SISTEM PABRIKASI PADA PELAKSANAAN STRUKTUR FEROSEMEN Ir. Rislan Syarief M.Arch. Iai* ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BETON OLEH: DR. V. LILIK HARIYANTO

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

DINDING DINDING BATU BUATAN

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

M-System & Proses Instalasi PT. DUTA SARANA PERKASA

II. PEKERJAAN PENDAHULUAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

LABORATORIUM / WORKSHOP KERJA BATU JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

MODEL PONDASI PAKU BUMI ULIR UNTUK PEKERJAAN BANGUNAN SATU LANTAI

MEMPLESTER PROFIL HIAS

BAB IV METODE ANALISIS

Lantai Jemuran Gabah KATA PENGANTAR

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB IV METODE PENELITIAN

ini, adalah proyek penggantian jembatan kereta api lama serta pembuatan 2 bentangan jembatan baru yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

Jenis dan Profile Pondasi Sumuran dengan dinding tanah (khusus untuk tanah yang kering). Pondasi sumuran dengan dinding anyaman bambu. Pondasi Sumuran

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

kenaikan upah rata-rata per lantai. Harga upah mengalami kenaikan untuk tiap

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

BAB IV: PENGAMATAN PROYEK

memudahkan dan menajamin ketelitian pekerjaan di lapangan. Tahapan pekerjaan

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kali kita membahas tentang konstruksi bangunan, tidak lepas dari

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB III LANDASAN TEORI. akhir didalam struktur. Beton pracetak (precast) diproduksi secara masal dan

SYARAT-SYARAT TEKNIS PELAKSANAAN. Bangunan yang dilaksanakan adalah kegiatan PEMBANGUNAN RUANG KELAS

PENGAMATAN PEKERJAAN FINISHING DINDING, LANTAI DAN PLAFON PADA BANGUNAN OFFICE AT PASAR BARU.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai dengan Maret

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014 sampai dengan bulan Juli 2014

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan bangunan besar lainnya (Wikipedia). Perancah merupakan konstruksi

BAB IV TINJAUAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKAN CITTA GRAHA KEDOYA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

III. METODE PEMBUATAN. Tempat pembuatan mesin pengaduk adonan kerupuk ini di bengkel las dan bubut

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAGAIMANA MEMBANGUN RUMAH DUA LANTAI

PROSES PEMASANGAN PORTAL BAJA

6 a) Kelebihan 1) Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. 2) Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

Teknik Membuat/Mempersiapkan Tiang Panjat Buah Naga (Dragon Fruits) Oleh Irwanto,SST (Widyaiswara Bapeltan Jambi)

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB IV PEKERJAAN PEMBUATAN PONDASI TIANG BOR DENGAN METODE ENLARGED BASE BORED PILE. Contoh pelaksanaan pekerjaan lubang bor No.

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

Transkripsi:

