensi yang bersumber dari dari data data dan isu-isu

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PERANCANGAN. ide/gagasan sampai dengan perumusan konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB III METODE PERANCANGAN. terjadi saat ini disertai dengan literatur-literatur yang mendukung teori-teori yang

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. ide yang mendasari dilakukannya perancangan tersebut, hingga konsep rancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangannya. Salah satu

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Kebutuhan akan merancang memerlukan beberapa aspek data dan metode

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Bab ini membahas dengan cara mengumpulkan dan menguraikan yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 7 PENUTUP. Terakota yang merupakan kesenian asli dari kerajaan Majapahit yang hampir punah

BAB III METODE PERANCANGAN. metode penelitian ini akan menguraikan secara terperinci bagaimana proses

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah

BAB III METODE PERANCANGAN. meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis konsep,

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir

Transkripsi:

BAB III METODE PERANCANGAN Merancang sebuah Griya Seni dan Budaya Terakota sesuai dengan konsep dan teori yang diinginkan tidak terlepas dari metode perancangan. Metode perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam proses merancang, yang menguraikan tentang pendekatan atau proses perancangan. Hal ini dapat diuraikan dengan mengumpulkan data berupa cerita yang teperinci dengan kondisi keadaan yang sebenarnya, disertai dengan literatur-literatur yang mendukung teori-teori yang berkaitan. Semuanya akan dirangkum didalam rumusan masalah yang selanjutnya muncul tujuan dalam perancangan. Proses dalam perancangan ini meliputi ide perancangan, identifikasi permasalahan, tujuan perancangan, pengumpulan data, analisis, konsep perancangan atau sintesis konsep, diagram atau alur perancangan. Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota di Trawas Kabupaten Mojokerto ialah sebagai berikut: A. Ide Perancangan Berawal dari kehidupan para pengrajin Terakota yang berada di Mojokerto, dengan berdirinya pusat kerajinan Terakota kegiatan yang ditimbulkan para pelaku kerajinan sedikit banyak berpengaruh terhadap keberlansungan situs Majapahit yang disebabkan oleh penggalihan bahan baku yang dilakukan oleh para pengrajin. 105

Terakota merupakan kerajinan peninggalan kerajaan Majapahit yang banyak ditemukan sebagai situs dan artefak peninggalan kerajaan. Maka tercetus sebuah pemikiran tentang perancangan pusat Griya Seni dan Budaya Terakota. Perancangan objek ini diharapkan mampu memberikan sarana dan prasarana yang memadai serta memudahkan dalam pembelajaran akan kerajinan seni Terakota bagi masyarakat, sehingga masyarakat yang berkecimpung didalam kesenian Terakota dapat melanjutkan kegiatan seni tersebut tanpa merusak situs-situs lainnya. Bagi masyarakat umum perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota merupakan sebuah ide perancangan bangunan pusat kesenian sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan pendidikan seni terhadap masyarakat. Dengan perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota kegiatan masyarakat terhadap seni Terakota dapat tersalurkan tanpa harus merusak situs-situs lainnya. Bagi masyarakat umum terdapat media pendidikan yang lengkap yang tidak ditemukan di Kabupaten Mojokerto. Selain itu, melihat dari sektor pariwisata yang ada di Kabupaten Mojokerto khususnya Trawas, pemilihan kawasan Trawas dirasa cukup ideal dikarenakan kawasan tersebut memiliki banyak potensi alam dan merupakan kawasan wisata situs Majapahit yang dapat dijumpai di Kabupaten Mojokerto. Akses pencapaian yang mudah menambah daya jual kawasan tersebut, juga mampu menambah promosi kunjungan wisata yang ada di Kabupaten Mojokerto. Dari pemikiran ide ini untuk kelanjutannya ditentukan tema perancangan. 106

