BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dalam era globalisasi saat ini sangat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

BAB I PENDAHULUAN. membawa Indonesia menuju ekonomi pasar bebas setiap organisasi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. terpuji dan menimbulkan banyak kerugian bagi pihak pihak yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan hukum dan perundang-undangan. peluang, dan rasionalisasi yang disebut sebagai fraud triangle.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG. Kecurangan belakangan ini menjadi sorotan publik dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam dunia perekonomian menyebabkan persaingan dunia

BAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan akuntansi dalam dunia usaha adalah suatu permasalahan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam membuat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan yang semakin maju, persaingan antara Rumah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, penerapan good corporate governance

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur segala sesuatu berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan supaya

BAB I PENDAHULUAN. yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perkembangan dunia akuntansi sudah sangat pesat. Namun setiap

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada kepercayaan publik. Masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Zainal, 2013). Kecurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip tersebut secara konsisten (Wibowo, 2010). Profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Saat ini kejahatan keuangan (finance crime) di Indonesia semakin marak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan modern. Akuntansi dan auditing memainkan peran penting dalam

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

Pengaruh Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Ketepatan Pemberian Opini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya sumber

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk terus berkompetisi. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain (Tuanakotta,

pemisahan tugas, pengendalian akuntansi juga masih lemah dan biasanya ada kepercayaan yang besar dari pemilik kepada karyawannya. Orang-orang yang mel

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah /BUMN/ sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan adanya pemeriksaan laporan keuangan oleh auditor independen

KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT. KAI. kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. Ini merupakan suatu bentuk penipuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kecurangan akuntansi telah menarik banyak perhatian media

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat ketat antar perusahaan saat ini terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Profesi auditor mendapat kepercayaan dari klien untuk membuktikan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. objektif, tidak ada definisi yang pasti mengenai kualitas audit. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan semakin tinggi. Prawira, dkk. (2014) menyatakan bahwa

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. lebih meningkatkan kualitas pengelolanya, dalam hal ini aktivitas-aktivitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi profesionalisme yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perbankan memiliki peranan penting dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin memicu para pengelola bisnis untuk mempermudah mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. fraud pada perusahaan semakin tinggi. Tindak fraud tersebut berupa pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis pada era globalisasi seperti saat ini semakin

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan keraguan di kalangan masyarakat. Berbagai faktor yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan ekonomi saat ini yang merupakan hasil dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Profesi auditor tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dan menjadikan iklim persaingan di antara perusahaan-perusahaan

yang bertugas melakukan kegiatan pemeriksaaan yang meliputi perencanaan pemeriksaaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan-persoalan kecurangan (fraud) mengingat bahwa manajemen senior

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan tersebut adalah untuk memberikan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi akan mempertajam persaingan-persaingan diantara perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

RERANGKA KERJA AUDIT SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. kerangka kerja yang baik sebelum melakukan auditnya di lapangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. auditor sebagai pihak yang dianggap independen dan memiliki profesionalisme

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dalam era globalisasi saat ini sangat menyumbang untuk pertumbuhan pembangunan perekonomian di Indonesia. Salah satunya adalah perusahaan BUMN yang ada di Indonesia, yaitu sector perbankan. Dimana sekitar 37,82% (Rp 2.736,68 triliun) pada Produk Domestik Bruto Indonesia, sedangkan pada September 2013-2014 sebesar 38,35% (Rp 3.170,81 triliun), jumlah tersebut tidak termasuk BUS (Simatupang, 2014). Namun dari hasil PDB tersebut masih ada perusahaan BUMN yang belum mau diperiksa oleh BPK. Hal ini ada unsur sifat yang disengaja dan tindakan yang bertujuan untuk melakukan penipuan atau manipulasi data yang sifatnya merugikan Negara atau pihak lain ( Thoyiban, 2009).Tentunya hal ini mengundang pertanyaan, apakah antara BUMN dan kantor akuntan publik terlibat dalam suatu bisnis yang cukup besar, dan tentunya akan menimbulkan anggapan dikalangan BPK bahwa terjadi suatu indikasi kecurangan antara BUMN dengan kantor akuntan publik. (Ariyani, 2007 dalam Rahayu, 2014). Salah satu kasus kecurangan yang terjadi adalah kasus PT KAI yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa 1