SISTEM PABRIKASI PADA PELAKSANAAN STRUKTUR FEROSEMEN Ir. Rislan Syarief M.Arch. Iai* ABSTRAK Konstruksi ferosemen merupakan struktur konstruksi tipis dan sangat mudah mengerjakannya. Dalam penelitian ini dilakukan pada sebuah sculpture yang dibuat dengan system pabrikasi secara manual dari bahan ferosemen meliputi cara dan teknik pengerjaannya. Terutama pada pabrikasi batang sculpture menggunakan bahan-bahan ferosemen secara keseluruhan belum pernah diujicobakan karna biasanya dalam pekerjaan batang (menara), ferosemen selalu dikombinasikan dengan menggunakan kolom beton sebagai pengaku. Dalam pengerjaan sculpture ini pembuatan batangnya kolom beton digantikan dengan rib (rusuk) dari ferosemen selebar 10 cm dengan ketebalan 3 cm yang dilakukan rib cincin ferosemen berukuran lebar 12 cm dengan ketebalan 3 cm, sedangkan pekerjaan dilakukan dengan fabrikasi secara manual. Pada pekerjaan ini bagian yang kritis ialah pada penyambungan batang ferosemen yang memerlukan persisi tinggi agar batang tidak miring atau tertekuk. Pada pekerjaan penyambung cabang kebatang diperlukan juga kehati-hatian karena batang belum boleh terbebani oleh cabang pada saat pemasangannya. 1. PENDAHULUAN Struktur ferosemen merupakan konstruksi yang tipis sehingga diperlukan teknik dan langkah yang benar untuk melaksanakannya. Karena mutu pengerjaannya akan mempengaruhi sifat dan kekuatan konstruksi ferosemen yang dihasilkan, ada empat langkah utama dalam konstruksi ferosemen yaitu ; penulangan, pengadukan mortar, pelepaan dan pembasahan (curing) biasanya lepaan yang telah selesai ditutupi dengan karung goni yang dibasahi. Pada pekerjaan ferosemen yang akan dibahan disini adalah pekerjaan yang seluruhnya dikerjakan secara pabrikasi dan manual, untuk menaikan bagian bagian konstruksi dilakukan dengan katrol tangan dengan tiang pipa besi ( tiang emas) yang telah disiapkan dilokasi. Pekerjaan yang paling sulit ialah untuk mengakkan bagian tiang (batang) yang penulangannya telah disiapkan diluar lokasi bagian perbagian dan disatukan pada lokasi dengan penyambungan yang teliti. Pekerjaan batang ferosemen yang secarakeseluruhan hanya menggunakan ferosemen baru pertama kali ini dilakukan, biasanya pada pembuatan menara ferosemen dikombinasikan dengan kolom beton yang tersembunyi didalam menara. Disini semua bagian dikerjakan memakai ferosemen dimana sebagai pengaku hanya digunakan rib memanjang dan rib cincin ferosemen dan pada beberapa bagian terutama pada sambungan digunakan diagfragma beton bertulang untuk memudahkan pengerjaannya. Pelepaan batang dimulai dari dalam dengan ditekan agar dapat mengisi rongga antar Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2011 1

kawat ayam (kawat jala) dimana sebagian mortar (adukan semen dan pasirz) keluar kesisi luar. Mortar yang menempel pada kawat jala tidak dapat langsung diratakan (dirapikan) dalam kondisi basa jadi harus dibiarkan sampai setengah kering dengan digosok menggunakan busa sandal. Bagian luar dilepa setelah dua hari kemudian, ini dimaksudkan agar lepaan bagian dalam sudah mampu menahan tekanan saat pelepaan bagian luar. Pada batang pekerjaan Pabrikasi Hanyalah penulangan dan pemasangan kawat jala, semua pelepaan dilakukan dilokasi bagian demi bagian sesuai dengan batang yang didirikan bagian demi bagian (terpotong potong ) berdasar dengan potongan fabrikasi batang untuk dapat dengan mudah dibawa ke lokasi. Untuk cabang-cabang semua telah difabrikasikan diluar lokasi, mulai dari penulangan pelepaan dan pengukiran atau finishingnya, dilokasi hanya tinggal pemasangan sesuai dengan letaknya yang telah diberi tanda pada batang. 2. BAHAN DAN METODA Pada kontruksi ferosemen bahan utama yang digunakan adalah ; pasir, semen, kawat ayam (kawat jala) besi beton untuk tulangan diameter 6 mm, besi untuk rib diameter 10 mm dan 12 mm serta bahan memperlambat pekerasan awal ( retarderr) 2.1 PenyiapanAlat Alat yang harus disediakan dalam pekerjaan ferosemen adalah ; a. Mesin las gunanya untuk membuat rib (rusuk) pembentuk dan cincin pembentuk konstruksi ferosemen serta mesin las juga digunakan pada saat penyambungan. b. Mal dari papan dilapis triplek untuk membuat mal untuk rib, dan hiasan cabang-cabang sesuai bentuk yang diinginkan. c. Untuk batang digunakan meja mal dari usuk 5/7 yang dijejerkan 1m dan ditimbang dengan waterpas. Gunanya untuk menyetel rib batang hingga menjadi rata dan dapat dicek as atau titik pusat batang sepanjang keseluruhan sebelum dipotong menjadi beberapa bagian batang agar mudah diangkut kelokasi waktu membuat batang rib-rib disusun dengan dikontrol melalui kaso yang telah ditimbang kedudukannya dan disatukan dengan rib cincin. Kemudian tulangan kearah memanjang digelar sepanjang batang memakai besi beton diamater 6 mm. d. Kait dari besi beton gunanya untuk merapatkan l a p i s a n k a w a t j a l a a g a r t i d a k menggelembung. e. Gunting kawat gunanya untuk memotong kawat jala agar bisa dipasang pada pembesian yang telah dibuat terlebih dahulu. f. Multiplek untuk mal membuat hiasan cabangcabang. g. Mesin molen digunakan untuk membuat adukan 1 semen : 2 ps dengan diberi air dan bahan tambahan retardar (memperlambat pengikatan awal mortar) h. Cangkul untuk mengambil adukan mortar I. Ember untuk membawa adukan sebelum dilepakan pada kawat jala. j. Cetok digunakan untuk melepakan adukan mortar pada kawat jala. k. Trowel bergerigi digunakan untuk mengontrol ketebalan lepaan mortar dengan cara ditarik pada lepaan sampai kekawat jala JA! No.2 Vol.1 Ir. Rislan Syarief M.Arch. Iai. 2