Penentuan tema dilakukan dengan melihat kajian kebudayaan kerajaan Majapahit yang menjadi pusat kajian pada seni Terakota dan kebudayaan Masyarakat Jawa. Diintegrasikan dengan kajian keislaman tentang pemeliharaan kebudayaan, sehingga memunculkan masyarakat yang cinta dan melestarikan budaya. Dalam hal ini terkait dengan tujuan melestarikan kebudayaan Majapahit yang disandingkan dengan kebudayaan masyarakat Jawa maka perancangan menggunakan tema Re- Inventing Tradition sehingga memunculkan rancangan baru dengan nilai dua kebudayaan. Karakter tema Re-Inventing Tradition denmgan karakteristik kebudayaan Majapahit dan masyarakat Jawa dikombinasikan dengan konsep penghambaan yang mengagungkan Sang Pencipta menjadi dasar dalam perancangan Griya Seni dan Budaya di kawasan Trawas. Secara umum, ide perancangan ini didasarkan pada beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Al-Qur an yang menjelaskan tentang keharusan menjaga alam terutama manusia sebagai khalifah yang diturunkan di muka bumi. 2. Berdasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadist yang menjelaskan tentang keharusan melestarikan dan menjada nilai-nilai kebudayaan yang baik dan tidak melenceng dari agama. 3. Adanya keinginan penulis untuk merancang dan mengembangkan pusat kesenian Terakota yang berbentuk Griya Seni dan Budaya di Kabupaten Mojokerto yang merupakan pusat Ibukota Kerajaan Majapahit. 107

4. Belum adanya pusat Griya Seni dan Budaya Terakota di Kabupaten Mojokerto. B. Identifikasi Masalah Dengan adanya ide perancangan berupa objek Griya Seni dan Budaya Terakota di kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto, selanjutnya mengidentifikasikan hal-hal yang diperlukan dalam proses awal perancangan objek tersebut. Ditinjau dari kondisi kebudayaan di Mojokerto yang dulunya merupakan Ibukota Kerajaan Majapahit, terdapat beberapa kebutuhan yang diperlukan untuk melestarikan dan mengenalkan kesenian kerajaan Majapahit yang belum ada di Mojokerto. Berupa masalah masalah yang terkait dengan objek Griya Seni dan Budaya Terakota sebagai wadah untuk pelestarian budaya dan kesenian Terakota, beserta identifikasi masalah-masalah yang terkait dengan tempat yang dipilih untuk merancang objek tersebut. Proses identifikasi untuk mengetauhi data terkait pembangunan Griya Seni dan Budaya Terakota yaitu dengan mengetauhi permasalahan diantaranya: 1. Perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota diperlukan sebagai salah satu wujud pelestarian budaya terutama kesenian Terakota yang merupakan kebudayaan asli kerajaan Majapahit, dimana Majapahit merupakan kerajaan yang berada di Mojokerto Jawa Timur dengan status kerajaan terbesar yang mampu menyatukan Nusantara pada massa-nya. 108

2. Perancangan Griya Seni dan Budaya merupakan salah satu solusi terbaik untuk tetap mengenalkan kesenian Terakota pada masyarakat disaat ini, dengan memberikan pelajaran tentang seni Terakota. 3. Memberikan fasilitas yang tepat dan layak untuk meningkatkan kinerja masyarakat yang selama ini menekuni bidang kesenian Terakota. Namun, kinerja yang mereka lakukan tidak diimbangi dengan pemeliharaan terhadap situs-situs kerajaan, disebabkan oleh proses penggalihan tanah oleh pengrajin tanpa memperhatikan batasan wilayah yang dijadikan sebagai situs peninggalan Majapahit. 4. Merancang Griya Seni dan Budaya Terakota dengan tema Re-Inventing Tradition. Mengingat perancangan ini sebagai upaya untuk mengenalkan kembali tentang kesenian Terakota yang merupakan budaya di massa kerajaan Majapahit, dan Re-Inventing Tradition merupakan suatu tema rancangan yang tetap memperhatikan nilai kebudayaan atau citra dari kerajaan Majapahit yang disandingkan dengan unsur ke budayaan mastarakat Jawa, khususnya Jawa Timur. 5. Merancang Griya Seni dan Budaya yang terintegrasi dengan keislaman dan tanpa menghilangkan citra kerajaan Majapahit dan masyarakat Jawa, tentunya dengan panduan eksplorasi desain yang bersumber dari Al Qur an dan As Sunnah. 109

6. Memberikan fasilitas yang tepat dan layak untuk Meningkatkan pendapatan daerah khususnya dalam bidang pariwisata dan industri. C. Tujuan Perancangan Dengan adanya rumusan masalah yang dapat diselesaikan melalui rancangan, maka beberapa diantaranya dapat difokuskan kepada perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota yang diharapkan memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menghasilkan sebuah hasil rancangan perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota yang mendukung Kota Mojokerto sebagai Ibukota Majapahit pada massa kejayaan kerajaan. 2. Menghasilkan bentuk tatanan masa, fasad bangunan Griya Seni dan Budaya Terakota yang merupakan hasil analisa tapak, kebutuhan ruang, sirkulasi, dampak lingkungan, dengan menerapkan tema Re-Inventing Tradition yang diperoleh dari kebudayaan Majapahit dan kebudayaan Jawa, konsep, dan wawasan keislaman. D. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam rangka perancangan Griya Seni dan Budaya ini adalah berupa data-data primer serta data-data sekunder. Data primer yang dimaksud disini adalah data yang berasal dari rumah susun yang diperoleh dari hasil wawancara serta survei. Sedangkan data sekunder berasal dari referensi, baik berupa buku, jurnal, maupun literatur lain yang menunjang dalam proses perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota ini. 110

