HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi dan anak, memperlambat kematian, berusia lebih dari 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berusia 60 tahun keatas atau lanjut usia. Menurut United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

K bi b j i a j ka k n n K h K u h s u us u Lans n ia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

IRMA MUSTIKA SARI J

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Menurut Depkes (2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUHAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, taraf kehidupan, dan taraf pendidikan tetapi juga membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Penelitian. Peningkatan populasi lanjut usia yang lebih banyak akan terjadi di negara-negara

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali

SITUASI LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017 STRUKTUR UMUR PENDUDUK INDONESIA TAHUN ,11 GAMBAR III. PRESENTASE PENDUDUK LANSIA DI INDONESIA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

SKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UU 13/1998, KESEJAHTERAAN LANJUT USIA. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 13 TAHUN 1998 (13/1998) Tanggal: 30 NOPEMBER 1998 (JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di seluruh dunia saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI DESA KEMBANG KUNING CEPOGO BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun Oleh : RISDIANTO J210 050 036 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontologi dan kedokteran yang mempelajari kesehatan pada lanjut usia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Pada prinsipnya geriatri mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna (Depkes RI,2000). Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus berlanjut secara alamiah. Berdasarkan pernyataan ini lanjut usia dinggap sebagai semacam penyakit, hal ini tidak benar, gerontologi berpendapat lain sebab lanjut usia bukan suatu penyakit melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu : bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati tidak karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecelakaan, atau menurut orang beragama, sebagai contoh dikatakan dicabut nyawa seseorang oleh malaikat Izrail atas kehendak Allah (Nugroho, 2000). Peningkatan jumlah penduduk usia lanjut merupakan petunjuk perbaikan kualitas kehidupan bangsa, yang antara lain diakibatkan oleh penurunan angka fertilitas, angka kesakitan dan angka kematian. Pada abat 21 dikenal sebagai "era dari penuaan penduduk". Penuaan penduduk ini dapat 1

diukur dengan berbagai indikator, seperti umur median, indeks penuaan yaitu ratio ketergantungan umur dan proporsi penduduk lanjut usia yang berumur 75 tahun ke atas terhadap penduduk usia 65 tahun keatas (Hardywinoto, 2005). Sedangkan menurut Depkes (2000) yang dikatakan usia lanjut adalah usia 60 tahun keatas. Jumlah panduduk di Asia Tenggara berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, The Sex and Age Distribution of Population- The 1990 Revision Population Studies, United Nations, New York, 1991 yang antara lain yaitu pada tahun 1980 jumlahnya mencapai 13.146 juta jiwa dengan persentase 3.7% dari jumlah penduduk, pada tahun 1990 jumlahnya mencapai 17.147 juta jiwa dengan persentase 3.9% dari jumlah penduduk, pada tahun 2000 jumlahnya mencapai 24.893 juta jiwa dengan persentase 4.7% dari jumlah penduduk, kemudian pada tahun 2025 diperkirakan mencapai jumlah 59.316 juta jiwa dengan persentase 7.2% dari jumlah penduduk. Gambaran serupa dapat dilihat dari jumlah dan persentase lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas di Indonesia meningkat cepat, dari 7.99 juta atau 5% dari jumlah penduduk pada tahun 1980 menjadi 15.88 juta penduduk atau 7.5% dari jumlah penduduk pada tahun 2000. Akibat meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dan meningkatnya penduduk lanjut usia di perkotaan, serta rendahnya tingkat pendidikan mereka dan menurunnya derajat kesehatan, maka gaya hidup penduduk lanjut usia terpaksa harus berubah. Kehidupan mereka akan lebih tergantung pada keluarga, masyarakat dan Negara (Hardywinoto, 2005). 2

Dukungan sosial bagi lanjut usia sangat diperlukan selama lanjut usia sendiri masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Namun dalam kehidupan lansia seringkali ditemui bahwa tidak semua lansia mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, sehingga walaupun ia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukkan adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan cara menggerutu, kecewa, kesal dan sebagainya (Kuntjoro,2002). Pembangunan di segala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat makin membaik, dan usia harapan hidup makin meningkat, serta jumlah lanjut usia makin bertambah. Untuk meningkatkan kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama dengan masyarakat telah digerakkan upaya peningkatan lanjut usia dalam bentuk Perlindungan sosial, bantuan sosial, pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial, pelayanan kesehatan, pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap didayagunakan sesuai kemampuan masing-masing, mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau organisasi lanjut usia atau organisasi masyarakat lainnya. Upaya ini akan lebih ditingkatkan lagi dimasa mendatang, baik ditujukan bagi lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial ( Setiabudhi, 2005). Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, baik material maupun spiritual, yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, 3

dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, kelurga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia (Setiabudhi, 2005). Kesejahteraan menjadi salah satu para meter untuk kualitas hidup lanjut usia sehingga mereka dapat menikmati kehidupan masa tuanya. Parameter yang memperlihatkan kualitas hidup lanjut usia yaitu status kesehatan, umur harapan hidup, tingkat pendididkan dan kemempuan berkerja (Hardiwinoto, 2005). Kecamatan Cepogo merupakan salah satu kecamatan dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Cepogo terdiri dari 15 kelurahan, yang diantaranya adalah kelurahan Kembang Kuning. Kelurahan Kembang Kuning sendiri mempunyai jumlah penduduk 3990 jiwa. Kelurahan Kembang Kuning mempunyai 17 dusun atau pedukuhan. Dukuh Ringgit merupakan salah satu dusun yang ada di kelurahan Kembang Kuning, yang mempunyai lanjut usia diatas 65 tahun mencapai 200 jiwa. Hasil wawancara dengan 10 lanjut usia yang ada mereka sebagian besar hidup dengan keluarganya, dan ada juga yang tinggal sendiri, itu dikarenakan anak-anak mereka merantau keluar Jawa jadi mereka hidup sendiri. Riwayat latar belakang sosial berasal dari berbagai macam golongan. Beberapa lanjut usia juga masih aktif berkerja guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Hasil wawancara dengan 4 lanjut usia yang ada di Dukuh Ringgat mereka mengungkapkan dan berkata tentang kehidupanya dimasa tua yang sangat susah, dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi semua itu seperti faktor ekonomi, keluarga yang kurang memperhatikan kehidupannya, sehingga 4

merasa kehidupanya sudah tidak berarti lagi dan sangat putus asa dengan kehidupanya yang dijalaninya sekarang ini. Sehingga tidak ada motifasi hidup dikarenakan kurangnya dukungan dari keluarga atau anak-anaknya. Hasil dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Dukungan Sosial Lanjut Usia Dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia Didasa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang di paparkan diatas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulakan adalah Apakah ada hubungan dukungan sosial lanjut usia dengan kualitas hidup lanjut usia di Desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, yang antara lain : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial lanjut usia dengan kualitas hidup lanjut usia di desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui dukungan sosial lanjut usia di desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. b. Untuk mengetahui kualitas hidup lanjut usia di desa Kembang Kuning Cepogo Boyolali. 5

D. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat dan berguna bagi peneliti, yang diantaranya yaitu : 1. Secara Teoritis Menambah khasanah ilmu keperawatan terutama gerontology tentang dukungan sosial keluarga dan konsep diri lansia. 2. Secara Praktis a. Bagi keluarga dan masyarakat Desa Kembang Kuning Memberikan masukan untuk keluarga yang mempunyai lansia untuk memberikan dukungan sosial dan mempertahankan konsep diri yang positif. b. Bagi profesi keperawatan Memperkaya dan memperluas ilmu pengetahuan terutama bagi perawat komunitas sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kebutuhan lansia. c. Bagi kader-kader pengurus posyandu lansia Memberikan pembinaan untuk lansia dan memahami kondisi lansia dengan berbagai macam perubahan pada kondisi fisik maupun psikologisnya saat ini. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang usia lanjut sudah banyak dilakukan, dibawah ini adalah beberapa hasil penelitian : 6

1. Putri (2008) dengan judul gambaran kualitas hidup lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta yunit Budhi Luhur. Jenis penelitian kualitatif dengan metode deskritif ekploratif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang ada. Pedoman wawancara berupa pertanyaanpertanyaan tentang kualitas hidup yang secara garis besar tentang lingkup kehidupan lanjut usia. 2. Ariyuda (2007) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penduduk lanjut usia dikelurahan Jogotrunan Lumajang. Jenis penelitian dengan metode eksplanatori yaitu metode yang mencoba mencari pengaruh antara dua variabel dan metode analisis yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. 3. Soliah (2005) dengan judul hubungan antara pendidikan, pendapatan, dan peran sosial dengan kualitas hidup lanjut usia di kelurahan Banyuanyar Banjarsari Surakarta. Jenis penelitian kuantitatif non-ekperimental karena menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika, untuk mendapatkan data instrumen dalam penelitian adalah kuesioner. 4. Cahyoputro (2008) dengan judul hubungan antara faktor dukungan sosial dan faktor jenis kelamin dengan tingkat kecemasan lanjut usia di Desa Luwang Gatak Sukoharjo. Jenis penelitian dengan diskriptif kuantitatif, instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data dari responden lanjut usia. 7

Penelitian diatas mempunyai perbedaan yaitu variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian. Adapun persamaannya yaitu tentang dukungan sosial lanjut usia dan kualitas hidup lanjut usia. 8