2 keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah terjadi di sini. Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan.diduga, manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.namun, yang menjadi permasalahan adalah pihak auditor menyatakan Laporan Keuangan itu wajar.tidak ada penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.hal ini lah yang patut dipertanyakan.padahal sejak tahun 2004 laporan PT KAI diaudit oleh Kantor Akuntan Publik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang melibatkan BPK sebagai auditor perusahaan kereta api tersebut. Hal itu menimbulkan dugaan kalau Kantor Akuntan Publik yang mengaudit Laporan Keuangan PT KAI melakukan kesalahan (Yudasil, 2013). Kecurangan dapat didefinisikan sebagai suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang

3 secara langsung merugikan pihak lain (Tuannakotta, 2007:96). Faktor penyebab terjadinya kecurangan tidak terlepas dari konsep segitiga kecurangan, yaitu tekanan, kesempatan (peluang), dan rasionalisasi (Tuannakotta, 2007:107). Faktor tekanan adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan yang diakibatkan karena kebutuhan atau masalah finansial. (Tuannakotta, 2007:107). Tekanan terjadi karena dia merasa gaji yang diterima tidak layak dengan pekerjaan atau kedudukannya. Alasan lain dapat dikarenakan dia merasa beban pekerjaannya teramat banyak dan merasa kurang mendapat penghargaan batiniah (pujian). Untuk itu pemberian kompensasi yang layak akan membuat karyawan merasa puas dan merasa kebutuhannya tercukupi, sehingga keinginan untuk melakukan kecurangan dapat diminimalisir (Gibson, dkk. 1997:150). Faktor tekanan saja tidak akan menyebabkan seseorang melakukan kecurangan, tetapi pelaku kecurangan harus melihat ada peluang baginya untuk melakukan kecurangan tanpa diketahui orang lain. Ada dua komponen mengenai peluang, yaitu: Pertama, pengetahuan bahwa kedudukan yang mengandung kepercayaan dapat dilanggar tanpa konsekuensi, dimana pengetahuan ini diperoleh dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan kecurangan yang tidak ketahuan, Kedua, keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan kecurangan itu, dimana biasanya keahlian yang dipunyai orang itu dan yang menyebabkan dia mendapat kedudukan tersebut, misalnya kecurangan yang berkaitan dengan pengisian cek. Kedua komponen peluang tersebut terjadi karena kurang efektifnya pengendalian internal (Tuannakotta, 2007:110). Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mempunyai

4 sistem pengendalian internal yang efektif dalam mengamankan asset perusahaan dan menjamin prosedur-prosedur bisnis yang sehat. Hal ini akan meminimalisir terjadinya kecurangan didalam perusahaan ( Holmes dkk, 2005:123). Faktor ketiga dari segitiga kecurangan adalah rasionalisasi.rasionalisasi adalah dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya dengan merasionalkan bahwa tindakan kecurangan adalah sesuatu yang wajar.mencari pembenaran sebenarnya merupakan bagian yang harus ada dari kejahatan itu sendiri, bahkan merupakan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan.rasionalisasi diperlukan agar pelaku kecurangan dapat mensiasati perilakunya yang illegal untuk tetap mempertahankan jati dirinya sebagai orang yang dipercaya (Tuannakotta, 2007:111). Ada tiga bentuk kecurangan, antaralain (Fitrawansyah, 2014:9): Pertama, penyalahgunaan atas asset adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Kedua, pernyataan palsu atas laporan keuangan salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan itu.ketiga, korupsi penyalahgunaan jabatan di sektor pemerintahan untuk keuntungan pribadi.pernyataan palsu atas laporan keuangan dan penyalahgunaan asset dapat digolongkan sebagai kecurangan akuntansi.hal ini karena berkaitan dengan salah saji yang timbul dari kecurangan dalam laporan keuangan yang dan kecurangan yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (SPAP 2011, SA seksi 316 paragraf 03).