Proses pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam perancangan sebuah karya arsitektur. Pengumpulan data akan digunakan sebagai penunjang serta acuan dalam proses perancangan rumah susun ini. Dalam proses perancangan, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan gabungan dari metode kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan dengan cara: 1. Data Sekunder Data literatur digunakan sebagai sumber mengumpulkan berbagai jenis data yang menunjang dan yang berhubungan dengan perancangan. Data ini merupakan data sekunder yang dikumpulkan guna sebagai literatur acuan dalam proses perancangan. Data sekunder ini berupa: a. Al-Qur`an dan hadits yang bermanfaat sebagai parameter perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota. b. jurnal, buku-buku, maupun blog yang bermanfaat sebagai komparasi data yang digunakan dalam proses perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota. c. Bahan literatur yang digunakan sebagai sumber rancangan ialah berasal dari buku, jurnal, paper ataupun artikel blog dari para sumber yang memiliki nilai keakuratan, dan bahan literatur tersebut diolah lalu menghasilkan gambaran yang menyeluruh tentang apa saja yang telah diteliti dan bagaimana mengerjakanya. 111

Dengan data literatur yang didapatkan selanjutnya data diolah dan diidentifikasi guna mendapatkan gambaran tentang perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota, yakni sebagai berikut: a. Melakukan kajian literatur dan kajian terhadap Data Objek griya Seni dan Budaya, Tema Re-Inventing, dan Islam b. Merangkum berbagai peraturan dan standar yang ada yang bisa dijadikan rujukan: (1) Data standar Griya Seni dan Budaya (2) Penentuan batas kajian keislaman c. Melakukan studi banding kasus-kasus bangunan sejenis. d. Pengumpulan Data 2. Data Primer Data primer adalah data yang didapat langsung dari lapangan. Studi banding dilakukan untuk mendapatkan data yang terkait dengan obyek perancangan, yang diambil dan dijadikan acuan dalam perancangan sehingga dapat di kaji dari kelebihan yang dimiliki oleh obyek dan kekurangannya untuk diperbarui pada rancangan yang akan dbuat. Dalam proses pengambilan data ini, dilakukan dengan beberapa metode, dilakukan pada lahan yang akan digunakan sebagai tempat perancangan dan dilakukan pada objek-objek yang dijadikan sebagai studi banding terhadap perancangan Griya seni dan Budaya Terakota, di antaranya adalah sebagai berikut: 112

a. Pengamatan (Observasi) Pengamatan dilakukan pada tapak kawasan yaitu di kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto. Dari pengamatan/observasi ini didapatkan langsung kondisi dan suasana tapak pada kondisi di lapangan yang dapat memiliki manfaat dalam proses perancangan. Selanjutnya, berdasarkan hasil pengamatan langsung pada lahan yang akan dijadikan sebagai tempat perancangan diperoleh beberapa data di antaranya sebagai berikut: (1) Potensi Kawasan, kemudahan, potensi tapak, kelayakan tapak, dsb. (2) Ukuran tapak perancangan (3) Suasana tapak yang meliputi kondisi iklim, kondisi temperatur dan kelembaban secara umum, kecepatan dan pergerakan angin secara umum, keadaan dan topografi tanah, serta data data lain yang ada pada tapak. (4) Kondisi vegetasi. (5) Kondisi dan kedekatan sarana dan prasarana pada tapak perancangan (6) Kondisi umum transportasi yang meliputi jalur dan dimensi jalur (jalan), angkutan dan pengguna jalan secara umum dan berbagai fasilitas pendukung transportasi lainnya. (7) Kondisi drainase pada tapak perancangan (8) Kondisi umum ekonomi, sosial masyarakat Kabupaten Mojokerto, terutama para pengrajin Terakota. 113

