(DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Harga Produk Sayuran

Daftar Harga Produk Utama

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

IDENTIFIKASI PANGAN SEGAR HASIL PERTANIAN (SAYURAN) : Produsen Oelon III, Kelurahan Sikumana Kec. Maulafa

HARGA SAYURAN KASYARA PER 1 NOVEMBER 2016

(DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI KERITING DAN CABAI RAWIT

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

hasil tanaman seperti yang diharapkan. Syarat tumbuh tanaman dari faktor teknologi budidaya tanaman (T) meliputi: (a) jenis dan varietas tanaman; (b)

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

Tahun Bawang

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Dasar agronomy " penanaman"

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERTANIAN ORGANIK FEBR JUNI 2013 (Senin 08 10) Tim Mata Kuliah TPO

PENGARUH PERBEDAAN TANAMAN INANG TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN DAYA TETAS TELUR Spodoptera litura Fabricius SKRIPSI

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

PENGARUH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) PADA TUMPANGSARI TERHADAP INTENSITAS SERANGAN HAMA SKRIPSI OLEH:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGGOLONGAN TANAMAN. Tim Pengajar Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran 2011

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus LINN) LAELA NUR RAHMAH

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Cara Menanam Cabe di Polybag

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

Kegiatan ekonomi yang

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.) SECARA KULTUR TEKNIS DAN HAYATI MIFTAHUL HUDA

Usahatani Tumpang Sari Tanaman Tomat dan Cabai di Dataran Tinggi Kabupaten Garut

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Perbanyakan B. tabaci dan M. persicae

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : 001/RS-ULP/LSPBM-BBRVBD/04/2016

Lampiran Surat Penawaran Harga

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

A. Realisasi Keuangan

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Perkembangbiakan Tanaman

TUGAS PENGGOLONGAN TANAMAN

Pengorok Daun Manggis

(Isian dalam Bilangan Bulat) KAB./KOTA : LEBAK 0 2 Tahun 2017 Luas Luas Luas Luas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

Ukuran rumah tangga dalam gram: 1 sdm gula pasir = 8 gram 1 sdm tepung susu = 5 gram 1 sdm tepung beras, tepung sagu. = 6 gram

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Beberapa Aspek Budidaya dalam Sistem Pertanian Organik*)

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

PENGARUH JENIS MULSA ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN TOMAT HASIL PERSILANGAN PADA BUDIDAYA ORGANIK

Transkripsi:

1 SERANGAN Asphondylia capsicicola sp. n. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI PERTANIAN ORGANIK CISARUA BOGOR ANIS NAIMATUL QOIMAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTIUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Serangan Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Pertanian Organik Cisarua Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2017 Anis Naimatul Qoimah NIM A34120074

4

5 ABSTRAK ANIS NAIMATUL QOIMAH. Serangan Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Pertanian Organik Cisarua Bogor. Dibimbing oleh NINA MARYANA. Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan komoditas holtikultura penting dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Serangan hama Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) berpotensi menggangu produksi tanaman cabai rawit. Serangga ini menyebabkan puru pada cabai, dengan gejala terhambatnya pertumbuhan buah. Serangan A. capsicicola juga ditemukan menyerang cabai keriting. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati gejala yang ditimbulkan oleh hama A. capsicicola pada tanaman cabai serta mengetahui luas dan intensitas serangannya di pertanaman cabai rawit organik Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2016. Gejala serangan A. capsicicola pada tanaman cabai rawit terjadi pada bagian kuncup, bunga, dan buah muda. Gejala puru lebih banyak ditemukan pada buah muda daripada kuncup dan bunga. Luas serangan A. capsicicola yaitu 32.80 sampai 48.40% dengan total intensitas serangan tinggi pada buah muda yaitu 23.84%. Intensitas serangan pada kuncup adalah 2.07%, dan pada bunga 5.91%. Parasitoid yang ditemukan dalam pengamatan di lapangan yaitu Sigmophora sp. dari Ordo Hymenoptera, Famili Eulophidae. Kata kunci: hama, intensitas serangan, luas serangan, puru, Sigmophora sp.

6

7 ABSTRACT ANIS NAIMATUL QOIMAH. Infestation of Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) on Chili (Capsicum frutescens L.) Cultivation in Organic Farm Cisarua Bogor. Supervised by NINA MARYANA. Chili (Capsicum frutescens L.) is an important horticultural commodity and has high economic value. Infestation of gall midge Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) has potentially cause severe damage to cultivated chili plants. This pets induce gall on chili, and inhibiting growth of fruits that caused stunted growth of chili. A. capsicicola infestation was also found on Capsicum annuum L. The study aimed to determine the symptoms of A. capsicicola infestation on chili, and to evaluate the level of its infestation at Yayasan Bina Sarana Bakti Cisarua, Bogor. Field survey was conducted from May until August 2016. Gall symptoms were found on buds, flowers, and young fruits. Infestation of A. capsicicola on chili cultivation was ranged from 32.80 to 48.40% with intensity level of infestation higher found on young fruits as 23.84% than on bud 2.07%, and flowers 5.91%. Parasitoid found during the survey was Sigmophora sp. belong to Order Hymenoptera, Family Eulophidae. Key word: gall, infestation level, midge, pest, Sigmophora sp.

