BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan salah satu faktor penting dalam sebuah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma Interpretif fenomenologis dimana paradigma ini dipakai dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintangbintang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif. Penulis menggunakan


BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai waktu pelaksanaannya Allah hanya memberikan Isyarat saja, seperti

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

B. Tempat dan Waktu Penelitian Dalam rangka mengumpulkan data penelitian, penulis mengambil tempat dan waktu penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. Kata metode menurut Kamus Ilmiah Populer adalah cara yang teratur dan

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

Ditulis oleh administrator Senin, 15 Desember :29 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 20 Mei :36

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang objektif serta dibutuhkan data-data dan informasi yang aktual

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab


BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah profil pelaku perkawinan poliandri, sebab dan akibat yang

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam melakukan riset, peneliti mengenal berbagai jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. tidaknya suatu penelitian, yang merupakan cara-cara dalam melaksanakan

Keistimewaan Hari Jumat

Khutbah Jum'at. Keutamaan Bulan Sya'ban. Bersama Dakwah 1

BAB III METODE PENELITIAN. harus mengacu pada metode-metode yang relevan dengan objek yang diteliti. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. outsourcing selain itu perusahaan ini terbuka dalam memberikan informasi tentang

PENGERTIAN TENTANG PUASA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya telah ditegaskan dalam al-qur an maupun hadis Nabi. SAW, bahwa Allah SWT mencintai keindahan.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam proposal adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan memberi salam.shalat adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB III METODE PENELITIAN. tercapainya tujuan penelitian ini untuk mendapatkan kebenaran ilmiah,

BAB III METODE PENELITIAN. atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap serta untuk

BAB III METODE PENELITIAN. metodologi kualitatif adalah segala prosedur penelitian yang menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah yang ditimbulkan oleh fakta tersebut. 33 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mulia yang mempunyai tugas utama yaitu bersujud atau melakukan ibadah

TENTANG MA MUM MASBUQ

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang telah penulis tetapkan adalah Badan Amil Zakat (BAZ) kota

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB III METODE PENELITIAN

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENENTUAN LIMA WAKTU SALAT DI PONDOK PESANTREN AL-BAYYINAH SIDAYU GRESIK JAWA TIMUR SKRIPSI

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENDUKUNGPELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH (MBM)DI SD MA ARIF JOGOSARI PANDAAN KABUPATEN PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah di Perusahaan : Jl. Jayanegara No. 2 Mojokerto

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menentukan arah Kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Bagi

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB III METODE PENELITIAN. Dorongan utama untuk mengadakan penelitian ialah instink ingin tahu yang

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN PENDEKATAN KAJIAN FIKIH HISAB RUKYAT DI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM. Marwadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar penduduknya

BAB III METODE PENELITIAN. dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahanya. 1 Metode

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dicari hubungan sebab akibat atau kecenderungannya. Penelitian merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengolahan dan analisis data, dan uji keshahihan data.

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Ilmu Falak merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang sangat besar sumbangsihnya bagi pelaksanaan tugastugas umat manusia, baik tugas keagamaan maupun kemasyarakatan. Ilmu falak yang secara khusus mengkaji dan mencermati tentang peredaran benda-benda langit, terutama peredaran matahari, bulan dan bumi. Maka manfaatnya bagi manusia, adaalah dapat mengetahui perjalanan waktu, penghitungan hari, bulan, dan tahun. yaitu: Adapun kata falak dalam al-qur an dapat ditemukan pada dua tempat

1 Artinya : dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. 2 Dan juga: Artinya : Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. 3 Dalam ayat di atas, kata Falak dapat diartikan sebagai garis edar atau lintasan, yaitu matahari dan bulan beredar pada lintasannya masing-masing. Sesuai dengan makna kata Falak tersebut, pengertian Ilmu Falak dapat dipandang sebagai ilmu yang terdapat keterkaitan dengan aturan-aturan gerakan benda-benda langit, bumi, dan antariksa (kosmografi). Melihat keterkaitannya, maka Ilmu Falak juga dapat disebut dengan ilmu Astronomi, karena inti ilmu astronomi adalah mengenai perbintangan dan antariksa. 4 1 QS. al-anbiya (21) : 33 2 Al-Quran dan Terjemah, oleh Departemen Agama RI 3 Al-Quran dan Terjemah, oleh Departemen Agama RI 4 Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis (Malang: UIN Press), hal. 3

