I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Efektivitas Pendekatan Matematika Realistik Ditinjau Dari Sikap Dan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

I. PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk berpikir secara logis, rasional, cermat, efektif, dan efisien. Oleh. yang sesuai dengan keadaan sekolah.

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

siswa adalah selalu digunakan dalam segala segi kehidupan, semua bidang studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting pada kehidupan setiap orang. Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Oleh : Muhamad Toyib K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan masa depan. Demikian halnya dengan Indonesia yang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai masalah yang timbul di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan dirumuskan sesuai dengan Undang-Undang No. 20. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah sampai sekarang merupakan lembaga pendidikan utama yang. merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sa

I. PENDAHULUAN. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan tercermin dalam pembukaan UUD 1945 alenia keempat yang dinyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Lebih rinci, tujuan pendidikan nasional dijelaskan pula didalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 bahwa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab. Didalam pendidikan terdapat beberapa macam pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal. Pendidikan yang dilaksanakan di sekolahsekolah termasuk pendidikan formal (Wikipedia.com). Untuk menjamin ketercapaian tujuan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal dilaksanakan dalam suatu proses pembelajaran yang efektif pada setiap mata pelajaran. Proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran harus dilaksanakan dengan baik. Usaha untuk mewujudkan tujuan tersebut bukan hanya dilakukan oleh

pemerintah, namun juga seluruh pihak yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan. Untuk menjawab tuntutan agar pendidikan menghasilkan lulusan yang bermutu, diperlukan proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Hal ini tertuang dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007: 6). Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya digunakan untuk mencapai tujuan, seperti mencerdaskan anak bangsa tetapi juga membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal itu mengarahkan perhatian guru kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Proses pembelajaran matematika harus memberikan kebermaknaan bagi peserta didik. Selain itu, matematika sebagai ilmu dasar dapat dimanfaatkan untuk memahami ilmu lain dan juga dapat menjadi ilmu terapan sebagai landasan pengembangan teknologi agar siswa dapat mencapai kualitas yang optimal.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama harus melalui proses pembelajaran yang baik. Guru sebagai komponen yang sangat vital dalam pembelajaran berkewajiban mengupayakan proses pembelajaran yang baik, yakni proses pembelajaran yang fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar (BSNP, 2007: 6). Oleh karena itu, guru sebagai salah satu komponen pendidikan ikut dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Keberhasilan pendidikan tercermin dari ketuntasan belajar oleh setiap siswa. Namun pada umumnya yang terjadi di sekolah-sekolah masih banyak siswa yang tidak mencapai kriteria kelulusan minimum (KKM). Hal ini diperkuat data mengenai rata-rata skor matematika siswa kelas VIII SMP yang dihimpun oleh Third Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) yaitu ratarata skor untuk siswa tingkat VIII SMP di Indonesia jauh dibawah rata-rata skor matematika siswa Internasional dan berada pada ranking 34 dari 38 negara (zainuri: 2007). Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan kajian materi matematika yang cenderung abstrak, sehingga siswa sulit untuk memahami konsep matematika. Selain itu, pembelajaran matematika yang dirasakan kurang bermakna bagi siswa. Hal ini dikarenakan guru tidak mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan nyata. Peserta didik diharapkan mampu mengaitkan materi matematika yang diperoleh dengan pengalaman-pengalamannya di dalam kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa juga diharapkan terlatih memecahkan masalah matematika yang mereka hadapi dalam dunia nyata. Oleh karena itu, didalam proses pembelajaran diperlukan pengaitan materi matematika dengan

dunia nyata. Hal ini dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika mereka sendiri. Pengaitan materi ini menjadikan siswa mengetahui kegunaan matematika dalam kehidupan nyata sehingga siswa merasa perlu untuk belajar matematika yang akhirnya meningkatkan minat mereka untuk belajar matematika. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan maka secara khusus harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas untuk lebih memberdayakan potensi siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari (mathematize of everyday experience) dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pendekatan realistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu, yaitu merupakan suatu konsep belajar dengan cara guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya. Pembelajaran dengan PMR menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda konkrit sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika. Benda-benda konkret dan objek-objek lingkungan sekitar dapat digunakan sebagai konteks pembelajaran matematika dalam membangun keterkaitan matematika melalui interaksi sosial. Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam rangka menunjang usaha siswa dalam proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat

mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Penerapan pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi matematika dengan kehidupan nyata akan mempermudah siswa dalam memahami materi tersebut. Menurut Piaget (dalam Hawa, 2006: 185), siswa usia pendidikan dasar dan menengah pertama berada pada fase perkembangan operasional konkret dan kepada siswa sebaiknya diberikan pelajaran yang bersifat konkret dengan contoh-contoh yang mudah dipahami olehnya. Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dengan demikian sis-wa akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan mampu menemukan konsep yang sedang dipelajari secara mandiri. Pada umumnya masih banyak guru yang belum menerapkan PMR. Pembelajaran konvensional yang masih kerap digunakan pada pembelajaran matematika. Guru masih menjadi pusat dalam pembelajaran dan peran guru mendominasi dari awal hingga akhir pembelajaran. Guru menjelaskan konsep melalui metode ceramah kemudian memberikan beberapa contoh soal dan langkah-langkah pengerjaannya, latihan soal, dan pekerjaan rumah. Dengan demikian siswa cenderung pasif dan enggan bertanya apabila terdapat materi pelajaran matematika yang belum dipahami. Salah satu sekolah yang belum pernah menerapkan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan PMR adalah SMP Negeri 5 Bandar Lampung. Hampir setiap harinya menggunakan pendekatan konvensional, yaitu guru memberikan konsep-konsep matematika dengan menerangkan di depan kelas