8

9 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

10

11 SERANGAN Asphondylia capsicicola sp. n. (DIPTERA: CECIDOMYIIDAE) PADA PERTANAMAN CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI PERTANIAN ORGANIK CISARUA BOGOR ANIS NAIMATUL QOIMAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

12

14

15 PRAKATA Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Serangan Asphondylia capsicicola sp. n. (Diptera: Cecidomyiidae) pada Pertanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di pertanian Organik Cisarua, Bogor. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nina Maryana, MSi. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu, saran, dan motivasi kepada penulis untuk meyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Bonny PW Soekarno, MS. selaku dosen penguji, yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis. Terima kasih untuk Almahrum Bapak, Ibu, Mbak Sri Ekawati SP, Uda Maresha ST, serta keluarga atas doa dan kasih sayang yang diberikan. Terima kasih juga untuk Kak Rizky Marcheria Ardiyanti, Kak Betari Safitri, teman seperjuangan Akbar Alif Pribadi, Larita Wuriyani, serta Nurul Farida Erfriani. Terima kasih kepada teman-teman dan kakak-kakak di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, IPB. Terima kasih juga disampaikan kepada Juliana, Diyah Isti Nursanti, Siska Dewi Febriana dan teman-teman angkatan 49 Departeman Proteksi Tanaman yang telah mendukung terlaksananya penelitian tugas akhir ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran penulis harapkan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap skripsi ini dapat bemanfaat untuk pembaca. Bogor, Maret 2017 Anis Naimatul Qoimah

16

17 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR xvii DAFTAR LAMPIRAN xvii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 BAHAN DAN METODE 3 Tempat dan Waktu 3 Metode Penelitian 3 Pengambilan Tanaman Contoh 3 Pengamatan Gejala Serangan 3 Pengamatan Luas Serangan 4 Pengamatan Intensitas Serangan 4 Identifikasi Parasitoid 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kondisi Umum Lahan 6 Gejala Serangan 8 Parasitoid pada A. capsicicola 11 Luas Serangan 12 Intensitas Serangan 12 SIMPULAN DAN SARAN 14 Simpulan 14 Saran 14 DAFTAR PUSTAKA 15 LAMPIRAN 17 RIWAYAT HIDUP 22

18 DAFTAR GAMBAR 1 Denah lokasi pengambilan tanaman contoh cabai rawit di YBSB 3 2 Sistem budi daya yang diterapkan di YBSB; (a) tumpangsari, (b) monokultur 6 3 Pertanaman tumpang sari cabai rawit dengan daun bawang di YBSB 7 4 Tanaman repellent yang ditanam di YBSB 7 5 Perbedaan kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang sehat dan terserang A. capsicicola 8 6 Larva dan pupa A. capsicicola yang ditemukan pada buah muda 9 7 Cendawan yang ditemukan berasosiasi dengan A. capsicicola 9 8 Imago A. capsicicola dan tempat keluarnya pada buah cabai rawit muda 9 9 Eksuvium pupa A. capsicicola yang menempel pada dinding kuncup cabai 10 keriting 10 Sigmophora sp., parasitoid yang menyerang A. capsicicola 11 11 Luas serangan A. capsicicola pada pertanaman cabai rawit di YBSB 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data Iklim Citeko tahun 2016 18 2 Daftar tanaman yang ada di Pertanian Organik YBSB 19

19

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai merupakan tanaman semusim anggota famili terung-terungan (Solanaceae) dan sangat digemari masyarakat Indonesia. Jenis cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Tanaman cabai termasuk tumbuhan perdu berkayu dan buahnya berasa pedas karena mengandung capsaisin (Sumarni dan Agus 2005). Buah cabai digunakan sebagai campuran bumbu masakan, dapat dikonsumsi dalam kondisi segar dan diawetkan dalam bentuk acar, saus, tepung cabai, dan buah kering (Setiawati et al. 2007). Cabai rawit atau cengek leutik memiliki buah yang berukuran kecil dan berdiri tegak pada tangkainya, buah muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi merah setelah tua (Setiadi 1999). Cabai rawit memiliki rasa yang lebih pedas daripada cabai besar. Selain itu, campuran cabai rawit dalam bumbu masakan dapat membuat tampilan masakan lebih cerah dan meningkatkan selera makan. Produksi cabai rawit di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 800 870 ton dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan mencapai 869 954 ton. Tahun 2015 produksi cabai rawit di Jawa Barat mencapai 112 636 ton (BPS 2016). Peningkatan produksi cabai masih rendah dan belum mampu mencukupi kebutuhan cabai dalam negeri karena permintaan terus meningkat. Budi daya tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh faktor organisme penggangu tanaman (OPT) dan faktor lingkungan. Saat ini budi daya cabai secara konvesional lebih banyak dikembangkan daripada budi daya cabai secara organik. Sistem budi daya pertanian konvensional secara terus menerus menyebabkan turunnya produktivitas lahan. Selain itu, penggunaan pestisida dan pupuk sintetik yang berlebihan menyebabkan rusaknya keseimbangan unsur hara tanah dan keanekaragaman hayati. Berbeda dengan budi daya pertanian secara konvensional, hasil budi daya tanaman secara organik lebih baik karena kandungan residu pada hasil pertanian organik lebih rendah. Sistem pertanian organik lebih mengutamakan keselarasan antara kegiatan pertanian dan lingkungan. Sistem pertanian organik memanfaatkan bahan alami dan tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetik, tetapi menggunakan limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan pertanian dan pestisida nabati (Pracaya 2006). Produksi pertanian organik dilaksanakan dengan sistem daur ulang hara secara hayati (Sutanto 2004). Salah satu hama yang menyerang tanaman cabai rawit dan menurunkan produktivitas cabai rawit yaitu Asphondylia sp. Hama ini digolongkan ke dalam Ordo Diptera, Sub Ordo Nematocera, Famili Cecidomyiidae. Sebagian serangga anggota famili ini merupakan hama puru pada tanaman. Hama genus Asphondylia sp. bersifat monofag atau oligofag dengan inang alternatif umumnya dari Famili Solanaceae, Liliaceae, Capparidaceae, dan Fabaceae (Yukawa et al. 2004). Asphondylia capsicicola sp. n. merupakan spesies hama yang dapat menyebabkan puru pada cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dan cabai keriting (C. annuum L.) (Uechi et al. 2016).