Bagi umat Islam, Ilmu Falak mempunyai kedudukan yang sangat penting, apalagi kalau dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah baik waktu maupun cara dikaitkan langsung dengan posisi benda langit, misalnya seperti yang tersurat dalam Al-Qur an yaitu: Artinya : Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktuwaktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa tenang. 5 Adapun hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yaitu dari Abdullah bin Umar r.a berkata: sesungguhnya Nabi SAW. bersabda: Waktu dhuhur apabila tergelincir matahari, sampai bayang-bayang seseorang sama dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu Ashar. Dan waktu Ashar selama matahari belum menguning. Dan waktu shalat maghrib selama syafaq belum terbenam (mega merah). Dan waktu shalat isya sampai tengah malam yang pertengahan. Dan waktu subuh mulai fajar menyingsing sampai selama matahari belum terbit. (HR. Muslim). 6 Oleh karena itu, dengan ilmu ini saat-saat masuk dan keluarnya waktu shalat dapat diketahui dan ditentukan secara akurat. Demikian juga 5 Al-Qur an dan terjemah, oleh Departemen Agama RI 6 Maskufa, Ilmu Falaq, (Jakarta: GP Press), hal. 93

dalam penentuan arah kiblat secara tepat dan waktu-waktu ibadah lainnya, misalnya menentukan awal bulan Ramadlan sebagai hari pertama umat Islam melakukan kewajiban puasa Ramadlan, menetapkan awal bulan Syawal dimana umat Islam harus melaksanakan hari Idul Fitri, juga untuk menetapkan kapan harus merayakan Idul Adha, serta penghitungan saat gerhana untuk melaksakan shalat gerhana. Kajian Ilmu Falak yang kami angkat ini lebih banyak nuansa matematisnya. Meskipun demikian, kajian nash baik al-qur an maupun hadits dan pendapat para fuqaha yang berkaitan dengan hisab awal waktu sholat, sebagai landasan normatif yang menjadi pijakan dalam menentukan waktu shalattetap dilakukan. Khususnya di bulan Ramadlan yang mana, bulan ini berbeda dengan bulan-bulan biasa dikarenakan pada waktu bulan Ramadlan umat muslim diwajibkan untuk berpuasa yang mempunyai makna menahan diri dari halhal yang membatalkan puasa baik makan dan minum mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Adapun batas waktu berpuasa itu adalah sejak terbit fajar (masuknya waktu shubuh) hingga terbenamnya matahari.

Allah SWT berfirman: Artinya : dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar. Semprnakanlah puasa itu sampai malam... 7 Allah mensyaratkan kesempurnaan puasa hingga jelasnya waktu malam, sebagaimana Allah membolehkan makan hingga jelasnya waktu siang namun bila jelasnya waktu malam maka sunnahnya adalah menyegerakan buka puasa. Adapun pentingnya mengetahui ketepatan waktu berbuka puasa (ifthâr) adalah agar puasa yang dilaksanakan sah menurut ketentuan syari at yakni sudah masuknya waktu Maghrib dan juga supaya bisa disegerakan untuk berbuka puasa (ta jil). mengingat hal tersebut adalah sunnah Rasulullah SAW yakni menyegerakan berbuka puasa. Selama ini jadwal waktu Maghrib (ifthâr) di waktu bulan Ramadlan (Imsakiyah) yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah UIN Maliki Malang tidak menggunakan perhitungan ketinggian tempat (markaz). 8 Bisa jadi ketinggian tempat (markaz) itu menjadi faktor ketepatan untuk menghitung masuknya waktu 7 Al-Quran dan Terjemah, oleh Departemen Agama RI 8 Data ini di peroleh dari informasi Lab. Falak selaku pihak yang bertanggung jawab dalam penerbitan jadwal imsakiyah.

Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadlan. Karena data yang dimasukkan berbeda tentunya hasil perhitungannya akan berbeda. Dari sini perlu pengetahuan dan kajian yang komperhensif untuk menjawab persoalan tersebut, sehingga atas dasar latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul, TINGGI TEMPAT (MARKAZ) SEBAGAI PERTIMBANGAN MENGHITUNG MASUKNYA WAKTU MAGHRIB (IFTHÂR) DI BULAN RAMADLAN UNTUK DAERAH MALANG (Studi Atas Jadwal Imsakiyah Fakultas Syariah UIN Maliki Malang) yang nantinya dapat menggugah pemikiran kita tentang pentingnya mengetahui waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadlan secara lebih tepat dan cermat. B. Batasan Masalah Untuk memper jelas arah penelitian ini serta mempertajam kajiannya, maka peneliti membatasi permasalahan tinggi tempat (markaz)sebagai pertimbangan menghitung masuknya waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadlan untuk daerah Malang (Studi atas jadwal Imsakiyah Fakultas Syariah UIN Maliki Malang) hanya pada jadwal Imsakiyah Fakultas Syariah.

C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana deviasi (selisih) antara waktu Maghrib (ifthâr) yang menggunakan pertimbangan ketinggian tempat (markaz) dengan yang tidak menggunakan pertimbangan ketinggian tempat (markaz) untuk wilayah Malang pada jadwal Imsakiyah yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah UIN Maliki Malang? 2. Bagaimana signifikasi ketinggian tempat (markaz) terhadap perhitungan (hisab) waktu Maghrib serta implikasinya terhadap ibadah yang dilaksanakan? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui deviasi (selisih) antara waktu Maghrib (ifthâr) yang menggunakan pertimbangan ketinggian tempat (markaz) dengan yang tidak menggunakan pertimbangan ketinggian tempat (markaz). 2. Untuk mengetahui signifikasi ketinggian tempat (markaz) terhadap perhitungan (hisab) waktu Maghrib serta implikasinya terhadap puasa yang dilaksanakan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan memiliki dua manfaat, secara teoritis dan secara praktis

1. Manfaat Teoritis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk bisa menambah wawasan yang lebih luas mengenai tinggi tempat (markaz) sebagai pertimbangan masuknya waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadhan untuk daerah Malang (studi atas jadwal Imsakiyah Fakultas Syariah UIN Maliki Malang). Dan juga bisa memberikan khazanah Intelektual Islam, terutama dalam bidang Falak. 2. Manfaat Praktis. a. Bagi peneliti skripsi ini digunakan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka menempuh studi akhir kesarjanaan (S-1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Nageri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Selain itu diharapkan dengan penelitian ini, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman peneliti dapat bertambah, sehingga dapat mengamalkan dan mengembangkan ditengah-tengah masyarakat. b. Bagi Masyarakat Supaya bisa menambah pemahaman dan memberikan gambaran mengenai tinggi tempat (markaz) sebagai pertimbangan masuknya waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadhan yang membandingkan antara hisab waktu Maghrib terutama di bulan Ramadhan (ifthâr) yang menggunakan pertimbangan tinggi tempat

(markaz) dengan tanpa menggunakan pertimbangan tinggi tempat (markaz), agar bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan. F. Metode Penelitian Metode adalah Cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi, Metode penelitian adalah cara kerja untuk menata informasi secara runtut, mulai dari penyusunan fokus penelitian sampai perumusan kesimpulan hasil penelitian. 9 Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Jenis Penelitian. Berdasarkan Rumusan Masalah yang dibahas, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan dimanfaatkan berbagai metode alamiah. 10 Dalam penelitian ini, fenomena yang penting untuk diteliti adalah tentang penentuan waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadlan. Yang mana selama ini penentuan tersebut tanpa mempertimbangkan tempat (markaz). 9 Cik Hasan Bisri, Pilar-pilar Hukum Islam dan Pranata Sosial,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), hal. 263. 10 Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 6.

Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk pertimbangan ketinggian tempat dalam penentuan waktu Maghrib (ifthâr). Berdasarkan tempat penelitiannya, maka penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (Lebrary Reseach) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literature (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dan penelitian terdahulu. 2. Sumber Data. Sumber data ialah sumber dari mana data itu diperoleh. Dalam sebuah penelitian terdapat dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, baik berupa bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru ataupun pengertian yang baru tentang fakta yang diketahui ataupun gagasan. 11 Adapun sumber data primer yang berhungan dengan penentuan waktu Mahgrib (ifthâr) yaitu: a. JadwalImsakiyah Fakultas Syariah UIN Maliki Malang. b. Ilmu Falaq karya Dra. Maskufa, MA. c. Ilmu Falak Praktis karya Drs. Moh. Murtadho, M. HI. d. Rukyat Hisab Di Kalangan NU Muhammadiyah karya H. Abd. Salam Nawawi. 11 Soejono Soekanto dan Sri Mahmudi, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Khusus, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 29

e. Bid ahkah Ilmu Hisab?! (Kajian Ilmiah Tentang Polemik Hisab Rukyah Untuk Menetapkan Puasa Ramadlan Dan Hari Raya) karya Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. f. Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik karya Muhyidin Khazin. g. Ilmu Falak (Teori & Aplikasi) karya Drs. A. Jamil. h. Ilmu Falak karya Drs. M. Sayuti Ali, MA. Dalam penelitian ini data skunder yang digunakan berupa artikelartikel dan internet yang memiliki hubungan erat dengan data primer yaitu data-data tentang masuknya waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadlan dan yang berhubungan dengan ilmu Falak. Dalam hal ini peneliti membandingkan beberapa literatur yang ada dengan menggunakan penelitian kepustakaan. Dari beberapa literatur di atas, diharapkan akan didapat penemuan baru tentang bagaimana tinggi tempat (markaz) sebagai pertimbangan menghitung masuknya waktu Maghrib (ifthâr). Selain itu peneliti juga mencoba membandingkan dengan hasil penelitian yang sudah ada. 3. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Karena jenis penelitian ini penelitian kepustakaan (Lebrary Reseach) maka peneliti memilih untuk menggunakan studi dokumen atau dokumentasi untuk alat pengumpulan data. Studi dokumen bagi penelitian kepustakaan (Lebrary Reseach) yang terdiri dari bahan sumber data primer dan sumber data sekunder. metode dokumentasi adalah mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan sebagainya. 12 Dalam hal ini peneliti menggunakan Content Analysis atau kajian isi. Menurut Weber kajian isiyaitu penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah buku atau dokumen. 13 Beberapa definisi dikemukakan untuk memberikan gambaran tentang konsep kajian isi tersebut. Pertama, Berelson mendefinisikan kajian isi sebagai tehnik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Definisi berikutnya dikemukakan oleh Krippendorf, yaitu kajian isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data atas dasar konteksnya. Terakhir, Holsti memberikan definisi yang agak lain dan menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan secara objektif sistematis. Dari segi penelitian kualitatif tampaknya definisi terakhir lebih mendekati teknik yang diharapkan. 14 12 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 206. 13 Soejono dan Abdurrahman, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 13. 14 Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 220.

Jadi dari penelitian metode pengumpulan dan analisis data diharapkan dapat menarik sebuah kesimpulan yang sahih dan valid dari sebuah buku atau dokumen terkait dengan persoalan waktu maghrib. G. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu berfungsi untuk membedakan antara penelitian yang peneliti akan lakukan dengan penelitian yang sudah ada.moh. AFIF AMRULLAH ALUMNI UNEVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG LULUSAN TAHUN 2010 dengan judul PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT SUBUH MENURUT DEPARTEMEN AGAMA DAN ALIRAN SALAFI. Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif peneliti memberikan kesimpulan tentang apa yang menjadi latar belakang bagaimana menentukan awal waktu shalat subuh menurut badan Rukyat, Hisab Departemen Agama dan Aliran Salafi. Moh. Afif Amrullah juga menyimpulkan bahwa pemahaman mereka terdapat beberapa perbedaan tentang penentuan awal waktu shalat subuh. Yang mana menurut BHR Depag menganggap masalah ini adalah masalah ijtihadiyah karena menurut mereka fajar shodiq itu muncul pada saat posisi matahari berada pada sudut 20 o dibawah ufuk. Oleh karena itu BHR Depag menetapkan bahwa fajar shodiq muncul pada saat matahari berposisi 20 o dibawah ufuk. Sedangkan menurut ahli Salafi menetapkan bahwa penetapan waktu shalat Subuh yang ditandai dengan kemunculan fajar shodiq saat ini mengalami kesalahan

