PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

2016, No Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidik

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk merangsang manusia agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa dipengaruhi oleh akhlak bangsa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. nasional sedang menggalakan pendidikan berbasis karakter. Undang-Undang

PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Indonesia telah mengalami sepuluh kali perubahan, yaitu Kurikulum

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

Kartika Putri Adi, Afrinel Okwita, Tri Tarwiyani Dosen Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DARI SEGI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU MATEMATIKA SMA SE-KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3. 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA Pipin Erlina, Umi Chotimah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya email: pipinerlina6@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi pendidikan karakter terhadap aspek afektif siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen tipe time series design yang menggunakan satu kelas eksperimen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu kelas XI IPA 1. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan angket. Berdasarkan hasil rerata observasi aspek afektif siswa yang diperoleh dari data sebelum dan sesudah diterapkannya pendidikan karakter sebesar 75.55% dan meningkat menjadi 85.05%, sedangkan hasil rerata angket pada pertemuan awal sebelum diterapkannya pendidikan karakter untuk angket pendidikan karakter dan aspek afektif sebesar 71.26% dan 77.84% dan hasil rerata angket pada pertemuan akhir sesudah diterapkan adalah meningkat menjadi 79.35% dan 86.78%, selanjutnya, berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test maka diperoleh nilai hitung sebesar 33.377 > 6,756 pada taraf signifikan 5% atau α =.05 dengan demikian tolak Ho dan terima Ha, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari implementasi pendidikan karakter sesudah diterapkannya pendidikan karakter terhadap aspek afektif siswa. Kata kunci: implementasi, pendidikan karakter, aspek afektif, siswa PENDAHULUAN Pendidikan karakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya Pencapaian Visi Pembangunan Nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025. Terkait dengan hal tersebut untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah semua komponen pendidikan harus melibatkan isi kurikulum, proses pembelajaran sampai dengan proses penilaian sehingga pelaksanaan pendidikan karakter dapat tercapai dan berjalan dengan baik di sekolah untuk itu telah diterbitkan Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi mengenai kriteria ruang lingkup materi pembelajaran dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi -391-

lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Selanjutnya Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses mengenai pendidikan dasar dan menengah yang merupakan kriteria pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan, sedangkan Permendikbud Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mengenai kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah. Dalam gagasan Grand Design Pendidikan Karakter merumuskan pada tanggal 23 Oktober 2010, mengenai rumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diberikan keterangan tentang nilai karakter apa yang dapat dikembangkan pada setiap pencapaian Standar Komptensi Lulusan (SKL), pada SKL SMA/MA dituliskan nilai karakter yang kira-kira sesuai dengan rumusan SKL nya serta dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah misalnya nilai karakter religius, disiplin, jujur, peduli lingkungan dan cinta tanah air yang biasa diterapkan di SMA Negeri 8 Palembang sesuai dengan pengkondisian sekolah, selanjutnya dikatakan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat (5) tentang Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) menyatakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Nomor 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Mengenai aspek afektif, bahwa aspek afektif yang dominan pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran (PPKn) meliputi pembentukan karakter bangsa yang adaptif terhadap keberagaman, mampu berpikir kritis, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sosial, politik, ekonomi, budaya dan keamanan yang mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, implementasi pendidikan karakter di satuan pendidikan yang diamanatkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), sesungguhnya hal yang dimaksud itu sudah tertuang dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan karakter bangsa sebagai prioritas program Kemendiknas 2010-2014, yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010) mengemukakan: Pendidikan karakter disebutkan sebagai Pendidikan nilai, Pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk -392-

memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Lickona dalam Hariyanto (2012:44) menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa, sedangkan Winton dalam Hariyanto, 2012:43 menyebutkan pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada para siswanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal atau sekolah memiliki peranan penting untuk bersama-sama menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai karakter yang positif kepada siswa sehingga siswa mampu menerapkan nilai-nilai tersebut didalam bersikap maupun bertindak. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta beberapa pendapat para ahli mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter di sekolah dapat tercapai dengan melalui kebiasaan (habit) yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan pada siswa baik di sekolah maupun diluar sekolah agar tercapainya implementasi pendidikan karakter di sekolah tersebut. Sujak (2011:16) menyebutkan bahwa implementasi pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran, terpadu dengan manajemen sekolah, melalui ekstrakurikuler Penelitian ini memfokuskan pada kelompok kegiatan kesatu yaitu pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran yaitu khususnya dalam pembelajaran PPKn. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, sampai akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai aspek kognitif saja melainkan pada aspek afektif maupun psikomotorik, dimana selama ini siswa dianggap belum sepenuhnya mengembangkan aspek afektif hanya ada beberapa siswa yang telah mengembangkan didalam proses pembelajaran PPKn. Lebih lanjut dari hasil penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan aspek afektif yang dilakukan oleh (Chotimah, 2010:2) menyimpulkan bahwa: Melalui mata pelajaran PPKn, peserta didik diharapkan tidak hanya mampu menguasai aspek kognitif (pengetahuan), namun juga mampu mengembangkan aspek afektif (nilai dan sikap), serta aspek psikomotor (keterampilan sosial) secara menyeluruh untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran, yang diharapkan tentunya harus didukung oleh instrumen penilaian yang sesuai dengan karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar) berkala dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang dicapai siswa. -393-

Implementasi pendidikan karakter di satuan pendidikan merupakan suatu kesatuan dari program manajemen penyelenggaran pendidikan dan peningkatan mutu sekolah. Sekolah telah mengimplementasikan nilai-nilai karakter kedalam mata pelajaran PPKn melalui proses pembelajaran. Karena kita ketahui pendidikan di sekolah tidak hanya sekedar mendidik dan mentrasfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi hasil dari pendidikan melalui pembelajaran siswa dapat mewujudkan nilai-nilai karakter yang sudah ditanamkan sehingga menjadi kebiasaan baik mereka pada saat proses pembelajaran berlangsung. Fakta ini didukung dari hasil penelitian Rianto, 2013:6 yang menyatakan bahwa: Pendidikan karakter merupakan sistem penanaman nilai-nilai yang baik dan benar pada siswa disekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai dasar sebagai acuan dalam berperilaku. Melalui mata pelajaran PPKn sebagai instrumen pendidikan karakter guru dituntut untuk cerdas dan kreatif. Selama ini para guru lebih banyak mencontoh apa yang telah tertulis di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tanpa mengkaji secara mendalam nilai-nilai apa saja yang pantas terkandung di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Para guru harus menyesuaikan dan mengkaji nilai-nilai apa yang terkandung didalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Selanjutnya dari hasil penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan nilainilai pendidikan karakter yang dilakukan oleh (Kurniawan,2013:43) menyimpulkan bahwa: Dalam pengintegrasian nilai-nilai karakter kedalam perangkat pembelajaran tidak dapat diintegrasikan secara begitu saja, melainkan harus menyesuaikan terlebih dahulu nilai-nilai karakter dengan melihat standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam membuat perangkat pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memperhatikan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tertuang kedalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Seiring berjalannya waktu pendidikan karakter di sekolah dengan pengenalan nilai-nilai karakter melalui mata pelajaran PPKn diharapkan setelah proses pembelajaran siswa dapat dinilai sejauh mana ia mampu menginternalisasikan nilai-nilai karakter ke dalam dirinya sendiri. Hal ini mengindikasikan mata pelajaran PPKn merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak dapat terpisahkan dari aspek afektif. Untuk itu, semua lembaga pendidikan -394-