2 Hama ini berpotensi menurunkan produktivitas cabai bila luas dan intensitas serangan tinggi. Kerusakan yang disebabkan oleh hama ini langsung pada hasil produksi tanaman yaitu buah sehingga menimbulkan kerugian. Menurut Anastasia (2005), luas serangan hama puru cabai yang disebabkan oleh A. capsicicola pada pertanaman cabai di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor mencapai 40%. Prima (2005) melaporkan bahwa keberadaan hama A. capsicicola diketahui menyerang bunga dan buah muda cabai merah keriting pada budi daya tanaman konvensional. Akan tetapi, serangan hama A. capsicicola pada pertanaman cabai rawit organik di Yayasan Bina Sarana Bakti (YBSB) Cisarua Bogor belum pernah diteliti. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengamati gejala serangan yang ditimbulkan hama A. capsicicola pada tanaman cabai rawit serta menghitung luas dan intensitas serangannya di pertanaman cabai rawit organik YBSB Cisarua, Bogor. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dasar mengenai hama A. capsicicola baik gejala serangan maupun luas dan intensitas serangannya di pertanian organik YBSB. Informasi ini dapat menjadi acuan dalam menyusun strategi pengendaliannya.

3 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei-Agustus 2016 di pertanaman cabai rawit organik YBSB Cisarua, Bogor. Pengamatan lebih lanjut dilakukan di Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan Tanaman Contoh Metode Penelitian YBSB lebih banyak menanaman cabai rawit daripada cabai keriting. Benih cabai disemai terlebih dahulu selama 14-31 hari, kemudian dipindahkan ke dalam polibag kecil sampai bibit berumur 30-45 hari setelah semai (HSS). Bibit cabai rawit yang telah berumur 30-45 HSS dapat ditanam di lahan. Untuk mengendalikan OPT, dilakukan pemupukan, sanitasi lahan serta aplikasi pestisida nabati. Menurut Haryantini dan Mudji (2009), pada cabai merah kuncup bunga terbentuk ketika tanaman cabai berumur 30 hari setelah tanam (HST) dan berbuah muda ketika berumur 50 HST. Buah cabai dapat dipanen ketika tanaman berumur 75 HST. Tanaman cabai rawit yang dijadikan tanaman contoh telah berumur 90 HST. Cabai rawit ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran dan tanaman pangan. Tanaman cabai ditanam dalam satu bedeng sebanyak 50 tanaman bila monokultur dan sebanyak 25 tanaman bila tumpang sari. Budi daya tanaman dilakukan dengan metode rotasi pola tanam. Metode pengambilan tanaman contoh dilakukan dengan metode acak sistematis. Tanaman contoh diambil selang dua tanaman dan tidak menggunakan tanaman pinggir. Sebagian besar budi daya tanaman dilakukan secara tumpang sari sehingga dapat dipastikan setiap bedeng ditanam tanaman yang berbeda dengan bedeng yang lainya. Areal kebun YBSB terdiri atas 7 blok yaitu blok A, B, C, D, I, J dan K (Gambar 1). U Gambar 1 Denah lokasi pengambilan tanaman contoh cabai rawit di YBSB

4 Di lahan YBSB cabai rawit banyak ditanam di blok A, I, J dan K. Sebagian tanaman cabai rawit ditanam di blok C dan D akan tetapi produktivitasnya sudah menurun sehingga tidak digunakan sebagai tanaman contoh. Di blok B tanaman cabai rawit dan cabai keriting ditanam sebagai tanaman pinggir, blok ini merupakan areal green house. Pengamatan Gejala Serangan Pengamatan gejala serangan dilakukan bersamaan dengan pengamatan luas dan intensitas serangan. Bagian tanaman cabai rawit yang menampakkan gejala puru (kuncup, bunga, dan buah muda) diambil kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium. Selanjutnya, sebagian sampel yang telah diambil dibedah di bawah mikroskop stereo dan serangga yang ditemukan disimpan di dalam botol serangga yang berisi alkohol 70%. Sampel sisa yang didapatkan disimpan di dalam wadah pemeliharaan. Sampel diberi alas kapas yang telah dilembapkan agar sampel tetap terjaga kelembapanya. Sampel diamati setiap hari hingga muncul imago A. capsicicola. Imago yang telah keluar diawetkan di dalam botol serangga yang berisi alkohol 70%. Pengamatan Luas Serangan Populasi tanaman cabai rawit yang ada di lapangan adalah sebanyak 256 tanaman. Pengamatan luas serangan dilakukan dengan mengamati 50% dari populasi tanaman cabai rawit yaitu 128 tanaman contoh. Pengamatan dilakukan sebanyak enam kali dengan interval waktu pengamatan dua minggu. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan melihat keberadaan puru pada bagian tanaman (kuncup, bunga, dan buah muda). Sampel dipetik kemudian dibawa ke laboratorium untuk diamati lebih lanjut. Luas serangan dihitung dengan menggunakan rumus Pengamatan Intensitas Serangan Pengamatan intensitas serangan tanaman cabai rawit dilakukan dengan mengamati 10% dari populasi tanaman contoh yaitu 25 tanaman. Jumlah populasi keseluruhan tanaman cabai rawit kurang dari 1000 tanaman sehingga tanaman contoh diambil sebanyak 10% dari populasi tanaman. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali dengan interval waktu antara pengamatan adalah tiga minggu. Setiap tanaman contoh dihitung jumlah kuncup, bunga, dan buah muda seluruhnya baik yang bergejala maupun yang tidak bergejala. Sampel yang menunjukkan gejala puru dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pembedahan dan pengamatan. Intensitas serangan dihitung dengan menggunakan rumus