Sedangkan pengamatan pada objek-objek yang berkarakter sama dengan Griya seni dan Budaya Terakota, diperoleh data-data diantaranya sebagai berikut: (1) Karakter atau fungsi bangunan Griya seni dan Budaya. (2) Kondisi, fasad, dan tata letak ruang pada rumah produksi Terakota dari bagian produksi yang diliputi ruang-ruang olah bahan, penyimpanan, pembakaran, pengeringan dan penyimpanan hasil produksi. (3) Kondisi, fasad, dan tata letak ruang yang terdapat pada rumah seni dari bagian penyimpanan, pameran dan penjualan. (4) Kehidupan pengrajin Terakota. b. Wawancara Metode wawancara ini dilakukan terhadap beberapa masyarakat yaitu beberapa pengrajin kesenian Terakota yang berada di desa Mbejijong kecamatan Trowulan Mojokerto, mengenai beberapa permasalahan yang terdapat pada rumah produksi kesenian Terakota, kemudian kepala desa Trawas Mojokerto mengenai kunjungan wisatawan ke daerah Trawas. Melalui metode ini, data atau informasi yang didapatkan diperoleh langsung dari responden dengan cara tatap muka dan bercakapcakap secara lansung. Melakukan wawancara terhadap masyarakat umum mengenai minat akan kesenian Terakota dan keinginan kebutuhan yang belum ada di kabupaten Mojokerto. Dari data tersebut diketahui kebutuhan dan masalah yang terkait dengan rencana 114

pembangunan objek lebih spesifik. Wawancara dilakukan secara terstruktur, yaitu dengan menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan secara sistematis. c. Dokumentasi Untuk melengkapi proses observasi dan wawancara, dapat dilakukan metode dokumentasi pada kondisi lapangan. Dalam perancangan Griya Seni dan Budaya ini, dokumentasi yang dihasilkan berupa foto survey yang dilakukan pada rumah produksi Terakota, foto kawasan beserta kondisi eksisting di tapak dan sekitarnya. E. Analisis data Dalam proses analisis, dilakukan pendekatan-pendekatan yang merupakan suatu tahapan kegiatan yang terdiri dari rangkaian telaah terhadap kondisi desa Trawas. Proses analisa data dilakukan dengan menganalisis kawasan dan tapak, obyek rancangan yang akan dibuat, dan analisis tema arsitektural yaitu Re-Inventing Tradition. Setelah adanya kumpulan perolehan data, kemudian menganalisa hal-hal tersebut untuk kemudian menjadi acuan dalam perolehan ide-ide yang diharapkan menjadi solusi dalam perancangan. Hal ini terkait dengan bentuk/tatanan masa, fasad dan sirkulasi pada perancangan bangunan, yang didasarkan pada kajian objek Griya Seni dan Budaya Terakota. Dari perolehan data tersebut, selanjutnya dilakukan analisa yang menjadi acuan dalam perancangan objek griya Seni dan Budaya. Selanjutnya analisis-analisis tersebut akan saling disinkronkan satu sama lainnya sehingga menghasilkan beberapa alternatif konsep arsitektural, memunculkan ide dari 115

segi rancang terhadap visual, bentuk, pola, massa dan sirkulasi, disertai dengan penataan lansekap sebagai bagian dari unsur secara arsitektural. 1. Analisis Tapak Analisis tapak dengan menggunakan metode tautan yang diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman dan tema Re-Inventing Tradition menghasilkan program tapak yang terkait dengan fungsi dan fasilitas yang akan diwadahi pada tapak perancangan Griya Seni dan Budaya. Analisis tapak yang dilakukan meliputi analisis persyaratan tapak, analisis dari segi ekonomi terkait dengan kemungkinan adanya menfaat keuntungan, analisis dari segi teknis terkait dengan standart kelayakan tapak, analisis aksesibilitas, fisik dasar terkait dari kondisi Jaringan prasarana, fasilitas dan utilitas serta kepadatan lingkungan, tapak kawasan terdiri dari lokasi pengembangan, orientasi masa bangunan, keserasian lingkungan dan bangunan, analisis ruang hijau dan penghijauan. 2. Analisis Fungsi Menggunakan metode analisis fungsi, yaitu kegiatan penentuan ruang yang mempertimbangkan fungsi dan tuntunan aktifitas yang diakomodasi oleh Griya Seni dan Budaya Terakota. Analisis ini disajikan dalam tabel dan diagram hubungan fungsi. Dalam analisis ini juga dicantumkan tentang jenis-jenis ruang atau pembagian ruang. 116