formal (sekolah) dalam merancang proses pembelajaran diharapkan guru harus memperhatikan aspek afektif kepada diri siswa di sekolah karena di dalam diri siswa terdapat perbedaan individu masing-masing dan tidak sama siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui survey dan observasi ke beberapa sekolah SMAN yang ada di kota Palembang, diantaranya sebagai berikut, SMA Negeri 8 Palembang, SMA Negeri 10 Palembang, SMA Negeri 19 Palembang dan dari ketiga sekolah tersebut masing-masing memiliki perbedaan dan persamaan, dari ketiga sekolah tersebut terdapat persamaan masing-masing sekolah telah menerapkan pendidikan karakter di sekolah dan telah sama-sama Terakreditasi (A) oleh Badan Akreditasi Provinsi (BAP). Namun dari ketiga sekolah tersebut terdapat perbedaan, perbedaan itu terletak dari sekolah dan guru di dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah masing-masing melalui proses pembelajaran pada mata pelajaran PPKn yang mempengaruhi aspek afektif siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunaan metode quasi-eksperimen tipe time series design, dengan satu kelompok sampel. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu implementasi pendidikan karakter (variabel independen) dan aspek afektif siswa (variabel dependen). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI dengan jurusan IPA dan IPS yang terdiri dari 8 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA 1 yang berjumlah 38 siswa. Data dikumpulkan dengan mengggunakan teknik dokumentasi, observasi dan angket. Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang keadaan sekolah seperti jumlah guru dan jumlah siswa sebagai data pendukung dan pelengkap data dalam penelitian ini. Teknik observasi untuk mengamati tentang munculnya indikator aspek afektif siswa pada saat proses pembelajaran PPKn di kelas, dengan menggunakan rating scale. Yang diamati dalam penelitian ini adalah proses belajar mengajar di kelas dan munculnya aspek afektif siswa yang diharapkan, dengan kriteria sebagai berikut: 4 = Selalu, melakukan deskriptor tampak dengan sempurna 3 = Sering, melakukan deskriptor tampak tetapi belum sempurna 2 = Kadang-kadang, melakukan deskriptor tampak 1 = Tidak pernah, tidak melakukan deskriptor tampak sama sekali Kemudian dari skor tersebut disesuaikan dengan deskriptor yang dilihat tampak dan tidak tampak lalu dijumlahkan hasil keseluruhannya dan yang terakhir siswa dikategorikan ke dalam bentuk kategori keterangan pada tabel 1. -395-

Tabel 1: Skor Interpretasi Persentase Persentase yang Kategori Ket diperoleh Aktivitas 80%-100% Amat baik A 70%-79% Baik B 60%-69% Cukup C 45%-59% Kurang D <44% Tidak lulus E (Sumber: Aunurrahman, 2009:224) Teknik angket digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh implementasi pendidikan karakter terhadap aspek afektif siswa, dengan menggunakan skala likert. Masing-masing jawaban angket diberi skor 5:4:3:2:1 untuk positif dan skor 1:2:3:4:5 untuk negatif. Angket diberikan pada pertemuan pertama dan pertemuan keenam. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji paired samples t-test. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi pada kelas eksperimen yang berupa bentuk perlakuan sebelum dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter di kelas ekpserimen yaitu kelas XI IPA 1, maka dalam penelitian ini terdapat peningkatan aspek afektif siswa sebelum dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran PPKn. Hasil penelitian berdasarkan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu dari data lembar observasi aspek afektif siswa dengan menggunakan rating scale adapun pilihan skor penilaiannya terdiri dari: 4 = Selalu, melakukan deskriptor tampak dengan sempurna 3 = Sering, melakukan deskriptor tampak tetapi belum sempurna 2 = Kadang-kadang, melakukan deskriptor tampak 1 = Tidak pernah, tidak melakukan deskriptor tampak sama sekali Sehingga didapatkan hasil rerata aspek afektif sebelum dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter pada pembelaajran PPKn adalah Adapun hasil perbandingan rekapitulasi rata-rata observasi secara keseluruhan di kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkannya pendidikan karakter dapat dilihat pada tabel 2. -396-