karena posisi matahari pada saat awal subuh adalah -15 o dibawah ufuk dan Astronomical Twilight menganggap sebagai fajar kadzib bukan fajar shodiq. 15 Sedangkan menurut hasil penelitian yang di lakukan oleh TOLHAHHASYIM FANANI ALUMNI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG LULUSAN TAHUN 2011 dengan judul METODE PENENTUAN WAKTU SHOLAT DI MASJID-MASJID KABUPATEN MALANG. dengan menggunakan penelitian sosiologis dengan paradigma interpretatif fenomenologis peneliti menyimpulkan bahwa syari at ibadah sholat tidak akan terlepas dengan waktu kapan sholat lima waktu itu akan di laksanakan. Begitu juga dengan persoalan bagaimana menentukan waktu sholat di suatu tempat yang berbeda, yang di sebabkan oleh perbedaan posisi matahari terhadap tempat-tempat di bumi. Kepentingan lain terkait penentuan waktu sholat ini adalah untuk menentukan beberapa hal dalam ibadah Puasa, terutama awal waktu Maghrib (ifthâr) sebagai batas akhir ibadah Puasa dan awal waktu Shubuh sebagai batas permulaan ibadah Puasa yang di kenal juga dengan jadwal Imsakiyah bulan Ramadhan. Dan juga penentuan awal waktu sholat di suatu daerah memang memiliki kebijakan sendiri dalam memakai metode penentuan awal waktu sholat. Malang misalnya, yang mewakili oleh Masjid jami sebagai pusat (central) Masjid di wilayah 15 Moh. Afif Amrullah, Penentuan Awal Waktu Shalat Subuh Menurut Departemen Agama Dan Aliran Salafi, Skripsi SH.I (Malang: Uneversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang2010).

Malang yang memakai metode perhitungan matahari (jam matahari) dan bencet (bencret) untuk menentukan awal waktu sholat. 16 Adapun penelitian yang di lakukan, peneliti lebih menekankan pada Tinggi Tempat (markaz) sebagai menghitung masuknya waktu Maghrib (ifthâr) di bulan Ramadhan untuk daerah Malang. H. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah penyusunan dan peemahaman dalam penelitian maka peneliti membuat sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I: Memaparkan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang berisi tentang pengumpulan data, pengolahan data, pengecekan keabsahan data, analisis data, penyajian data, penelitian terdahulu dan sistematika pembahasan. Bab II: Dalam bab ini terdiri dari: kajian pustaka, penelitian terdahulu, Ilmu Falak yang mencakup tentang pengrtian Ilmu Hisab/Falak, dan ruang lingkup Ilmu Hisab/Falak, tinggi tempat (markaz), waktu shalat yang mencakup tentang pengertian waktu shalat, batasan dan dasar hukum shalat, ibadah puasa yang mencakup tentang pengertian dan waktu puasa, batasan dan dasar hukum puasa. Kajian pustaka diperlukan untuk menegaskan, melihat kelebihan dan kekurangan teori terhadap apa yang terjadi dalam 16 Tholhah Hasyim Fanani, Metode Penentuan Waktu Sholat di Masjid-Masjid Kabupaten Malang, Skripsi S.H.I (Malang: Uneversitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang 2011).

prakteknya. Dan sebagai pijakan penulis untuk mengelola dan menganalisa data yang di dapatkan dalam penelitian tersebut. Bab III: Hasil dan analisa data merupakan bagian dari bab ini dengan menyajikan hisab waktu Maghrib (ifthâr) tanpa pertimbangan ketinggian tempat (markaz), dan hisab waktu shalat dengan pertimbangan ketinggian tempat (markaz). Bab IV: Penutup yang memuat kesimpulan dari semua pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan disertakan pada saran-saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yang dapat untuk menjadi pertimbangan lebih lanjut.