lalu kemudian diratakan kembali. 2.2 Penyiapan pembesian kolom Penyiapan pembesian kolom, pertama-tama rib memanjang dibuat dengan mengemalkan bentuk rib pada pola yang sudah dibuat untuk itu dengan menggunakan besi diameter 12 mm dan rangka dimeter 10 mm. Selanjutnya rib dilas sesuai pola yang sudah digambar pada meja mal yang sudah disiapkan, begitu juga rib cincin ( potongan melintang batang) pembuatannya sama dengan cara pembuatan rib memanjang. Setelah semua tulangan memanjang digelar maka barulah dibuatkan tulangan melintang dengan mengikuti bentuk rib yang sudah disatukan dan dipasangani tulangan memanjang. Gambar 3 : penyetelan rib cincin dengan rib batang Gambar 1: Pembuatan rib cincin pot. Melintang. Setelah itu rib memanjang disetel pada meja dari kaso yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan ditimbang pakai waterpas. Kemudian rib cincin pembentuk batang disetel dan digabungkan dengan rib memanjang dengan cara mengontrol titik as batang, barulah besi tulangan memanjang diameter 6mm digelar diatas rib Pada saat penyetelan besi sudah diperhitungkan batas-batas penyambungan sesuai dengan kemudahan pengangkutan kelokasi. Overlap penyambungan dipersiapkan sepanjang 25 cm. Setelah pembesian dilakukan maka kawat ayam (kawat jala) dipasangkan sebanyak empat lapis yakni dua lapis dalam dan dua lapis dari luar dengan overlap minimal 10 cm. Adapun pabrikasi pembesian batang dilakukan diluar site, sedangkan pelepaannya baru dikerjakan pada lokasi pekerjaan setelah penulangan batang ditegakkan satu persatu. Dan disambungkan. Gambar 4 : Pengangkutan pembesian batang Gambar 2 : Penyetelan as cincin Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2011 3