5 ( ) Identifikasi Parasitoid Parasitoid yang akan diidentifikasi terlebih dahulu dibuat koleksi kering dengan menggunakan karton segitiga dan ditempel dengan lem kertas. Identifikasi dilakukan hingga tingkat genus dengan kunci yang disusun oleh Boucek (1988).

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan YBSB terletak di Jalan Gandamanah No. 74, Tugu Selatan, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Lokasi YBSB berada di kawasan lereng Gunung Pangrango dengan ketinggian 920 m dpl dan kemiringan lahan 3-5%. Curah hujan di wilayah YBSB pada bulan Mei-Agustus 2016 berkisar antara 84.00-254.00 mm/ bulan dengan penguapan 98.20 mm (Lampiran 1). Kecepatan udara di wilayah YBSB sebesar 1.04 knot dan lama penyinaran matahari 7.77 jam. Suhu rata-rata 22 º C dan kelembapan rata-rata 87% (BMKG 2016). YBSB merupakan salah satu produsen sayuran organik yang ada di daerah Cisarua, Kabupaten Bogor dan menjadi salah satu pionir pengembangan pertanian organik di Indonesia. Sebanyak 102 jenis tanaman holtikultura, pangan, herbal, rempah, dan buah ditanam (Lampiran 2). Sistem budi daya tanaman dikelola dengan memperhatikan sisi agronomi, cuaca, iklim, kondisi lahan, hama, dan penyakit (Fertiana 2014). Budi daya tanaman dilakukan dengan menerapkan sebagian besar sistem tumpang sari dan sebagian kecil dengan monokultur (Gambar 2). Sistem tanam tumpang sari merupakan salah satu cara untuk menambah keanekaragaman tanaman. a b Gambar 2 Sistem budi daya yang diterapkan di YBSB; (a) tumpangsari, (b) monokultur. Satu bedeng lahan ditanam beberapa jenis tanaman berbeda yang bertujuan untuk mengurangi risiko kehilangan hasil akibat serangan OPT. Tanaman cabai rawit ditanam tumpang sari dengan tanaman sayuran, salah satunya tanaman bawang daun (Gambar 3). Sistem budi daya tanaman dilakukan dengan penyiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, sanitasi dan aplikasi pestisida nabati untuk mengendalikan OPT. Penanaman cabai rawit dilakukan dengan menerapkan pola rotasi panjang. Rotasi panjang diawali dengan penanaman tanaman Fabaceae kemudian tanaman daun-daunan. Rotasi selanjutnya adalah tanaman yang menghasilkan buah, kemudian tanaman yang menghasilkan umbi dan kembali pada rotasi awal. Budi daya tanaman tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetik. OPT dikendalikan dengan aplikasi pestisida nabati dan sanitasi lahan. Pestisida nabati dibuat dengan menggunakan 2 kg daun Tephrosia sp., 2 kg lengkuas (Alpinia galanga), 2 kg serai wangi (Cymbopogon citratus), dan sabun batang.

7 Gambar 3 Pertanaman tumpang sari cabai rawit dengan daun bawang di YBSB Bahan yang digunakan kemudian dihaluskan, dan direbus untuk selanjutnya dilakukan penyulingan. Air hasil sulingan kemudian ditambahkan air untuk selanjutnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan untuk mengendalikan OPT. Pestisida nabati diaplikasikan bila kerusakan yang ditimbulkan oleh hama telah melebihi ambang ekonomi (AE). Aplikasi pestisida nabati tidak dilakukan secara rutin dan hanya dilakukan bila kerusakan yang ditimbulkan hama telah menimbulkan kerugian. Pupuk kompos digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pembuatan kompos dilakukan dengan mencampurkan kotoran ayam, kotoran kambing, jerami, serasah daun, limbah baglog jamur dan ditambahkan dolomit untuk membantu pembusukan. Selain tumpang sari dan aplikasi pestisida nabati, OPT dikendalikan dengan penanaman tanaman repellent (Gambar 4). Tanaman repellent yang ditanam di antaranya yaitu tanamaan tagetes (Tagetes erecta), rosemari (Rosmarinus officinalis), adas (Pimpinella anisum), serai wangi (Cymbopogon nardus), bunga dahlia (Dahlia sp.), basil (Ocimum basilicum), kemangi (Ocimum citriodorum), geranium (Geranium sp.), dan Tephrosia sp. Penanaman tanaman repellent bertujuan untuk menolak kedatangan hama karena aroma khas tanaman repellent tidak disukai oleh hama tertentu. a b Gambar 4 Tanaman repellent yang ditanam di YBSB; (a) Tagetes erecta, (b) serai wangi.