Tabel 2: Perbandingan Rekapitulasi Rata-Rata Dari Hasil Data Observasi Aspek Afektif Siswa Secara Keseluruhan Sebelum Dan Sesudah Diterapkannya Pendidikan Karakter Pada Kelas Eksperimen Perlakuan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke - % (1) (2) (3) Rata- Rata Kategori Aktivitas Ket Sebelum 72.42 73.42 80.81 75.55% Baik B (Pre-test) (4) (5) (6) Sesudah (Pos-test) 83.42 85.68 86.05 85.05% Amat baik A Sumber: Data primer diolah, Tahun 2015 Adapun perbandingan rekapitulasi dari hasil data kedua angket implementasi pendidikan karakter dan aspek afektif secara keseluruhan sebelum dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran PPKn di kelas ekperimen dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3: Perbandingan Rekapitulasi Rekapitulasi Hasil Data Angket Secara Keseluruhan Perlakuan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke Aangket Variabel Jumlah Skor Rata- Rata Sebelum (Pre-test) Sesudah (Pos-test) (I%) (VI%) 1. Implementasi 2708.00 71.26% Pendidikan Karakter 2. Aspek Afektif 2957.78 77.84% 1. Implementasi Pendidikan Karakter 3015.33 79.35% 2. Aspek Afektif 3303.00 86.93% Sumber : Data primer diolah, Tahun 2015-397-

Berdasarkan deskripsi data hasil observasi dan data hasil angket secara keseluruhan sebelum dan sesudah mendapat perlakuan implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran PPKn terhadap aspek afektif siswa meningkat dibandingkan dengan sebelum mendapat perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.9 yang menunjukkan adanya perbandingan yang berupa peningkatan dari ratarata aspek afektif siswa sebelum dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter yaitu 75.55% yang dikategorikan baik keterangan (B) lalu sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter pada pembelajaran PPKn rata-rata aspek afektif siswa meningkat menjadi 85.05% yang dikategorikan amat baik keterangan (A). Seperti yang diungkapkan Budimansyah (2010:141), mengemukakan bahwa: Mata pelajaran PPKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk yang mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab, sudah menjadi bagian inheren dan instrumentasi serta praksis pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui pendidikan karakter sebagai berikut: (1) Mata pelajaran PPKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara. (2) Mata pelajaran PPKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (contentembedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dari hasil data angket sebelum dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter mengalami peningkatan juga yaitu didapatkan hasil angket sebelum diterapkan implementasi pendidikan karakter pada pertemuan pertama (pretest). Angket implementasi pendidikan karakter diperoleh dengan skor 2708.00 dengan rata-rata 71.26% dan angket aspek afektif diperoleh skor 2957.78 dengan rata-rata 77.84% dan sesudah diterapkannya implementasi pendidikan karakter pada pertemuan keenam (postest), yang terdiri dari dua angket yaitu angket pendidikan karakter diperoleh skor 3015.22 dengan rata-rata 79.53% dan angket aspek afektif diperoleh skor 3303.3 dengan rata-rata 86.78%. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji paired samples t- test maka diperoleh nilai thitung 33.377 sementara nilai tabel pada tingkat keyakinan 95% dengan nilai ttabel = 6.756. Dari hasil uji t dapat dinyatakan dengan nilai yaitu t hitung > t tabel adalah 33,377 > 6,756, tolak Ho dan terima Ha. Hal ini menyatakan bahwa variabel bebas yaitu implementasi pendidikan karakter berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (y) yaitu aspek afektif siswa. Sebagaimana Sujak (2011:12) mengatakan bahwa pendidikan -398-