sementara siswa hanya mendengar, mencatat penjelasan yang diberikan guru lalu siswa diberikan beberapa contoh soal dan langkah-langkah pengerjaannya, latihan soal, dan pekerjaan rumah. Akibatnya apabila siswa diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan atau contoh soal, mereka mengalami kesulitan dan sering melakukan kesalahan karena terbiasa untuk menyelesaikan soal-soal sejenis dengan contoh yang diberikan oleh guru. Begitu juga apabila guru meminta mengulas kembali meteri yang diajarkan sebagian besar siswa hanya diam. Dengan demikian siswa cenderung pasif dan hanya menerima apa saja yang disampaikan oleh guru tanpa adanya timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hanya dalam beberapa kali saja guru mengubah strategi pembelajaran, misalnya dengan diskusi kelompok. Siswa selalu diberi kesempatan untuk bertanya, dan terlihat siswa dikelas cukup memiliki keingintahuan yang tinggi dilihat dari banyaknya siswa yang bertanya. Namun siswa pada umumnya disetiap proses belajar mengajar belum berani untuk mengemukakan pendapatnya karena guru masih mendominasi pembelajaran. Dalam beberapa waktu, siswa juga diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal dalam diskusi kelompok. Dengan kegiatan seperti ini, menurut guru matematika tersebut, siswa terlihat cukup antusias dan pembelajaran pun berlangsung cukup baik. Tetapi siswa belum mampu bekerjasama dengan teman-teman dalam satu kelompoknya, sikap individualisme dan kurang kerja sama dengan anggota kelompok masih terlihat pada saat melaksanakan tugas kelompok.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan persentase hasil belajar siswa semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 tuntas belajar (memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 64) pada ulangan harian pertama 28.6%, pada ulangan harian kedua hanya 4.9%, dan pada ulangan harian ketiga mencapai 22.8%. Angka tersebut masih tergolong sangat rendah. Hal ini karena siswa tidak terlibat aktif dalam interaksi belajar. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung belum optimal. Ini adalah cerminan dari suatu proses pembelajaran yang tidak efektif. Aktivitas belajar menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Ketidakaktifan siswa dalam pembelajaran matematika di SMP Negeri 5 Bandar Lampung menyebabkan rendahnya hasil belajar pada ranah kognitif, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar selanjutnya. Padahal dalam proses belajar matematika, pengetahuan matematika tidak dapat diberikan begitu saja, sebaliknya siswa akan memahami konsep matematika jika mereka ikut serta dan aktif dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran dengan PMR cocok diterapkan dalam pelajaran matematika kelas VIII pada pokok bahasan lingkaran. Hal ini karena materi pada pokok bahasan tersebut bersifat abstrak, sehingga diperkirakan siswa akan sulit memahami materi yang dipelajari apabila hanya mendapatkan penjelasan dari guru. Pembelajaran pada pokok bahasan lingkaran juga dirasa relatif mudah

dalam memberikan masalah riil yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa dan dengan banyak contoh benda-benda nyata yang berbentuk lingkaran, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran matematika. Dengan menerapkan PMR, siswa akan dibentuk dalam diskusi kelompok, sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan penjelasan bahasa teman sebayanya, sehingga materi yang bersifat abstrak tersebut akan lebih mudah dipahami oleh siswa. PMR dapat meningkatkan keterampilan bekerja sama siswa dalam memecahkan masalah, selain itu pendekatan pembelajaran ini tidak hanya membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir abstrak, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Dalam pembelajaran menggunakan PMR mengaitkan materi pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa meyakini kebermaknaan terkait apa yang dipelajarinya yang diharapkan dapat mendorong siswa agar semangat dalam mempelajari matematika, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sedemikian hingga siswa terlibat secara aktif dan memperoleh hasil belajar tinggi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pendekatan matematika realistik efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pendekatan matematika realistik pada pembelajaran matematika ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar matematika siswa. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan hasil penelitian yang diperoleh bagi guru dan calon guru berguna sebagai bahan sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lampung tentang suatu alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui penggunaan hal-hal yang diketahui siswa, yang akrab dan ada di lingkungan siswa. E. Ruang Lingkup Agar tidak terjadi kesimpangsiuran didalam pelaksanaan penelitian, maka disusun suatu pembatasan didalam ruang lingkup, yaitu: 1. Pendekatan Matematika Realistik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan dua hal penting yaitu matematika harus dikaitkan dengan situasi nyata yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa dan siswa diberikan kebebasan untuk menemukan konsep matematika sesuai dengan cara dan pemikirannya. 2. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk men-capai tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek yaitu:

a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran dikatakan efektif apabila minimal 65% siswa melakukan aktivitas yang menunjang pembelajaran sesuai dengan lembar observasi aktivtas siswa. b. Aspek hasil pembelajaran dilihat dari hasil tes. Pembelajaran dikatakan efektif apabila minimal 50% siswa tuntas belajar (memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 64). 3. Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa yang dilakukan dengan menggunakan PMR selama proses pembelajaran yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, berdiskusi/bertanya antar siswa dengan guru, berdiskusi dalam kelompok/mengerjakan LKS, mempresentasikan/memperhatikan hasil diskusi, memberikan tanggapan terhadap presentasi dan menyimpulkan materi pelajaran. 4. Hasil belajar matematika siswa ditunjukkan oleh nilai yang diperoleh sis-wa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran matematika yang diukur me-lalui tes. 5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Bandar Lam-pung tahun semester genap tahun pelajaran 2010/2011 pada pokok bahasan lingkaran.