2.3 Pembesian hiasan dan pelepaan cabang Untuk membuat pembesian cabang tidak menggunakan rib, Berdasarkan uji coba tanpa rib lebih mudah dikerjakan dengan melobangi multiplek sebagai mal potongan melintangnya, baru cincin besi diamter 10 mm disetel sebagai mal potongan melintangnya dan diletakan pada lobang mal sebagai rib. Setelah itu tulangan diameter 6 mm digelar cincin dicopot dari malnya baru kemudian bagian yang separuh lagi diberi penulangan sama seperti yang separuhnya. setelah bagian dalam mengering barulah bagian luar dilepa dan langsung difinihing dan diukir secara pabrikasi diluar lokasi. Gambar 6 : Pelobangan cabang untuk melepa bagian dalam 2.4 Pelepaan batang Gambar 5: Pembuatan cabang dengan mal multiplek yang dilobangi Setelah cabang berbentuk barulah dibuatkan cincin sebagai pembesian arah melintang dan kemudian kawat ayam sudah bisa dipasang dari dalam dan luarnya untuk merapatkan kawat ayam digunakan kait dari besi beton. Untuk pekerjaan cabang-cabang setelah kawat ayam selesai terpasang pelepaan dilakukan diluar lokasi. Pertama pelepaan bagian dalam, untuk mempermudah pelepaan bagian dalam kawat ayam dilobangi dibeberapa bagian agar bisa dilakukan pelepaan bagian dalam yang sempit, setelah kawat ayam bagian dalam selesai dilepa lobang bekas mempermudah melepa ditutup dengan kawat ayam untuk melepa bagian luar Untuk pelepaan batang yang dilakukan pada lokasi pertama kali pondasi dari beton bertulang disiapkan terlebih dahulu dimana pembesiannya juga dilakukan diluar lokasi dan baru kemudian dicor dilokasi setelah lobang pondasi disiapkan. Gambar 7: Penegakan batang pertama Setelah satu minggu barulah batang bagian bawah ditegakan pada pondasi yang sudah disediakan, batang disetel sesuai tanda yang sedah disediakan pada saat pembesian, kemudian as batang juga disetel dari dalam, sedangkan dari JA! No.2 Vol.1 Ir. Rislan Syarief M.Arch. Iai. 4

luar kemiringan dicek menggunakan 2 buah unting-unting. Kemudian barulah diadakan pelepaan dari bagian dalam sehingga mortar ada yang keluar kesisi luarnya, lepaan tidak langsung dirapikan tetapi menunggu setelah agak kering lepaan dihaluskan dengan memakai karet busa sandal. Setelah tiga hari barulah pelepaan bagian luar dikerjakan. Pelepaan adalah merupakan bagian yang sangat penting dan sulit dalam keseluruhan konstruksi ferosemen. Gambar 9 : Penyambungan batang dengan cabang. Setelah cabang disetel baru bagian batang diatasnya didirikan dengan menggunakan katrol tangan. Setelah batang atasnya berdiri tegak maka kembali dikontrol asnya. (titik sumbu batang). Agar bagian atas dapat disetel dengan mudah dilakukan dengan kawat 4 mm yang diberi pulley yang diangkurkan kebawah sehingga batang dapat tetap pada kedudukannya dan tegak lurus dengan dicek pakai unting-unting. Gambar 8: Batang bagian bawah selesai ditegakkan. Setelah ferosemen batang bagian bawah selesaidikerjakan, maka penyambungan cabang cabang dapat dilakukan dengan melihat kedudukan cabang yang sudah diberi tanda dari sebelumnya pada batang. Cabang disetel pada batang dengan dilas tetapi cabang tidah boleh membebani batang karena itu cabang di setel diatas perancah bambu. Gambar 10: Setelah batang pertama dilepa pembesian batang selanjutnya dinaikan. Demikian setelah dilepa kemudian cabang disetel pada kedudukannya masingmasing lalu bagian atas batang disambung kembali begitulah seterusnya sampai batang terakhir terselesaikan. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2011 5