5 Kecurangan akuntansi diartikan sebagai sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangandan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SPAP 2011, SA seksi 316 paragraf 03). Kecenderungan didefinisikan sebagai kecondongan, kesudian, keinginan, kesukaan hati akan.. (Ali, 2007:61). Kecenderungan dapat dikaitkan dengan berbagai hal, salah satunya adalah kecenderungan kecurangan akuntansi.kecenderungan kecurangan akuntansi adalah tindakan yang terjadi karena adanya peluang untuk melakukan salah saji dalam laporan keuangan dan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap asset (Meliany, 2013). Adapun faktor yang mempengaruhi terjadinya kecenderungan kecuranganakuntansi diantaranya adalah ketidakefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi (Meliany, 2013). Hal ini juga ditegaskan oleh Monica (2012) dan Thoyibatun (2009) mengatakan jika kualitas pengendalian internal jelek maka tindakan kecenderungan kecurangan akuntansi akan meningkat. Pengendalian internal yang efektif dapat melindungi dari pencurian, penggelapan, penyalahgunaan aktiva pada lokasi yang tidak tepat.selain itu, pengendalian internal juga memberikan jaminan yang wajar terhadap informasi bisnis yang akurat demi keberhasilan perusahaan.penjagaan aktiva dan informasi yang akurat sering berjalan seiring, karena karyawan yang ingin menggelapkan aktiva atau berniat melakukan kecurangan juga perlu menutupi kecurangan tersebut dengan

6 menyesuaikan catatan akuntansi. Disamping itu, manajemen juga harus bertanggungjawab secara moral bahwa tidak ada celah untuk melakukan kecurangan akuntansi (Karyono, 2013:96).Oleh sebab itu, jika pengendalian internalyang telah dirancang dan dilaksanakan dengan efektif maka pengendalian internal dapat diandalkan untuk melindungi dari kecurangan termasuk apabila ada karyawan yang berniat melakukan kecenderungan kecurangan akuntansi (Davia dkk, 2000:119). Pengendalian internal dapat dilihat dari penerapan wewenang dan tanggungjawab, pencatatan transaksi, pengendalian fisik, sistem akuntansi, dan pemantauan dan evaluasi (SPAP 2011, SA seksi 319). Apabila semua indikator tersebut dilaksanakan dengan baik maka pengendalian internal dalam suatu perusahaan dapat berjalan efektif. Indikator tersebut bertujuan untuk menyediakan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan. Tiga golongan tujuan tersebut, yaitu keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (SPAP 2011, SA seksi 319). Selain efektifitas pengendalian internal, ukuran kesesuaian kompensasi merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi (Meliany, 2013). Hal tersebut juga ditegaskan Thoyibatun (2009) yang menyatakan bahwa kecenderungan kecurangan akutansi tidak hanya dilihat dari pengendalian internal tetapi juga dari kesesuaian kompensasi. Kompensasi yang diterima karyawan harus sesuai dengan kontribusi yang diberikan karyawan kepada organisasi.pemberian kompensasi yang sesuai kepada karyawan dapat

7 memberikan kepuasan dan motivasi kepada karyawan dalam bekerja, sehingga mendorong mereka untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan tempat mereka bekerja (Gibson, dkk. 1997:150).Hal ini juga dapat meminimalkan tindakan karyawan untuk melakukan kecurangan akuntansi melalui pencurian asset atau penipuan lainnya karena kesejahteraan karyawan diperhatikan dengan baik oleh perusahaan melalui pemberian kompensasi yang sesuai dan adil. Pemberian kompensasi ini akan berdampak kepada kepentingan karyawan dan organisasi. Jika para karyawan tidak puas atas kompensasi yang diterimanya maka akan berdampak terhadap organisasi. Artinya jika ketidakpuasan tersebut tidak diselesaikan dengan baik, maka setiap karyawan menyatakan keinginan untuk memperoleh kompensasi yang sesuai.hal ini juga berdampak bagi organisasi yang tidak mampu menerapkan sistem kompensasi yang sesuai. Organisasi akan kehilangan tenaga-tenaga terampil dan berkemampuan tinggi sehingga tujuan dan sasaran organisasi tidak tercapai (Sofyandi, 2008:159). Oleh sebab itu, pemberian kompensasi yang sesuai kepada karyawan akan meminimalisir terjadinya kecenderungan kecurangan akuntansi sebagai bentuk kepuasan dan merasa kebutuhannya telah tercukupi (Gibson, dkk. 1997:150). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Meliany (2013) yang menyatakan bahwa dengan adanya sistem kompensasi yang sesuai maka pegawai atau karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, dan hal ini akan mengurangi adanya tindakan karyawan untuk melakukan