karakter secara terpadu di dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut: (1). pengenalan nilai-nilai, (2). fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, (3). penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain itu untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, meng-internalisasi nilainilai dan menjadikannya perilaku. Dengan demikian pendidikan karakter yang telah diterapkan melalui mata pelejaran PPKn dapat membawa pengaruh positif pada siswa di dalam bersikap maupun bertindak yang baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah, sedangkan aspek afektif merupakan penilaian pada diri siswa yang dilakukan pada saat proses pembelajaran yang menuju keberhasilan yang dicapai oleh seseorang siswa itu sendiri secara menyeluruh yang meliputi proses serta keberhasilan dalam belajar. Hal ini dikatakan dari hasil penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan aspek afektif yang dilakukan oleh Chotimah (2010:2) mengatakan bahwa melalui mata pelajaran PPKn, peserta didik diharapkan tidak hanya mampu menguasai aspek kognitif (pengetahuan), namun juga mampu mengembangkan aspek afektif (nilai dan sikap), serta aspek psikomotor (keterampilan sosial) secara menyeluruh untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran, yang diharapkan tentunya harus didukung oleh instrumen penilaian yang sesuai dengan karakteristik tujuan (termasuk standar kompetensi maupun kompetensi dasar) berkala dan berkesinambungan. Di samping itu bukan hanya menilai secara parsial, melainkan secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar yang mencakup wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial yang dicapai siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari implementasi pendidikan karakter terhadap aspek afektif siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil rerata observasi aspek afektif siswa pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah diterapkannya pendidikan karakter sebesar 75.55% dengan kategori baik dan meningkat sebesar 85.05% dengan kategori amat baik, selanjutnya dari hasil analisis rerata angket pada pertemuan awal sebelum diterapkannya pendidikan karakter untuk angket pendidikan karakter didapatkan hasil sebesar 71.26% sedangkan untuk angket aspek afektif sebesar 77.84% dan untuk hasil analisis rerata angket di pertemuan akhir sesudah diterapkannya pendidikan karakter untuk angket pendidikan karakter didapatkan hasil 79.35%, sedangkan untuk angket aspek afektif sebesar 86.78%. Selanjutnya berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test maka diperoleh nilai thitung>ttabel yaitu 33.377>6,756 pada taraf signifikan 5% atau α=0,05 dengan tingkat keyakinan 95% dengan demikian tolak Ho dan terima Ha, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari implementasi pendidikan karakter terhadap aspek afektif siswa pada mata pelajaran PPKn di SMA Negeri 8 Palembang. -399-

DAFTAR PUSTAKA Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksaea Press Hadi Rianto.(2013). Implementasi Pembelajaran PKn Berbasis Karakter Bagi Pengembangan Kemandirian Peserta Didik.Thesis,http://repository. upi.edu/ id/eprint/1878. Bandung: FKIP Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses Tanggal 12 maret 2014, Pukul 16:43 WIB Hariyanto (2012). Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Hersh, et.al (1980). Teori Pendekatan Pendidikan Karakter dan Moralhttp://www. library.ohiou.edu/indopubs/2001/08/31/014.html.com.diakses Tanggal 12 maret 2014, Pukul 16:43 WIB Kemendikbud.(2013).http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/06/03-a salinanpermendikbud-no-65-th-2013-ttg-standar-proses.pdf Diakses Tanggal 31 april 2013, Pukul 14.00 WIB Kemendikbud.(2013).http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/06/01- salinan- permendikbud-no-54-tahun-2013-ttg-skl.pdf.diakses Tanggal 31 april 2013, Pukul 14.00 WIB Kemendiknas. (2011). Pembelajaran Kontensktual Dalam Membangun Karakter Siswa. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Dasar.. (2011). Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran PKn. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Dasar. Macfhul Indra Kurniawan. (2013). Integrasi Pendidikan Karakter kedalam Pembelajaran Kewarganegaraan di Sekolah dasar.http://ejournal.umm.ac.id/ index.php/jp2sd/article/viewfile/1528/1633_umm_scientific_journal.pdfjurn al Pemikiran dan Pengembangan SD, 1(4): 37-45. Diakses Tanggal 12 maret 2014, Pukul 16:43 WIB Sujak. (2011). Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya. Umi Chotimah. (2010). Pengembangan Instrumen Penilaian Domain Afektif Pada MataPelajaran PKn Di Sekolah Menengah. http://eprints.unsri.ac.id/1076 /1/4._Laporan_Penelitian_(Pengembangan_instrumen_dst)_UC.pdf. Diakses Tanggal 30 April 2014, Pukul 16:43 WIB Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2013-400-