3. Analisis Penataan Ruang Analisis penataan ruang merupakan analisis fisik yang mendukung perwujudan bangunan sesuai dengan pendekatan jenis ruang. Analisis tatanan ruang dan bentuk meliputi, karakter fungsional bangunan, analisis hubungan antar ruang, fungsi dan konteks ruang, hubungan fungsi dalam konteks tapak, hubungan bentuk dan tampilan bangunan. Pada analisis penataan ruang menyangkut pula kondisi interior di dalam ruangan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh persyaratanpersyaratan ruang interior agar pengunjung dapat nyaman dan aman dalam melakukan kegiatan didalam Griya Seni dan Budaya Terakota. 4. Analisis Bentuk Analisis ini untuk memperoleh bentuk-bentuk rancangan yang sesuai dengan tema Re-Inventing Tradition dengan pendekatan udaya Majapahit dan Jawa, Analisis ini disajikan dalam bentuk sketsa dan program yang mendukung analisa. 5. Analisis Struktur Analisis ini berkaitan dengan bangunan, tapak dan lingkungan sekitarnya. Analisa struktur meliputi sistem struktur dan bahan yang digunakan, berkaitan dengan penggunaan tema Re-Inventing Tradition yang mengangkat kebudayaan Majapahit dan Jawa, struktur akan lebih banyak menggunakan penggunaan struktur saka guru. 117

6. Analisis Utilitas Analisis utilitas meliputi sistem penyediaan air bersih, sistem drainase, sistem pembuangan sampah, sistem jaringan listrik, sistem kemanan dan sistem komunikasi. Analisis yang dihasilkan nantinya disajikan dalam bentuk diagram. Analisis utilitas ini merupakan gambaran sistem utilitas yang diterapkan pada rancangan Griya Seni dan Budaya Terakota guna memenuhi kebutuhan utilitas didalam bangunan. 7. Analisis Aktivitas Menggunakan metode analisis aktivitas untuk mengetahui aktivitas masingmasing kelompok pelaku di setiap ruang. Analisis ini meliputi analisis aktivitas kelompok promosi, konservasi, apresiasi dan penunjang pada analisis pelaku/pengguna ini membahas tentang orang-orang ataupun pihak-pihak yang terlibat pada kegiatan didalam Griya Seni dan Budaya Terakota baik secara lansung ataupun tidak. F. Sintesis atau Konsep Rancangan Proses sintesis pada perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota sebagai pusat pelestarian, pendidikan dan wisata merupakan pemilahan alternatif-alternatif perancangan yang paling tepat dan baik dari hasil análisis yang dilakukan. Yang terangkum pada beberapa poin sebagai berikut: 1. Konsep Kawasan yang meliputi sirkulasi, perletakan masa, tata hijau, aksesibilitas, dan lain-lain yang berbasis kawasan. 118

2. Konsep tapak yang meliputi sirkulasi, tata hijau, perletakan masa, aksesibilitas tapak, dan lain-lain. 3. Konsep ruang yang meliputi jenis, jumlah dan besaran ruang. 4. Konsep bentuk dan tampilan. 5. Konsep struktur. 6. Konsep utilitas. G. Kerangka Berfikir Dalam melakukan proses perancangan terdapat pola dalam berfikir untuk menentukan bagaimana alur yang akan di jalankan, hingga menjadi pijakan dalam melakukan perancangan. 119

IDE/ GAGASAN 1. Berdasarkan Al-Qur an yang menjelaskan tentang keharusan menjaga alam terutama manusia sebagai khalifah yang diturunkan di muka bumi. 2. Berdasarkan pada Al-Quran dan Al- Hadist yang menjelaskan tentang keharusan melestarikan dan menjaga nilai-nilai kebudayaan yang baik dan tidak melenceng dari agama. 3. Adanya keinginan penulis untuk merancang dan mengembangkan pusat kesenian Terakota yang berbentuk Griya Seni dan Budaya di Kabupaten Mojokerto yang 1. merupakan pengrajin Terakota. pusat Ibukota Kerajaan Majapahit. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Terlupakannya kesenian Terakota yang merupakan kebudayaan asli Majapahit. 2. Belum adanya tempat yang mewadahi para pengrajin Terakota. 3. Terdapat beberapa kerusakan terhadap situs-situs kerajaan yang disebabkan oleh aktifitas para pengrajin Terakota. Perancangan Griya Seni dan Budaya Terakota di Trawas Mojokerto TUJUAN PERANCANGAN untuk memberikan wadah masyarakat guna melestarikan kesenian Terakota dan juga menerapkan tema Re-Inventing Tradition. Bagaimana merancang Griya Seni dan Budaya dengan menggunakan tema Re-Inventing Tradition? STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA buku, jurnal, paper dan artikel blog STUDI BANDING PENGAMATAN (OBSERVASI) ANALISIS SINTESIS/ KONSEP RANCANGAN 120