3. PEMBAHASAN 3.1Aplikasi bahan ferosemen Bahan ferosemen secara umum telah banyak digunakan dalam bangunan arsitektur. Sebagai bahan konstruksi dapat dilihat adanya beberapa keuntungan utama ferosemen adalah kemudahan dalam pengerjaan karena tehniknya tidak banyak berbeda dengan tehnik bangunan biasa yaitu mortar dan beton, bahan mudah didapat, volume bahan yang digunakan relative lebih sedikit. Ditinjau dari segi struktur bahan ferosemen sangat cocok untuk struktur cangkang ( shell) dan plat lipat ( foldateflat) karena ketipisan struktur ferosemen kurang dari 3 cm, dengan penampangnya yang tipis ferosemen sangat dimungkinkan untuk konstruksi pabrikasi dan cast insitu Didalam pembahasan ini ferosemen dikerjakan untuk pembangunan sclupture setinggi 20 m yang dibuat dengan sistem pabrikasi secara manual. Bentuk umum dari sclupture adalah berbentuk pohon yang mempunyai cabang-cabang yang secara keseluruhan merupakan aplikasi bahan ferosemen. 3.2 Aplikasi bahan ferosemen Dalam pembuatan sculpture ferosemen ini kita menggunakan sistem konstruksi pabrikasi dimana semua komponennya dikerjakan diluar lokasi termasuk penulangan beton untuk pondasinya. Untuk konstruksi batangnya pekerjaan pabrikasi hanya dilakukan untuk penulangan dan pemasangan kawat jalanya saja karena pekerjaannya dilakukan secara manual. Jadi sangat sulit untuk mendirikan batang tersebut apabila telah dilepa ataudipabrikasikan secara penuh mengingat bobot batangnya yang cukup berat untuk pekerjaan secara manual, disamping itu juga dikhawatirkan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan persisi yang tinggi. Karena untuk batang yang telah dilepa apabila pekerjaan dikerjakan secara sepotong sepotong ( pekerjaan harus dipotong potong untuk mempermudah pengangkutan), pelepaan bagian potongan demi potongan belum tentu mempunyai persisi sesuai dengan yang diharapkan sehingga benar-benar pas. Dengan pekerjaan batang ferosemen secara keseluruhan memang belum pernah dicoba untuk dilakukan. Biasanya untuk membuat batang (menara) struktur ferosemen dikombinasikan dengan kolom beton bertulang yang disembunyikan didalam batang (menara) perosemen untuk mempermudah pengerjaan. Pada pekerjaan sculpture ini tiang beton digantikan dengan rib-rib memanjang dari ferosemen dan dilakukan dengan cincin ferosemen juga. Pada penyambungan atau ditempat pemasangan cabang-cabang dibuat diafragma dari beton bertulang untuk mempermudah pengerjaan. Jarak antara rib cincin diambil sejarak 1 m, sedangkan rib tegak (penganti kolom beton) pada bagian bawah (yang besar) digunakan 10 buah rib dan pada bagian atas (bagian yang kecil) digunakan 5 buah rib tegak. 3.3 Pabrikasi hiasan cabang Pekerjaan ferosemen cabang-cabang dipabrikasikan diluar lokasi secara keseluruhan, mulai dari pembesian pemasangan kawat jala dan JA! No.2 Vol.1 Ir. Rislan Syarief M.Arch. Iai. 6

pelepaan serta sekaligus difinishing (diberi hiasan ukiran) diluar lokasi. Cabang-cabang yang telah selesai difinishing kemudian dipak untuk mempermudah pengangkatannya dan tidak merusak ukirannya jika terbentur. Pada saat pemasangan cabang-cabang dinaikkan dengan katrol tangan setelah batang selesai dilepa. Tetapi batang belum boleh dibebani karena lepasan belum cukup umurnya untuk dibebani, karena itu pemasangan cabang disanggah pakai perancah bambu. Pembebanan batang oleh cabang setelah umur pelepaan terakhir berusia 3 minggu. Selama 3 minggu tiap pelepaan dijaga dengan curing (pembasahan) dengan meletakkan karung goni pada permukaan lepaan. Gambar 13: Bentuk sculpture secara keseluruhan 4. KESIMPULAN Gambar 11: Pengepakkan cabang yang sudah difinishing Pemasangan cabang diatasnya dilakukan setelah batang atas di sambung lalu dilepa seperti semula, begitu dikerjakan sampai seterusnya hingga batang terakhir. 1. Untuk pekerjaan sculpture bahan ferosemen sangat cocok digunakan karena bobotnya yang ringan dan mudah dikerjakan karena tak perlu menggunakan cetakan. 2. Pekerjaan ferosemen tekniknya mudah tetapi banyak bervariasi, sehingga dibutuhkan pemikiran yang kreatif dalam pelaksanaannya agar selalu didapatkan kemudahankemudahan dalam pelaksanaannya. 3. Teknik pengerjaan ferosemen yang bervariasi menjadikan bahan ferosemen cukup banyak pilihan bila dikerjakan dengan skill yang tinggi. KEPUSTAKAAN Gambar 12: Pengangkatan cabang dilokasi - Djausal Ansori PENGANTAR FEROSEMEN Pusat Pengembangan Ferosemen Indonesia - ------------------ STRUKTUR DAN APLIKASI FEROSEMEN Pusat Pengembangan Ferosemen Indonesia. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, juni 2011 7