8 kecenderungan kecurangan akuntansi di perusahaan tempat karyawan tersebut bekerja. Hasil penelitian Rani Mayangsari Triasmara (2013) menyatakan bahwa keefektifan pengendalian internal tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi sedangkan kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Kecenderungan karyawan untuk bertindak secara tidak fungsional akan menyebabkan kecurangan menjadi tinggi, dan jika kualitas prosedur pengendalian internal juga jelek maka kesempatan karyawan untuk melakukan kecurangan akan meningkat. Oleh karena itu jika pengendalian internal tidak berjalan efektif maka kecenderungan kecurangan akuntansi tidak dapat diminimalisir. Hal ini tidak pada pemberian kompensasi, dikarenakan perusahaan dalam memberikan kompensasi sesuai dengan keinginan dan kinerja para karyawannya. Hasil penelitian Siti Thoyibatun (2009) yang meneliti pengaruh keefektifan pengendalian internal dan sistem kompensasi terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Sampel pada para pejabat anggaran yang terlibat dalam pelaksanaan akuntansi dan yang membuat laporan keuangan di perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keefektifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi. Lain hal dengan sistem kompensasi memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis tetapi berpengaruh positif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Perguruan Tinggi Negeri sebagai lembaga dalam hal ini telah mengembangkan struktur organisasi dan pemisahan tugas

9 diikuti oleh prosedur kerja yang jelas. Kondisi ini juga mendapat dukungan dari berbagai pihak wajib sehingga perilaku tidak etis dapat diminimalisir. Begitu juga terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi, kepatuhan pengendalian internal memberikan ketentuan mengenai prosedur untuk mendapatkan dan menggunakan kemajuan kerja, pembelian peralatan dan persediaan permintaan resmi, penggunaan fasilitas yang dimiliki dan akuntabilitas. Ketentuan ini berlaku untuk pihak-pihak terkait dan dipantau oleh pejabat yang berwenang. Ketidaktepatan ketentuan ini mengarah pada proses permintaan pembayaran berikutnya pada bulan depan, dan secara berkala itu juga mengevaluasi oleh BPK. Upaya ini berguna dalam menekan kecenderungan kecurangan akuntansi. Sistem kompensasi tidak berpengaruh pada perilaku yang tidak etis, ada kemungkinan hal ini terjadi karena sistem kompensasi yang saat ini tidak cocok atau tidak memenuhi keinginan para pejabat. Akan tetapi sistem kompensasi memiliki efek positif pada kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini wajar karena manajer pada umumnya cenderung memiliki kesempatan untuk berorientasi pada laba. Adapun penelitian pengaruh efektifitas pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi merupakan replikasi dari penelitian Meliany (2013), dengan cakupan variabel independen efektifitas pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi. Hal ini dikarenakan Staff Akuntansi dan Staff Keuangan adalah karyawan yang bekerja pada bagian akuntansi dan bagian keuangan ikut bertanggungjawab dalam proses penyusunan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan. Atas uraian yang telah dikemukakan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti kecenderungan kecurangan

10 akuntansi pada Perusahaan BUMN DKI Jakarta, yang disajikan dengan judul : Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Survei pada Perusahaan BUMN DKI Jakarta Barat). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah efektifitas pengendalian internal berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Perusahaan BUMN Jakarta Barat? 2. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Perusahaan BUMN Jakarta Barat? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empiris pengaruh efektifitas pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Perusahaan BUMN Jakarta Barat. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi pada Perusahaan BUMN Jakarta Barat.

11 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti dan dapat memberikan informasi apabila dimintai pendapat mengenai pengaruh efektifitas pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. 2. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai informasi yang diperlukan sehubungan dengan penerapan aktivitas pengendalian yang efektif dan pemberian kompensasi yang sesuai. 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambah wawasan dan salah satu referensi sebagai tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya.