BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di KPPBC Tipe Madya Pabean B

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai. 1. Sejarah dan Perkembangan KPPBC Tipe Madya Pabean B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III PELAKSANAAN TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM ATAS PEREDARAN HASIL TEMBAKAU CUKAI ILEGAL DI KABUPATEN SUMEDANG

1 of 5 21/12/ :02

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Procedure Of Procurement, Registration Of Order And In-Cash Settlement Of Tobacco Excise At Regional Custom And Excise Office Of Panarukan Situbondo

I. PENDAHULUAN. Sehubungan dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

IMPORTASI BARANG KENA CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

P - 48/BC/2009 DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

FASILITAS PENUNDAAN PEMBAYARAN CUKAI HASIL TEMBAKAU DI KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI PANARUKAN LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai, diatur ketentuan mengenai wewenang Pejabat Bea dan Cukai;

203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

Analisis penerimaan dan potensi cukai pada. kantor pelayanan bea dan cukai tipe a. Surakarta periode Disusun oleh:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-81/BC/2011

M. FARID IRFAN MAHFUDZ

TLDDP ( Tempat Lain Dalam Daerah Pabean )

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Jenderal Bea dan Cukai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.011/2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

Pabrikan Rokok "A" dalam Masan Pajak November 2000 melakukan kegiatan sebagai berikut :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI [LN 2007/105, TLN 4755]

P - 39/BC/2009 PELEKATAN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

*35150 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 5 TAHUN 1997 (5/1997) TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. pokok dan fungsi DJBC yang mempunyai peran strategis dalam memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1996 TENTANG PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

PENGENDALIAN DAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEREDARAN ROKOK ILEGAL DAN PITA CUKAI PALSU OLEH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DAN DINAS INSTANSI

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. tembakau dan rokok. Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PENGAWASAN BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU SEBAGAI INSTRUMEN PENGENDALIAN KONSUMSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/KMK.05/2000 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

PER - 7/BC/2011 TATA CARA PEMUNGUTAN CUKAI ETIL ALKOHOL, MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL, DAN KONSEN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TENTANG PELUNASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG NOMOR POKOK PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR : 52 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari berbagai sektor salah satunya adalah pajak.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 203/PMK.011/2008 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR P- 39/BC/2009

235/PMK.04/2009 PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI

KAJIAN KEBIJAKAN CUKAI ETIL ALKOHOL DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL TAHUN 2014

GUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-09/BC/1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 37/BC/1997 TENTANG

BAB II Tinjauan Pustaka Dan Metode Pengamatan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 134/PMK.04/2007 TENTANG

BAB II URAIAN TEORITIS. tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undangundang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 52 /BC/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta dalam rangka melaksanakan ketentuan

NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1996 TENTANG IZIN PENGUSAHA BARANG KENA CUKAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang :

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seperti kita ketahui bersama, Indonesia selain menyelenggarakan pemerintahan juga melaksanakan pembangunan.dan untuk menjalankan pembangunan suatu Negara membutuhkan sumber pembiayaan yang tidak sedikit dan tidak hanya berasal dari satu sumber saja. Salah satu sumber pendapatan Negara untuk membiayai pembangunan selain dari pajak juga berasal dari cukai atau penerimaan bea masuk. Direktorat Jendral Bea dan Cukai telah berdiri sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tepatnya sejak jaman belanda, namun secara tepat tidak diketahui tahun berapa kantor tersebut dinyatakan berdiri. Pada zaman belanda kantor tersebut memakai nama Tabaks Accyns Kantor. Tabaks Accyns Kantor mempunyai arti kantor cukai tembakau. Direktorat Jendral Bea dan Cukai yang menangani urusan Bea dan Cukai mutlak diperlukan dan mempunyai posisi yang strategis dalam birokrasi suatu Negara. Direktorat Bea dan Cukai sejak awal dibentuk memiliki misi utama yaitu menghimpun penerimaan Negara dari sektor pabean dan cukai serta melaksanakan tugas lain yang ditentukan oleh Negara. Dalam hal ini Bea dan Cukai juga mengawasi arus keluar masuknya barang di Negara Republik Indonesia agar segala sesuatu tentang barang yang berhubungan dengan bea masuk dan masuk ke wilayah kepabeanan dapat berjalan sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barangbarang tertentu yang mempunyai sifat dan karakteristik yang ditetapkan dalam undang (UU No.11 Tahun 1995 Tentang Cukai). Barang kena cukai (BKC) terdiri dari tiga jenis yaitu : Etil Alkohol atau etanol, Minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA), dan Hasil tembakau. Menurut pengertian bea dan cukai hasil tembakau merupakan 1