8 YBSB lebih mengutamakan pengolahan lahan dengan tetap menjaga kelestarian ekosistem tanah. Budi daya dilakukan secara manual oleh pekerja. Berbeda dengan budi daya secara organik, sistem budi daya secara konvensional lebih mementingkan produktivitas hasil yang didapatkan. Secara umum sistem budi daya secara konvensional dan organik sama, akan tetapi berbeda dalam pengolahan lahan, pupuk serta pestisida yang digunakan. Budi daya cabai secara konvensional lebih banyak dikembangkan karena cabai termasuk komoditas penting dan petani cenderung menggunakan pupuk serta pestisida sintetik untuk memaksimalkan hasil yang didapatkan. Budi daya cabai secara organik jarang dikembangkan dan tanaman cabai rawit ditanam sebagai tanaman pendukung di YBSB. Gejala Serangan Gejala serangan A. capsicicola ditemukan pada kuncup, bunga, dan buah muda. Kuncup sehat memiliki bentuk mahkota bunga berwarna hijau muda (Gambar 5a). Kuncup yang terserang oleh A. capsicicola memiliki bentuk yang lebih bulat dan salah satu mahkota kuncup berwarna kecokelatan (Gambar 5b). Bila kuncup terserang dipegang, akan terasa keras dan bentuk kuncup membengkok. Bunga sehat mempunyai mahkota berwarna putih kehijauan (Gambar 5c). Bunga yang terserang oleh A. capsicicola, permukaan bunga tidak teratur, bentuk bunga menjadi melebar tidak rata (Gambar 5d). a b c d e f Gambar 5 Perbedaan kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang sehat dan terserang A. capsicicola ; (a) kuncup sehat, (b) kuncup terserang, (c) bunga sehat, (d) bunga terserang, (e) buah muda sehat, (f) buah muda terserang. Buah muda sehat memiliki bentuk mulus dengan permukaan rata dan pertumbuhan normal memanjang (Gambar 5e). Buah muda yang terserang A. capsicicola menunjukkan gejala yang khas yaitu bentuk buah muda bulat pendek melebar dan permukaan buah muda menjadi tidak rata (Gambar 5f). Bagian buah muda berkembang abnormal terlihat seperti melengkung atau melingkar.

Buah muda yang terserang tidak dapat berkembang secara sempurna karena bagian dalam buah dimakan oleh larva sehingga menunjukkan gejala puru. Imago A. capsicicola berbentuk nyamuk (midge) (Gambar 8a). Pada bagian dalam buah muda biasanya ditemukan satu larva atau pupa A. capsicicola (Gambar 6a, b). Menurut Busniah et al. (2010), umumnya dalam satu bagian tanaman cabai yang bergejala bila dibedah ditemukan satu individu larva atau pupa dan ada yang ditemukan dua individu larva atau pupa namun jarang di ditemukan. Pada pengamatan di laboratorium, bila dilakukan pembedahan pada kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang bergejala hanya ditemukan satu larva atau pupa saja. Di dalam puru buah muda bila dibedah juga ditemukan cendawan yang berasosiasi dengan A. capsicicola (Gambar 7). Kartosuwondo dan Harahap (1986) melaporkan bahwa Asphondylia sp. yang menyerang polong kedelai berasosiasi dengan cendawan Macrosporium sp. dan Alternaria sp. Akan tetapi, jenis cendawan yang berasosiasi dengan larva dan pupa Asphondylia sp. yang menyerang cabai di Indonesia belum pernah diteliti. 9 a b b Gambar 6 Larva dan pupa A. capsicicola yang ditemukan pada buah muda ; (a) larva di dalam jaringan buah muda, (b) pupa pada buah muda yang dibedah. Gambar 7 Cendawan yang ditemukan berasosiasi dengan A. capsicicola a b b Gambar 8 Imago A. capsicicola dan tempat keluarnya pada buah cabai rawit muda ; (a) imago, (b) puru dengan lubang keluar.

10 Bila imago telah keluar dari puru, pada permukaan buah ditemukan lubang keluar (Gambar 8b). Pegamatan di lapangan, banyak ditemukan buah muda dan kuncup yang telah berlubang. Buah muda bergejala yang berlubang menunjukkan bahwa imago A. capsicicola telah keluar dari inang. Imago A. capsicicola yang telah keluar dari pupa akan meninggalkan bekas pada dinding buah cabai sehingga akan terlihat berlubang. Gejala serangan A. capsicicola di lapangan selain ditemukan pada tanaman cabai rawit juga ditemukan pada cabai keriting. Akan tetapi, serangan A. capsicicola pada cabai keriting di lahan YBSB hanya ditemukan pada tanaman pinggir di green house. Tanaman cabai keriting hanya ditanam beberapa tanaman saja. Gejala serangan A. capsicicola pada cabai keriting hampir sama dengan gejala serangan pada cabai rawit. Gejala serangan pada cabai keriting terlihat lebih khas yaitu buah muda yang terserang A. capsicicola permukaan buah tidak rata dan terdapat benjolan pada permukaan buah. Bila dilakukan pembedahan pada bagian tanaman yang bergejala di dalamnya ditemukan pupa atau larva hama ini. Pada pengamatan di lapangan juga ditemukan eksuvium pupa yang masih berada pada dinding kuncup cabai keriting (Gambar 9). Gambar 9 Eksuvium pupa A. capsicicola yang menempel pada dinding kuncup cabai keriting Selain tanaman cabai rawit dan cabai keriting, cabai hias juga ditanam di YBSB. Tanaman cabai hias ditemukan di lahan blok B, namun ketika dilakukan pengamatan tidak ditemukan adanya gejala serangan hama A. capsicicola. Pengamatan di lapangan, bila ditemukan adanya gejala serangan pada salah satu bagian kuncup, bunga, dan buah muda yang terserang bisa dipastikan tanaman cabai di sekitarnya terserang oleh hama ini. Namun, gejala serangan hama tidak terlihat bila larva masih dalam instar awal. Parasitoid pada A. capsicicola Hama A. capsicicola di YBSB belum menjadi hama penting pada tanaman cabai rawit. Akan tetapi, gejala serangan yang ditimbulkan oleh hama ini langsung pada hasil produksi tanaman. Bila tidak dilakukan pengendalian, hama ini akan menjadi hama penting dan merugikan. Bagian tanaman yang terserang akan menunjukkan gejala puru dan pertumbuhanya terhambat. Dari hasil

pembedahan, pada buah muda yang terserang ditemukan sebagian pupa dan larva terserang oleh parasitoid. Menurut Yukawa et al. (2004), parasitoid merupakan salah satu pemegang peranan yang penting dalam penekanan populasi A. capsicicola di lapangan. Parasitoid adalah larva serangga yang hidup, tinggal, dan makan di dalam tubuh serangga lain atau inang, sampai serangga tersebut mati. Hanya ada satu inang yang dibutuhkan parasitoid untuk menyelesaikan perkembangan dan pertumbuhanya. Sistem budi daya tanaman secara tumpang sari sangat mendukung keberadaan musuh alami di lapangan. Meningkatnya keanekaragaman tanaman dalam suatu ekosistem dapat meningkatkan persediaan pakan bagi parasitoid dan predator, karena dengan bertambahnya keanekaragaman tanaman terdapat juga peningkatan sumber inang atau mangsa. Budi daya tanaman yang dilakukan di YBSB tetap menjaga lingkungan kebun agar musuh alami serangga hama tetap ada. Parasitoid yang ditemukan dalam pengamatan di lapangan adalah Sigmophora sp. dari Ordo Hymenoptera, yaitu Famili Eulophidae (Gambar 10). Boucék (1988) melaporkan beberapa spesies genus Sigmophora sp. Genus ini berperan sebagai parasitoid penyebab puru dari Famili Cecidomyiidae seperti Asphondylia sp. Parasitoid ini bersifat endoparasitoid. Hasil penelitian Prima (2005) menyebutkan bahwa parasitoid yang ditemukan selain dari Famili Eulophidae, juga ditemukan dari Famili Eurytomidae. 11 1 mm Gambar 10 Sigmophora sp., parasitoid yang menyerang A. capsicicola Luas Serangan Luas serangan A. capsicicola di YBSB selama pengamatan berkisar antara 32.80 sampai 48.40% (Gambar 11). Luas serangan tertinggi terjadi pada pengamatan pertama. Tanaman contoh yang digunakan telah berumur 3 bulan dan sudah dilakukan beberapa kali pemanenan. Pengamatan ke-2, dan ke-3 berturutturut mengalami penurunan masing-masing yaitu 34.30% dan 32.80%. Pada pengamatan ke-4 luas serangan A. capsicicola mengalami kenaikan menjadi 47.60% dan tanaman contoh yang digunakan sedang dalam masa produksi yang maksimal. Menurut Setiadi (1999), tanaman cabai rawit mengalami puncak produksi pada umur 6 bulan.

12 Luas serangan (%) 50 45 40 35 30 25 1 2 3 4 5 6 Pengamatan ke- Gambar 11 Luas serangan A. capsicicola pada pertanaman cabai rawit di YBSB Pada pengamatan ke-5 dan 6 luas serangan A capsicicola mengalami penurunan yaitu 40.00%. Hal ini disebabkan pada areal blok A, tanaman cabai rawit ditanam secara tumpang sari dengan buncis dan bawang daun. Diduga budi daya tumpang sari dan rotasi pola tanam yang diterapkan di YBSB berpengaruh terhadap keberadaan hama A. capsicicola di lapangan. Pengamatan ke-5 dan 6 dilakukan pada bulan Agustus dan pada bulan tersebut curah hujan sedang relatif rendah yaitu 84.00 mm (Lampiran 1). Tanaman cabai rawit sebagian sudah tidak terawat dan sebagian dicabut karena terserang oleh patogen penyebab penyakit. Sebagian besar siklus hidup hama ini di habiskan di dalam puru. Menurut Busniah et al. (2010), lama pradewasa hama ini yaitu 22.3 hari dan jantan hidup lebih lama yaitu 35 jam sedangkan betina 32 jam. Hasil penelitian Prima (2005) melaporkan luas serangan A. capsicicola pada cabai keriting di Desa Tugu Selatan, Kabupaten Bogor berkisar antara 21.00 sampai 41.00%, sedangkan di Desa Cibanteng, Kabupaten Bogor berkisar antara 11.00 sampai 37.00%. Luas serangan A. capsicicola sangat dipengaruhi oleh budi daya secara tumpang sari yang diterapkan di YBSB. Rotasi tanaman dilakukan pada semua bedengan lahan dan telah dilakukan beberapa kali rotasi tanaman selama 4 bulan pengamatan. Intensitas Serangan Intensitas serangan A. capsicicola pada kuncup relatif rendah (2.07%) daripada sbunga (5.91%) dan buah muda (23.84%) (Tabel 1). Jumlah kuncup dalam satu tanaman contoh cukup banyak sedangkan hanya beberapa kuncup saja yang bergejala. Diduga, pada fase kuncup hama A. capsicicola telah meletakkan telur namun gejala serangan belum terlihat. Jumlah total kuncup yang diamati dalam empat kali pengamatan adalah sebanyak 5939, dan sebanyak 123 kuncup yang bergejala sehingga intensitas serangan kuncup relatif rendah. Tabel 1 Intensitas serangan A. capsicicola dari total jumlah kuncup, bunga, dan buah muda cabai rawit yang diamati di YBSB Jumlah total Jumlah yang Jumlah yang Intensitas terserang sehat serangan (%) Kuncup 5939 123 5816 2.07 Bunga 745 44 701 5.91 Buah muda 902 215 687 23.84

