BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
1988), 2 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), hlm.364.

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. Tatang, Ilmu Pendidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.13. Ibid., hlm.15.

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diantara anak didik kita yang menghadapi masalah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Offset, 2014, hlm Ibid, hlm Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia yakni al-qur'an dan al-hadits yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fase perkembangan tersebut meliputi masa bayi, masa kanak-kanak,

BAB I PEMBAHASAN. dapat berjalan dengan lancar, hal ini dikarenakan banyak dijumpai permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Tidak dipungkiri banyak kasus kekerasan yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dengan melaksanakan shalat,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB IV PERILAK TERPUJI

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. baik intelektual, emosional dan spiritual. Gulen sebagaimana dikutip

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Algensindo, 2005, hlm Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung, Sinar Baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm Diah Harianti, Model dan Contoh Pengembangan Diri Sekolah Menengah Pertama,

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I. mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin, artinya ajarannya bersifat universal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan kurang percaya diri banyak terjadi pada remaja. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB I PENDAHULUAN. karna masa ini merupakan masa emas bagi seorang anak. yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menfasilitasi pertumbuhan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Mata Pelajaran Fiqh siswa MTs Darul Hikmah

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Choirul Mahfud, Pendidikan Multi Kultural, Kita, Pustaka Belajar, Yogyakarta, Cet I, 2006, hlm.34. 2

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Munir, 2009, Metode Dakwah, Kencana, Jakarta, hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

HaidarPputra Daulay, Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah individu menjadi ke arah yang lebih baik, yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang awalnya tidak bisa menjadi bisa, upaya ini pada akhirnya akan membentuk individu yang mandiri. Dalam upaya perubahan itulah peran bimbingan konseling tampak, bimbingan sendiri diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu dalam mencapai tingkat perkembangan diri secara optimum. Ada dua hal yang difokuskan disini yaitu pemberian bantuan dan perkembangan optimum. Pemberian bantuan ditujukan untuk membantu/ membimbing/ mengarahkan individu agar dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan bertanggung jawab atas perbuatannya, mengatasi segala yang menjadi kekurangannya, sekaligus menemukan pegangan untuk individu dalam pengambilan keputusan secara tepat. Perkembangan optimum sendiri berarti titik dimana individu mencapai puncak eksistensinya. Seorang individu bisa bertahan dalam lingkungannya, memahami apa yang baik dan tidak dari lingkungannya, dan bagaimana mengatasi pengaruh-pengaruh yang berkebang di dalamnya. Puncaknya adalah Individu tersebut tahu bagaimana harus memutuskan suatu hal dan bagaimana dia memposisikan dirinya dalam lingkungan sesuai dengan potensi dan system nilai yang dianut. Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional, 1

2 yang mana emosi yang menyertai individu dalam berpikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irasional. Perkembangan kepribadian dimulai dari bahwasanya manusia tercipta dengan a) dorongan yang kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri. b) Kemampuan untuk self-destruktive, hedonis buta dan menolak aktualisasi diri. 1 Anak merupakan hadiah dari Allah SWT, suatu nikmat yang sangat besar karena keturunan adalah buah hati yang didamba pasangan suami istri yang sudah menikah. 2 Sesuai dengan fitrah dan instingnya jika manusia mendapat berita tentang kelahiran, wajah mereka akan bersinar dengan kegembiraan dan suka cita karena anak yang lahir pada hari ini akan menjadi harapan kedua orang tuanya dimasa mendatang. 3 Keluarga dianggap sebagai tempat berkembangnya individu, dimana keluarga ini merupakan sumber utama dari sekian sumber-sumber pendidikan dan nalar seorang anak. Sebagaimana anak akan meniru pola pikir kedua orang tuanya dalam menyampaikan perasaan dan keinginannya. Oleh karena itu, dalam kehidupan anak, keluarga berperan sebagai pembentuk pertama karakter sosial bagi seorang anak, sejalan dengan kehidupan masyarakatnya dan sesuai dengan pola kehidupan yang berlaku antara anggota masyarakat. Pembentukan karakter tersebut tentunya dengan mengarahkan dan membimbing tingkah lakunya, melatihnya dan mendidiknya, sehingga mengetahui berbagai macam nilai, perilaku dan kecenderungan yang dilarang serta dianjurkan. 4 Pembicaraan mengenai akhlak tidak akan lepas dari hakikat manusia sebagai khalifah di muka bumi ini pada satu sisi, dan manusia sebagai makhluk Allah pada sisi yang lain. Sebagai khalifah, manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara dan memakmurkan alam ini, 1 Amirah Diniaty, Teori-teori Konseling, Daulat, Pekanbaru Riau, 2009, hal. 67. 2 Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, Arum Titisari. A. H. Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hal. 30 3 Ibid, hal. 32-33 4 Asy-Syaikh Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Muslim, Mustaqim, Jakarta, 2004, hal. 42-43

3 tetapi juga dituntut berlaku adil dalam segala urusannya. Sebagai makhluk, manusia harus berusaha mencapai kedudukan sebagai hamba yang tunduk patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah SWT. Jadi, dalam hidup ini manusia dituntut menjalankan akhlak vertikal dengan baik, sekaligus tidak mengabaikan akhlak horizontalnya. Apakah itu menyangkut etika pergaulannya dengan sesama manusia, atau etikanya terhadap sumber daya alam ini. Yaitu meliputi beragam jenis hewan dan tumbuh-tumbuhan. 5 Kesetiaan dan konsistensinya kepada akhlak vertikal ini akan melahirkan rahmat bagi kehidupan umat secara universal. Demikian pula, pemeliharaan dan pembudidayaan manusia pada sumber daya alam ini akan mendatangkan ketentraman, kenyamanan, rizki, keindahan, dan kesejahteraan hidup manusia. Hal yang buruk, berupa bencana akan menimpa kehidupan ini manakala manusia meninggalkan akhlak kepada Tuhan, akhlak kepada sesama, dan akhlak kepada lingkungannya. Terbentuknya akhlak mulia yang dihasilkan dari pendidikan memiliki pengaruh penting dalam kehidupan manusia, dan hal tersebut merupakan citacita luhur setiap lembaga pendidikan. Demikian pentingnya akhlak tersebut menyebabkan para pemikir pendidikan mengarahkan kegiatan pendidikan sebagai bentuk usaha untuk mewujudkan prilaku yang baik yang di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Agama tidak akan sempurna manfaatnya, kecuali bersamaan dengan akhlak mulia. Rasulullah pernah ditanya oleh sahabat: Ya Rasulullah, sebenarnya apakah yang paling baik diberikan kepada manusia? Beliau menjawab: Akhlak yang baik (HR. Ibnu Hibban). Dalam Hadist lain Rasulullah SAW. Bersabda : Sesungguhnya orang yang paling baik Islamnya adalah orang yang paling baik akhlaknya. (HR. Ahmad). Dan berkaitan dengan tingkah laku yang baik Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat: Ya Rasulullah, seorang mukmin yang bagaimanakah yang paling sempurna imannya? Beliau menjawab, Sesungguhnya orang yang 5 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak (Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan), Belukar, Yogyakarta, 2004, hal. 15

4 paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. (HR. Tabrani). 6 Berpikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional. Pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) di kembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. pandanagan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional. Upaya mendidik serta membimbing anak agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal, para pendidik, orang tua atau siapapun yang mempunyai kepentingan dalam mengasuh anak hendaknya memahami perkembangan anak. Perkembangan tersebut penting karena pada masa anak anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadi banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Pola perkembangan pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh anak. Melalui pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, dapat dilakukan berbagai upaya untuk memfasilitasi perkembangan anak tersebut baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun 6 Ibid, hal. 16

5 masyarakat. Disamping itu, dapat diantisipasi juga tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala yang akan mempengaruhi perkembangan anak. 7 Kepribadian anak masih mengalami suatu perkembangan, sementara dalam hidupnya masih membutuhkan suatu pegangan dan arahan agar hidupnya dapat berjalan lebih baik. Anak masih belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisiknya. Anak masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Anak sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri yang benar. Hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya. Sehingga, di peroleh suatu gambaran yang jelas tentang dirinya dan anak bisa menjalankan apa yang sudah didapatkannya. Dalam menjalankan tugasnya, dewan guru dan guru BK harus mengetahui keberadaan anak secara lahir maupun batin. Dibutuhkan perhatian yang cukup serius pada anak untuk meningkatkan akhlakul karimah di MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara. Dengan adanya penelitian tentang akhlakul karimah di MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara diharapkan para murid tersebut dapat meningkatkan akhlaknya Dari latar belakang diatas penulis ingin mengkaji tentang bimbingan konseling islam melalui pendekatan rasional emotif behavior, dengan judul, Analisis Bimbingan Konseling Islam Dengan Pendekatan Rasional Emotif Behavior Dalam Meningkatkan Akhlak Peserta Didik Kelas VII MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara. Alasan peneliti memlih judul ini adalah karena dari perpindahan Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) itu terkadang pemikiran anak masih labil jadi peneliti ingin pemikiran kekanak-kanakan itu bisa sedikit dihilangkan atau digantikan dan menjadikan akhlak anak tersebut menjadi baik dan mengerti hakikat akhlak yang sebenarnya. 7 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 114

6 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan pendekatan rasional emotif behavior dalam meningkatkan akhlak peserta didik kelas VII MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara? 2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat bimbingan konseling Islam dengan pendekatan rasional emotif behavior dalam meningkatkan akhlak peserta didik keas VII MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan pendekatan rasional emotif behavior dalam meningkatkan akhlak peserta didik kelas VII MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan pendekatan rasional emotif behavior dalam meningkatkan akhlak peserta didik kelas VII MTs Darul Ulum Purwogondo Kalinyamatan Jepara. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian, peneliti mengharapkan hasilnya dapat bermanfaat : a. Secara Teoretis 1) Secara akademik, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan ikut memperluas wacana keilmuan. 2) Secara sosial pendidikan, karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan salah satu bahan pijakan sekaligus pertimbangan semua pihak khususnya guru BK. 3) Dalam wacana keilmuan, karya ini dihapkan dapat ikut memperkaya khasanah karya tulis ilmiah yang telah ada, sehingga dapat menjadi rujukan bagi kebijakan yang akan di ambil dalam bidang ilmu pengetahuan. 4) Penelitian ini dapat berguna dalam pengembangan pembangunan dan peningkatan khazanah ilmiah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sekolah.

7 b. Secara Praktis 1) Bagi Guru BK Sebagai bahan kajian yang sesuai untuk pelaksanaan kerjasama dalam menangani hambatan-hambatan Peserta Didik dalam mengikuti pembelajaran. 2) Bagi peserta didik Sebagai tambahan pengetahuan para siswa agar dapat merubah tingkah laku sebagaimana mestinya dan juga siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan kemampuan yang dimilikinya. 3) Bagi Masyarakat Masyarakat dapat mengetahui, memahami dan dapat memeberikan bimbingan dengan baik.