2 rokok yang meliputi Sigaret Kretek Tangan (SKT), Sigaret Kretek Mesin (SKM), cerutu, dan rokok daun (kelonot). Cukai sangat berpengaruh terhadap beredarnya hasil tembakau dipasaran, sehingga dapat dikatakan rokok tanpa cukai merupakan rokok ilegal. Rokok ilegal adalah rokok yang masuk atau dijual di pasaran dengan melanggar peraturan keuangan, bea cukai, dan peraturan lainnya. Misalnya tanpa membayar bea masuk cukai atau PPN dan tanpa mematuhi ketentuan ketentuan yang berlaku (www.wartapajak.com). Dalam operasi pasar di wilayah jawa tengah khususnya kawasan Bea dan Cukai Surakarta banyak ditemukannya pelanggaran-pelanggaran rokok ilegal yang tidak dilekati pita cukai, pita cukai palsu maupun bekas. Berikut data pelanggaran rokok ilegal : Tabel 1.1 Data Pelanggaran Rokok Ilegal KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta Jumlah rokok Tahun Jenis Pelanggaran (per bungkus) 2012 Tidak dilekati pita cukai (rokok polos) 5.679 Dilekati pita cukai palsu atau pita cukai 11.928 bekas 2013 Tidak dilekati pita cukai (rokok polos) 28.275 Dilekati pita cukai palsu atau pita cukai 0 bekas 2014 Tidak dilekati pita cukai (rokok polos) 29.500 Dilekati pita cukai palsu atau pita cukai 30.236 bekas Sumber: Data Primer 2015 Tabel 1.1 ini mempertegas terjadinya banyak pelanggaran terhadap peredaran rokok ilegal di kawasan bea dan cukai Surakarta yang meningkat setiap tahunnya. Pemicu utamanya adalah pencarian keuntungan semata dengan cara melanggar hukum. Hal lain yang memicu timbulnya rokok ilegal adalah adanya sebagian pengusaha pabrik yang mampu melihat celah kecurangan pada rokok jenis Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF). Rokok jenis ini memiliki banyak kemiripan fisik dengan rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) sehingga telah banyak dimanfaatkan untuk melakukan

3 pelekatan pita cukai yang bukan peruntukannya yaitu pita cukai jenis SKTF dilekatkan pada rokok SKM. Berdasarkan hasil monitoring dari Badan Konsumsi Tembakau di dunia Indonesia merupakan negara konsumsi rokok terbesar nomor tiga dengan jumlah 65 juta perokok atau 28% penduduk setelah China 390 juta perokok atau 29% penduduk dan India 144 juta perokok atau 12,5% penduduk. Predikat Indonesia sebagai negara konsumsi rokok terbesar ketiga tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan dari tahun 2012 sampai 2014. Data konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 225 miliar batang rokok per tahun, tahun 2013 sebanyak 302 miliar batang rokok per tahun, dan tahun 2014 sebanyak 340 miliar batang rokok per tahun (www.kompasiana.com). Meningkatnya konsumsi rokok di Indonesia. Khususnya Jawa Tengah, dapat dilihat dari perkembangan, industri rokok kecil maupun menengah dengan presentase 20% (wawancara bea cukai). Berdasarkan dari tabel dibawah ini, penerimaan cukai hasil tembakau pada KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta tahun 2014 menurun dibandingkan tahun 2013 sebesar 2,1%. Sedangkan hasil monitoring Badan Konsumsi Tembakau di dunia menunjukkan konsumsi rokok di Indonesia meningkat setiap tahunnya, dengan demikian konsumsi rokok di setiap daerah di Indonesia meningkat begitu pula Surakarta. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya pelanggaran hasil tembakau seperti rokok ilegal.