Intensitas serangan pada bunga lebih tinggi daripada bagian kuncup. Jumlah bunga dalam satu tanaman contoh berkisar antara 3-8 bunga dan hanya beberapa saja yang terserang oleh A. capsicicola. Jumlah bunga yang terserang sebanyak 44 dari 745 bunga yang diamati. Intensitas serangan pada buah muda relatif tinggi yaitu mencapai 23.84%. Jumlah total buah muda yang diamati sebanyak 902 dan 215 buah muda terserang oleh A. capsicicola. Gejala serangan pada buah muda terlihat lebih khas daripada gejala pada kuncup dan bunga. Imago betina hama A. capsicicola lebih menyukai buah muda karena memiliki ukuran yang lebih besar daripada kuncup dan bunga. Nutrisi makanan yang didapatkan lebih banyak dan dinding buah muda sekulen sehingga mudah dalam penusukan ovipositor. Menurut Busniah et al. (2010) keperidian satu imago betina A. capsicicola yaitu sebanyak 124 butir telur. Intensitas serangan pada kuncup, bunga, dan buah muda dipengaruhi oleh produktivitas dari tanaman contoh yang digunakan. Selain itu, aktivitas parasitoid dan aplikasi pestisida nabati merupakan pengendalian yang juga dapat menekan populasi hama ini di lahan pertanian organik. Rendahnya tingkat serangan dapat dipengaruhi oleh jenis inang, cuaca, lingkungan yang tidak mendukung A. capsicicola untuk bertahan hidup, ketersediaan inang yang terbatas, dan akibat dari melimpahnya musuh alami (Anastasia 2005). 13

14 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Gejala serangan A. capsicicola pada tanaman cabai rawit di YBSB ditemukan pada bagian kuncup, bunga, dan buah muda. Kuncup yang terserang oleh A. capsicicola memiliki bentuk yang lebih bulat dan salah satu mahkota kuncup berwarna kecokelatan. Bunga yang terserang oleh A. capsicicola, permukaan bunga tidak teratur, bentuk bunga menjadi melebar tidak rata. Buah muda yang terserang oleh A. capsicicola menunjukkan gejala yang khas yaitu bentuk buah muda berbentuk bulat pendek melebar dan permukaan buah muda menjadi tidak rata. Luas serangan A. capsicicola pada tanaman cabai rawit berkisar antara 32.80-48.40%. Intensitas serangan A. capsicicola lebih tinggi pada bagian buah muda yaitu 23.84%, pada bagian kuncup 2.07% dan bunga 5.91%. Saran Diperlukan pengamatan pada komoditas tanaman selain cabai rawit dan cabai keriting untuk menambah informasi inang alternatif dari hama A. capsicicola di pertanian organik.

15 DAFTAR PUSTAKA Anastasia D. 2005. Morfologi, gejala serangan dan parasitoid penyebab puru cabai Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2016. Data Iklim Citeko Kabupaten Bogor 2016 [laporan]. Bogor (ID): Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi tanaman holtikultura (dinamis) [internet]. [Diunduh 2016Agustus 2016]. Tersedia pada:https://www.bps.go. Boucék Z. 1988. Australian Chalcidoidea (Hymenoptera): A Biosystematic Revesionof Genera of Fourteen Families, with a Reclassification of species. Wallingford (UK): CAB Internasional. Busniah M, Hidrayani, Rahmat SZ, Yaherwandi. 2010. Biologi ganjur cabai, Asphondylia capsici Barnes (Diptera: Cecidomyiidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.). Manggaro 11(40):77-84. Fertiana GS. 2014. Analisis Pendapatan Usaha Tani Sayuran Organik pada Yayasan Bina Sarana Bakti Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Haryantini BA, Mudji S. 2009. Aplikasi mikoriza, pupuk fosfat, dan zat pengatur tumbuh pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) di tanah andisol. Agritek 17(6): 1134-1144. Kartosuwondo U, Harahap IS. 1986. Biologi nyamuk puru polong kedelai (soybean pod gall-midge) Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Karyani RD. 2007. Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) pada pertanaman cabai keriting dan cabai rawit (Capsicum spp.) serta parasitoidnya di Desa Cikarawang, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pracaya. 2006. Bertanam Sayuran Organik. Cetakan ke-enam. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Prima R. 2005. Serangan Asphondylia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) pada pertanaman cabai keriting di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua dan Desa Cibanteng, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Setiadi. 1999. Jenis dan Budi Daya Cabai Rawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Setiawati W, Murtiningsih R, Sopha GA, Handayani T. 2007. Petunjuk Teknis Budi daya Tanaman Sayuran. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Sumarni N, Agus M. 2005. Budi daya tanaman cabai merah. J Hort 979-8404-40-4. Sutanto R. 2004. Pertanian Organik. Yogyakarta (ID): Kanisius. Uechi N, Yukawa J, Tokuda M, Maryana N, Kikumura TG, Kim W. 2016. Description of the Asian chili pod gall midge, Asphondylia capsicicola sp. n., with comparative notes on Asphondylia gennadii (Diptera: Cecidomyiidae) that induces the same sort of pod gall on the same host

16 plant species in the Mediterranean region. J Entomol. doi 10.1007/s13355-016-0461-0. Yukawa J, Uechi N, Horikiri M, Tokuda M. 2004. Description of the soybean pod gall midge, Asphondylia yushimai sp. (Diptera: Cecidomyiidae), a major pest of soybean and finding of host alternation. B Entomol Res 93:34-86.