4 Tabel 1.2 Fakta rokok ilegal bebas di perjual belikan sebagai contoh di Klaten ditemukan pedagang eceran rokok ilegal yang menggunakan pita cukai palsu, menggunakan pita cukai bekas, tanpa pita cukai atau polos dan cukai yang sudah kedaluarsa. Dengan timbulnya kasus rokok ilegal tentu akan mempengaruhi penerimaan negara terhadap (APBN), menurunnya dana alokasi cukai atau mengurangi penerimaan APBD ke Provinsi Jawa Tengah khususnya kawasan bea cukai Surakarta, serta berdampak pula pada kualitas dan mutu yang lebih rendah Pemicu lain yang menyebabkan rokok ilegal berkembang adalah kenaikan tarif pajak cukai 10% yang telah ditetapkan pasal 29 No. 28 tahun 2009, sehingga target penerimaan cukai meningkat setiap tahunnya. Keadaan tersebut mengakibatkan industri rokok berskala kecil tidak mampu membayar pajak. Faktor yang mempengaruhi makin maraknya rokok ilegal adalah kenaikan tarif cukai. Tarif cukai rokok sendiri dari tahun 2012 sampai 2014 mengalami kenaikan sebesar 8% tiap tahunnya. Kenaikan tarif cukai tersebut mengakibatkan kenaikan harga rokok semakin tidak kompetitif sehingga mengakibatkan ketidak mampuan masyarakat untuk membeli rokok yang legal akibat harganya yang melambung tinggi akibat kenaikan tarif cukai,

5 sementara tingkat ketergantungan masyarakat atas barang tersebut sudah sedemikian tinggi. Dari operasi pasar yang dilakukan petugas Penindakan dan Penyidikan (P2) KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta masih ditemukan sangat banyak pelanggaran seperti peredaran rokok ilegal. Penindakan sebagaimana yang dimaksud adalah Untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan Undang-undang, Pejabat Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan penindakan di bidang Kepabeanan sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undangundang(PP No.21 Tahun 1996 Tentang Penindakan di Bidang Kepabeanan). Dari kasus peredaran rokok ilegal tersebut akan berpengaruh pada : a. Penerimaan Negara Peredaran rokok ilegal akan menimbulkan kerugian pada penerimaan negara yang khususnya untuk dana pembiayaan pembangunan nasional dan pengembangan infrastruktur pelayanan dasar. Seperti pelayanan kesehatan masyarakat antara lain, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatanseperti rumah sakit, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area), dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok, gedung pendidikan, serta fasilitas umum lainnya. Kerugiaan negara dapat dilihat dari hasil penerimaan cukai hasil tembakau. Berikut data penerimaan cukai hasil tembakau : Tabel 1.3 Data penerimaan Cukai Hasil Tembakau KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta Tahun Penerimaan Cukai Hasil Tembakau 2012 Rp. 903.142.970.820 2013 Rp. 924.653.822.470 2014 Rp. 870.388.801.500 Sumber : Data Primer 2015

6 Dari tabel 1.3 ini dapat diketahui bahwa penerimaan cukai hasil tembakau pada tahun 2012 ke tahun 2013 mengalami peningkatan dikarenakan adanya peningkatakan tarif baru yang diterapkan oleh pemerintah. Sedangkan pada tahun 2014 penerimaan cukai tembakau menurun disebabkan oleh pengusaha rokok merasa keberatan dan terbebani atas naiknya tarif cukai yang tidak sesuai dengan pendapatan yang diterima.seiring dengan naiknya tarif cukai tersebut permintaan konsumen rokok jadi menurun akibat pengusaha rokok menikkan harga jual.para konsumen lebih memilih rokok yang murah yang identik dengan rokok ilegal.menindak lanjuti permintaan konsumen yang menurun, perusahaan rokok juga menurunkan volume produksinya sehingga berdampak pula dengan menurunnya penerimaan cukai hasil tembakau. b. Kesehatan masyarakat/ konsumen Peredaran rokok ilegal akan mempengaruhi kesehatan para konsumen. Dengan munculnya rokok-rokok ilegal seperti : merek Gunung Gede, Nuansa Emas, Murphy, Santana, 134, 258, PB, M3 serta L.G yang tidak terkontrol kualitas dan mutunya tentu saja akan menimbulkan penyakit yang lebih berbahaya yang memiliki efek negatif langsung bagi kesehatan konsumen. Seperti kanker, paru-paru, jantung koroner dan lain sebagainya. Adanya rokok ilegal tentu menimbulkan kerugian langsung terhadap KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta. Berdasarkan data yang diperoleh langsung, penulis dapat melakukan perhitungan kerugian KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta dari tahun 2012 sampai tahun 2014 dengan menggunakan rumus sebagai berikut. Kerugian per bulan = (jumlah pelanggaran x isi per bungkus x tarif cukai per batang /gram berdasarkan jenis rokok)

7 Dari rumus tersebut dapat diperoleh angka kerugian sebagai berikut: Tabel 1.4 Jumlah Kerugian KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta Akibat Peredaran Rokok Ilegal 2012 2013 2014 Januari Rp. 1.486.680 Rp. 6.892.875 Rp. 36.434.040 Februari Rp. 1.918.410 Rp. 1.868.250 Rp. 113.680 Maret Rp. 1.290.575 Rp. 1.244.250 Rp. 0 April Rp. 2.318.460 Rp. 27.296.580 Rp. 0 Mei Rp. 11.148.560 Rp. 5.313.000 Rp. 6.836.480 Juni Rp. 2.701.000 Rp. 0 Rp. 10.748.640 Juli Rp. 0 Rp. 0 Rp. 15.907.280 Agustus Rp. 3.041.640 Rp. 351.750 Rp. 2.598.960 September Rp. 4.378.570 Rp. 0 Rp. 0 Oktober Rp. 0 Rp. 0 Rp.0 November Rp. 1.365.755 Rp. 0 Rp.0 Desember Rp. 3.365.755 Rp. 0 Rp. 54.639.900 Total Rp. 33.015.405 Rp. 42.966.705 Rp. 127.278.980 Sumber : Data Primer 2015 Berdasarkan tabel 1.4 ini dapat diketahui KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta melakukan operasi rutin setiap bulan, dengan target operasi dipilih secara acak yang masih berada di wilayah Karesidenan Surakarta terdiri dari Kotamadya Surakarta dan 6 Kabupaten meliputi Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten. Tidak semua daerah menjadi target operasi dapat ditemukan peredaran rokok ilegal, sehingga menimbulkan jumlah kerugian nol (0) pada bulan bulan tertentu. Hal ini merupakan strategi KPPBC Tipe Madya Pabean B Surakarta untuk mengelabuhi pedagang rokok ilegal di pasaran agar mereka tidak dapat menebak jadwal operasi rokok ilegal tersebut. Dapat dijelaskan pula dari kerugian tahun 2012 sampai tahun 2014 kebanyakan yang ditemukan merupakan pelanggaran rokok ilegal dari jenis rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM), karena dengan keunggulan rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang mempunyai filter di ujung batangnya, tidak ada tambahan campuran cengkeh ataupun

8 kemeyan, dan terdapat banyak cita rasa seperti menthol, dan mint, selain itu dilihat dari perusahaan rokok pun banyak beralih ke rokok jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) jenis rokok ini tidak memerlukan begitu banyak tenaga kerja, pekerjaan mengolah rokok dibantu oleh tenaga mesin dibandingkan dengan rokok jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang memperlukan tenaga kerja dan dari permintaan konsumen pun lebih banyak jenis rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM) dibandingkan dengan rokok jenis Sigaret Kretek Tangan (SKT). Jenis pelanggaran yang terjadi selama tiga tahun terakhir tersebut juga hanya didominasi masalah rokok yang tidak dilekati pita cukai serta penggunaan pita cukai palsu. Dengan banyaknya Hasil Tembakau yang beredar dipasaran membuat tingkat pelanggaran atas pemenuhan kewajiban cukai/pelunasan cukai hasil tembakau menjadi semakin tinggi. Dalam ketentuan UU No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai pada pasal 7 ayat (1) dan (2), disebutkan bahwa cukai atas barang kena cukai di Indonesia, dilunasi pada saat pengeluaran BKC dari pabrik atau tempat penyimpanannya dan cukai atas barang yang di impor dilunasi pada saat barang kena cukai di impor untuk dipakai. Ketika Pejabat Bea dan Cukai menemukan adanya pengeluaran BKC tanpa dokumen yang jelas yang ternyata belum dilunasi cukainya, maka tindakan tersebut dianggap sebagai suatu pelanggaran.hasil tembakau ilegal misalnya, hasil tembakau ini masuk dan dijual di pasaran dengan melanggar peraturan perundang-undangan yang ada. Atas pelanggaran-pelanggaran tersebut, dalam rangka mengamankan hak-hak negara dan menjamin pemenuhan kewajiban cukai, Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-53/BC/2010, Unit Penindakan dan Penyidikan Kepabeanan dan Cukai melaksanakan kegiatan penindakan dengan upaya fisik yang bersifat administratif sesuai ketentuan yang berlaku berupa patroli, penghentian, pemeriksaan, penegahan, penyegelan, dan penindakan lainnya.

9 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 Tentang Tata Cara Penindakan di Bidang Cukai, bentuk penindakan dibidang cukai meliputi penghentian, pemeriksaan, penegahan, penyegelan, dan tidak melayani pemesanan pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya. Penegahan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk:menunda pengeluaran, pemuatan, atau pengangkutan terhadap barang kena cukai dan/atau barang lainnya yang terkait dengan barang kena cukai; dan/atau mencegah keberangkatan sarana pengangkut (PP No.49 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penindakan di Bidang Cukai). Penyegelan adalah tindakan yang dilakukan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk mengunci, menyegel, dan/atau melekatkan tanda pengaman (PP No.49 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Penindakan di Bidang Cukai). Hasil tembakau ilegal yang beredar, kegiatan penindakan dan penyidikan atas hasil tembakau ilegal tersebut harus dilaksanakan secara sinergis, sistematis, dan komprehensif yang juga membutuhkan kerjasama dengan Unit Pengawasan lainnya. Salah satu cara untuk melindungi penerimaan Negara adalah melalui pemeriksaan dan penindakan barang-barang kiriman, pesanan seseorang atau individu maupun untuk kepentingan-kepentingan suatu perusahaan. Penindakan sebagaimana yang dimaksud adalah Untuk menjamin hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan Undang - undang, Pejabat Bea dan Cukai mempunyai wewenang untuk melakukan penindakan di bidang Kepabeanan sebagai upaya untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran ketentuan Undang - undang (PP No.21 Tahun 1996 Tentang Penindakan di Bidang Kepabeanan). Barang yang terkena proses penindakan adalah barang yang termasuk dalam barang jenis larangan dan pembatasan. Dalam hal ini topik yang penulis angkat adalah tentang Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.

10 Prosedur adalah serangkaian dari tahapan-tahapan atau urut-urutan dari langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efesiensi perusahaan tercapai dengan baik butuh sebuah petunjuk tentang prosedur kerja (MC Maryati (2008:43). Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka penulis ingin mengetahui mengenai penindakan dan penyidikan dibidang cukai di lapangan, khususnya hasil tembakau ilegal, apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang ada atau belum, dan apakah terdapat hambatan dalam pelaksanaan penindakan dan penyidikan di lapangan. Berdasarkan paparan diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir : PROSEDUR PENINDAKAN PEREDARAN HASIL TEMBAKAU ILEGAL DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA. B. Rumusan Masalah Perumusan masalah di dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi penulis untuk melakukan penelitian secara benar, cermat, dan tepat sesuai dengan prinsip-prinsip suatu penelitian yang ilmiah. Dengan merumuskan masalah diharapkan dapat mengetahui obyek-obyek yang akan diteliti, Untuk memudahkan penelitian dan pemahamannya maka penulis merumuskan permasalahannya. Berdasarkan paparan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah : Bagaimana prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta?

11 C. Tujuan Penulisan Penulisan ini dilaksanakan dengan tujuan agar penulisan tersebut dapat memberikan manfaat yang sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pengamatan yang dilakukan penulis di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta mempunyai beberapa tujuan, yaitu: 1. Tujuan Operasional a. Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengenalan, pengamatan secara mendalam gambaran mengenai bagaimanakah prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B surakarta. b. Sebagai pedomanuntuk mengatasi apa saja jenis pelanggaran yang dilakukan oleh pengusaha rokok di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B surakarta. c. Untuk memahami sejauh mana hambatan yang dihadapi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta dalam penindakan peredaran hasil tembakau ilegal. d. Untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. e. Untuk referensi unsur-unsur apa saja yang mendukung aktifitas karyawan dalam Penindakan dan Penyidikan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. 2. Tujuan Fungsional Hasil laporan penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi semua pihak yang berkepentingan, baik itu sebagai pengetahuan, referensi atau bahan pertimbangan dalam kegiatan yang berhubungan dengan Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.Supaya kegiatan penindakan peredaran hasil tembakau illegal dapat berlangsung tertib dan berkesinambungan menjaga lebih ketat agar

12 tidak terjadi pelanggaran hukum, tidak terjadi peredaran rokok ilegal, dan menambah pemasukan/penerimaan negara. 3. Tujuan Individual Tujuan pengamatan ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan memperoleh sebutan vocation Ahli Madya (A.Md.) pada Program Diploma III bidang Manajemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Pengamatan Dalam pelaksanaan suatu kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai manfaat tertentu. Demikian pula dengan pengamatan ini diantaranya mempunyai manfaat sebegai berikut : 1. Bagi Penulis a. Penulis dapat Memperoleh kesempatan secara langsung untuk mengetahui bagaimanakah Prosedur Penindakan Peredaran Hasil Tembakau Ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. b. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang penindakanperedaran hasil tembakau ilegal yang terjadi di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. c. Membandingkan dan menerapkan bagaimana teori yang didapatkan di dalam kuliah dengan praktek kerja sesungguhnya yang ada di lapangan. d. Mendapat pengalaman kerja, meningkatkan kreatifitas, kedisiplinan dan profesionalisme penulis untuk bekal sebagai persiapan dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. e. Dapat menilai kemampuan diri dalam penyelesaian tugas selama masa permagangan.

13 2. Bagi Instansi terkait a. Hasil dari pengamatan ini, semoga memberikan masukan yang bermanfaat dan pertimbangan yang berarti dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. b. Mahasiswa magang diharapkan bisa membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ada di dalam kantor tempat mahasiswa melaksanakan magang sehingga tugas-tugas dapat cepat selesai secara efektif dan efisien. 3. Bagi Perguruan Tinggi a. Dapat meningkatkan intensitas kerjasama antara perguruan tinggi dengan instansi yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan serta memperluas informasi dan memperoleh kasus yang berharga uang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan. b. Sebagai khasanah wacana bagi perguruan tinggi. 4. Bagi Mahasiswa a. Hasil dari pengamatan ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bacaan dan informasi khususnya bagi mahasiswa jurusan Manajemen Administrasi yang sedang menyusun Tugas Akhir pokok permasalahan yang sama. b. Dapat dipakai sebagai landasan untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan lebih lanjut yang ada hubungannya dengan penelitian ini, khususnya kepada peneliti yang akan mengadakan penelitian yang lebih lanjut. 5. Bagi Pembaca a. Dari hasil pengamatan ini, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan prosedur penindakan peredaran hasil tembakau ilegal.

14 b. Sebagai gambaran tentang apa saja barang yang ditindak oleh kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta. c. Sebagai tambahan informasi bagi masyarakat tentang bagaimana penindakan peredaran rokok ilegal dan jumlah kerugian yang terjadi di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Surakarta.

15