LAMPIRAN 17

18 Lampiran 1 Data iklim Citeko tahun 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI DRAMAGA BOGOR BMKG Alamat: Jl. Alternatif IPB-Situgede Telp. (0251) 862197 Email. Klimat_bgr@yahoo. Kotak Pos 174 Bogor 16115 Fax. (0251) 8628468 DATA IKLIM CITEKO TAHUN 2016 Nama Provinsi : Jawa Barat Lintang : 06 o 42 LS Nama Kabupaten : Bogor Bujur : 106 o 56 BT Nama Stasiun : CITEKO Tinggi : 920 m 2016 Tahun Suhu pada jam Kelembapan pada jam Curah hujan Bulan 07.00 13.00 18.00 Rataan 07.00 13.00 18.00 Rata2 Maks C C C C % % % % (mm) JAN 20.0 25.1 22.2 21.8 92.0 78.0 90.0 88.0 363.0 FEB 19.8 23.2 21.9 21.6 94.8 85.8 90.7 90.4 584.0 MAR 20.2 24.8 22.1 21.8 93.0 82.0 92.0 90.0 544.0 APR 20.4 25.6 22.7 22.3 90.7 79.5 89.9 87.7 481.0 MEI 20.7 25.9 23.3 22.7 90.5 75.8 88.0 86.2 234.0 JUN 19.8 25.4 23.0 22.0 87.7 73.9 84.4 83.4 202.0 JUL 19.2 25.1 22.4 21.5 89.9 76.4 88.3 86.1 254.0 AGU 18.8 24.8 22.6 21.3 88.9 74.4 86.2 84.6 84.0 Keterangan: Satuan curah hujan (mm/bulan) Bogor, 16 September 2016 Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor HADI SAPUTRA, S.Si, M.Si NIP. 19800525200003001

19 Lampiran 2 Daftar tanaman yang ada di pertanian organik YBSB Jenis produk tanaman Nama umum tanaman Tanaman utama Tanaman pendukung Bayam hijau Bayam merah Spinach Bit Caisim Kailan Kol bulat putih Pakcoi hijau Petsai nagaoka Selada cos Selada keriting Selada merah Selada siomak Wortel Jagung manis Kangkung Bawang daun Brokoli Kol bunga Lobak Pakcoi putih Kale Sawi pahit Buncis Kacang merah Kacang tanah Kapri muda Kapri polong Kecipir Cabai rawit Endiv Jagung biji Selada head Seledri Timun jepang Timun lokal Labu siam Labu siam baby Tomat buah Tomat cherry Lidah buaya Okra

20 Lampiran 2 Daftar tanaman yang ada di pertanian organik YBSB (lanjutan) Jenis produk Tanaman penunjang lingkungan atau ekosistem Produk pendukung Nama umum tanaman Selada cos merah Selada green Bayam taiwan Cabai hijau Cabai keriting Cabai rawit merah Terung lalap Terung ungu Leunca Daun bit Daun ginseng Daun labu siam Oyong Paria Zucchini Emes atau gambas Daun lobak Kol bulat merah Daun poh-pohan Daun singkong Daun ubi Katuk Daun wortel Kacang panjang Kapri pucuk Selada air Kenikir Daun pepaya Cewiwis Arugula Jeruk limo

Lampiran 2 Daftar tanaman yang ada di pertanian organik YBSB (lanjutan) Jenis produk Produk lain dan buah Nama umum tanaman Bunga pepaya Lemon Jeruk pamelo Labu parang Labu kabocha orens Labu kabocha hijau Pisang ambon Pisang lampung Pisang tanduk Singkong Ubi jalar merah/putih Alpukat Nangka muda 21 Tanaman herbal Basil/Selasih Kemangi Oregano Peppermint Rosemary Sage Thyme Bawang aldi Bawang kucai Bawang lukio Ketumbar Kunyit Lengkuas Sereh Lemon balm Stevia Wheatgrass

22 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 16 Februari 1995 dari pasangan Almahrum Bapak Pasmin Fauzi dan Ibu Kasriah. Penulis merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara, dengan kakak bernama Sri Ekawati, SP. Penulis mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1 Gembong Pati, Propinsi Jawa Tengah tahun 2007 hingga 2009 dan dilanjutkan di SMA Negeri 3 Pati tahun 2009 hingga 2012. Penulis meneruskan kembali pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2012. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian pada Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan dan kepanitiaan. Penulis mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai anggota Akpresinfo periode 2013-2015. Selain itu, penulis juga aktif mengikuti Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Pati selama berkuliah di IPB. Selanjutnya, penulis mengikuti kegiatan IPB Goes to Field di Kabupaten Pekalongan Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2014. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti beberapa kepanitian, seperti Mahakarya Fakultas Pertanian pada tahun 2014, panitia divisi humas National Plant Protection Event (NPV) tahun 2013 dan divisi acara tahun 2014. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Entomologi Umum pada tahun 2016.